Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13103 | 02 Mar 2025
Klinis : Pasien datang ke igd jam 21.36 dengan keluhan demam tinggi sudah 1 hari sebelum masuk rumah sakit dengan suhu 40⁰C Td: 119/74 mmHg, nadi : 146 x/menit, RR: 20x/menit, spo2 : 99% akral teraba hangat, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, pasien tidak ada mual dsn tidak ada muntah, dan pasien sudah di berikan paracetamol infus oleh dokter
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.21
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam tinggi selama 1 hari sebelum masuk rumah sakit dengan suhu 40°C. Hal ini sesuai dengan kode ICD-10 R50.9 untuk "Demam, tidak spesifik". Kode ini digunakan untuk kondisi demam yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori lain, seperti demam akibat infeksi, demam karena penyakit tertentu, atau demam lainnya.
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien telah diberikan paracetamol infus oleh dokter. Pemberian cairan intravena ini sesuai dengan kode ICD-9-CM 99.21, yang menggambarkan prosedur pemberian cairan intravena. Prosedur ini dilakukan untuk membantu mengatasi dehidrasi dan menyediakan dukungan cairan bagi pasien dengan demam tinggi. -
Article No. 13105 | 02 Mar 2025
Klinis : Seorang pria bernama Bapak R, usia 35 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan utama nyeri dada yang sangat parah. Ia menggambarkan nyeri seperti ditindih beban berat, menjalar ke lengan kiri, dan disertai sesak napas. Bapak R mengatakan bahwa ia takut akan serangan jantung.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Bapak R.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung iskemik, ditandai dengan nyeri dada yang sangat parah seperti ditindih beban berat, menjalar ke lengan kiri, dan disertai sesak napas.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri dan dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan.
SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemberian analgesik, terapi oksigen, teknik relaksasi, dan edukasi terkait manajemen nyeri.
2. Kecemasan berhubungan dengan ancaman serangan jantung, ditandai dengan pernyataan pasien yang merasa takut akan serangan jantung.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan non spesifik.
SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien akan melaporkan penurunan tingkat kecemasan dan dapat mengatasi kecemasan yang dirasakan.
SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemberian terapi relaksasi, konseling, dan edukasi terkait manajemen kecemasan.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, kami dapat mengidentifikasi masalah kesehatan Bapak R dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi nyeri dada dan kecemasan yang dialaminya. -
Article No. 13106 | 02 Mar 2025
Klinis : pasien A datang ke UGD dengan keluhan batuk disertai dengan dahak buatkan diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien A:
Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
Penyebab Potensial:
1. Produksi sekret berlebih
2. Muskulus pernapasan yang lemah
3. Hambatan mekanis pada jalan napas
Gejala dan Tanda Mayor:
1. Batuk tidak efektif
2. Suara napas tambahan
3. Sputum berlebih
Gejala dan Tanda Minor:
1. Dispnea
2. Sianosis
3. Napas cuping hidung
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran Utama:
Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan napas.
Indikator:
1. Batuk efektif
2. Tidak ada suara napas tambahan
3. Jumlah sekret berkurang
Luaran Tambahan:
Ventilasi
Definisi: Kemampuan untuk melakukan pertukaran gas di paru-paru.
