Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13183 | 03 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan demam:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Hipertermia" (SDKI, 2017). Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal, biasanya disertai dengan respon inflamasi sebagai bentuk respons tubuh terhadap infeksi, cedera, atau kondisi patologis lainnya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien akan mencapai Luaran Keperawatan (SLKI) sebagai berikut:
a. Suhu tubuh kembali normal (SLKI, 2019)
b. Tanda-tanda vital stabil (SLKI, 2019)
c. Pasien mampu mengenali dan melaporkan gejala hipertermia (SLKI, 2019)
d. Pasien mampu melakukan perawatan diri untuk mengatasi hipertermia (SLKI, 2019)
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) pada pasien dengan keluhan demam adalah sebagai berikut:
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (SIKI, 2018)
- Pantau suhu tubuh pasien secara berkala
- Pantau tanda-tanda vital lainnya seperti nadi, pernapasan, dan tekanan darah
b. Manajemen Suhu Tubuh (SIKI, 2018)
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Berikan obat penurun demam sesuai dengan resep dokter
c. Edukasi Kesehatan (SIKI, 2018)
- Ajarkan pasien tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan hipertermia
- Ajarkan pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah infeksi
d. Perawatan Diri (SIKI, 2018)
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mandi dan ganti pakaian
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Hipertermia":
- Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal, yang disebabkan oleh infeksi, cedera, atau kondisi patologis lainnya.
- Tanda dan gejala yang muncul dapat berupa demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, dan malaise.
- Diagnosa ini dipilih karena pasien datang dengan keluhan utama demam, yang merupakan salah satu tanda utama dari hipertermia.
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
a. Suhu tubuh kembali normal:
- Indikator keberhasilan adalah pasien mencapai suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C).
b. Tanda-tanda vital stabil:
- Indikator keberhasilan adalah pasien mencapai tanda-tanda vital (nadi, pernapasan, tekanan darah) dalam rentang normal.
c. Pasien mampu mengenali dan melaporkan gejala hipertermia:
- Indikator keberhasilan adalah pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala hipertermia, serta melaporkan kepada petugas kesehatan.
d. Pasien mampu melakukan perawatan diri untuk mengatasi hipertermia:
- Indikator keberhasilan adalah pasien dapat melakukan tindakan perawatan diri, seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan, untuk membantu mengatasi hipertermia.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital:
- Tujuannya adalah untuk memantau perubahan suhu tubuh dan tanda-tanda vital lainnya, sehingga dapat diketahui efektivitas intervensi yang diberikan.
b. Manajemen Suhu Tubuh:
- Tujuannya adalah untuk menurunkan suhu tubuh pasien melalui tindakan pemberian kompres hangat/dingin dan pemberian obat penurun demam.
c. Edukasi Kesehatan:
- Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien tentang hipertermia, sehingga pasien dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan dirinya.
d. Perawatan Diri:
- Tujuannya adalah untuk membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mandi dan ganti pakaian, serta memfasilitasi istirahat yang cukup, sehingga dapat membantu proses pemulihan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan demam. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika masih ada yang perlu diklarifikasi. -
Article No. 13184 | 03 Mar 2025
Klinis : By. A datang dengan keluhan tidak bisa BAB 3 hari sejak dilahirkan. Pasien lahir spontan dibantu dokter obsgyn. Saat hamil ibu pasien rutin kontrol ke bidan dan dokter kandungan, dikatakan ibu terdapat infeksi, namun keluarga tidak mengetahui jenis infeksinya. Setelah lahir, pasien dipulangkan. Setelah dirumah, pasien demam dan perutnya membesar, tidak bisa BAB. Perut menjadi kembung (+), muntah (-), BAK normal. Oleh keluarga, pasien dibawa ke RS, oleh dokter spesialis anak, pasien dikonsulkan ke bagian bedah, diinfus, diinjeksi obat-obatan, dipasang rectal tube, dilakukan spooling, dan dilakukan pemeriksaan colon in loop. Terdapat riwayat keterlambatan keluarnya mekoneum (+) 3 hari setelah lahir. Abdomen Inspeksi: Dinding perut > dining dada, distended (+), Bising usus (-) meningkat, Perkusi: Timpani, Palpasi: Nyeri tekan (-), supel Keadaan umum: menangis kuat, BB 2600 gr, Derajat kesadaran: composmentis Vital sign : Suhu 38,8 celcius, Nadi 150 x/menit RR 45 x/menit Buat Analisa Data, Prioritas diagnose (minimal 3), dan Rencana Tindakan By. A TUGAS: Buat analisa data dan rencana asuhan keperawatnnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang, saya akan membantu Anda dalam membuat analisa data, prioritas diagnosa keperawatan, dan rencana tindakan keperawatan untuk kasus By. A.
