Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13062 | 01 Mar 2025
Klinis : Pusing mual
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu "Pusing mual", berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.2
- Deskripsi: Mual dan muntah
Penjelasan:
Kode ICD-10 R11.2 menggambarkan kondisi mual dan muntah, yang merupakan gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti infeksi saluran pencernaan, reaksi obat, migrain, atau masalah pada saluran pencernaan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode spesifik
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang tercatat secara spesifik untuk kondisi mual dan pusing.
Penjelasan:
Pada kondisi mual dan pusing, biasanya tidak ada prosedur atau tindakan medis yang dilakukan secara langsung. Penanganan yang umum dilakukan adalah memberikan obat anti-mual, mengatur pola makan, mengatasi masalah yang mendasari (jika diketahui), serta memberikan perawatan suportif. Oleh karena itu, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara spesifik tercatat untuk kondisi ini. -
Article No. 13063 | 01 Mar 2025
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 56 tahun, datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama lemas, pusing, serta kesemutan pada tangan dan kaki sejak 3 hari terakhir. Keluarga melaporkan bahwa Ny. A juga mengalami kesulitan tidur, sering merasa cemas, dan mengeluh nyeri perut yang semakin meningkat. Dari riwayat medis, Ny. A diketahui memiliki hipertensi dan diabetes mellitus yang sudah berlangsung lebih dari 10 tahun, namun sering tidak patuh dalam mengonsumsi obat. Beberapa hari terakhir, ia mengalami sering buang air kecil (poliuria), haus berlebihan, dan mual. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tanda-tanda sebagai berikut: Kesadaran menurun (GCS 6 / Stupor), tampak lelah, disorientasi ringan Tekanan darah 150/95 mmHg, nadi 110 kali/menit, pernapasan cepat dan dangkal Kulit kering, turgor buruk, serta bau napas seperti aseton Nyeri tekan di daerah epigastrium, perut tampak tegang Frekuensi buang air kecil meningkat, urin berwarna pucat dengan bau menyengat Refleks tendon menurun, kelemahan otot, serta kesemutan di ekstremitas Luka kecil di kaki kanan yang tampak sulit sembuh dan menunjukkan tanda-tanda infeksi ringan Berdasarkan data ini, dokter mencurigai bahwa Ny. A mengalami ketoasidosis diabetik (DKA) akibat kadar glukosa darah yang tidak terkontrol, ditambah dengan kemungkinan dehidrasi berat dan gangguan elektrolit. Tim medis segera melakukan tindakan rehidrasi cairan intravena, koreksi elektrolit, serta pemberian insulin untuk menstabilkan kadar gula darahnya. Selain itu, dilakukan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya kepatuhan terhadap terapi DM, pola makan sehat, dan pemantauan glukosa darah secara rutin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. A yang mengalami ketoasidosis diabetik (DKA), berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat sekunder DKA.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder DKA.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sekunder DKA.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun sekunder DKA.
5. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran sekunder DKA.
Penjelasan singkat:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk menyediakan asupan nutrisi yang dibutuhkan, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
- SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi dan memantau asupan nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Tindakan pemberian nutrisi enteral atau parenteral untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
2. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan akibat keletihan yang dialami.
- SLKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas sesuai dengan kondisi pasien.
- SIKI: Tindakan perawatan aktivitas dan latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer:
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke bagian tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
- SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi perfusi jaringan yang adekuat.
- SIKI: Tindakan pemberian cairan dan elektrolit serta pemantauan tanda-tanda vital.
4. Risiko infeksi:
- SDKI: Meningkatnya kerentanan terhadap serangan patogen yang dapat menyebabkan peradangan.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah dan mengelola infeksi.
- SIKI: Tindakan pemberian terapi antibiotik, perawatan luka, dan edukasi kebersihan.
5. Risiko cedera:
- SDKI: Meningkatnya kemungkinan terjadinya kerusakan fisik akibat interaksi individu dengan lingkungannya.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah dan mengelola risiko cedera.
