Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13124 | 02 Mar 2025
Klinis : apa implementasi nya berdasarkan diagnosis Konsumsi Hydroxychloroquine sulfate dan Curbexvit ↓ Reaksi Hipersensitivitas Obat ↓ Proses Inflamasi Dermal dan Epidermal ↓ Terbentuknya Lesi Makula Eritematous dan Erosi pada Wajah, Thorax, dan Bibir ↓ Kerusakan Lapisan Epidermis dan Mukosa Bibir ↓ Gangguan Integritas Kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan, dengan nada akademis dan bertindak sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Reaksi Hipersensitivitas Obat
2. Kerusakan Integritas Kulit
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Reaksi Hipersensitivitas Obat
Definisi: Respons abnormal terhadap obat yang dapat menyebabkan reaksi kulit, seperti ruam, urtikaria, angioedema, atau reaksi sistemik yang mengancam jiwa.
Penyebab: Konsumsi Hydroxychloroquine sulfate dan Curbexvit.
Tanda dan Gejala: Proses inflamasi dermal dan epidermal, terbentuknya lesi makula eritematous dan erosi pada wajah, thorax, dan bibir, serta kerusakan lapisan epidermis dan mukosa bibir.
2. Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Perubahan pada struktur dan fungsi kulit yang menyebabkan gangguan pada kulit.
Penyebab: Reaksi hipersensitivitas obat yang menimbulkan proses inflamasi dan kerusakan pada lapisan epidermis dan mukosa bibir.
Tanda dan Gejala: Terbentuknya lesi makula eritematous dan erosi pada wajah, thorax, dan bibir, serta gangguan integritas kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Respon Alergi Obat Terkendali
2. Integritas Kulit Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Reaksi Alergi Obat
- Identifikasi penyebab reaksi alergi
- Monitoring tanda dan gejala reaksi alergi
- Pemberian antihistamin atau kortikosteroid sesuai indikasi
- Edukasi tentang pencegahan paparan dan perawatan kulit
2. Perawatan Luka
- Pembersihan luka dengan cairan salin atau antiseptik
- Aplikasi salep atau krim topikal antibiotik atau kortikosteroid
- Proteksi luka dengan balutan yang sesuai
- Edukasi tentang perawatan luka dan pencegahan infeksi
Implementasi keperawatan berdasarkan diagnosa:
1. Manajemen Reaksi Alergi Obat:
- Identifikasi penyebab reaksi alergi (Hydroxychloroquine sulfate dan Curbexvit)
- Monitoring tanda dan gejala reaksi alergi (proses inflamasi, lesi, erosi)
- Pemberian antihistamin atau kortikosteroid sesuai indikasi untuk mengurangi reaksi hipersensitivitas
- Edukasi pasien tentang pencegahan paparan dan perawatan kulit
2. Perawatan Luka:
- Pembersihan lesi dan erosi pada wajah, thorax, dan bibir dengan cairan salin atau antiseptik
- Aplikasi salep atau krim topikal antibiotik atau kortikosteroid untuk mengatasi inflamasi dan mempercepat penyembuhan
- Proteksi luka dengan balutan yang sesuai untuk mencegah infeksi
- Edukasi pasien tentang perawatan luka dan pencegahan infeksi
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mengatasi reaksi hipersensitivitas obat dan membantu memperbaiki integritas kulit pasien. -
Article No. 13125 | 02 Mar 2025
Klinis : Identitas Pasien • Nama: Ny. E • Usia: 26 tahun • Gravida/Para/Abortus (GPA): G1P1A0 • Usia Kehamilan Saat Persalinan: 39 minggu • Metode Persalinan: Spontan pervaginam • Riwayat Penyakit: Tidak ada riwayat penyakit kronis atau gangguan psikiatri sebelumnya • Keluhan Utama: Pasien datang ke klinik 7 hari setelah melahirkan, mengeluhkan mudah menangis, merasa cemas berlebihan, dan sulit tidur, meskipun bayinya dalam kondisi sehat. • Riwayat Persalinan: Persalinan spontan tanpa komplikasi, Bayi lahir dengan berat 3200 gram, APGAR Score 9-10, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berhasil, Tidak ada komplikasi fisik postpartum yang signifikan • Keluhan Psikologis: Mudah menangis tanpa alasan yang jelas, Merasa tidak cukup baik sebagai ibu, Cemas berlebihan terhadap kesehatan bayinya, Sulit tidur meskipun bayi tidur nyenyak, Mudah tersinggung dan emosional, Tidak ada keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya • Pemeriksaan Psikologis: Kesadaran: Compos mentis, Mood: Labil, lebih sering sedih dan cemas, Insight: Baik (menyadari perubahan emosinya), Tidak ada gejala psikosis atau ide bunuh diri • Diagnosa Medis: Postpartum Blues (Baby Blues Syndrome)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien Ny. E yang mengalami postpartum blues, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kecemasan Berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan peran baru sebagai ibu.
2. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan kecemasan dan perubahan hormonal.
3. Ketidakberdayaan Berhubungan dengan perasaan tidak mampu sebagai ibu baru.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kecemasan Terkendali
- Pasien mampu mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Pasien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Pola Tidur Membaik
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per hari
- Pasien dapat terbangun saat dibutuhkan untuk mengurus bayi
- Pasien merasa segar setelah tidur
3. Pemberdayaan Meningkat
- Pasien mampu merawat bayi dengan mandiri
- Pasien merasa percaya diri dalam menjalankan peran barunya sebagai ibu
- Pasien mampu mengidentifikasi sumber dukungan yang tersedia
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kecemasan Terkendali
- Kaji tingkat kecemasan pasien menggunakan alat ukur yang sesuai
- Berikan informasi terkait postpartum blues dan normalnya perubahan emosional setelah melahirkan
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, atau meditasi, untuk mengurangi kecemasan
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas menyenangkan dan mengatur waktu istirahat yang cukup
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional pada pasien
2. Pola Tidur Membaik
- Kaji pola tidur pasien, termasuk waktu tidur, lama tidur, dan kualitas tidur
- Berikan edukasi tentang pentingnya tidur yang cukup bagi ibu postpartum
- Bantu pasien mengatur lingkungan yang nyaman untuk tidur, seperti mengurangi stimulasi cahaya dan suara
- Anjurkan pasien untuk beristirahat saat bayi tidur, meskipun pasien tidak mengantuk
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi sesuai kebutuhan pasien
3. Pemberdayaan Meningkat
- Kaji pemahaman pasien terkait perawatan bayi dan kemampuan merawat bayi
- Berikan edukasi dan demonstrasi tentang perawatan bayi, seperti menyusui, mengganti popok, dan memandikan
- Dorong pasien untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan bayi dan lakukan evaluasi kemajuan
- Identifikasi sumber dukungan yang tersedia bagi pasien, baik dari keluarga maupun tenaga kesehatan
- Kolaborasi dengan ahli kesehatan mental jika diperlukan untuk mendukung proses penyembuhan
Dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien Ny. E dapat mengatasi postpartum blues, meningkatkan kemampuan dalam merawat bayi, dan mencapai kondisi emosional yang stabil. -
Article No. 13126 | 02 Mar 2025
Klinis : PASIEN HIV AIDS
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien HIV/AIDS:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
3. Kelelahan
4. Gangguan citra tubuh
5. Ketidakberdayaan
6. Risiko bunuh diri
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
1. Risiko Infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko terpapar patogen yang dapat menyebabkan infeksi
- SLKI: Intervensi untuk mencegah dan mengendalikan infeksi
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk menurunkan risiko infeksi pada pasien dengan HIV/AIDS
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik
- SLKI: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memperbaiki status nutrisi pasien dengan HIV/AIDS
3. Kelelahan
- SDKI: Sensasi letih yang berlangsung terus-menerus dan menurunkan kemampuan untuk beraktivitas
- SLKI: Intervensi untuk mengatasi kelelahan pada pasien
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengurangi kelelahan pada pasien dengan HIV/AIDS
4. Gangguan Citra Tubuh
- SDKI: Persepsi negatif terhadap bentuk atau fungsi tubuh
- SLKI: Intervensi untuk membantu pasien menerima perubahan citra tubuh
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi penerimaan perubahan citra tubuh pada pasien dengan HIV/AIDS
5. Ketidakberdayaan
- SDKI: Perasaan tidak mampu mengendalikan situasi
- SLKI: Intervensi untuk meningkatkan rasa berdaya pada pasien
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pemberdayaan pasien dengan HIV/AIDS
6. Risiko Bunuh Diri
- SDKI: Ancaman yang mengarah pada tindakan melukai diri sendiri
- SLKI: Intervensi untuk mencegah perilaku bunuh diri
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk menurunkan risiko bunuh diri pada pasien dengan HIV/AIDS
Sebagai perawat, kita perlu memahami dan mengaplikasikan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan HIV/AIDS. -
Article No. 13127 | 02 Mar 2025
