Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19407 | 08 Jul 2025
Klinis : klien mengatakan agak linglung, penurunan daya ingat dan bicara pelo serta riwayat stroke
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi klien dengan gejala linglung, penurunan daya ingat, bicara pelo, dan riwayat stroke:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Proses Pikir** *(Domain 5: Persepsi/Kognisi, Kelas 4: Kognisi, Kode: 00130)*
**Definisi**: Keadaan di mana individu mengalami disorientasi, penurunan daya ingat, atau gangguan proses berpikir yang mengganggu kemampuan dalam menilai realitas.
**Faktor yang Berhubungan**:
- Riwayat stroke (iskemik/hemoragik)
- Kerusakan neurologis (gangguan serebrovaskular)
- Penurunan perfusi jaringan otak
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kemampuan Kognitif Meningkat** *(Kode: L.05004)*
**Indikator**:
1. Klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu (orientasi ×3).
2. Klien menunjukkan peningkatan daya ingat jangka pendek.
3. Klien mampu berkomunikasi dengan artikulasi yang jelas.
**Skala Pengukuran**:
- **1**: Tidak pernah menunjukkan kemampuan
- **5**: Selalu menunjukkan kemampuan
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Latihan Kognitif** *(Kode: I.05004)*
**Aktivitas**:
1. Lakukan orientasi realitas (sebutkan nama, tanggal, dan tempat secara berulang).
2. Latih klien dengan aktivitas memori sederhana (mengingat nama benda/gambar).
3. Kolaborasi dengan terapis wicara untuk latihan artikulasi bicara.
**Pemantauan Neurologis** *(Kode: I.08001)*
- Pantau tanda vital dan status neurologis (GCS, refleks).
- Observasi adanya defisit neurologis baru.
---
### **Rasional Singkat**
- **SDKI 00130**: Gejala linglung dan penurunan daya ingat mengindikasikan gangguan proses pikir akibat kerusakan otak pasca-stroke.
- **SLKI L.05004**: Fokus pada pemulihan orientasi dan komunikasi sebagai indikator perbaikan kognitif.
- **SIKI I.05004 & I.08001**: Intervensi spesifik untuk stimulasi kognitif dan deteksi dini komplikasi neurologis.
---
### **Catatan Tambahan**
- **Kolaborasi**: Dokter (evaluasi CT-scan/terapi medis), Fisioterapi (latihan motorik), Terapis Wicara (bicara pelo).
- **Edukasi**: Keluarga diajarkan teknik komunikasi efektif dan stimulasi memori.
Format ini memenuhi standar PPNI dengan pendekatan **akademis** dan **pakar keperawatan**, menggabungkan bukti klinis dan kerangka teoritis. -
Article No. 19408 | 08 Jul 2025
Klinis : Perawat melakukan kunjungan rumah. Hasil pengkajian seorang laki-laki, umur 70 tahun dengan demensia. Klien mengeluh susah mengingat hal-hal yang baru saja dilakukan, hal ini membuat klien seringkali melakukan aktivitas yang sama berulang kali, sering mondar-mandir, pencahayaan dirumah remang-remang. klien punya riwayat jatuh di ruang tamu 1 bulan lalu. TTV: TD: 170/100 mmHg, N: 88x/menit, S: 37,3⁰C, R: 22x/menit. Apa intervensi yang tepat sesuai kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci mengenai diagnosis keperawatan SDKI, luaran atau output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi klien yang dideskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Risiko Jatuh berhubungan dengan perubahan kognitif dan lingkungan yang tidak aman, sebagaimana ditunjukkan oleh riwayat jatuh di ruang tamu 1 bulan lalu dan pencahayaan rumah yang remang-remang.
2. Gangguan Memori berhubungan dengan demensia, sebagaimana ditunjukkan oleh keluhan klien yang susah mengingat hal-hal yang baru saja dilakukan dan sering melakukan aktivitas yang sama berulang kali.
3. Perilaku Tidak Terkontrol berhubungan dengan perubahan kognitif, sebagaimana ditunjukkan oleh klien yang sering mondar-mandir.
4. Hipertensi berhubungan dengan faktor usia, sebagaimana ditunjukkan oleh tekanan darah klien yang tinggi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Jatuh Terkendali: Klien tidak mengalami jatuh selama perawatan dan lingkungan rumah aman.
2. Memori Terpelihara: Klien dapat mengingat hal-hal yang baru saja dilakukan dan tidak melakukan aktivitas yang sama berulang kali.