- SIKI: Tindakan pengawasan dan pemberian alat bantu untuk mencegah cedera akibat penurunan kesadaran. -
Article No. 13064 | 01 Mar 2025
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 56 tahun, datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama lemas, pusing, serta kesemutan pada tangan dan kaki sejak 3 hari terakhir. Keluarga melaporkan bahwa Ny. A juga mengalami kesulitan tidur, sering merasa cemas, dan mengeluh nyeri perut yang semakin meningkat. Dari riwayat medis, Ny. A diketahui memiliki hipertensi dan diabetes mellitus yang sudah berlangsung lebih dari 10 tahun, namun sering tidak patuh dalam mengonsumsi obat. Beberapa hari terakhir, ia mengalami sering buang air kecil (poliuria), haus berlebihan, dan mual. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tanda-tanda sebagai berikut: Kesadaran menurun (GCS 6 / Stupor), tampak lelah, disorientasi ringan Tekanan darah 150/95 mmHg, nadi 110 kali/menit, pernapasan cepat dan dangkal Kulit kering, turgor buruk, serta bau napas seperti aseton Nyeri tekan di daerah epigastrium, perut tampak tegang Frekuensi buang air kecil meningkat, urin berwarna pucat dengan bau menyengat Refleks tendon menurun, kelemahan otot, serta kesemutan di ekstremitas Luka kecil di kaki kanan yang tampak sulit sembuh dan menunjukkan tanda-tanda infeksi ringan Berdasarkan data ini, dokter mencurigai bahwa Ny. A mengalami ketoasidosis diabetik (DKA) akibat kadar glukosa darah yang tidak terkontrol, ditambah dengan kemungkinan dehidrasi berat dan gangguan elektrolit. Tim medis segera melakukan tindakan rehidrasi cairan intravena, koreksi elektrolit, serta pemberian insulin untuk menstabilkan kadar gula darahnya. Selain itu, dilakukan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya kepatuhan terhadap terapi DM, pola makan sehat, dan pemantauan glukosa darah secara rutin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kondisi Ny. A yang mengalami ketoasidosis diabetik (DKA), berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan proses katabolik dan peningkatan kebutuhan nutrisi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan yang disebabkan oleh dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis (DKA).
5. Risiko infeksi berhubungan dengan komplikasi DKA dan luka pada kaki yang tidak sembuh.
6. Risiko dehidrasi berhubungan dengan peningkatan output urin.
7. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui poliuria dan muntah.
8. Kecemasan berhubungan dengan kondisi kesehatan yang mengancam.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan nutrisi: Berat badan dalam batas normal.
2. Toleransi aktivitas: Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan.
3. Perfusi jaringan: Tanda-tanda vital dalam batas normal, sirkulasi darah dan oksigenasi jaringan adekuat.
4. Kontrol nyeri: Tingkat nyeri berkurang dan dapat dikontrol.
5. Bebas infeksi: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
6. Keseimbangan cairan: Input dan output cairan seimbang, tidak terjadi dehidrasi.
7. Pengendalian cemas: Klien dapat mengidentifikasi dan mengatasi kecemasan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen nutrisi: Pantau asupan dan output nutrisi, berikan nutrisi sesuai kebutuhan klien.