Analisa Data:
1. Pasien By. A datang dengan keluhan tidak bisa BAB selama 3 hari sejak dilahirkan.
2. Riwayat kehamilan ibu pasien menunjukkan adanya infeksi, namun jenis infeksinya tidak diketahui.
3. Setelah lahir, pasien mengalami demam dan perut yang membesar, tidak bisa BAB.
4. Pemeriksaan fisik menunjukkan abdomen yang distended, bising usus menurun, dan perkusi timpani.
5. Pasien menunjukkan tanda-tanda keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari setelah lahir.
6. Vital sign pasien menunjukkan suhu 38,8°C, nadi 150 x/menit, dan RR 45 x/menit.
Prioritas Diagnosa Keperawatan:
1. Konstipasi berhubungan dengan keterlambatan keluarnya mekonium
2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
3. Gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan distensi abdomen
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Konstipasi berhubungan dengan keterlambatan keluarnya mekonium
- Lakukan pengkajian terkait pola eliminasi, konsistensi, dan frekuensi BAB
- Berikan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya eliminasi pada bayi baru lahir
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian laksatif atau enema jika diperlukan
- Pantau intake dan output cairan pasien
- Kaji tanda-tanda komplikasi seperti obstruksi usus
2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
- Lakukan pengkajian tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik
- Pantau tanda-tanda infeksi dan sepsis
3. Gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan distensi abdomen
- Lakukan pengkajian kulit perianal dan daerah sekitarnya
- Berikan perawatan kulit perianal yang lembut dan bersih
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian salep atau obat topikal jika diperlukan
- Ajarkan keluarga mengenai perawatan kulit perianal yang tepat
Kesimpulan:
Berdasarkan analisa data dan prioritas diagnosa keperawatan, pasien By. A membutuhkan penanganan yang komprehensif, termasuk manajemen konstipasi, tatalaksana hipertermia, dan perawatan kulit perianal. Kolaborasi yang erat antara perawat dan dokter serta edukasi kepada keluarga menjadi kunci keberhasilan dalam penanganan kasus ini. -
Article No. 13185 | 03 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 61 tahun dirawat di ICU dengan dispnea progresif tiga hari terkait dengan batuk akut, menghasilkan dahak kekuningan dan demam. Pasien membantah gejala konstitusional atau gastrointestinal, nyeri dada, hemoptisis, paparan burung, perjalanan baru-baru ini atau kontak sakit. Untuk riwayat medisnya yang signifikan pada hipertensi, dyslipidemia, diabetes mellitus type 2 dan obesitas. Dan obat-obatan termasuk olmesartan, amlodipine, hydrochlorothiazide, glyburide-metformin, pioglitazone dan simvastatin. Pasien tidak memiliki operasi dan pensiunan perwira militer. Pasien juga membantah merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan minum-minuman alkohol. Pada kasus, pasien mengalami kesulitan bernapas sedang sampai berat, Pasien mengalami demam hingga 37 C, takikardi dengan denyut nadi 123/menit, takipnea dengan laju pernapasan 25/menit dan tekanan darah 154/74 mmHg. Pasien hipoksia dengan saturasi oksigen 80% pada udara sekitar yang meningkat menjadi 96% dengan ventilasi tekanan positif non invasif FIO2 dan 0,7. Pemeriksaan signifikan yaitu untuk penggunaan otot-otot pernapasan aksesori dan radang bibasilar. Pemeriksaan jantung, abdomen, neurologis dan kulit tidak ditemukan. Laboratorium awal menunjukkan leukositosis, cedera ginjal akut, hiponatremia dan rhabdomiolisis. Rontgen dada awal (RCT) dan computed tomography (CT) dari dada menunjukkan infiltrat alveolar lobus kiri bawah luas. Kondisi klinis pasien terus memburuk, pasien membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik pada hari ke 6 untuk server ARDS (PAO2 / FIO2). Piperacillin-tazobactim, vankomisin dan azitromisin dimulai saat masuk, dan levofloxacin ditambahkan pada hari ke 5 ketika hasilnya untuk antigen legionella urine positif. Kultur darah urin dan urin, antibodi mikoplasma dan antigen streptokokus pneumonia adalah negatif. Mengingat keparahan penyakit dan kehadiran DAH, steroid nadi dengan satu-gram methylprednisolone selama tiga hari diikuti oleh prednison 1 mg diberikan. Kondisi pasien terus membaik, tanpa bukti hemoptisis atau penurunan hemoglobin yang parah. Diagnosis akhir dari legionella pneumonia terkait dengan DAH dan ARDS parah dibuat. Pasien dibebaskan untuk ventilator setelah 7 hari, antibiotik diturunkan menjadi levofloxacin sampai selesai 21 hari, steroid dikurangi secara bertahap dan pasien dipulangkan ke rumah setelah tiga minggu dirawat di rumah sakit (Kasif et al., 2017).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan (SDKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Penjelasan: Pasien mengalami dispnea progresif dan kesulitan bernapas sedang sampai berat, yang mengindikasikan adanya gangguan pada bersihan jalan napas.