3. Perilaku Terkontrol: Klien dapat mengendalikan perilaku mondar-mandir dan dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
4. Tekanan Darah Terkendali: Klien menunjukkan penurunan tekanan darah ke dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Jatuh Terkendali:
- Identifikasi faktor risiko jatuh pada klien dan lingkungan.
- Edukasi klien dan keluarga mengenai risiko jatuh dan strategi pencegahan.
- Modifikasi lingkungan untuk meningkatkan keamanan, seperti menambah pencahayaan, menghilangkan karpet yang tidak rata, dan memberikan pegangan di tempat yang diperlukan.
- Motivasi klien untuk menggunakan alat bantu jalan yang sesuai.
- Pemantauan dan evaluasi secara berkala.
2. Memori Terpelihara:
- Identifikasi pola dan strategi memori yang efektif bagi klien.
- Edukasi klien dan keluarga mengenai strategi meningkatkan memori, seperti membuat jadwal harian, menggunakan catatan, dan melakukan aktivitas kognitif.
- Latihan memori dengan menggunakan stimulasi kognitif yang sesuai.
- Dukungan emosional dan motivasi bagi klien untuk tetap aktif secara mental.
- Pemantauan dan evaluasi secara berkala.
3. Perilaku Terkontrol:
- Identifikasi pemicu dan pola perilaku tidak terkontrol pada klien.
- Edukasi klien dan keluarga mengenai manajemen perilaku, seperti menjaga rutinitas harian, menghindari stimulus yang dapat memicu perilaku tidak terkontrol, dan memberikan aktivitas yang sesuai.
- Intervensi terapeutik, seperti terapi aktivitas dan terapi reminiscence, untuk membantu klien mengendalikan perilakunya.
- Kolaborasi dengan keluarga dan profesional lain untuk menerapkan strategi manajemen perilaku yang efektif.
- Pemantauan dan evaluasi secara berkala.
4. Tekanan Darah Terkendali:
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tekanan darah klien.
- Edukasi klien dan keluarga mengenai pentingnya pengaturan tekanan darah dan strategi pengendaliannya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengevaluasi dan mengelola pengobatan antihipertensi yang sesuai.
- Motivasi klien untuk melakukan modifikasi gaya hidup yang dapat membantu menurunkan tekanan darah, seperti diet rendah garam, aktivitas fisik, dan manajemen stres.
- Pemantauan dan evaluasi tekanan darah secara berkala.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan dan meningkatkan kualitas hidup klien dengan demensia. -
Article No. 19409 | 08 Jul 2025
Klinis : batuk berdahak dan batuk jadi tidak efektif karena ada luka post op cholelithiasis yg bisa batuk itu menyebabkan nyeri ke luka post opnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (NANDA-I Code: 00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI Code: 03001)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
3. Bersihan Jalan Napas Efektif (SLKI Code: 03001)
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
4. Manajemen Jalan Napas (SIKI Code: 03001)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki bersihan jalan napas.
Penjelasan Singkat:
Kondisi batuk berdahak dan batuk tidak efektif pada pasien post op cholelithiasis dapat menyebabkan nyeri pada luka operasi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
Berdasarkan SDKI, masalah ini dapat diidentifikasi sebagai Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Tujuan yang ingin dicapai adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, sesuai dengan SLKI. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, sesuai dengan SIKI, untuk mempertahankan atau memperbaiki bersihan jalan napas.
Perawat harus melakukan tindakan-tindakan seperti mengajarkan teknik batuk efektif, memfasilitasi drainase sekret, dan memantau status pernapasan pasien untuk mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 19410 | 08 Jul 2025
Klinis : disentri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis disentri, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis infeksi yang diduga disebabkan oleh organisme yang tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.43
- Deskripsi: Kolektomi total, dengan atau tanpa ileostomi atau rekonstruksi lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A09 adalah kode diagnosis untuk disentri, yang merupakan jenis diare infeksi yang disebabkan oleh berbagai macam organisme patogen, seperti bakteri, virus, atau parasit. Disentri ditandai dengan adanya diare yang disertai dengan darah atau lendir dalam tinja.
2. Kode ICD-9-CM 45.43 adalah kode prosedur untuk kolektomi total, yang merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat seluruh kolon (usus besar) sebagai salah satu pilihan terapi untuk kondisi disentri yang parah atau komplikasi lainnya, seperti megakolon toksik atau perforasi usus. Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan sumber infeksi dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
Dalam menangani kasus disentri, langkah-langkah diagnostik dan terapeutik yang dapat dilakukan oleh dokter atau perekam medis meliputi:
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menilai gejala dan tanda-tanda klinis.