2. Manajemen aktivitas: Dorong aktivitas sesuai toleransi, pantau tanda-tanda intoleransi.
3. Manajemen perfusi: Pantau tanda-tanda vital, berikan rehidrasi cairan IV, monitor elektrolit.
4. Manajemen nyeri: Identifikasi penyebab nyeri, berikan analgesik sesuai indikasi, ajarkan teknik nonfarmakologis.
5. Pencegahan infeksi: Rawat luka dengan baik, monitor tanda-tanda infeksi, berikan antibiotik jika diperlukan.
6. Manajemen cairan: Pantau input dan output cairan, berikan rehidrasi sesuai kebutuhan, monitor keseimbangan cairan.
7. Manajemen kecemasan: Identifikasi penyebab kecemasan, berikan dukungan emosional, ajarkan teknik relaksasi.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif sesuai dengan diagnosa, luaran, dan intervensi di atas, diharapkan kondisi Ny. A dapat stabil dan komplikasi dapat dicegah. -
Article No. 13065 | 01 Mar 2025
Klinis : Tn.D.S, Laki-laki, 50 tahun, agama Islam, Pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan tidak bekerja, suku Jawa. DX.Medis : Pneumothorax Sinistra post pemasangan Chest Tube H-1 dan covid-19 pneumonia. Pasien diantar ke IGD dengan keluhan demam, batuk dan sesak yang memberat 2 hari terakhir. Pernapasan pasien 28x/menit dengan SpO2 92% simple face mask 5 lpm. Pengembangan dada asimetris, retraksi dinding dada (-), taktil dan vokal fremitus teraba pada kedua lapang paru, suara napas vesikuler pada kedua lapang paru namun melemah pada lapang paru kiri basal anterior, wheezing -/-, ronkhi -/-, konjungtiva tidak anemis, sklera normal, mukosa bibir lembab, tidak ada sianosis, akral teraba hangat, CRT < 2 detik, bunyi jantung I dan II normal, murmur tidak ada, gallop tidak ada. Tidak ada sianosis pada lidah, bibir dan kuku tidak ada. TTV: TD = 114/76 mmHg, Nadi = 98 x/mnt, S = 36,4 °C, P = 24 x/mnt. Laboratorium 06/2/2023: AGD pH 7.55, pCO2 64.7, pO2 124.6, HCO3: 35.9, BE:10.10. Hb 13.8 g/dL (12 – 16), Lekosit 13200 uL (5.000 – 10.000), neutrofil 62%, limfosit 9,6/L. Gambaran rontgen menunjukkan konsolidasi perifer bilateral dan ground glass opacities. Hasil Ct Scan thorax menunjukkan ground glass opacities yang meluas dan pneumothorak kiri. Pasien Riwayat merokok. Pasien adalah seorang ojek online dan istrinya adalah seorang asisten rumah tangga. Mereka memiliki 4 anak, 2 di tingkat SD dan 2 di tingkat SMP.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: J93.1
- Deskripsi: Pneumothorax spontan sekunder
- Kode: U07.1
- Deskripsi: COVID-19, virus yang diidentifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 34.04
- Deskripsi: Pemasangan tabung dada untuk pemulihan pneumothoraks
Penjelasan:
Pasien Tn. D.S, laki-laki berusia 50 tahun, dengan riwayat pneumothoraks sinistra pasca pemasangan chest tube dan COVID-19 pneumonia. Pasien datang dengan keluhan demam, batuk, dan sesak napas yang memberat dalam 2 hari terakhir. Pemeriksaan fisik menunjukkan kondisi pernapasan yang memburuk dengan frekuensi napas 28x/menit dan SpO2 92% dengan oksigen sederhana 5 lpm. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan alkalosis respiratorik dengan pH 7,55 dan pCO2 64,7 mmHg. Temuan radiologis menunjukkan konsolidasi perifer bilateral dan ground glass opacities, yang diperkuat dengan hasil CT Scan Thoraks.
Berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan penunjang, dan riwayat pasien, dapat ditegakkan diagnosis:
1. Pneumothoraks spontan sekunder (Kode ICD-10: J93.1)
2. COVID-19 pneumonia (Kode ICD-10: U07.1)
Tindakan medis yang telah dilakukan adalah pemasangan tabung dada untuk pemulihan pneumothoraks (Kode ICD-9-CM: 34.04). -
Article No. 13066 | 01 Mar 2025
Klinis : Nausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Nausea.
Diagnosa Keperawatan:
Nausea
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nausea didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada hasrat untuk muntah.
- Tanda dan gejala yang dapat muncul antara lain: perasaan mual, tidak nyaman di perut, dan dapat disertai dengan rasa sakit kepala.
- Faktor yang dapat menyebabkan nausea antara lain: efek samping obat, infeksi, gangguan gastrointestinal, kehamilan, dan stres.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari penanganan nausea adalah pasien dapat menunjukkan penurunan frekuensi dan intensitas nausea.
- Kriteria hasil yang dapat diukur antara lain: pasien melaporkan penurunan frekuensi nausea, pasien melaporkan penurunan intensitas nausea, dan pasien dapat mengenali faktor pencetus nausea.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nausea antara lain: manajemen farmakologis, manajemen non-farmakologis (seperti kompres dingin, akupresur, dan relaksasi), edukasi terkait faktor pencetus dan strategi penanggulangan nausea, serta pemantauan tanda vital dan intake cairan.
- Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mengurangi frekuensi dan intensitas nausea serta mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang telah ditetapkan oleh PPNI. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 13067 | 01 Mar 2025
Klinis : Nausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Nausea:
Diagnosa Keperawatan:
Mual (Nausea)
Definisi:
Sensasi tidak nyaman di daerah epigastrium yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
Penyebab:
1. Iritasi saluran cerna
2. Efek samping pengobatan
3. Kehamilan
4. Masalah psikologis
5. Gangguan metabolik
Tanda dan Gejala:
1. Rasa tidak nyaman di epigastrium
2. Keinginan untuk muntah
3. Produksi saliva berlebih
4. Pucat
5. Berkeringat dingin
Tujuan Keperawatan:
1. Klien dapat mengontrol rasa mual
2. Klien dapat mempertahankan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji penyebab dan faktor yang mempengaruhi mual
2. Berikan antiemetik sesuai resep
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Anjurkan makan makanan yang mudah dicerna
5. Anjurkan posisi duduk atau berdiri saat makan
6. Pantau intake cairan dan nutrisi klien
Evaluasi:
1. Klien dapat mengontrol rasa mual
2. Klien dapat mempertahankan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
Harapan saya penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Nausea. Silakan tanyakan jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 13068 | 01 Mar 2025
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor yang Berhubungan: Agen cedera biologis, agen cedera kimiawi, agen cedera fisik.