2. Perfusi Jaringan Terganggu: Paru
- Penjelasan: Pasien mengalami hipoksia dengan saturasi oksigen yang rendah, menandakan adanya gangguan pada perfusi jaringan paru.
3. Resiko Infeksi
- Penjelasan: Pasien mengalami gejala infeksi seperti demam, leukositosis, dan infiltrat alveolar di paru, yang menunjukkan risiko infeksi yang tinggi.
4. Intoleransi Aktivitas
- Penjelasan: Pasien membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik, yang mengindikasikan intoleransi aktivitas akibat keparahan kondisinya.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Bersihan Jalan Napas
2. Peningkatan Perfusi Jaringan
3. Pencegahan Infeksi
4. Peningkatan Toleransi Aktivitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pengelolaan Jalan Napas
2. Terapi Oksigen
3. Manajemen Infeksi
4. Manajemen Aktivitas
Secara umum, pengelolaan pasien ini memerlukan intervensi yang komprehensif, termasuk pemantauan keadaan umum, pemberian oksigen, pengelolaan jalan napas, pemberian antibiotik dan steroid, serta manajemen aktivitas. Kerjasama dengan tim medis lainnya juga penting untuk mengatasi komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 13186 | 03 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 61 tahun dirawat di ICU dengan dispnea progresif tiga hari terkait dengan batuk akut, menghasilkan dahak kekuningan dan demam. Pasien membantah gejala konstitusional atau gastrointestinal, nyeri dada, hemoptisis, paparan burung, perjalanan baru-baru ini atau kontak sakit. Untuk riwayat medisnya yang signifikan pada hipertensi, dyslipidemia, diabetes mellitus type 2 dan obesitas. Dan obat-obatan termasuk olmesartan, amlodipine, hydrochlorothiazide, glyburide-metformin, pioglitazone dan simvastatin. Pasien tidak memiliki operasi dan pensiunan perwira militer. Pasien juga membantah merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan minum-minuman alkohol. Pada kasus, pasien mengalami kesulitan bernapas sedang sampai berat, Pasien mengalami demam hingga 37 C, takikardi dengan denyut nadi 123/menit, takipnea dengan laju pernapasan 25/menit dan tekanan darah 154/74 mmHg. Pasien hipoksia dengan saturasi oksigen 80% pada udara sekitar yang meningkat menjadi 96% dengan ventilasi tekanan positif non invasif FIO2 dan 0,7. Pemeriksaan signifikan yaitu untuk penggunaan otot-otot pernapasan aksesori dan radang bibasilar. Pemeriksaan jantung, abdomen, neurologis dan kulit tidak ditemukan. Laboratorium awal menunjukkan leukositosis, cedera ginjal akut, hiponatremia dan rhabdomiolisis. Rontgen dada awal (RCT) dan computed tomography (CT) dari dada menunjukkan infiltrat alveolar lobus kiri bawah luas. Kondisi klinis pasien terus memburuk, pasien membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik pada hari ke 6 untuk server ARDS (PAO2 / FIO2). Piperacillin-tazobactim, vankomisin dan azitromisin dimulai saat masuk, dan levofloxacin ditambahkan pada hari ke 5 ketika hasilnya untuk antigen legionella urine positif. Kultur darah urin dan urin, antibodi mikoplasma dan antigen streptokokus pneumonia adalah negatif. Mengingat keparahan penyakit dan kehadiran DAH, steroid nadi dengan satu-gram methylprednisolone selama tiga hari diikuti oleh prednison 1 mg diberikan. Kondisi pasien terus membaik, tanpa bukti hemoptisis atau penurunan hemoglobin yang parah. Diagnosis akhir dari legionella pneumonia terkait dengan DAH dan ARDS parah dibuat. Pasien dibebaskan untuk ventilator setelah 7 hari, antibiotik diturunkan menjadi levofloxacin sampai selesai 21 hari, steroid dikurangi secara bertahap dan pasien dipulangkan ke rumah setelah tiga minggu dirawat di rumah sakit (Kasif et al., 2017).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klinis yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor Berhubungan: Akumulasi sekret, kelelahan otot pernapasan, edema, obstruksi jalan napas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dalam jumlah dan pola yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- Faktor Berhubungan: Kelelahan otot pernapasan, edema paru, peningkatan work of breathing.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Berhubungan: Peningkatan kebutuhan metabolik, gangguan fungsi gastrointestinal, disfagia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator: Bebas sputum, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
- Target: Pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif dalam waktu 7 hari.
2. Status Pernapasan
- Indikator: Frekuensi napas dalam batas normal, kedalaman napas adekuat, tidak ada retraksi atau penggunaan otot bantu pernapasan.
- Target: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif dalam waktu 5 hari.
3. Status Nutrisi
- Indikator: Asupan nutrisi sesuai kebutuhan, berat badan stabil, tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Target: Pasien menunjukkan status nutrisi yang adekuat dalam waktu 14 hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitoring jalan napas
- Manajemen jalan napas
- Suction jalan napas
- Perawatan trakeostomi
- Terapi oksigen
2. Pola Napas Tidak Efektif
- Monitoring pernapasan
- Manajemen ventilasi
- Terapi oksigen
- Latihan pernapasan
- Manajemen kelelahan
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Manajemen nutrisi
- Pemberian nutrisi enteral/parenteral
- Monitoring status nutrisi
- Konseling gizi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi berdasarkan kondisi pasien adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Pola Napas Tidak Efektif, dan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif, pola napas yang efektif, dan status nutrisi yang adekuat dalam waktu yang ditentukan. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran mencakup monitoring, manajemen, terapi, latihan, dan kolaborasi untuk mengatasi masalah terkait bersihan jalan napas, pola napas, dan status nutrisi pada pasien. -
Article No. 13187 | 03 Mar 2025
Klinis : kekurangan elektrolit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi kekurangan elektrolit:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan elektrolit, yang didefinisikan sebagai kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan kadar elektrolit (misalnya natrium, kalium, klorida, kalsium) dalam tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan yang tidak adekuat, kehilangan yang berlebihan, atau redistribusi elektrolit yang tidak tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
1. Kadar elektrolit dalam batas normal
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak terjadi komplikasi akibat ketidakseimbangan elektrolit
4. Pasien dapat menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan upaya pencegahannya
5. Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku untuk menjaga keseimbangan elektrolit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Elektrolit
- Pantau kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, kalsium) secara berkala
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau intake dan output cairan
- Pantau tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan kebutuhan cairan dan elektrolit pasien
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, baik melalui oral maupun parenteral
- Pantau respons pasien terhadap terapi cairan dan elektrolit
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan bahaya ketidakseimbangan elektrolit
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang diet yang sesuai untuk menjaga keseimbangan elektrolit
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya memantau asupan dan output cairan
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
- Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan diagnosis dan rencana pengobatan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Lakukan rujukan ke spesialis jika diperlukan
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan keseimbangan elektrolit, perbaikan tanda-tanda vital, serta pencegahan komplikasi. Hal ini akan membantu pasien mencapai kondisi kesehatan yang optimal. -
Article No. 13188 | 03 Mar 2025
Klinis : kekurangan elektrolit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi terkait diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi kekurangan elektrolit.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi kekurangan elektrolit adalah "Ketidakseimbangan Elektrolit". Diagnosis ini menggambarkan perubahan pada kadar elektrolit dalam tubuh yang dapat menyebabkan berbagai gejala dan komplikasi. Ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi karena asupan, absorbsi, atau kehilangan elektrolit yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Pasien mencapai kadar elektrolit normal sesuai dengan nilai rujukan laboratorium.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
