Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15155 | 09 Apr 2025
Klinis : lemas, keringat dingin, mual, tidak nafsu makan sejak kemarin, hamil 32 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu lemas, keringat dingin, mual, tidak nafsu makan sejak kemarin, dan kondisi kehamilan 32 minggu, kami dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Mual, anoreksia (tidak nafsu makan), kehamilan.
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Definisi: Kondisi di mana asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Mual, anoreksia (tidak nafsu makan), kehamilan.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai usia kehamilan, klien tidak mengalami mual atau muntah, dan klien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan status nutrisi, pemberian informasi tentang nutrisi yang dibutuhkan selama kehamilan, pemberian antiemetik (obat anti mual) sesuai indikasi, dan pengaturan pola makan.
Berdasarkan standar PPNI, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan adalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Perawat akan melakukan intervensi untuk memantau status nutrisi, memberikan informasi tentang nutrisi yang dibutuhkan selama kehamilan, memberikan antiemetik (obat anti mual) sesuai indikasi, dan mengatur pola makan, sehingga diharapkan klien dapat menunjukkan peningkatan berat badan sesuai usia kehamilan, tidak mengalami mual atau muntah, dan menunjukkan peningkatan nafsu makan. -
Article No. 15156 | 09 Apr 2025
Klinis : bayi baru lahir
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang terperinci untuk kondisi bayi baru lahir sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Bayi Baru Lahir:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas yang dapat mengakibatkan penumpukan sekret atau benda asing di saluran napas.
- Faktor Terkait: Prematuritas, anomali kongenital, kelemahan otot pernapasan.
- Gejala dan Tanda: Pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada, suara napas berisik, sianosis, perubahan pola napas.
2. Risiko Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Berisiko mengalami ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau nutrisi.
- Faktor Terkait: Kondisi klinis yang mempengaruhi kemampuan fisik, seperti kelahiran prematur, gangguan kardiovaskular atau respirasi.
- Gejala dan Tanda: Kelelahan, dispnea, takikardi, pucat, perubahan tekanan darah.
3. Risiko Hipotermi
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah 36°C (96,8°F) akibat ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh normal.
- Faktor Terkait: Usia gestasi yang kurang, luas permukaan tubuh yang besar, paparan lingkungan dingin, malnutrisi.
- Gejala dan Tanda: Suhu tubuh rendah, menggigil, kulit pucat, takikardi, apatis.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk membersihkan jalan napas secara efektif.
- Indikator:
- Pernapasan efektif tanpa suara napas berisik.
- Tidak ada retraksi dinding dada.
- Tidak ada sianosis.
- Saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Toleransi Aktivitas Membaik
- Definisi: Kemampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
- Indikator:
- Tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas (dispnea, takikardi, hipotensi).
- Tidak ada kelelahan yang berlebihan.
- Mampu melakukan aktivitas sesuai usia dan kondisi.
3. Suhu Tubuh Stabil
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Indikator:
- Suhu tubuh dalam rentang 36-37,5°C (96,8-99,5°F).
- Tidak ada tanda-tanda hipotermi (menggigil, kulit pucat, apatis).
- Tidak memerlukan intervensi untuk meningkatkan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Monitoring respirasi dan oksigenasi
- Manajemen jalan napas
- Suction jalan napas
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Posisioning tubuh untuk memfasilitasi ekspansi paru
2. Intervensi untuk Toleransi Aktivitas Membaik:
- Manajemen energi
- Peningkatan mobilitas
- Manajemen kardiovaskular
- Pemantauan tanda-tanda intoleransi aktivitas
- Edukasi kepada keluarga tentang aktivitas yang aman
3. Intervensi untuk Suhu Tubuh Stabil:
- Kontrol lingkungan untuk mencegah hipotermi
- Manajemen suhu tubuh
- Pemantauan suhu tubuh secara berkala
- Penggunaan selimut atau inkubator sesuai kebutuhan
- Edukasi kepada keluarga tentang pencegahan hipotermi
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan tepat sasaran untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir, sehingga dapat mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 15157 | 09 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan yang berasal dari suku batak, Ny. R berusia 43 tahun dirawat di rumah sakit jiwa karena mengalami gangguan kecemasan berat. Dalam budaya Batak, perempuan sering di dorong untuk menjadi kuat dan tidak menunjukkan kelemahan termasuk dalam menghadapi stress dan masalah emosional. Ny. R enggan berbicara tentang masalahnya karena merasa hal itu tabu dan menunjukkan kelemahan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. R.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Berat berhubungan dengan hambatan dalam mengekspresikan perasaan, sesuai dengan standar SDKI.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kecemasan Berat adalah respon individu terhadap ancaman yang dipersepsikan sebagai bahaya, yang ditandai dengan perasaan takut, khawatir, dan tegang.