- Karakteristik Utama: Melaporkan pengalaman nyeri, perubahan ekspresi wajah, perubahan tanda-tanda vital, perubahan perilaku.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, pasien menunjukkan perilaku yang sesuai dengan penanganan nyeri, pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Indikator:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang tenang.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, Terapi Komplementer.
- Aktivitas Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Berikan farmakologi sesuai dengan pesanan dokter.
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, imagery, musik).
- Berikan terapi komplementer (pijat, kompres hangat/dingin).
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dalam konteks akademis dan persona sebagai pakar perawat, penanganan nyeri akut harus dilakukan secara komprehensif dengan mengintegrasikan tindakan farmakologis dan non-farmakologis. Hal ini bertujuan untuk mengurangi nyeri, menciptakan rasa nyaman, dan mempertahankan tanda-tanda vital pasien dalam batas normal. -
Article No. 13069 | 01 Mar 2025
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Nyeri Akut:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi (SDKI):
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik (SDKI):
1. Laporan pasien tentang nyeri
2. Perubahan ekspresi wajah
3. Perubahan tanda-tanda vital
4. Perubahan perilaku
5. Fokus pada nyeri
Faktor yang Berhubungan (SDKI):
1. Agen cedera biologis
2. Agen cedera kimiawi
3. Agen cedera fisik
4. Agen cedera psikologis
Luaran (SLKI):
1. Kontrol nyeri
2. Tingkat nyeri
3. Kelelahan
Intervensi (SIKI):
1. Manajemen nyeri akut
2. Terapi modalitas nyeri
3. Terapi relaksasi
Penjelasan Singkat:
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Karakteristik utamanya adalah laporan pasien tentang nyeri, perubahan ekspresi wajah, perubahan tanda-tanda vital, perubahan perilaku, dan fokus pada nyeri. Faktor yang berhubungan dapat berupa agen cedera biologis, kimiawi, fisik, atau psikologis. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mengontrol nyeri, menurunkan tingkat nyeri, dan mengurangi kelelahan. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri akut, terapi modalitas nyeri, dan terapi relaksasi. -
Article No. 13070 | 01 Mar 2025
Klinis : diagnosa demam 3 hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, diagnosis demam 3 hari dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tak tergolongkan
Dalam ICD-10 (Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait), kode R50.9 digunakan untuk mewakili kondisi demam yang tidak memiliki penyebab spesifik yang dapat diidentifikasi. Kode ini digunakan ketika tidak ditemukan penyebab yang jelas dari demam pada pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur medis spesifik yang terkait dengan diagnosis demam 3 hari. Penanganan untuk kondisi ini biasanya meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antipiretik, dan evaluasi lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab demam jika gejala berlanjut atau memburuk.
Dokter atau perekam medis akan menggunakan kode diagnosis ICD-10 R50.9 untuk mendokumentasikan kondisi demam 3 hari pada rekam medis pasien. Tindakan medis yang dilakukan, seperti pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan terapi simptomatik, akan didokumentasikan menggunakan kode-kode prosedur yang sesuai berdasarkan ICD-9-CM. -
Article No. 13071 | 01 Mar 2025
Klinis : malaria
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis untuk kondisi malaria:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B50-B54
- Deskripsi: Malaria. Ini adalah sekelompok kode yang mencakup berbagai jenis malaria, termasuk malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum (B50), Plasmodium vivax (B51), Plasmodium malariae (B52), Plasmodium ovale (B53), dan malaria yang tidak diklasifikasikan secara rinci (B54).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.32
- Deskripsi: Pemberian obat anti-malaria. Prosedur ini mencakup pemberian obat-obatan seperti klorokuin, meflokuin, atau artemisinin untuk pengobatan malaria.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 B50-B54 adalah kode yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai jenis malaria, yang merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
- Kode ICD-9-CM 99.32 adalah kode yang digunakan untuk mencatat pemberian obat anti-malaria sebagai tindakan pengobatan untuk pasien yang menderita malaria. Pengobatan malaria biasanya melibatkan pemberian obat-obatan spesifik untuk jenis Plasmodium yang menyebabkan infeksi.
Kode-kode ini digunakan oleh tenaga kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan dalam penanganan pasien dengan malaria.