- Pemeriksaan laboratorium, seperti analisis tinja untuk mengidentifikasi patogen penyebab.
- Pemberian terapi rehidrasi dan elektrolit jika terjadi dehidrasi.
- Pemberian antibiotik atau antiparasit sesuai dengan penyebab infeksi.
- Tindakan kolektomi total sebagai terapi definitif jika terjadi komplikasi yang mengancam jiwa.
- Pencatatan diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan dalam rekam medis pasien. -
Article No. 19411 | 08 Jul 2025
Klinis : angina pectoris
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi angina pectoris, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I20
- Deskripsi: Angina pectoris
Angina pectoris adalah kondisi di mana terjadi nyeri atau ketidaknyamanan di dada akibat berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Ini biasanya disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan arteri koroner. Kode ICD-10 I20 mencakup berbagai subtipe angina pectoris, seperti angina stabil, angina tidak stabil, angina prinzmetal, dan angina dengan spasme arteri koroner.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 36.0X, 00.66
- Deskripsi: Prosedur revaskularisasi miokard, seperti angioplasti koroner perkutan dan pemasangan stent.
Pada pasien dengan angina pectoris, tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah prosedur revaskularisasi miokard, seperti angioplasti koroner perkutan (PCI) dan pemasangan stent. Kode ICD-9-CM 36.0X mencakup berbagai prosedur PCI, sedangkan kode 00.66 digunakan untuk pemasangan stent koroner.
Penanganan angina pectoris dapat melibatkan kombinasi terapi farmakologis, intervensi koroner, dan perubahan gaya hidup, bergantung pada keparahan dan faktor risiko pasien. Evaluasi yang komprehensif dan tatalaksana yang tepat sangat penting untuk mengelola kondisi ini secara efektif. -
Article No. 19412 | 08 Jul 2025
Klinis : korengan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dokter. Untuk kondisi "korengan", berikut kode ICD-10 dan ICD-9-CM Procedure yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L20.9
- Deskripsi: Dermatitis atopik, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.0
- Deskripsi: Aplikasi atau pemberian obat atau bahan biologis topikal
Penjelasan:
- Kode ICD-10 L20.9 merupakan diagnosis untuk dermatitis atopik, yang mencakup kondisi "korengan". Dermatitis atopik adalah kondisi peradangan kulit kronis yang ditandai dengan ruam merah, gatal, dan kering.
- Kode ICD-9-CM 99.0 mencakup prosedur pemberian obat atau bahan biologis topikal, yang sering dilakukan dalam penanganan kondisi "korengan" atau dermatitis atopik. Prosedur ini dapat berupa pemberian krim, salep, atau lotion topikal untuk meredakan gejala dan membantu penyembuhan.
Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu, dokter. -
Article No. 19413 | 08 Jul 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan gatal, perih dan basah di selangkangan sudah satu minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda kemukakan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu gatal, perih, dan basah di selangkangan selama satu minggu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Infeksi Kulit Perifer
Definisi: Kerusakan integritas kulit yang disebabkan oleh agen infeksi.
Karakteristik mayor: Adanya lesi kulit, gatal, dan kemerahan.
Karakteristik minor: Perubahan warna kulit, rasa terbakar/perih, dan drainase.
Diagnosa ini sesuai karena pasien mengalami gejala-gejala infeksi kulit di area selangkangan, seperti gatal, perih, dan basah/drainase.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Integritas Kulit: Terkendali
Kriteria hasil:
1) Lesi kulit membaik
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi (gatal, perih, drainase)
3) Tidak ada perubahan warna kulit yang abnormal
4) Tidak ada rasa terbakar atau nyeri
Luaran ini sesuai karena bertujuan untuk mengembalikan integritas kulit pasien dan mengatasi tanda-tanda infeksi yang dialaminya.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Manajemen Infeksi
Tindakan:
1) Identifikasi tanda dan gejala infeksi kulit
2) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan penyebab infeksi dan pengobatan yang sesuai
3) Observasi tanda-tanda vital dan kondisi kulit secara berkala
4) Berikan perawatan kulit yang sesuai, seperti pembersihan area yang terkena, penggunaan obat topikal, dan perawatan luka jika diperlukan
5) Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan diri dan pencegahan infeksi
Intervensi ini bertujuan untuk mengatasi infeksi kulit yang dialami pasien, melalui identifikasi penyebab, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta pemberian perawatan dan edukasi yang sesuai.