- Faktor yang berhubungan: Hambatan dalam mengekspresikan perasaan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat mengelola kecemasan.
- Kriteria hasil: Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, menerapkan teknik relaksasi, dan menunjukkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang tenang.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen Kecemasan, Terapi Relaksasi, dan Dukungan Emosional.
- Tujuannya adalah membantu klien mengelola kecemasan, menurunkan ketegangan, dan meningkatkan kemampuan klien dalam mengekspresikan perasaan.
Ny. R berasal dari suku Batak, di mana budaya mereka cenderung mendorong perempuan untuk menjadi kuat dan tidak menunjukkan kelemahan, termasuk dalam menghadapi stres dan masalah emosional. Hal ini menyebabkan Ny. R enggan berbicara tentang masalahnya karena merasa hal itu tabu dan menunjukkan kelemahan. Pendekatan yang sensitif budaya dan fokus pada pengembangan kemampuan klien dalam mengekspresikan perasaan secara aman akan sangat penting dalam mengelola kecemasan berat yang dialami Ny. R. -
Article No. 15158 | 09 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan yang berasal dari suku batak, Ny. R berusia 43 tahun dirawat di rumah sakit jiwa karena mengalami gangguan kecemasan berat. Dalam budaya Batak, perempuan sering di dorong untuk menjadi kuat dan tidak menunjukkan kelemahan termasuk dalam menghadapi stress dan masalah emosional. Ny. R enggan berbicara tentang masalahnya karena merasa hal itu tabu dan menunjukkan kelemahan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Ny. R dengan nada akademis dan sebagai seorang perawat profesional.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Berat berhubungan dengan budaya dan kepercayaan yang membatasi ekspresi emosional, ditandai dengan gelisah, sulit berkonsentrasi, dan perasaan takut.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan Berat: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan yang disertai dengan gejala fisik, emosional, dan perilaku, yang terjadi dalam situasi tertentu dan dapat mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Kecemasan Menurun
2. Kemampuan Mengatasi Kecemasan Meningkat
3. Perilaku Adaptif Meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kecemasan
2. Terapi Relaksasi
3. Terapi Kognitif
4. Konseling Individu
Dalam kasus Ny. R, perawat harus memahami latar belakang budaya Batak yang dapat mempengaruhi ekspresi emosional dan menciptakan lingkungan yang aman bagi Ny. R untuk berbagi mengenai masalahnya. Intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen kecemasan, teknik relaksasi, dan konseling individu dapat membantu Ny. R dalam mengatasi kecemasan berat yang dialaminya. -
Article No. 15159 | 09 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki usia 54 tahun dirawat di ruang stroke RS X dengan keluhan utama penurunan kesadaran. Tingkat kesadaran pasien GCS 8, di mana hasil pemeriksaan swallow test menyatakan penurunan fungsi menelan sehingga dipasang nasogastric tube (NGT) melalui hidung untuk pemberian nutrisi. Pasien tidak dapat makan secara oral karena risiko aspirasi. Pada hari ke-3 perawatan di ruang stroke, Tn. X mulai mengalami diare dan belum mendapatkan penanganan untuk mengatasi diare tersebut. Penurunan kesadaran dan keterbatasan pasien, dibarengi dengan pemasangan NGT, menimbulkan tantangan tersendiri dalam pemberian terapi. Selain itu, Tn. X masih sering batuk-batuk pasca minum.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi Tn. X yang mengalami penurunan kesadaran, kesulitan menelan, terpasang nasogastric tube (NGT), dan diare, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami hambatan dalam pembersihan sekresi atau benda asing dari saluran napas.
- SLKI: Individu dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekresi atau benda asing.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan posisi semi-fowler, mengatur aliran oksigen, memberikan suction, melatih batuk efektif, dan observasi status pernapasan.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Aspirasi
- SDKI: Kondisi di mana individu berisiko mengalami masuknya cairan, makanan, sekret, atau benda asing ke dalam saluran napas.
- SLKI: Individu dapat bebas dari aspirasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memposisikan pasien semi-fowler, memberikan makanan/cairan melalui NGT, mengatur feeding pump, dan memantau tanda-tanda aspirasi.
3. Diagnosa Keperawatan: Diare
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami pengeluaran feses yang tidak normal, yaitu frekuensi lebih dari 3 kali per hari dengan konsistensi cair.
- SLKI: Individu dapat mempertahankan pola pengeluaran feses yang normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi penyebab diare, memberikan diet sesuai toleransi, memantau tanda-tanda dehidrasi, dan memberikan terapi diare sesuai indikasi.
4. Diagnosa Keperawatan: Defisit Nutrisi
- SDKI: Kondisi di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Individu dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatur pemberian nutrisi melalui NGT, memantau intake dan output cairan, memantau status nutrisi, dan berkolaborasi dengan ahli gizi.
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terencana untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh Tn. X. -
Article No. 15160 | 09 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan, usia 33 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan selama 3 bulan terakhir, pasien selalu merasa lapar dan makan lebih banyak dari biasanya, tetapi mengalami penurunan BB sebanyak 6,5 kg, tangan gemetar. Pemeriksaan fisik : suhu 38 C, Nadi 110x/mnit, RR: 24x/mnit, TD : 160/85 mmHg. Pada palpasi didapatkan pembesaran kalenjar tiroid. Pemeriksaan lab terjadi peningkatan serum T3 dan serum T4.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kasus yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kelebihan (<) berhubungan dengan hipertiroidisme yang ditandai dengan peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan yang signifikan, dan tremor.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Berat Badan
- Klien akan mempertahankan berat badan pada rentang normal sesuai usia dan tinggi badan dalam waktu 1-2 bulan.
2. Kontrol Gejala
- Klien akan melaporkan penurunan gejala hipertiroidisme (peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, tremor) dalam 1-2 minggu.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Nutrisi
- Kaji asupan nutrisi klien, termasuk jumlah, frekuensi, dan jenis makanan yang dikonsumsi.
- Timbang berat badan klien secara teratur untuk memantau perubahan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana makan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
2. Manajemen Hipertiroidisme
- Kaji tanda dan gejala hipertiroidisme yang dialami klien (peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, tremor).
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan antitiroidal sesuai resep.
- Edukasi klien dan keluarga tentang tatalaksana hipertiroidisme, efek samping obat, dan pentingnya kepatuhan pengobatan.
- Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada klien dan keluarga untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap penyakit.
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Ketidakseimbangan nutrisi: kelebihan (<) berhubungan dengan hipertiroidisme" dipilih karena klien menunjukkan gejala-gejala hipertiroidisme, seperti peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan yang signifikan, dan tremor, yang mengarah pada kondisi ketidakseimbangan nutrisi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) meliputi:
a. Keseimbangan Nutrisi: Berat Badan - Untuk memastikan berat badan klien kembali dalam rentang normal.
b. Kontrol Gejala - Untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala hipertiroidisme yang dialami klien.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI) yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi:
a. Pemantauan Nutrisi - Untuk memantau asupan nutrisi dan perubahan berat badan klien.
b. Manajemen Hipertiroidisme - Untuk mengelola tanda dan gejala hipertiroidisme, kolaborasi dengan dokter, edukasi klien dan keluarga, serta memberikan dukungan emosional dan psikologis.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya diharapkan dapat membantu klien mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal dan mengendalikan gejala hipertiroidisme. -
Article No. 15161 | 09 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan yang berasal dari suku batak, Ny. R berusia 43 tahun dirawat di rumah sakit jiwa karena mengalami gangguan kecemasan berat. Dalam budaya Batak, perempuan sering di dorong untuk menjadi kuat dan tidak menunjukkan kelemahan termasuk dalam menghadapi stress dan masalah emosional. Ny. R enggan berbicara tentang masalahnya karena merasa hal itu tabu dan menunjukkan kelemahan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Kecemasan Berat (00146)
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang dirasakan dan dipertimbangkan sebagai sesuatu yang dapat membahayakan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali (00404)
Definisi: Kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengurangi tingkat kecemasan yang dirasakan.
Kriteria Hasil:
a. Mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
b. Menggambarkan penyebab dan tanda-tanda kecemasan.
c. Melaporkan penurunan ketegangan otot.
d. Melaporkan penurunan frekuensi jantung.
e. Melaporkan perasaan tenang.
2. Harga Diri Positif (00125)
Definisi: Penilaian yang positif terhadap diri sendiri dan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Hasil:
a. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri.
b. Mendemonstrasikan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai budaya.
c. Menunjukkan kepercayaan diri dalam mengekspresikan perasaan.
d. Menunjukkan penerimaan diri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan (5820)
Tindakan untuk mengenali dan mengurangi rasa cemas, ketakutan, atau kekhawatiran klien.
Aktivitas:
a. Identifikasi penyebab dan tanda-tanda kecemasan.
b. Kolaborasi dengan klien untuk mengembangkan strategi koping.
c. Ajarkan teknik relaksasi (misalnya, napas dalam, visualisasi, dll).
d. Libatkan keluarga dalam intervensi.
e. Monitor respons fisiologis dan perilaku klien terhadap kecemasan.
2. Peningkatan Harga Diri (5400)
Tindakan untuk membantu klien meningkatkan penilaian positif terhadap diri sendiri.
Aktivitas:
a. Bantu klien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri.