3. Pasien menunjukkan tidak ada gejala atau komplikasi terkait ketidakseimbangan elektrolit.
4. Pasien mampu mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam batas normal.
5. Pasien dan keluarga memahami pentingnya mempertahankan keseimbangan elektrolit dan dapat melakukan tindakan pencegahan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pemantauan:
- Pantau kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, kalsium, magnesium) secara berkala.
- Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu).
- Pantau gejala terkait ketidakseimbangan elektrolit (mual, muntah, diare, kram otot, pusing, letargi).
2. Manajemen cairan dan elektrolit:
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
- Atur pemberian cairan dan elektrolit berdasarkan hasil pemantauan dan koordinasi dengan tim kesehatan lainnya.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan elektrolit.
3. Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan intervensi farmakologis yang tepat, seperti pemberian suplemen elektrolit.
- Koordinasi dengan ahli gizi untuk memastikan asupan makanan dan cairan yang adekuat.
4. Edukasi:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit serta tindakan pencegahan.
- Beri edukasi tentang pentingnya mengonsumsi makanan kaya elektrolit dan menjaga pola makan yang sehat.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam batas normal. Peran perawat sangat penting dalam memantau, mengelola, dan mendidik pasien serta keluarga untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 13189 | 03 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam sudah 3 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam selama 3 hari, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (Hyperthermia)
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
- Karakteristik: Suhu tubuh di atas 37,5°C, kulit hangat, wajah kemerahan, menggigil.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
- Etiologi: Infeksi, peradangan, dehidrasi, kelebihan pakaian, lingkungan panas, dll.
- Gejala dan Tanda: Suhu tubuh meningkat, kulit hangat, wajah kemerahan, merasa tidak nyaman.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Suhu tubuh kembali normal, kondisi kulit membaik, rasa nyaman meningkat.
- Kriteria Hasil: Suhu tubuh 36,5-37,5°C, kulit normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, pasien merasa nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Monitor suhu tubuh, menjaga lingkungan tetap sejuk, berikan cairan, atur posisi, kompres hangat/dingin, kolaborasi pemberian obat penurun demam.
- Rasional: Untuk menurunkan suhu tubuh, mengurangi risiko komplikasi, dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, saya memberikan penjelasan komprehensif mengenai diagnosa keperawatan Hipertermia (Hyperthermia) serta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari PPNI. -
Article No. 13190 | 03 Mar 2025
Klinis : post operasi appendiktomi pada anak usia 8 tahun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien post operasi appendiktomi pada anak usia 8 tahun.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan appendiktomi.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik pasca operasi.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang diuraikan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
2. Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
3. Defisit Perawatan Diri: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mencapai dan mempertahankan tingkat nyeri yang dapat diterima.
2. Pencegahan Infeksi: Kemampuan individu untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
3. Perawatan Diri: Kemampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien mengendalikan nyeri.
2. Pencegahan Infeksi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
3. Perawatan Diri: Tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien post operasi appendiktomi pada anak usia 8 tahun. -
Article No. 13191 | 03 Mar 2025
Klinis : post operasi appendiktomi pada anak usia 8 tahun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi post operasi appendiktomi pada anak usia 8 tahun.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
2. Risiko infeksi
3. Gangguan integritas kulit
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri. Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen farmakologis, non-farmakologis, dan komunikasi terapeutik.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat meliputi pemberian analgesik, teknik relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
2. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien terbebas dari tanda-tanda infeksi. Intervensi keperawatan dapat meliputi perawatan luka, pemberian antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat meliputi perawatan luka, pemberian obat-obatan, edukasi pencegahan infeksi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
3. Gangguan Integritas Kulit
- SDKI: Gangguan integritas kulit adalah kerusakan atau perubahan pada kulit dan lapisan di bawahnya.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan integritas kulit. Intervensi keperawatan dapat meliputi perawatan luka, pencegahan kerusakan kulit, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat meliputi perawatan luka, penggunaan produk topikal, peningkatan intake nutrisi, dan pemantauan tanda-tanda kerusakan kulit.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan aspek-aspek seperti usia pasien, prosedur operasi, dan kondisi klinis untuk menentukan intervensi yang tepat dan efektif. -
Article No. 13192 | 03 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 61 tahun dirawat di ICU dengan dispnea progresif tiga hari terkait dengan batuk akut, menghasilkan dahak kekuningan dan demam. Pasien membantah gejala konstitusional atau gastrointestinal, nyeri dada, hemoptisis, paparan burung, perjalanan baru-baru ini atau kontak sakit. Untuk riwayat medisnya yang signifikan pada hipertensi, dyslipidemia, diabetes mellitus type 2 dan obesitas. Dan obat-obatan termasuk olmesartan, amlodipine, hydrochlorothiazide, glyburide-metformin, pioglitazone dan simvastatin. Pasien tidak memiliki operasi dan pensiunan perwira militer. Pasien juga membantah merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan minum-minuman alkohol. Pada kasus, pasien mengalami kesulitan bernapas sedang sampai berat, Pasien mengalami demam hingga 37 C, takikardi dengan denyut nadi 123/menit, takipnea dengan laju pernapasan 25/menit dan tekanan darah 154/74 mmHg. Pasien hipoksia dengan saturasi oksigen 80% pada udara sekitar yang meningkat menjadi 96% dengan ventilasi tekanan positif non invasif FIO2 dan 0,7. Pemeriksaan signifikan yaitu untuk penggunaan otot-otot pernapasan aksesori dan radang bibasilar. Pemeriksaan jantung, abdomen, neurologis dan kulit tidak ditemukan. Laboratorium awal menunjukkan leukositosis, cedera ginjal akut, hiponatremia dan rhabdomiolisis. Rontgen dada awal (RCT) dan computed tomography (CT) dari dada menunjukkan infiltrat alveolar lobus kiri bawah luas. Kondisi klinis pasien terus memburuk, pasien membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik pada hari ke 6 untuk server ARDS (PAO2 / FIO2). Piperacillin-tazobactim, vankomisin dan azitromisin dimulai saat masuk, dan levofloxacin ditambahkan pada hari ke 5 ketika hasilnya untuk antigen legionella urine positif. Kultur darah urin dan urin, antibodi mikoplasma dan antigen streptokokus pneumonia adalah negatif. Mengingat keparahan penyakit dan kehadiran DAH, steroid nadi dengan satu-gram methylprednisolone selama tiga hari diikuti oleh prednison 1 mg diberikan. Kondisi pasien terus membaik, tanpa bukti hemoptisis atau penurunan hemoglobin yang parah. Diagnosis akhir dari legionella pneumonia terkait dengan DAH dan ARDS parah dibuat. Pasien dibebaskan untuk ventilator setelah 7 hari, antibiotik diturunkan menjadi levofloxacin sampai selesai 21 hari, steroid dikurangi secara bertahap dan pasien dipulangkan ke rumah setelah tiga minggu dirawat di rumah sakit (Kasif et al., 2017).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan untuk memepertahankan oksigenasi yang adekuat.
Faktor yang Berhubungan: Penyakit paru-paru (pneumonia legionella dengan ARDS).
Gejala dan Tanda Mayor: Dispnea, takipnea, hipoksemia.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin kehidupan sehari-hari.
Faktor yang Berhubungan: Penyakit paru-paru (pneumonia dengan ARDS), kelelahan.
Gejala dan Tanda Mayor: Kelemahan, mudah lelah.
3. Resiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor yang Berhubungan: Prosedur invasif (intubasi, ventilasi mekanik), penyakit kronis (diabetes mellitus, obesitas).
Gejala dan Tanda Mayor: Demam, takikardi.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi dan kriteria diagnostik dari masing-masing diagnosa keperawatan di atas mengacu pada SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan antara lain peningkatan status pernapasan, peningkatan toleransi aktivitas, dan pencegahan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen energi, edukasi pencegahan infeksi, dan kolaborasi pemberian terapi antibiotik dan kortikosteroid.