Dengan melakukan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan menerapkan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat pulih dari infeksi kulit di area selangkangan dan mencapai integritas kulit yang optimal. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 19414 | 08 Jul 2025
Klinis : POST TERKENA BENDA DI MATA SUDAH DIRUJUK DAN MATA SUDAH ENAKAN
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu "POST TERKENA BENDA DI MATA SUDAH DIRUJUK DAN MATA SUDAH ENAKAN", berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T15.9
- Deskripsi: Efek asing di mata, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.11
- Deskripsi: Pemeriksaan mata, tak terspesifikasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 T15.9 (Efek asing di mata, tidak spesifik) digunakan untuk kondisi di mana suatu benda asing mengenai mata, tetapi tidak ada informasi lebih lanjut tentang jenis atau lokasi benda asing tersebut.
2. Kode ICD-9-CM 98.11 (Pemeriksaan mata, tak terspesifikasi) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan pemeriksaan mata yang dilakukan setelah pasien dirujuk dan mata sudah merasa lebih baik. Ini merupakan tindakan rutin untuk memastikan kondisi mata sudah membaik.
Dalam kasus ini, pasien telah mendapatkan penanganan awal setelah terkena benda asing di mata dan sekarang merasa bahwa mata sudah "enakan". Oleh karena itu, kode ICD-10 T15.9 dan kode ICD-9-CM 98.11 dapat digunakan untuk mencatat diagnosis dan tindakan medis yang telah dilakukan. -
Article No. 19415 | 08 Jul 2025
Klinis : pasien mengalami hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk pasien yang mengalami hipertensi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Manajemen Tekanan Darah Tinggi (00904)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal.
Kode: 00904
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tekanan Darah Terkontrol (1904)
Definisi: Tekanan darah individu dalam rentang normal.
Kode: 1904
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Hipertensi (6680)
Definisi: Membantu individu untuk mengontrol dan mengelola hipertensi.
Kode: 6680
Penjelasan singkat:
Pasien dengan hipertensi membutuhkan pengelolaan yang tepat untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi. Diagnosa keperawatan "Manajemen Tekanan Darah Tinggi" menggambarkan ketidakmampuan individu untuk mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal. Luaran yang diharapkan adalah "Tekanan Darah Terkontrol", yaitu tekanan darah individu berada dalam rentang normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah "Manajemen Hipertensi", yaitu membantu individu untuk mengontrol dan mengelola hipertensi. -
Article No. 19416 | 08 Jul 2025
Klinis : pasien mengalami hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) pada pasien yang mengalami hipertensi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan hipertensi adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer". Diagnosa ini menggambarkan kondisi dimana terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer akibat peningkatan tekanan darah. Pasien dapat mengalami gejala seperti ekstremitas terasa dingin, kebas, atau kram.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah:
1. Perfusi Jaringan Perifer: Tujuan yang diharapkan adalah pasien akan menunjukkan peningkatan perfusi jaringan perifer yang ditandai dengan ekstremitas hangat, tidak ada rasa kebas atau kram, dan kapiler refill dalam batas normal (<3 detik).
2. Kontrol Hipertensi: Tujuan yang diharapkan adalah pasien akan menunjukkan penurunan tekanan darah menjadi dalam batas normal (sistolik 120-129 mmHg dan diastolik 80-84 mmHg).
3. Pengetahuan tentang Hipertensi: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dan keluarga akan menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang hipertensi, faktor risiko, pengobatan, dan gaya hidup yang sehat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan hipertensi adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi secara rutin untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan dan identifikasi tanda-tanda komplikasi.
2. Manajemen Hipertensi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang hipertensi, faktor risiko, pengobatan, dan gaya hidup sehat. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memantau efektivitas pengobatan antihipertensi.
3. Manajemen Perfusi Jaringan: Melakukan pemeriksaan status perfusi jaringan perifer, seperti pemeriksaan suhu ekstremitas, warna kulit, dan pengisian kapiler. Memberikan intervensi untuk meningkatkan perfusi, seperti pengaturan posisi, pemberian oksigen, dan penggunaan pemanas.
4. Manajemen Rasa Tidak Nyaman: Memberikan intervensi untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada ekstremitas, seperti masase, kompres hangat, dan posisi yang nyaman.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan pada pasien dengan hipertensi memerlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien.