Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13178 | 03 Mar 2025
Klinis : Diagnosa nya resiko gangguan integritas kulit (D.0138)berhubungan dengan pemeriksaan kulit pada les ditandai dengan bercak eritromatosa berbatas tegas berbentuk kupu-kupu pada pipi melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Gangguan Integritas Kulit (D.0138)
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu rentan mengalami kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Penyebab: Faktor eksternal (misalnya iritasi, trauma) dan faktor internal (misalnya kondisi kesehatan).
- Tanda dan Gejala: Adanya bercak eritromatosa berbatas tegas berbentuk kupu-kupu pada pipi, melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Integritas kulit terjaga.
- Indikator:
- Tidak terjadi kerusakan kulit.
- Tidak terjadi infeksi pada kulit.
- Tidak terjadi perubahan warna kulit.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Pemantauan kulit secara berkala.
- Perawatan kulit dan penerapan pelindung kulit.
- Edukasi dan konseling tentang perawatan kulit.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dermatolog) jika diperlukan.
Dalam konteks ini, pasien memiliki risiko gangguan integritas kulit yang ditandai dengan adanya bercak eritromatosa berbatas tegas berbentuk kupu-kupu pada pipi, melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan kulit secara berkala, perawatan kulit dan penerapan pelindung kulit, serta edukasi dan konseling tentang perawatan kulit. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dermatolog, juga dapat dilakukan jika diperlukan. -
Article No. 13179 | 03 Mar 2025
Klinis : nyeri kronis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri kronis.
Diagnosis Keperawatan:
Nyeri Kronis
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Penyebab: Faktor fisik (penyakit kronis, cedera, trauma), faktor psikologis (kecemasan, depresi), faktor sosial (isolasi sosial), dan faktor spiritual (kehilangan makna dan tujuan hidup).
- Gejala dan Tanda: Mengeluh nyeri, ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri, gerakan terbatas, perubahan pola tidur, perubahan selera makan, perubahan mood, dan perubahan aktivitas.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, pasien menunjukkan perilaku koping yang efektif, pasien menunjukkan peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari, pasien menunjukkan peningkatan fungsi fisik.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat mengenali dan mengontrol nyeri, pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri, pasien dapat beradaptasi dengan nyeri kronis, pasien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, terapi komplementer, terapi kognitif-perilaku, edukasi kesehatan, aktivitas/latihan, dan manajemen stres.
- Tujuan Intervensi: Mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, meningkatkan kemampuan pasien beradaptasi dengan nyeri kronis, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dalam penerapannya, perawat harus menggunakan pendekatan holistik dengan mempertimbangkan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual pasien. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengelolaan nyeri kronis. -
Article No. 13180 | 03 Mar 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis hipertensi, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi esensial (primer) adalah kondisi di mana tekanan darah tinggi terjadi tanpa penyebab yang jelas. Ini merupakan jenis hipertensi yang paling umum, mencakup sekitar 90-95% kasus hipertensi. Kode ICD-10 I10 digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkode kondisi ini.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.27
- Deskripsi: Pemantauan tekanan darah
Dalam pengelolaan hipertensi, pemantauan tekanan darah merupakan tindakan medis yang sering dilakukan. Kode ICD-9-CM 99.27 digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkode prosedur pemantauan tekanan darah, yang mencakup pengukuran dan pencatatan tekanan darah pasien.
Selain itu, prosedur atau tindakan medis lain yang mungkin dilakukan dalam penanganan hipertensi esensial (primer) mencakup:
- 99.22 - Pengukuran tekanan darah
- 99.23 - Pengukuran nadi
- 89.7 - Tes diagnostik laboratorium
- 99.21 - Pemeriksaan fisik umum
- Terapi farmakologis, seperti pemberian obat antihipertensi
Pemantauan dan pengelolaan yang tepat sangat penting dalam menangani kondisi hipertensi esensial (primer) untuk mencegah komplikasi jangka panjang, seperti penyakit jantung, stroke, dan kerusakan organ target lainnya. -
Article No. 13181 | 03 Mar 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menyampaikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi hipertensi.