Indikator:
1. Frekuensi napas dalam rentang normal
2. Irama napas teratur
3. Tidak ada tanda-tanda kegagalan napas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Identifikasi faktor penyebab bersihan jalan napas tidak efektif
- Bantu pasien batuk dan bernapas dalam
- Lakukan suction pada jalan napas jika diperlukan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
2. Manajemen Sekret
- Nilai jumlah, konsistensi, dan warna sputum
- Berikan terapi nebulizer atau inhalasi
- Dorong pasien untuk melakukan batuk efektif dan senam dada
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi penyebab nyeri pada dada atau perut akibat batuk
- Berikan analgesik sesuai resep
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri
4. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab, tanda, dan gejala bersihan jalan napas tidak efektif
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam dada
- Dorong pasien untuk menjaga hidrasi dan mengonsumsi makanan bergizi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena pasien A datang dengan keluhan batuk disertai dahak, yang menunjukkan adanya masalah pada bersihan jalan napas. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan patensi jalan napas, dengan indikator seperti batuk efektif, tidak ada suara napas tambahan, dan jumlah sekret yang berkurang. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen jalan napas, manajemen sekret, manajemen nyeri, dan edukasi kesehatan untuk membantu pasien mencapai tujuan luaran yang diharapkan. -
Article No. 13107 | 02 Mar 2025
Klinis : Tn. S, pasien pria dengan riwayat Diabetes Melitus selama 3 tahun yang menggunakan insulin Novomix dua kali sehari, datang ke IGD RSUD Ir. Soekarno, Kab. Sukoharjo, pada 21 November 2022 pukul 16.00 dengan keluhan utama lemas dan sesak napas sejak pagi hari sebelum SMRS. Sesak napas berlangsung terus-menerus, memberat saat beraktivitas, dan sedikit membaik saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan dada "ampeg" dan mengalami muntah sebanyak tiga kali dalam satu hari dengan volume sekitar 200 ml berisi makanan dan air. Tidak ditemukan keluhan nyeri dada, pusing, demam, keringat dingin, atau nyeri perut. Pasien melaporkan frekuensi buang air kecil yang sering dengan BAB dalam batas normal, serta sering merasa haus dan mengalami penurunan berat badan selama setahun terakhir. Pada pemeriksaan, keadaan umum pasien menunjukkan kelemahan dan apatis (GCS E3V4M5) dengan tekanan darah 126/64 mmHg, nadi 128x/menit, dan laju pernapasan 32x/menit dengan pola napas cepat dan dalam (Kussmaul). Suhu tubuh tercatat 36.8°C, dengan SpO₂ 91% pada udara bebas yang meningkat menjadi 99% dengan O₂ nasal kanul 3 LPM. Berat badan pasien adalah 50 kg dengan tinggi 150 cm (BMI 19,53 kg/m²). Berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan, pasien didiagnosis dengan observasi dyspneu dan hiperglikemia dengan kecurigaan ketoasidosis diabetikum (KAD). Terapi awal yang diberikan meliputi infus NaCl 0.9% (loading 500cc dilanjutkan 20 tetes/menit), injeksi ranitidin 50 mg tiap 12 jam, pemberian insulin (Novorapid® dengan dosis 25-25-15 unit), dan injeksi antibiotik Vicillin sx 1.5 gr tiap 12 jam. Selanjutnya, pasien dilaporkan ke dokter spesialis penyakit dalam dan terapi disesuaikan dengan pemberian infus NaCl 0.9% 1000cc, Novorapid® 20 unit, serta drip insulin 50 unit dicampur dalam 50cc aquabidest melalui syringe pump (2cc/jam selama 4 jam) dengan instruksi untuk melakukan cek kadar gula darah dan elektrolit.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus Tn. S ini.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan hiperglikemia terkait diabetes melitus.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketonemia terkait ketoasidosis diabetikum.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan mual terkait hiperglikemia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
- Asupan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh.
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
2. Status Pernapasan:
- Pola napas menjadi normal.
- Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
- Kadar oksigen darah (SpO2) dalam batas normal.
3. Toleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- Tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Keseimbangan Nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien (asupan, berat badan, dll).
- Pantau tanda-tanda malnutrisi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet sesuai kebutuhan.
- Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
2. Status Pernapasan:
- Kaji pola, frekuensi, dan kedalaman napas pasien.
- Pantau tanda-tanda distress pernapasan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan kondisi pernapasan.
3. Toleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas dan kemampuan pasien.
- Bantu pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi.
- Berikan perawatan yang mendukung pemulihan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya aktivitas yang teratur.
- Kolaborasi dengan tim terapi okupasi untuk perencanaan aktivitas yang sesuai.