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan dan menghargai diri sendiri.
c. Gunakan pendekatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
d. Libatkan keluarga dalam mendukung harga diri klien.
e. Berikan umpan balik positif mengenai kemajuan klien.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kecemasan Berat karena Ny. R mengalami gangguan kecemasan berat. Luaran yang diharapkan adalah Tingkat Kecemasan Terkendali dan Harga Diri Positif. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Kecemasan untuk mengenali dan mengurangi kecemasan, serta Peningkatan Harga Diri untuk membantu Ny. R meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya sendiri. Pendekatan yang sesuai dengan latar belakang budaya Batak perlu dipertimbangkan dalam intervensi keperawatan. -
Article No. 15162 | 09 Apr 2025
Klinis : Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen, ditandai dengan perut bengkak dan nyeri tekan pada area abdomen bawah. buatlah tujuan panjang, tujuan pendek, dan kriteria hasil berdasarkan domain perilaku berdasarkan askep keluarga dari diagnosa tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen, ditandai dengan perut bengkak dan nyeri tekan pada area abdomen bawah.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang ingin dicapai dari penanganan Nyeri Akut adalah penurunan intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen meliputi manajemen nyeri, pemberian analgesik, dan intervensi komplementer.
Tujuan Panjang:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3-5 hari, pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri yang dirasakan hingga level yang dapat ditoleransi.
Tujuan Pendek:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1-2 hari, pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri sebesar 50% dari kondisi awal.
Kriteria Hasil berdasarkan Domain Perilaku:
1. Kognitif: Pasien dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, skala nyeri, dan strategi penanganan nyeri.
2. Afektif: Pasien dapat menunjukkan ekspresi wajah yang lebih rileks dan nyaman saat nyeri berkurang.
3. Psikomotor: Pasien dapat menerapkan teknik manajemen nyeri secara mandiri, seperti penggunaan kompres hangat, relaksasi, dan distraksi. -
Article No. 15163 | 09 Apr 2025
Klinis : Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen, ditandai dengan perut bengkak dan nyeri tekan pada area abdomen bawah. buatlah tujuan panjang, tujuan pendek, dan kriteria hasil berdasarkan domain perilaku berdasarkan askep keluarga dari diagnosa tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen, ditandai dengan perut bengkak dan nyeri tekan pada area abdomen bawah.
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah terjadinya kerusakan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Nyeri adalah kemampuan individu untuk mengendalikan atau mengurangi nyeri yang dirasakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Nyeri adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien.
Tujuan Panjang:
Pasien dapat mengendalikan nyeri akut yang berhubungan dengan distensi abdomen dalam waktu 2 minggu.
Tujuan Pendek:
1. Pasien dapat menyebutkan skala nyeri yang dirasakan dalam 1 hari.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif dalam 2 hari.
3. Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri dalam 3 hari.
Kriteria Hasil:
1. Domain Perilaku Fisiologis:
a. Pasien dapat menyebutkan skala nyeri dengan jujur.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
c. Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri, seperti ekspresi wajah yang lebih rileks dan perubahan tanda-tanda vital.
2. Domain Perilaku Psikologis:
a. Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan persepsinya terhadap nyeri yang dirasakan.
b. Pasien dapat menunjukkan perilaku yang positif dalam mengatasi nyeri, seperti tidak mengeluh atau menunjukkan kecemasan berlebih.
3. Domain Perilaku Sosial:
a. Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
b. Pasien dapat berinteraksi dengan keluarga dan tim kesehatan dalam mengatasi nyeri. -
Article No. 15164 | 09 Apr 2025
Klinis : Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen, ditandai dengan perut bengkak dan nyeri tekan pada area abdomen bawah. buatlah tujuan panjang, tujuan pendek, dan kriteria hasil berdasarkan domain perilaku dari diagnosa tersebut berdasarkan asuhan keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen, ditandai dengan perut bengkak dan nyeri tekan pada area abdomen bawah.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Tujuan Panjang:
Pasien dan keluarga mampu mengelola nyeri akut yang berhubungan dengan distensi abdomen sehingga pasien dapat kembali ke tingkat fungsional sebelum sakit.
Tujuan Pendek:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, pasien dan keluarga mampu:
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda, dan gejala nyeri akut yang berhubungan dengan distensi abdomen.
2. Mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri non-farmakologis yang efektif untuk mengurangi nyeri.
3. Melaporkan penurunan intensitas nyeri dari skala 8 menjadi skala 4 atau kurang.
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat mendeskripsikan penyebab, tanda, dan gejala nyeri akut yang berhubungan dengan distensi abdomen.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri non-farmakologis yang efektif, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
3. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri dari skala 8 menjadi skala 4 atau kurang.
4. Keluarga dapat membantu pasien dalam menerapkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
5. Keluarga dapat memantau dan melaporkan perubahan kondisi pasien terkait nyeri akut.