Diagnosis Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan utama untuk kondisi hipertensi adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan peningkatan tekanan darah."
Penjelasan singkat:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer: Ketidakcukupan aliran darah ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi dan struktur jaringan.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan tekanan darah yang dapat mempengaruhi aliran darah ke jaringan perifer.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan perifer yang efektif, dengan indikator seperti status kulit, suhu ekstremitas, dan kekuatan nadi perifer yang normal.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Hipertensi, yang meliputi pengkajian tekanan darah, pemberian obat antihipertensi, edukasi pasien, dan pemantauan efektivitas terapi.
- Tujuan intervensi: Membantu pasien mencapai kontrol tekanan darah yang optimal, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup.
Sebagai perawat profesional, saya akan menerapkan standar-standar ini dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berbasis bukti untuk pasien dengan hipertensi, dengan tujuan mencapai hasil yang optimal bagi kesehatan dan kesejahteraan pasien. -
Article No. 13182 | 03 Mar 2025
Klinis : manajemen hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan mencoba memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi manajemen hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Hipertensi
Definisi:
Ketidakmampuan individu untuk mengontrol atau mengelola secara efektif pengobatan, perubahan gaya hidup, dan pemantauan tekanan darah yang direkomendasikan untuk mengendalikan hipertensi.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakpatuhan Pengobatan
2. Ketidakmampuan Manajemen Kesehatan
3. Ketidakefektifan Manajemen Tekanan Darah
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kepatuhan Pengobatan
2. Kemampuan Manajemen Kesehatan
3. Kontrol Tekanan Darah
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Regimen Pengobatan
2. Edukasi Manajemen Hipertensi
3. Pemantauan Tekanan Darah
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Manajemen Hipertensi" menggambarkan ketidakmampuan pasien dalam mengontrol atau mengelola secara efektif pengobatan, perubahan gaya hidup, dan pemantauan tekanan darah yang direkomendasikan untuk mengendalikan hipertensi.
Standar diagnosa keperawatan (SDKI) mencakup tiga area utama: ketidakpatuhan pengobatan, ketidakmampuan manajemen kesehatan, dan ketidakefektifan manajemen tekanan darah. Standar luaran keperawatan (SLKI) mencakup tiga area yang sesuai, yaitu kepatuhan pengobatan, kemampuan manajemen kesehatan, dan kontrol tekanan darah. Sementara itu, standar intervensi keperawatan (SIKI) mencakup manajemen regimen pengobatan, edukasi manajemen hipertensi, dan pemantauan tekanan darah.
Perawat berperan penting dalam mengelola kondisi hipertensi pasien melalui pengkajian yang komprehensif, intervensi yang tepat, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 13183 | 03 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan demam:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Hipertermia" (SDKI, 2017). Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal, biasanya disertai dengan respon inflamasi sebagai bentuk respons tubuh terhadap infeksi, cedera, atau kondisi patologis lainnya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien akan mencapai Luaran Keperawatan (SLKI) sebagai berikut:
a. Suhu tubuh kembali normal (SLKI, 2019)
b. Tanda-tanda vital stabil (SLKI, 2019)
c. Pasien mampu mengenali dan melaporkan gejala hipertermia (SLKI, 2019)
d. Pasien mampu melakukan perawatan diri untuk mengatasi hipertermia (SLKI, 2019)
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) pada pasien dengan keluhan demam adalah sebagai berikut:
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (SIKI, 2018)
- Pantau suhu tubuh pasien secara berkala
- Pantau tanda-tanda vital lainnya seperti nadi, pernapasan, dan tekanan darah
b. Manajemen Suhu Tubuh (SIKI, 2018)
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Berikan obat penurun demam sesuai dengan resep dokter
c. Edukasi Kesehatan (SIKI, 2018)
- Ajarkan pasien tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan hipertermia
- Ajarkan pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah infeksi
d. Perawatan Diri (SIKI, 2018)
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mandi dan ganti pakaian
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Hipertermia":
- Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal, yang disebabkan oleh infeksi, cedera, atau kondisi patologis lainnya.
- Tanda dan gejala yang muncul dapat berupa demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, dan malaise.
- Diagnosa ini dipilih karena pasien datang dengan keluhan utama demam, yang merupakan salah satu tanda utama dari hipertermia.
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
a. Suhu tubuh kembali normal:
- Indikator keberhasilan adalah pasien mencapai suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C).
b. Tanda-tanda vital stabil:
- Indikator keberhasilan adalah pasien mencapai tanda-tanda vital (nadi, pernapasan, tekanan darah) dalam rentang normal.
c. Pasien mampu mengenali dan melaporkan gejala hipertermia:
- Indikator keberhasilan adalah pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala hipertermia, serta melaporkan kepada petugas kesehatan.
d. Pasien mampu melakukan perawatan diri untuk mengatasi hipertermia:
- Indikator keberhasilan adalah pasien dapat melakukan tindakan perawatan diri, seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan, untuk membantu mengatasi hipertermia.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital:
- Tujuannya adalah untuk memantau perubahan suhu tubuh dan tanda-tanda vital lainnya, sehingga dapat diketahui efektivitas intervensi yang diberikan.
b. Manajemen Suhu Tubuh:
- Tujuannya adalah untuk menurunkan suhu tubuh pasien melalui tindakan pemberian kompres hangat/dingin dan pemberian obat penurun demam.
c. Edukasi Kesehatan:
- Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien tentang hipertermia, sehingga pasien dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan dirinya.
d. Perawatan Diri:
- Tujuannya adalah untuk membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mandi dan ganti pakaian, serta memfasilitasi istirahat yang cukup, sehingga dapat membantu proses pemulihan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan demam. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika masih ada yang perlu diklarifikasi. -
Article No. 13184 | 03 Mar 2025
Klinis : By. A datang dengan keluhan tidak bisa BAB 3 hari sejak dilahirkan. Pasien lahir spontan dibantu dokter obsgyn. Saat hamil ibu pasien rutin kontrol ke bidan dan dokter kandungan, dikatakan ibu terdapat infeksi, namun keluarga tidak mengetahui jenis infeksinya. Setelah lahir, pasien dipulangkan. Setelah dirumah, pasien demam dan perutnya membesar, tidak bisa BAB. Perut menjadi kembung (+), muntah (-), BAK normal. Oleh keluarga, pasien dibawa ke RS, oleh dokter spesialis anak, pasien dikonsulkan ke bagian bedah, diinfus, diinjeksi obat-obatan, dipasang rectal tube, dilakukan spooling, dan dilakukan pemeriksaan colon in loop. Terdapat riwayat keterlambatan keluarnya mekoneum (+) 3 hari setelah lahir. Abdomen Inspeksi: Dinding perut > dining dada, distended (+), Bising usus (-) meningkat, Perkusi: Timpani, Palpasi: Nyeri tekan (-), supel Keadaan umum: menangis kuat, BB 2600 gr, Derajat kesadaran: composmentis Vital sign : Suhu 38,8 celcius, Nadi 150 x/menit RR 45 x/menit Buat Analisa Data, Prioritas diagnose (minimal 3), dan Rencana Tindakan By. A TUGAS: Buat analisa data dan rencana asuhan keperawatnnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang, saya akan membantu Anda dalam membuat analisa data, prioritas diagnosa keperawatan, dan rencana tindakan keperawatan untuk kasus By. A.
Analisa Data:
1. Pasien By. A datang dengan keluhan tidak bisa BAB selama 3 hari sejak dilahirkan.
2. Riwayat kehamilan ibu pasien menunjukkan adanya infeksi, namun jenis infeksinya tidak diketahui.
3. Setelah lahir, pasien mengalami demam dan perut yang membesar, tidak bisa BAB.
4. Pemeriksaan fisik menunjukkan abdomen yang distended, bising usus menurun, dan perkusi timpani.
5. Pasien menunjukkan tanda-tanda keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari setelah lahir.
6. Vital sign pasien menunjukkan suhu 38,8°C, nadi 150 x/menit, dan RR 45 x/menit.
Prioritas Diagnosa Keperawatan:
1. Konstipasi berhubungan dengan keterlambatan keluarnya mekonium
2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
3. Gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan distensi abdomen
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Konstipasi berhubungan dengan keterlambatan keluarnya mekonium
- Lakukan pengkajian terkait pola eliminasi, konsistensi, dan frekuensi BAB
- Berikan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya eliminasi pada bayi baru lahir
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian laksatif atau enema jika diperlukan
- Pantau intake dan output cairan pasien
- Kaji tanda-tanda komplikasi seperti obstruksi usus
2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
- Lakukan pengkajian tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik
- Pantau tanda-tanda infeksi dan sepsis
3. Gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan distensi abdomen
- Lakukan pengkajian kulit perianal dan daerah sekitarnya
- Berikan perawatan kulit perianal yang lembut dan bersih
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian salep atau obat topikal jika diperlukan
- Ajarkan keluarga mengenai perawatan kulit perianal yang tepat
Kesimpulan:
Berdasarkan analisa data dan prioritas diagnosa keperawatan, pasien By. A membutuhkan penanganan yang komprehensif, termasuk manajemen konstipasi, tatalaksana hipertermia, dan perawatan kulit perianal. Kolaborasi yang erat antara perawat dan dokter serta edukasi kepada keluarga menjadi kunci keberhasilan dalam penanganan kasus ini. -
Article No. 13185 | 03 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 61 tahun dirawat di ICU dengan dispnea progresif tiga hari terkait dengan batuk akut, menghasilkan dahak kekuningan dan demam. Pasien membantah gejala konstitusional atau gastrointestinal, nyeri dada, hemoptisis, paparan burung, perjalanan baru-baru ini atau kontak sakit. Untuk riwayat medisnya yang signifikan pada hipertensi, dyslipidemia, diabetes mellitus type 2 dan obesitas. Dan obat-obatan termasuk olmesartan, amlodipine, hydrochlorothiazide, glyburide-metformin, pioglitazone dan simvastatin. Pasien tidak memiliki operasi dan pensiunan perwira militer. Pasien juga membantah merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan minum-minuman alkohol. Pada kasus, pasien mengalami kesulitan bernapas sedang sampai berat, Pasien mengalami demam hingga 37 C, takikardi dengan denyut nadi 123/menit, takipnea dengan laju pernapasan 25/menit dan tekanan darah 154/74 mmHg. Pasien hipoksia dengan saturasi oksigen 80% pada udara sekitar yang meningkat menjadi 96% dengan ventilasi tekanan positif non invasif FIO2 dan 0,7. Pemeriksaan signifikan yaitu untuk penggunaan otot-otot pernapasan aksesori dan radang bibasilar. Pemeriksaan jantung, abdomen, neurologis dan kulit tidak ditemukan. Laboratorium awal menunjukkan leukositosis, cedera ginjal akut, hiponatremia dan rhabdomiolisis. Rontgen dada awal (RCT) dan computed tomography (CT) dari dada menunjukkan infiltrat alveolar lobus kiri bawah luas. Kondisi klinis pasien terus memburuk, pasien membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik pada hari ke 6 untuk server ARDS (PAO2 / FIO2). Piperacillin-tazobactim, vankomisin dan azitromisin dimulai saat masuk, dan levofloxacin ditambahkan pada hari ke 5 ketika hasilnya untuk antigen legionella urine positif. Kultur darah urin dan urin, antibodi mikoplasma dan antigen streptokokus pneumonia adalah negatif. Mengingat keparahan penyakit dan kehadiran DAH, steroid nadi dengan satu-gram methylprednisolone selama tiga hari diikuti oleh prednison 1 mg diberikan. Kondisi pasien terus membaik, tanpa bukti hemoptisis atau penurunan hemoglobin yang parah. Diagnosis akhir dari legionella pneumonia terkait dengan DAH dan ARDS parah dibuat. Pasien dibebaskan untuk ventilator setelah 7 hari, antibiotik diturunkan menjadi levofloxacin sampai selesai 21 hari, steroid dikurangi secara bertahap dan pasien dipulangkan ke rumah setelah tiga minggu dirawat di rumah sakit (Kasif et al., 2017).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan (SDKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Penjelasan: Pasien mengalami dispnea progresif dan kesulitan bernapas sedang sampai berat, yang mengindikasikan adanya gangguan pada bersihan jalan napas.
2. Perfusi Jaringan Terganggu: Paru
- Penjelasan: Pasien mengalami hipoksia dengan saturasi oksigen yang rendah, menandakan adanya gangguan pada perfusi jaringan paru.
3. Resiko Infeksi
- Penjelasan: Pasien mengalami gejala infeksi seperti demam, leukositosis, dan infiltrat alveolar di paru, yang menunjukkan risiko infeksi yang tinggi.
4. Intoleransi Aktivitas
- Penjelasan: Pasien membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik, yang mengindikasikan intoleransi aktivitas akibat keparahan kondisinya.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Bersihan Jalan Napas
2. Peningkatan Perfusi Jaringan
3. Pencegahan Infeksi
4. Peningkatan Toleransi Aktivitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pengelolaan Jalan Napas
2. Terapi Oksigen
3. Manajemen Infeksi
4. Manajemen Aktivitas
Secara umum, pengelolaan pasien ini memerlukan intervensi yang komprehensif, termasuk pemantauan keadaan umum, pemberian oksigen, pengelolaan jalan napas, pemberian antibiotik dan steroid, serta manajemen aktivitas. Kerjasama dengan tim medis lainnya juga penting untuk mengatasi komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 13186 | 03 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 61 tahun dirawat di ICU dengan dispnea progresif tiga hari terkait dengan batuk akut, menghasilkan dahak kekuningan dan demam. Pasien membantah gejala konstitusional atau gastrointestinal, nyeri dada, hemoptisis, paparan burung, perjalanan baru-baru ini atau kontak sakit. Untuk riwayat medisnya yang signifikan pada hipertensi, dyslipidemia, diabetes mellitus type 2 dan obesitas. Dan obat-obatan termasuk olmesartan, amlodipine, hydrochlorothiazide, glyburide-metformin, pioglitazone dan simvastatin. Pasien tidak memiliki operasi dan pensiunan perwira militer. Pasien juga membantah merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan minum-minuman alkohol. Pada kasus, pasien mengalami kesulitan bernapas sedang sampai berat, Pasien mengalami demam hingga 37 C, takikardi dengan denyut nadi 123/menit, takipnea dengan laju pernapasan 25/menit dan tekanan darah 154/74 mmHg. Pasien hipoksia dengan saturasi oksigen 80% pada udara sekitar yang meningkat menjadi 96% dengan ventilasi tekanan positif non invasif FIO2 dan 0,7. Pemeriksaan signifikan yaitu untuk penggunaan otot-otot pernapasan aksesori dan radang bibasilar. Pemeriksaan jantung, abdomen, neurologis dan kulit tidak ditemukan. Laboratorium awal menunjukkan leukositosis, cedera ginjal akut, hiponatremia dan rhabdomiolisis. Rontgen dada awal (RCT) dan computed tomography (CT) dari dada menunjukkan infiltrat alveolar lobus kiri bawah luas. Kondisi klinis pasien terus memburuk, pasien membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik pada hari ke 6 untuk server ARDS (PAO2 / FIO2). Piperacillin-tazobactim, vankomisin dan azitromisin dimulai saat masuk, dan levofloxacin ditambahkan pada hari ke 5 ketika hasilnya untuk antigen legionella urine positif. Kultur darah urin dan urin, antibodi mikoplasma dan antigen streptokokus pneumonia adalah negatif. Mengingat keparahan penyakit dan kehadiran DAH, steroid nadi dengan satu-gram methylprednisolone selama tiga hari diikuti oleh prednison 1 mg diberikan. Kondisi pasien terus membaik, tanpa bukti hemoptisis atau penurunan hemoglobin yang parah. Diagnosis akhir dari legionella pneumonia terkait dengan DAH dan ARDS parah dibuat. Pasien dibebaskan untuk ventilator setelah 7 hari, antibiotik diturunkan menjadi levofloxacin sampai selesai 21 hari, steroid dikurangi secara bertahap dan pasien dipulangkan ke rumah setelah tiga minggu dirawat di rumah sakit (Kasif et al., 2017).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klinis yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor Berhubungan: Akumulasi sekret, kelelahan otot pernapasan, edema, obstruksi jalan napas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dalam jumlah dan pola yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- Faktor Berhubungan: Kelelahan otot pernapasan, edema paru, peningkatan work of breathing.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Berhubungan: Peningkatan kebutuhan metabolik, gangguan fungsi gastrointestinal, disfagia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator: Bebas sputum, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
- Target: Pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif dalam waktu 7 hari.
2. Status Pernapasan
- Indikator: Frekuensi napas dalam batas normal, kedalaman napas adekuat, tidak ada retraksi atau penggunaan otot bantu pernapasan.
- Target: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif dalam waktu 5 hari.
3. Status Nutrisi
- Indikator: Asupan nutrisi sesuai kebutuhan, berat badan stabil, tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Target: Pasien menunjukkan status nutrisi yang adekuat dalam waktu 14 hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitoring jalan napas
- Manajemen jalan napas
- Suction jalan napas
- Perawatan trakeostomi
- Terapi oksigen
2. Pola Napas Tidak Efektif
- Monitoring pernapasan
- Manajemen ventilasi
- Terapi oksigen
- Latihan pernapasan
- Manajemen kelelahan
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Manajemen nutrisi
- Pemberian nutrisi enteral/parenteral
- Monitoring status nutrisi
- Konseling gizi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi berdasarkan kondisi pasien adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Pola Napas Tidak Efektif, dan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif, pola napas yang efektif, dan status nutrisi yang adekuat dalam waktu yang ditentukan. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran mencakup monitoring, manajemen, terapi, latihan, dan kolaborasi untuk mengatasi masalah terkait bersihan jalan napas, pola napas, dan status nutrisi pada pasien. -
Article No. 13187 | 03 Mar 2025
Klinis : kekurangan elektrolit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi kekurangan elektrolit:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan elektrolit, yang didefinisikan sebagai kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan kadar elektrolit (misalnya natrium, kalium, klorida, kalsium) dalam tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan yang tidak adekuat, kehilangan yang berlebihan, atau redistribusi elektrolit yang tidak tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
1. Kadar elektrolit dalam batas normal
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak terjadi komplikasi akibat ketidakseimbangan elektrolit
4. Pasien dapat menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan upaya pencegahannya
5. Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku untuk menjaga keseimbangan elektrolit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Elektrolit
- Pantau kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, kalsium) secara berkala
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau intake dan output cairan
- Pantau tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan kebutuhan cairan dan elektrolit pasien
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, baik melalui oral maupun parenteral
- Pantau respons pasien terhadap terapi cairan dan elektrolit
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan bahaya ketidakseimbangan elektrolit
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang diet yang sesuai untuk menjaga keseimbangan elektrolit
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya memantau asupan dan output cairan
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
- Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan diagnosis dan rencana pengobatan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Lakukan rujukan ke spesialis jika diperlukan
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan keseimbangan elektrolit, perbaikan tanda-tanda vital, serta pencegahan komplikasi. Hal ini akan membantu pasien mencapai kondisi kesehatan yang optimal.