Penjelasan ini mencakup diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kasus Tn. S dengan komplikasi diabetes melitus dan ketoasidosis diabetikum. Harapannya, intervensi keperawatan yang komprehensif dapat membantu pasien mencapai kondisi yang stabil dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 13108 | 02 Mar 2025
Klinis : Tn. S, pasien pria dengan riwayat Diabetes Melitus selama 3 tahun yang menggunakan insulin Novomix dua kali sehari, datang ke IGD RSUD Ir. Soekarno, Kab. Sukoharjo, pada 21 November 2022 pukul 16.00 dengan keluhan utama lemas dan sesak napas sejak pagi hari sebelum SMRS. Sesak napas berlangsung terus-menerus, memberat saat beraktivitas, dan sedikit membaik saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan dada "ampeg" dan mengalami muntah sebanyak tiga kali dalam satu hari dengan volume sekitar 200 ml berisi makanan dan air. Tidak ditemukan keluhan nyeri dada, pusing, demam, keringat dingin, atau nyeri perut. Pasien melaporkan frekuensi buang air kecil yang sering dengan BAB dalam batas normal, serta sering merasa haus dan mengalami penurunan berat badan selama setahun terakhir. Pada pemeriksaan, keadaan umum pasien menunjukkan kelemahan dan apatis (GCS E3V4M5) dengan tekanan darah 126/64 mmHg, nadi 128x/menit, dan laju pernapasan 32x/menit dengan pola napas cepat dan dalam (Kussmaul). Suhu tubuh tercatat 36.8°C, dengan SpO₂ 91% pada udara bebas yang meningkat menjadi 99% dengan O₂ nasal kanul 3 LPM. Berat badan pasien adalah 50 kg dengan tinggi 150 cm (BMI 19,53 kg/m²). Berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan, pasien didiagnosis dengan observasi dyspneu dan hiperglikemia dengan kecurigaan ketoasidosis diabetikum (KAD).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) untuk kasus Tn. S.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan sesak napas, pola napas cepat dan dalam (Kussmaul), dan SpO2 91% pada udara bebas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan keluhan lemas, penurunan berat badan selama setahun terakhir, dan BMI 19,53 kg/m² (kurus).
3. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah ditandai dengan riwayat DM selama 3 tahun, keluhan poliuria, polidipsia, dan penurunan berat badan, serta kecurigaan ketoasidosis diabetikum (KAD).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada suara napas tambahan
d. Tidak ada sesak napas
2. Keseimbangan Nutrisi: Adekuat
Kriteria hasil:
a. Berat badan dalam rentang normal
b. Tidak ada keluhan rasa lemas
c. Tidak ada penurunan berat badan
3. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
Kriteria hasil:
a. Kadar glukosa darah dalam rentang normal
b. Tidak ada tanda-tanda ketoasidosis diabetikum
c. Tidak ada keluhan poliuria, polidipsia, dan penurunan berat badan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, suara tambahan)
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Fasilitasi batuk efektif dan berikan suction jika perlu
d. Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik, dan kortikosteroid
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
a. Kaji status nutrisi (berat badan, nafsu makan, pola makan)
b. Timbang berat badan secara rutin
c. Kolaborasi pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
d. Edukasi tentang pentingnya nutrisi yang seimbang
3. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
a. Monitor kadar glukosa darah secara rutin
b. Kolaborasi pemberian insulin sesuai kebutuhan
c. Edukasi tentang manajemen diabetes melitus
d. Pantau tanda-tanda ketoasidosis diabetikum
Dalam pemberian asuhan keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai, menetapkan luaran/output yang diharapkan, dan menyusun intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai tujuan keperawatan. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga diperlukan untuk mendapatkan hasil perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 13109 | 02 Mar 2025
Klinis : askep Seorang pasien berusia 55 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam mengeluh badannya terasa berat, sesak napas jika berjalan walapun sebentar. Klien belum mengetahui penyebab penyakitnya dan perawatannya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.9
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik, tidak terperinci
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), yaitu sesak napas saat beraktivitas. PPOK adalah kondisi kronis yang ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel, biasanya progresif, dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas berbahaya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.37
- Deskripsi: Pemeriksaan fungsi paru, tanpa tes provokasi
Penjelasan:
Untuk menegakkan diagnosis PPOK dan menentukan derajat keparahannya, pasien akan memerlukan pemeriksaan fungsi paru, seperti spirometri. Pemeriksaan ini akan memberikan informasi tentang kapasitas dan volume paru-paru, serta aliran udara, yang dapat membantu dalam penatalaksanaan pasien.
Selain itu, pemeriksaan penunjang lain yang mungkin dibutuhkan adalah:
- Rontgen dada, untuk melihat perubahan struktural pada paru
- Tes laboratorium, untuk mengidentifikasi faktor risiko atau penyebab lain (misalnya, infeksi)
- Pengkajian gejala, riwayat kesehatan, dan faktor risiko pasien
Penatalaksanaan pasien ini kemudian akan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan tingkat keparahan PPOK yang ditemukan. -
Article No. 13110 | 02 Mar 2025
Klinis : askep Seorang pasien berusia 55 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam mengeluh badannya terasa berat, sesak napas jika berjalan walapun sebentar. Klien belum mengetahui penyebab penyakitnya dan perawatannya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
- Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas hidup sehari-hari akibat keterbatasan fisik, psikologis, atau lingkungan.
- Gejala yang dialami oleh pasien, yaitu merasa berat badan dan sesak napas saat berjalan, menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas hidup sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
- Karakteristik Definisi: Adanya keluhan kelelahan, sesak napas, atau nyeri saat melakukan aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan.
- Indikator: Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa didahului keluhan, mempertahankan ukuran perubahan tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan:
1. Manajemen energi: mengatur jadwal aktivitas dan istirahat, mengajarkan teknik konservasi energi.
2. Manajemen jalan napas: mengatur posisi tubuh untuk memaksimalkan fungsi pernapasan.
3. Edukasi kesehatan: memberikan informasi tentang penyebab dan pengelolaan intoleransi aktivitas. -
Article No. 13111 | 02 Mar 2025
Klinis : pasien a datang ke UGD dengan keluhan batuk berdahak dengan hasil pemeriksaan Td : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 36 derajat, Rr: 20 x / menit tentukan diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi yang diberikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan pasien yaitu batuk berdahak dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yang menunjukkan Td: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36 derajat, Rr: 20x/menit, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya batuk produktif, peningkatan sekresi, dan perubahan frekuensi napas. Kondisi ini mengindikasikan adanya hambatan pada bersihan jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Tujuan: Pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
Kriteria hasil:
a. Jalan napas paten
b. Tidak ada suara napas tambahan
c. Frekuensi napas dalam rentang normal
d. Warna kulit dan membran mukosa normal
e. Tidak ada retraksi otot-otot bantu napas
f. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Lakukan pemeriksaan fisik untuk menilai status pernapasan pasien
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi oksigen
c. Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika diperlukan
d. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
e. Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai instruksi dokter
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif diidentifikasi berdasarkan keluhan utama pasien yaitu batuk berdahak. Kondisi ini menunjukkan adanya hambatan pada bersihan jalan napas. Tujuan asuhan keperawatan adalah agar pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan meliputi manajemen jalan napas, seperti pemeriksaan fisik, pemberian oksigen, suction, edukasi teknik batuk efektif, serta kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut. -
Article No. 13112 | 02 Mar 2025
Klinis : Pasien f datang ke UGD dengan keluhan diar e cair lebih dari 3x, demam dan mual pemeriksaan td: 110/70 mmHg, N : 88 x/ menit, s : 36, 3 deejay celcius, Rr : 20 x/ menit tentukan diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan dan data pemeriksaan pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Diare akut" (00013). Diare akut didefinisikan sebagai perubahan frekuensi, konsistensi, dan volume feses yang tidak normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Karakteristik mayor yang tampak pada pasien ini adalah frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali per hari, konsistensi feses cair, disertai gejala sistemik seperti demam dan mual.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan (0601)
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, mukosa lembab
- Target: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, turgor kulit baik, dan mukosa lembab dalam waktu 1-2 hari.
2. Kontrol gejala (1305)
- Indikator: Frekuensi buang air besar menurun, tidak ada mual/muntah, suhu tubuh normal
- Target: Pasien menunjukkan penurunan frekuensi buang air besar, tidak ada mual/muntah, dan suhu tubuh normal dalam waktu 2-3 hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen diare (4420)
- Identifikasi penyebab diare
- Pantau tanda-tanda vital, intake dan output cairan
- Berikan cairan rehidrasi oral atau intravena sesuai kebutuhan
- Berikan antiemetik jika diperlukan untuk mengatasi mual/muntah
- Anjurkan diet rendah serat dan mudah dicerna
2. Manajemen demam (3740)
- Pantau suhu tubuh secara teratur
- Berikan kompres hangat atau dingin sesuai suhu tubuh
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
3. Pemantauan cairan (4120)
- Pantau intake dan output cairan
- Periksa tanda-tanda dehidrasi
- Berikan cairan rehidrasi sesuai kebutuhan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Diare akut" dipilih karena pasien memenuhi kriteria mayor dari diare akut, yaitu frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali per hari dengan konsistensi cair, disertai gejala sistemik seperti demam dan mual.
Luaran yang diharapkan adalah keseimbangan cairan dan kontrol gejala. Keseimbangan cairan penting untuk mencegah dehidrasi, sedangkan kontrol gejala bertujuan untuk mengatasi diare, demam, dan mual/muntah.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen diare, manajemen demam, dan pemantauan cairan. Tujuannya adalah untuk mengatasi penyebab diare, menurunkan demam, dan mempertahankan keseimbangan cairan. Pemberian cairan rehidrasi, antiemetik, dan antipiretik serta anjuran diet dan istirahat cukup merupakan bagian penting dari intervensi tersebut.
Harapannya, dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, turgor kulit baik, mukosa lembab, penurunan frekuensi buang air besar, tidak ada mual/muntah, dan suhu tubuh normal dalam waktu 2-3 hari. -
Article No. 13113 | 02 Mar 2025
Klinis : Tuar X berusia 52 tahun datang ke unit Gawat Darurat dengan keluhan sesak napas yang semakin memburuk sejak 2 hari terakhir. Pasien mengeluhkan bahwa ia merasa sulit bernapas terutama saat berbaring, sehingga lebih nyaman dalam posisi setengah duduk. la juga merasakan dada terasa berat dan cepat lelah saat aktivitas ringan. Riwayat kesehatan menunjukkan bahwa pasien mengalami obesitas (IMT 34,2 kg/m²). dan memiliki kebiasaan kurang bergerak akibat nyeri Punggung kronis. Pada pemeriksaan Fisik, pasien tampak gelisah dengan pola napas dangkal dan cepat la menggunakan otot bantu napas, dan terlihat berusaha duduk tegak untuk mengurangi rasa sesaknya. Tanda-tanda vital menunjukkan bahua laju pernapasan 24 kali/menit, saturasi 94% soat istirahat, denyut radi 98 kali/menit, dan tekanan darah 138/86 mmHg. Pemeriksaan auskultasi Paru menunjukkan bahwa ada penurunan suara napas di basal paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tuan X adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Karakteristik Definitif:
- Irama napas tidak teratur
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Perubahan frekuensi napas
- Perubahan kedalaman napas
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis untuk menahan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
Karakteristik Definitif:
- Melaporkan kelelahan yang tidak dapat dihilangkan dengan istirahat
- Aktivitas terbatas
- Dispnea saat melakukan aktivitas
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
- Berisi definisi, karakteristik definitif, dan faktor berhubungan untuk masing-masing diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar luaran keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
- Berisi definisi, kriteria hasil, dan indikator hasil untuk masing-masing luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
- Berisi definisi, aktivitas, dan kriteria hasil untuk masing-masing intervensi keperawatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas, serta mempermudah proses pendokumentasian, komunikasi, dan evaluasi hasil asuhan keperawatan.