Klinis : Tn. A, seorang pria berusia 35 tahun yang bekerja sebagai buruh harian, datang ke rumah sakit dengan keluhan berat badan yang menurun drastis dalam dua bulan terakhir, sering mengalami diare, kehilangan nafsu makan, serta mudah merasa lelah. Ia juga mengeluhkan sesak napas saat beraktivitas ringan dan ditemukan bercak putih di rongga mulutnya. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah CD4 < 200 sel/mm³, yang mengindikasikan bahwa pasien berada dalam tahap AIDS stadium lanjut. Dalam enam bulan terakhir, Tn. A sering mengalami infeksi saluran pernapasan yang berulang. Saat anamnesa, diketahui bahwa pasien memiliki riwayat penggunaan narkoba suntik serta perilaku seksual berisiko tinggi tanpa menggunakan kondom
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas kasus yang Anda berikan. Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Tn. A.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Oportunistik Akut
2. Penurunan Nutrisi
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Infeksi Oportunistik Akut
- SDKI: Risiko Infeksi Oportunistik Akut
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Perawatan HIV/AIDS, Perawatan Infeksi Oportunistik
Penjelasan: Tn. A memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi oportunistik akut, seperti infeksi saluran pernapasan yang berulang, diare, dan munculnya bercak putih di rongga mulut, yang disebabkan oleh penurunan sistem imun akibat HIV/AIDS stadium lanjut.
2. Penurunan Nutrisi
- SDKI: Penurunan Nutrisi
- SLKI: Pemulihan Nutrisi
- SIKI: Pemberian Nutrisi
Penjelasan: Tn. A mengalami penurunan berat badan yang drastis dalam dua bulan terakhir, kehilangan nafsu makan, yang dapat menyebabkan malnutrisi dan penurunan status gizi.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi
Penjelasan: Tn. A mengalami sesak napas saat beraktivitas ringan, menandakan adanya intoleransi aktivitas yang disebabkan oleh kondisi fisik yang melemah akibat HIV/AIDS stadium lanjut.
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar profesi untuk membantu Tn. A dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya. -
Article No. 13128 | 02 Mar 2025
Klinis : Pada tanggal 8 Juli 2024 pukul 16.00 WIB, Ny. R, seorang perempuan berusia 52 tahun, datang ke IGD RSUD Muara Teweh dengan keluhan utama sesak napas yang semakin memburuk dan nyeri dada tengah. Pasien memiliki riwayat gastritis tetapi tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau pembedahan sebelumnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sputum pada jalan napas, frekuensi napas 26 kali per menit dengan retraksi otot dada, serta bunyi ronchi. Pasien mengalami sesak bahkan saat beristirahat, batuk berdahak sejak empat hari yang lalu dengan dahak kental kekuningan yang sulit dikeluarkan. Saturasi oksigen awalnya hanya 76%. Pada pemeriksaan sirkulasi, didapatkan nadi 96 kali per menit dengan tekanan darah 87/53 mmHg, ekstremitas terasa dingin, kulit pucat, berkeringat dingin, dan mukosa bibir kering. Pasien sadar penuh dengan refleks pupil normal dan tidak ditemukan jejas atau perdarahan. Selain sesak napas, pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, nafsu makan menurun, mual, serta muntah satu kali sebelum ke IGD. Pemeriksaan fisik menunjukkan sklera tampak ikterik, bibir kering, dada simetris namun dengan penggunaan otot bantu pernapasan, serta nyeri tekan pada perut bagian tengah atas. Kulit tampak pucat, pembuluh darah vena samar, dan denyut nadi teraba lemah. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya pneumonia berdasarkan rontgen thorax, sementara pemeriksaan EKG menunjukkan sinus ritme, iskemia infero antero septal lateral, dan Left Bundle Branch Block (LBBB). Hasil laboratorium mengindikasikan leukositosis (21.710/mm³), trombositopenia (105.000/mm³), peningkatan SGPT (134 U/L), serta gangguan fungsi ginjal dengan ureum 113 mg/dL dan kreatinin 2,63 mg/dL. Pemeriksaan HbsAg dan Dengue menunjukkan hasil negatif. Berdasarkan temuan tersebut, pasien didiagnosis dengan pneumonia yang kemungkinan disertai gangguan kardiovaskular serta penurunan fungsi ginjal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. R yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana tindakan keperawatan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
3. Penurunan Fungsi Ginjal
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Sekresi berlebih, obstruksi jalan napas, kelemahan otot pernapasan.
- Gejala dan Tanda: Sputum berlebih, ronki, dispnea, takipnea, retraksi otot pernapasan.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular:
- Definisi: Penurunan aliran darah dan oksigen ke jaringan tubuh yang dapat mengancam kesehatan.
- Penyebab: Gangguan fungsi jantung, hipovolemia, vasokonstriksi.
- Gejala dan Tanda: Nadi cepat, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, pucat, berkeringat, nyeri dada.
3. Penurunan Fungsi Ginjal:
- Definisi: Penurunan laju filtrasi glomerulus yang mengakibatkan penumpukan produk sisa metabolisme dalam darah.
- Penyebab: Dehidrasi, gangguan kardiovaskular, infeksi, obstruksi.
- Gejala dan Tanda: Peningkatan ureum, kreatinin, oliguria, edema.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
2. Perfusi Jaringan Kardiovaskular Membaik
3. Fungsi Ginjal Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
- Terapi oksigen, fisioterapi dada, suction, kolaborasi terapi bronkodilator.
2. Manajemen Kardiovaskular
- Pemantauan tanda-tanda vital, cairan intravena, kolaborasi obat-obatan kardiovaskular.
3. Manajemen Gangguan Ginjal
- Pemantauan intake-output, perawatan kateter urin, kolaborasi terapi diuretik.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Kaji dan pantau bersihan jalan napas, pemberian oksigen, fisioterapi dada, suction, nebulizer.
2. Kaji dan pantau tanda-tanda vital, status cairan, kolaborasi pemberian obat-obatan kardiovaskular.
3. Kaji dan pantau intake-output, fungsi ginjal, kolaborasi terapi diuretik. -
Article No. 13129 | 02 Mar 2025
Klinis : Pada tanggal 8 Juli 2024 pukul 16.00 WIB, Ny. R, seorang perempuan berusia 52 tahun, datang ke IGD RSUD Muara Teweh dengan keluhan utama sesak napas yang semakin memburuk dan nyeri dada tengah. Pasien memiliki riwayat gastritis tetapi tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau pembedahan sebelumnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sputum pada jalan napas, frekuensi napas 26 kali per menit dengan retraksi otot dada, serta bunyi ronchi. Pasien mengalami sesak bahkan saat beristirahat, batuk berdahak sejak empat hari yang lalu dengan dahak kental kekuningan yang sulit dikeluarkan. Saturasi oksigen awalnya hanya 76%. Pada pemeriksaan sirkulasi, didapatkan nadi 96 kali per menit dengan tekanan darah 87/53 mmHg, ekstremitas terasa dingin, kulit pucat, berkeringat dingin, dan mukosa bibir kering. Pasien sadar penuh dengan refleks pupil normal dan tidak ditemukan jejas atau perdarahan. Selain sesak napas, pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, nafsu makan menurun, mual, serta muntah satu kali sebelum ke IGD. Pemeriksaan fisik menunjukkan sklera tampak ikterik, bibir kering, dada simetris namun dengan penggunaan otot bantu pernapasan, serta nyeri tekan pada perut bagian tengah atas. Kulit tampak pucat, pembuluh darah vena samar, dan denyut nadi teraba lemah. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya pneumonia berdasarkan rontgen thorax, sementara pemeriksaan EKG menunjukkan sinus ritme, iskemia infero antero septal lateral, dan Left Bundle Branch Block (LBBB). Hasil laboratorium mengindikasikan leukositosis (21.710/mm³), trombositopenia (105.000/mm³), peningkatan SGPT (134 U/L), serta gangguan fungsi ginjal dengan ureum 113 mg/dL dan kreatinin 2,63 mg/dL. Pemeriksaan HbsAg dan Dengue menunjukkan hasil negatif. Berdasarkan temuan tersebut, pasien didiagnosis dengan pneumonia yang kemungkinan disertai gangguan kardiovaskular serta penurunan fungsi ginjal.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan akumulasi sekret, ketidakmampuan batuk efektif, dan retraksi otot bantu pernapasan.
- Ditandai dengan adanya sputum pada jalan napas, frekuensi napas 26 kpm dengan retraksi otot dada, dan bunyi ronchi.
2. Pola Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan peningkatan aktivitas metabolik, kelelahan, dan penyakit paru.
- Ditandai dengan sesak napas bahkan saat beristirahat, frekuensi napas 26 kpm, dan saturasi oksigen awal 76%.
3. Gangguan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
- Berhubungan dengan penurunan kardiak output, iskemia, dan gangguan fungsi ginjal.
- Ditandai dengan nadi 96 kpm, tekanan darah 87/53 mmHg, ekstremitas terasa dingin, kulit pucat, berkeringat dingin, dan mukosa bibir kering.
4. Nyeri Akut
- Berhubungan dengan inflamasi pada saluran cerna dan dada.
- Ditandai dengan keluhan nyeri ulu hati dan nyeri tekan pada perut bagian tengah atas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Pasien dapat batuk efektif dan mengeluarkan sekret dengan mudah.
- Pasien tidak mengalami napas cuping hidung atau retraksi otot pernapasan.
- Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Pola Napas Efektif:
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang efektif.
- Pasien tidak mengalami sesak napas saat beristirahat.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami peningkatan sesak napas.
3. Perfusi Jaringan Kardiovaskular Membaik:
- Pasien memiliki nadi perifer yang teraba kuat dan simetris.
- Pasien memiliki tekanan darah dalam batas normal.
- Pasien tidak mengalami tanda-tanda hipoperfusi (ekstremitas dingin, kulit pucat, berkeringat dingin).
4. Nyeri Terkontrol:
- Pasien dapat mengontrol nyeri dengan menggunakan teknik nonfarmakologis.
- Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri.
- Pasien dapat beristirahat dan melakukan aktivitas dengan nyaman.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Observasi tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.
- Auskultasi suara napas dan identifikasi pola pernapasan.
- Lakukan fisioterapi dada dan batuk efektif.
- Berikan mukolitik dan bronkodilator sesuai instruksi medis.
- Lakukan suction jika diperlukan.
2. Pola Napas Tidak Efektif:
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Ajarkan teknik relaksasi dan latihan pernapasan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian bronkodilator dan diuretik.
3. Gangguan Perfusi Jaringan Kardiovaskular:
- Pantau tanda-tanda vital, intake-output, dan status sirkulasi.
- Berikan cairan intravena dan vasopressor sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyakit jantung dan ginjal.
- Berikan posisi semifowler untuk memfasilitasi perfusi.
4. Nyeri Akut:
- Kaji karakteristik, lokasi, durasi, dan intensitas nyeri.
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyakit gastritis.
Penjelasan yang diberikan di atas merupakan rincian dan detail yang komprehensif terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Diharapkan penjelasan ini dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi Ny. R. -
Article No. 13130 | 02 Mar 2025
Klinis : Pada tanggal 8 Juli 2024 pukul 16.00 WIB, Ny. R, seorang perempuan berusia 52 tahun, datang ke IGD RSUD Muara Teweh dengan keluhan utama sesak napas yang semakin memburuk dan nyeri dada tengah. Pasien memiliki riwayat gastritis tetapi tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau pembedahan sebelumnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sputum pada jalan napas, frekuensi napas 26 kali per menit dengan retraksi otot dada, serta bunyi ronchi. Pasien mengalami sesak bahkan saat beristirahat, batuk berdahak sejak empat hari yang lalu dengan dahak kental kekuningan yang sulit dikeluarkan. Saturasi oksigen awalnya hanya 76%. Pada pemeriksaan sirkulasi, didapatkan nadi 96 kali per menit dengan tekanan darah 87/53 mmHg, ekstremitas terasa dingin, kulit pucat, berkeringat dingin, dan mukosa bibir kering. Pasien sadar penuh dengan refleks pupil normal dan tidak ditemukan jejas atau perdarahan. Selain sesak napas, pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, nafsu makan menurun, mual, serta muntah satu kali sebelum ke IGD. Pemeriksaan fisik menunjukkan sklera tampak ikterik, bibir kering, dada simetris namun dengan penggunaan otot bantu pernapasan, serta nyeri tekan pada perut bagian tengah atas. Kulit tampak pucat, pembuluh darah vena samar, dan denyut nadi teraba lemah. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya pneumonia berdasarkan rontgen thorax, sementara pemeriksaan EKG menunjukkan sinus ritme, iskemia infero antero septal lateral, dan Left Bundle Branch Block (LBBB). Hasil laboratorium mengindikasikan leukositosis (21.710/mm³), trombositopenia (105.000/mm³), peningkatan SGPT (134 U/L), serta gangguan fungsi ginjal dengan ureum 113 mg/dL dan kreatinin 2,63 mg/dL. Pemeriksaan HbsAg dan Dengue menunjukkan hasil negatif. Berdasarkan temuan tersebut, pasien didiagnosis dengan pneumonia yang kemungkinan disertai gangguan kardiovaskular serta penurunan fungsi ginjal.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Karakteristik Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Paru
Karakteristik Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi jaringan paru yang adekuat.
3. Intoleransi Aktivitas
Karakteristik Definisi: Ketidakmampuan untuk menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan energi.
4. Nyeri Akut
Karakteristik Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
5. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Karakteristik Definisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Karakteristik: Frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, dan tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang adekuat tanpa kesulitan.
2. Perfusi Jaringan Paru Membaik
- Karakteristik: Oksigenasi jaringan paru yang adekuat, tidak ada sputum pada jalan napas, dan saturasi oksigen dalam rentang normal.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan peningkatan saturasi oksigen dan tidak ada tanda-tanda hipoksemia.
3. Toleransi Aktivitas Membaik
- Karakteristik: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa sesak napas atau gejala yang berkaitan dengan intoleransi aktivitas.
4. Nyeri Terkontrol
- Karakteristik: Pasien dapat mengontrol rasa nyeri dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat mengelola rasa nyeri yang dirasakan dan dapat beraktivitas dengan nyaman.
5. Status Nutrisi Membaik
- Karakteristik: Asupan nutrisi memenuhi kebutuhan tubuh, tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan, tidak ada mual atau muntah, dan terjadi peningkatan berat badan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Manajemen Ventilasi
2. Gangguan Perfusi Jaringan Paru:
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Manajemen Cairan
3. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Aktivitas
- Manajemen Energi
- Peningkatan Mobilitas
4. Nyeri Akut:
- Manajemen Nyeri
- Terapi Analgesik
- Pengurangan Stres
5. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Manajemen Nutrisi
- Terapi Nutrisi
- Peningkatan Masukan Oral
Penjelasan rinci untuk setiap intervensi keperawatan:
1. Manajemen Jalan Napas:
- Identifikasi dan atasi penyebab obstruksi jalan napas
- Berikan suction untuk mengeluarkan sekret/sputum
- Lakukan postural drainage dan perkusi dada untuk membantu pengeluaran sekret
2. Terapi Oksigen:
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk meningkatkan saturasi oksigen
- Monitor tanda-tanda pernapasan dan status oksigenasi
3. Manajemen Ventilasi:
- Pantau parameter ventilasi (frekuensi napas, kedalaman napas, dll.)
- Pertahankan pola napas yang efektif dengan berbagai teknik
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian ventilasi mekanik jika diperlukan
4. Manajemen Cairan:
- Pantau intake dan output cairan pasien
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Pertahankan status hidrasi yang adekuat
5. Manajemen Aktivitas:
- Nilai tingkat aktivitas dan toleransi pasien
- Berikan aktivitas bertahap sesuai kemampuan pasien
- Ajarkan teknik konservasi energi dalam beraktivitas
6. Manajemen Energi:
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi energi pasien
- Bantu pasien mengatur jadwal aktivitas dan istirahat
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk meningkatkan asupan nutrisi
7. Peningkatan Mobilitas:
- Lakukan mobilisasi dini sesuai toleransi pasien
- Berikan bantuan alat bantu mobilisasi jika diperlukan
- Libatkan keluarga dalam program mobilisasi pasien
8. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri yang dialami pasien
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri mandiri
9. Terapi Analgesik:
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Monitor efektivitas dan efek samping terapi analgesik
- Modifikasi terapi analgesik sesuai respons pasien
10. Pengurangan Stres:
- Identifikasi sumber stres pasien dan bantu pengelolaannya
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang dibutuhkan
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi stres
11. Manajemen Nutrisi:
- Nilai status nutrisi pasien dan kebutuhan nutrisinya
- Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk perencanaan nutrisi yang adekuat
12. Terapi Nutrisi:
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi nutrisi yang sesuai
- Monitor toleransi dan efek samping pemberian nutrisi
- Modifikasi terapi nutrisi berdasarkan respons pasien
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu perbaikan pola napas, perfusi jaringan paru, toleransi aktivitas, pengelolaan nyeri, serta perbaikan status nutrisi. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi pemulihan kondisi pasien secara keseluruhan. -
Article No. 13131 | 02 Mar 2025
Klinis : Pada tanggal 8 Juli 2024 pukul 16.00 WIB, Ny. R, seorang perempuan berusia 52 tahun, datang ke IGD RSUD Muara Teweh dengan keluhan utama sesak napas yang semakin memburuk dan nyeri dada tengah. Pasien memiliki riwayat gastritis tetapi tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau pembedahan sebelumnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sputum pada jalan napas, frekuensi napas 26 kali per menit dengan retraksi otot dada, serta bunyi ronchi. Pasien mengalami sesak bahkan saat beristirahat, batuk berdahak sejak empat hari yang lalu dengan dahak kental kekuningan yang sulit dikeluarkan. Saturasi oksigen awalnya hanya 76%. Pada pemeriksaan sirkulasi, didapatkan nadi 96 kali per menit dengan tekanan darah 87/53 mmHg, ekstremitas terasa dingin, kulit pucat, berkeringat dingin, dan mukosa bibir kering. Pasien sadar penuh dengan refleks pupil normal dan tidak ditemukan jejas atau perdarahan. Selain sesak napas, pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, nafsu makan menurun, mual, serta muntah satu kali sebelum ke IGD. Pemeriksaan fisik menunjukkan sklera tampak ikterik, bibir kering, dada simetris namun dengan penggunaan otot bantu pernapasan, serta nyeri tekan pada perut bagian tengah atas. Kulit tampak pucat, pembuluh darah vena samar, dan denyut nadi teraba lemah. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya pneumonia berdasarkan rontgen thorax, sementara pemeriksaan EKG menunjukkan sinus ritme, iskemia infero antero septal lateral, dan Left Bundle Branch Block (LBBB). Hasil laboratorium mengindikasikan leukositosis (21.710/mm³), trombositopenia (105.000/mm³), peningkatan SGPT (134 U/L), serta gangguan fungsi ginjal dengan ureum 113 mg/dL dan kreatinin 2,63 mg/dL. Pemeriksaan HbsAg dan Dengue menunjukkan hasil negatif. Berdasarkan temuan tersebut, pasien didiagnosis dengan pneumonia yang kemungkinan disertai gangguan kardiovaskular serta penurunan fungsi ginjal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai untuk kondisi Ny. R:
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau halangan dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bersih dari sekret.
- SIKI: Intervensi yang dapat diberikan meliputi manajemen jalan napas, manajemen ventilasi mekanis, dan fisioterapi dada.
2. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
- SDKI: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat.
- SIKI: Intervensi yang dapat diberikan meliputi manajemen sirkulasi, manajemen tekanan darah, dan manajemen kardiovaskular.
3. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Pasien dapat melaporkan nyeri terkendali.
- SIKI: Intervensi yang dapat diberikan meliputi manajemen nyeri, terapi farmakologis, dan terapi nonfarmakologis.
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Perfusi Jaringan
- SDKI: Pengurangan aliran darah ke satu atau lebih jaringan tubuh.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
- SIKI: Intervensi yang dapat diberikan meliputi manajemen sirkulasi, manajemen tekanan darah, dan manajemen cairan.
Diagnosa keperawatan tersebut didasarkan pada tanda dan gejala yang dialami pasien, seperti sesak napas, ronchi pada auskultasi paru, penurunan saturasi oksigen, tanda-tanda syok (nadi lemah, ekstremitas dingin, pucat, hipotensi), dan gangguan fungsi hati dan ginjal. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan berfokus pada manajemen jalan napas, kardiovaskular, nyeri, dan perfusi jaringan untuk memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 13132 | 02 Mar 2025
Klinis : Pada tanggal 8 Juli 2024 pukul 16.00 WIB, Ny. R, seorang perempuan berusia 52 tahun, datang ke IGD RSUD Muara Teweh dengan keluhan utama sesak napas yang semakin memburuk dan nyeri dada tengah. Pasien memiliki riwayat gastritis tetapi tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau pembedahan sebelumnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sputum pada jalan napas, frekuensi napas 26 kali per menit dengan retraksi otot dada, serta bunyi ronchi. Pasien mengalami sesak bahkan saat beristirahat, batuk berdahak sejak empat hari yang lalu dengan dahak kental kekuningan yang sulit dikeluarkan. Saturasi oksigen awalnya hanya 76%. Pada pemeriksaan sirkulasi, didapatkan nadi 96 kali per menit dengan tekanan darah 87/53 mmHg, ekstremitas terasa dingin, kulit pucat, berkeringat dingin, dan mukosa bibir kering. Pasien sadar penuh dengan refleks pupil normal dan tidak ditemukan jejas atau perdarahan. Selain sesak napas, pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, nafsu makan menurun, mual, serta muntah satu kali sebelum ke IGD. Pemeriksaan fisik menunjukkan sklera tampak ikterik, bibir kering, dada simetris namun dengan penggunaan otot bantu pernapasan, serta nyeri tekan pada perut bagian tengah atas. Kulit tampak pucat, pembuluh darah vena samar, dan denyut nadi teraba lemah. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya pneumonia berdasarkan rontgen thorax, sementara pemeriksaan EKG menunjukkan sinus ritme, iskemia infero antero septal lateral, dan Left Bundle Branch Block (LBBB). Hasil laboratorium mengindikasikan leukositosis (21.710/mm³), trombositopenia (105.000/mm³), peningkatan SGPT (134 U/L), serta gangguan fungsi ginjal dengan ureum 113 mg/dL dan kreatinin 2,63 mg/dL. Pemeriksaan HbsAg dan Dengue menunjukkan hasil negatif. Berdasarkan temuan tersebut, pasien didiagnosis dengan pneumonia yang kemungkinan disertai gangguan kardiovaskular serta penurunan fungsi ginjal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa Ny. R mengalami kondisi klinis yang kompleks dengan pneumonia, kemungkinan gangguan kardiovaskular, dan penurunan fungsi ginjal. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk menarik napas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Karakteristik Utama: Perubahan frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan, bunyi napas tambahan.
b. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
Karakteristik Utama: Ekstremitas dingin, kulit pucat, takikardi, hipotensi.
c. Gangguan Eliminasi Urin
Definisi: Perubahan pola eliminasi urin yang menyebabkan gangguan kesehatan.
Karakteristik Utama: Perubahan frekuensi, volume, dan karakteristik urin.
2. Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Manajemen Jalan Napas
b. Manajemen Oksigenasi
c. Manajemen Perfusi
d. Manajemen Cairan
e. Manajemen Obat-obatan
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Pemantauan Respirasi
b. Manajemen Oksigen
c. Manajemen Cairan
d. Manajemen Syok
e. Terapi Obat
Penjelasan singkat:
Ny. R mengalami kondisi klinis yang kompleks dengan pneumonia, kemungkinan gangguan kardiovaskular, dan penurunan fungsi ginjal. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan mencakup pola napas tidak efektif, perfusi jaringan tidak efektif, dan gangguan eliminasi urin. Rencana asuhan keperawatan dan intervensi yang diperlukan akan fokus pada manajemen jalan napas, oksigenasi, perfusi, cairan, dan pemberian obat-obatan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh pasien. -
Article No. 13133 | 02 Mar 2025
Klinis : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka Tingkat Ansietas [L.09093] menurun, dengan kriteria hasil: Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun (5) Perilaku gelisah menurun (5) Pola tidur membaik (5) Frekuensi nadi membaik (5)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah penjelasan rinci untuk setiap poin yang diminta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang diuraikan adalah "Ansietas [L.09093]". Ansietas adalah respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak jelas dan menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran (Outcome) yang diharapkan setelah implementasi Asuhan Keperawatan adalah "Tingkat Ansietas Menurun [L.09094]". Kriteria hasil yang diharapkan adalah:
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun (skor 5)
2. Perilaku gelisah menurun (skor 5)
3. Pola tidur membaik (skor 5)
4. Frekuensi nadi membaik (skor 5)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (Outcome) tersebut adalah:
1. Manajemen Ansietas [I.13006]
- Identifikasi faktor-faktor penyebab dan pencetus ansietas
- Berikan informasi tentang ansietas dan cara mengatasi
- Ajarkan teknik relaksasi (misalnya napas dalam, visualisasi, musik terapi)
- Bantu klien mengembangkan strategi koping yang efektif
- Berikan dukungan emosional dan penguat positif
2. Peningkatan Tidur [I.15021]
- Identifikasi pola tidur klien saat ini
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
- Modifikasi lingkungan yang dapat mendukung tidur (suhu, cahaya, suara)
- Atur jadwal tidur dan bangun yang konsisten
- Berikan obat tidur jika diperlukan, dengan monitoring yang ketat
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan "Ansietas" dipilih karena sesuai dengan kondisi yang diuraikan, yaitu adanya perasaan khawatir, gelisah, dan perubahan fisiologis (frekuensi nadi) pada klien. Luaran yang diharapkan adalah "Tingkat Ansietas Menurun", dengan kriteria hasil yang menunjukkan perbaikan pada gejala ansietas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Ansietas dan Peningkatan Tidur. Manajemen Ansietas bertujuan untuk membantu klien mengidentifikasi faktor penyebab, mengembangkan strategi koping, dan menerapkan teknik relaksasi untuk mengurangi gejala ansietas. Peningkatan Tidur bertujuan untuk memfasilitasi pola tidur yang lebih baik, yang merupakan salah satu indikator perbaikan kondisi klien.
Penerapan Asuhan Keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien diharapkan dapat membantu menurunkan tingkat ansietas klien sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan.