Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21366 | 02 Sep 2025
Klinis : Lima siswa kelas 2 SD mengalami diare setelah jajan makanan di kantin sekolah yang kurang higienis. Salah seorang dari mereka dirujuk oleh perawat UKS ke puskesmas karena diare lebih dari 5 kali, lemas, dan muntah-muntah. Observasi menunjukkan kantin sekolah tidak memiliki fasilitas cuci tangan yang memadai, dan banyak makanan disajikan terbuka tanpa penutup. Sekolah dekat dengan tempat pembuangan sampah. Guru melaporkan bahwa sebagian besar siswa tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko infeksi: berhubungan dengan penyajian makanan yang tidak higienis dan kurangnya fasilitas cuci tangan di kantin sekolah, serta kebiasaan siswa yang tidak mencuci tangan sebelum makan.
2. Diare: berhubungan dengan konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi di kantin sekolah.
3. Kekurangan volume cairan: berhubungan dengan diare dan muntah-muntah yang dialami oleh siswa.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko infeksi terkendali:
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada siswa.
- Kriteria hasil: Siswa tidak mengalami infeksi lebih lanjut.
2. Keseimbangan cairan terpelihara:
- Indikator: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
- Kriteria hasil: Siswa tidak mengalami kekurangan volume cairan.
3. Gejala diare teratasi:
- Indikator: Frekuensi diare menurun, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
- Kriteria hasil: Siswa tidak lagi mengalami diare.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen risiko infeksi:
- Edukasi kepada siswa, guru, dan pengelola kantin tentang pentingnya higienis dan sanitasi.
- Menyediakan fasilitas cuci tangan yang memadai di kantin sekolah.
- Memantau kebersihan dan sanitasi di kantin sekolah secara berkala.
- Koordinasi dengan pihak sekolah dan puskesmas untuk meningkatkan hygiene dan sanitasi di lingkungan sekolah.
2. Manajemen diare:
- Pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status hidrasi siswa.
- Edukasi kepada siswa dan orang tua tentang cara menangani diare.
- Koordinasi dengan puskesmas untuk penanganan lebih lanjut jika diperlukan.
3. Manajemen cairan:
- Pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) untuk mencegah kekurangan volume cairan.
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status hidrasi siswa.
- Edukasi kepada siswa dan orang tua tentang pentingnya menjaga hidrasi.
- Koordinasi dengan puskesmas untuk penanganan lebih lanjut jika diperlukan.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Dalam kasus ini, siswa kelas 2 SD mengalami diare setelah mengonsumsi makanan yang kurang higienis di kantin sekolah. Hal ini menimbulkan risiko infeksi, diare, dan kekurangan volume cairan yang perlu ditangani segera. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup risiko infeksi, diare, dan kekurangan volume cairan.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah terkendalinya risiko infeksi, terpeliharanya keseimbangan cairan, dan teratasi nya gejala diare. Indikator-indikator ini menunjukkan bahwa siswa telah pulih dari kondisi yang disebabkan oleh konsumsi makanan tidak higienis di kantin sekolah.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen risiko infeksi, manajemen diare, dan manajemen cairan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi, mengatasi diare, dan mencegah kekurangan volume cairan pada siswa. Kolaborasi dengan pihak sekolah dan puskesmas juga diperlukan untuk meningkatkan hygiene dan sanitasi di lingkungan sekolah serta penanganan lebih lanjut jika diperlukan.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan siswa dapat pulih dan terhindar dari komplikasi lebih lanjut akibat konsumsi makanan tidak higienis di kantin sekolah. -
Article No. 21367 | 02 Sep 2025
Klinis : Laki-laki usia 65 tahun dirawat di ruang saraf dengan stroke iskemik. Pasien mengalami hemiparese dextra setelah mengalami stroke 7 hari yang lalu. Pada pengkajian: kesadaran apatis, Tekanan darah 160/100 mmHg, frekuensi nadi 85 kali/menit, frekuensi napas 23 kali/menit, kekuatan otot ekstremitas dextra 2, kesulitan menelan, reflek patella hipoaktif, pasien kesulitan membolak-balikkan telapak tangan dan gerakannya lambat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat stroke iskemik, ditandai dengan hemiparese dextra, kesulitan membolak-balikkan telapak tangan, dan gerakan yang lambat.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan akibat stroke iskemik, ditandai dengan peningkatan frekuensi napas.
3. Risiko aspirasi berhubungan dengan kelemahan otot menelan akibat stroke iskemik, ditandai dengan kesulitan menelan.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan neurologis akibat stroke iskemik, ditandai dengan reflek patella hipoaktif.
5. Risiko hipertensi berhubungan dengan perubahan regulasi otonom akibat stroke iskemik, ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
6. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kerusakan neurologis akibat stroke iskemik, ditandai dengan kesadaran apatis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Mobilitas fisik: Pasien dapat melakukan pergerakan ekstremitas dextra secara mandiri dengan bantuan minimal.
2. Pola napas: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif dengan frekuensi napas dalam rentang normal.
3. Risiko aspirasi: Tidak terjadi episode aspirasi selama perawatan.
4. Sensasi: Pasien menunjukkan peningkatan sensasi proprioseptif di ekstremitas dextra.
5. Tekanan darah: Pasien menunjukkan tekanan darah dalam rentang normal.
6. Proses berpikir: Pasien menunjukkan peningkatan kesadaran dan kemampuan berpikir.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Mobilitas fisik:
a. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif-asistif untuk ekstremitas dextra.
b. Berikan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan pasien.
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi yang sesuai.
2. Pola napas:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
c. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik.
3. Risiko aspirasi:
a. Berikan asupan makan dan minum melalui jalur yang aman (NGT/PEG).
b. Anjurkan posisi makan dan minum yang aman.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memodifikasi diet yang sesuai.
4. Sensasi:
a. Lakukan stimulasi sensori pada ekstremitas dextra.
b. Berikan latihan propriosepsi dan koordinasi.
c. Kolaborasi dengan terapis okupasi untuk program rehabilitasi.
5. Tekanan darah:
a. Pantau tekanan darah secara berkala.
b. Berikan obat antihipertensi sesuai instruksi dokter.
c. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertensi.
6. Proses berpikir:
a. Lakukan orientasi realitas secara bertahap.
b. Libatkan keluarga dalam proses perawatan.
c. Berikan stimulasi kognitif sesuai dengan kemampuan pasien.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Setiap diagnosa keperawatan mencerminkan masalah kesehatan yang dialami oleh pasien berdasarkan data pengkajian. Diagnosa-diagnosa ini dikembangkan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang merupakan acuan baku dalam praktik keperawatan di Indonesia. Setiap diagnosa memiliki definisi, batasan karakteristik, faktor yang berhubungan, dan etiologi yang spesifik.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Luaran keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan. Luaran ini dikembangkan menggunakan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan intervensi keperawatan. Setiap luaran memiliki definisi, indikator, dan kriteria hasil yang jelas.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi ini dikembangkan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang menjadi panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Setiap intervensi memiliki definisi, aktivitas, dan pertimbangan khusus yang perlu diperhatikan.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan berpusat pada pasien, sehingga dapat membantu pasien mencapai hasil yang optimal dalam proses pemulihan. -
Article No. 21368 | 02 Sep 2025
Klinis : epitaksis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R04.0
- Deskripsi: Epistaksis (Perdarahan hidung)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 21.00 - 21.99
- Deskripsi: Prosedur pada hidung, termasuk tamponade hidung, penjahitan perdarahan hidung, dan prosedur untuk mengendalikan epistaksis.
Penjelasan detail:
Epitaksis, atau perdarahan hidung, adalah kondisi medis yang dicirikan oleh perdarahan dari dalam lubang hidung. Kode ICD-10 R04.0 digunakan untuk mengkodekan diagnosis epitaksis. Penyebab epitaksis dapat mencakup trauma, infeksi, kelainan koagulasi darah, atau kondisi lainnya.
Jika diperlukan, beberapa prosedur ICD-9-CM dapat digunakan untuk menangani epitaksis, termasuk:
- 21.00 - 21.99: Prosedur pada hidung, yang mencakup tamponade hidung, penjahitan perdarahan, dan prosedur lainnya untuk mengendalikan perdarahan.
- Contoh spesifik prosedur: 21.00 (Tamponade hidung), 21.01 (Penjahitan perdarahan hidung), 21.09 (Prosedur lain pada hidung untuk mengendalikan perdarahan).
Penegakan diagnosis dan pemilihan prosedur yang tepat harus dilakukan oleh dokter berdasarkan evaluasi klinis dan hasil pemeriksaan pasien. -
Article No. 21369 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusing dan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan pusing dan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal sebagai respons terhadap agen penyebab.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Suhu (1820)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Demam (3740)
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang lebih tinggi dari normal.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan pusing dan demam kemungkinan mengalami kondisi hipertermia, yaitu peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia (00007).
Dalam SDKI, hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal sebagai respons terhadap agen penyebab. SLKI terkait dengan kondisi ini adalah Kontrol Suhu (1820), yang mengacu pada kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal.
Intervensi keperawatan yang sesuai adalah Manajemen Demam (3740) yang terdapat dalam SIKI. Intervensi ini meliputi tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang lebih tinggi dari normal. -
Article No. 21370 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yaitu batuk pilek, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00030
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00410
Definisi: Bebas dari sekresi pada saluran napas.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00080
Definisi: Pemberian tindakan untuk memfasilitasi pembersihan sekresi jalan napas dan mempertahankan keseimbangan oksigenasi.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan batuk pilek mengalami diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, yang artinya terdapat ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas. Tujuan luarannya adalah agar pasien bebas dari sekresi pada saluran napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian tindakan untuk memfasilitasi pembersihan sekresi jalan napas dan mempertahankan keseimbangan oksigenasi. -
Article No. 21371 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri di jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri di jantung:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Kode 00132, Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Kode 00405, Keadaan di mana individu mengalami dan melaporkan sensasi ketidaknyamanan fisik yang bersifat akut.
- SIKI: Kode 00132, Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi nyeri yang baru muncul dan berlangsung dalam waktu singkat.
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan nyeri di jantung, yang merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan atau gangguan pada jantung. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut, di mana pasien mengalami dan melaporkan sensasi ketidaknyamanan fisik yang baru muncul dan berlangsung dalam waktu singkat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi nyeri tersebut. -
Article No. 21372 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan perut bagian bawah terasa kencang-kencang sejak satu minggu terakhir. Keluhan muncul hilang timbul, terutama saat pasien berjalan, dengan skala nyeri 3 (nyeri tumpul). Pasien merasa sedikit cemas karena ini adalah kehamilan pertamanya dan persalinan direncanakan melalui operasi sectio caesarea. Ia mengaku khawatir terhadap kondisi bayinya, namun tetap menunjukkan rasa antusias dan harapan besar agar bayi lahir sehat. Hasil pengkajian menunjukkan kondisi umum pasien cukup baik dengan kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah 113/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 20x/menit, dan suhu 36,6°C. Berat badan sebelum hamil 60 kg, saat ini 82 kg dengan LILA 32 cm dan tinggi badan 158 cm. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 12,7 g/dl (normal), leukosit 12.700/mm³ (sedikit meningkat), trombosit 287.000/mm³ (normal), dan PCV 37,4% (sedikit di bawah normal). Pada pemeriksaan obstetri, tinggi fundus uteri 29 cm dengan presentasi kepala yang sudah masuk PAP. Denyut jantung janin 150x/menit dengan taksiran berat janin ±2600 gram. Terdapat kontraksi uterus yang konsisten dengan usia kehamilan 39 minggu. Pasien tidak melaporkan adanya perdarahan, cairan ketuban, atau tanda-tanda bahaya kehamilan lainnya. Riwayat kesehatan pasien cukup baik. Tidak ada riwayat penyakit kronis, operasi, alergi, maupun infeksi TORCH. Riwayat obstetri sebelumnya normal, dengan menarche pada usia 12 tahun, siklus menstruasi teratur, tanpa keluhan dismenore. Riwayat ANC baik dengan kunjungan rutin sebanyak 15 kali, imunisasi TT lengkap 3 kali. Pasien tidak memiliki kebiasaan berisiko seperti merokok, konsumsi alkohol, atau penggunaan obat-obatan terlarang. Secara psikososial, pasien tampak mendapat dukungan positif dari keluarga, terutama dari suami. Ia mengaku bahagia dengan kehamilannya, namun juga cemas menjelang proses persalinan. Pasien sering bertanya mengenai prosedur SC yang akan dijalani, namun ia percaya diri dan berharap proses persalinannya berjalan lancar. Ia telah menyiapkan perlengkapan bayi, memahami pentingnya nutrisi selama hamil, serta merencanakan untuk memberikan ASI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu (International Association for the Study of Pain).
- Karakteristik: Keluhan pasien mengenai perut bagian bawah yang terasa kencang-kencang, skala nyeri 3 (nyeri tumpul).
2. Kecemasan
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disebabkan oleh antisipasi bahaya, baik internal maupun eksternal.
- Karakteristik: Pasien merasa cemas karena ini adalah kehamilan pertamanya dan akan menjalani persalinan melalui operasi sectio caesarea.
3. Ketakutan
- Definisi: Respon emosional yang disebabkan oleh ancaman yang teridentifikasi.
- Karakteristik: Pasien khawatir terhadap kondisi bayinya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Tujuan: Pasien melaporkan penurunan skala nyeri selama proses kehamilan dan persalinan.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat menyebutkan faktor penyebab nyeri.
b. Pasien dapat menerapkan manajemen nyeri non-farmakologis.
c. Pasien melaporkan penurunan skala nyeri.
2. Kecemasan
- Tujuan: Pasien dapat mengatasi kecemasan terkait proses persalinan.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
c. Pasien melaporkan penurunan tingkat kecemasan.
3. Ketakutan
- Tujuan: Pasien dapat mengatasi ketakutan terhadap kondisi bayi.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi sumber ketakutan.
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran.
c. Pasien menunjukkan peningkatan harapan terhadap kesehatan bayi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut
- Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas).
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pemberian analgesik yang sesuai.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, massage, kompres hangat/dingin.
- Pendidikan Kesehatan
- Berikan pendidikan tentang faktor-faktor yang dapat memengaruhi nyeri selama kehamilan dan persalinan.
- Ajarkan pasien untuk melaporkan nyeri secara dini.
2. Kecemasan
- Manajemen Kecemasan
- Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien.
- Berikan dukungan emosional dan bantu pasien mengungkapkan perasaannya.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi kecemasan.
- Dukungan Psikologis
- Fasilitasi pasien untuk mendiskusikan rencana persalinan dan prosedur SC.
- Dorong pasien untuk mengekspresikan harapan dan kekhawatirannya.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan positif.
3. Ketakutan
- Manajemen Ketakutan
- Identifikasi sumber dan tingkat ketakutan pasien.
- Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang kondisi bayi dan proses persalinan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan visualisasi untuk mengurangi ketakutan.
- Dukungan Psikologis
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya.
- Fasilitasi diskusi dengan tenaga kesehatan untuk menjawab pertanyaan pasien.
- Berikan reinforcement positif dan harapan terhadap kesehatan bayi.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan pengalaman dan kesejahteraan pasien selama kehamilan dan persalinan. -
Article No. 21373 | 02 Sep 2025
Klinis : Ny. E adalah seorang wanita berusia 22 tahun, ibu rumah tangga, dengan pendidikan terakhir SMA. Ia datang ke poli kandungan R. Edelweis pada tanggal 8 November 2022 pukul 20.00 WIB untuk pemeriksaan kehamilan. Pasien merupakan G1P0A0 dengan usia kehamilan 39 minggu, hasil dari pernikahannya dengan Tn. D (24 tahun, TNI AD). Pasangan ini tinggal di Asrama Yon Bekang 2 Kostrad, dan kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan serta sangat dinanti oleh keluarga. Pasien mengeluhkan perut bagian bawah terasa kencang-kencang sejak satu minggu terakhir. Keluhan muncul hilang timbul, terutama saat pasien berjalan, dengan skala nyeri 3 (nyeri tumpul). Pasien merasa sedikit cemas karena ini adalah kehamilan pertamanya dan persalinan direncanakan melalui operasi sectio caesarea. Ia mengaku khawatir terhadap kondisi bayinya, namun tetap menunjukkan rasa antusias dan harapan besar agar bayi lahir sehat. Hasil pengkajian menunjukkan kondisi umum pasien cukup baik dengan kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah 113/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 20x/menit, dan suhu 36,6°C. Berat badan sebelum hamil 60 kg, saat ini 82 kg dengan LILA 32 cm dan tinggi badan 158 cm. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 12,7 g/dl (normal), leukosit 12.700/mm³ (sedikit meningkat), trombosit 287.000/mm³ (normal), dan PCV 37,4% (sedikit di bawah normal). Pada pemeriksaan obstetri, tinggi fundus uteri 29 cm dengan presentasi kepala yang sudah masuk PAP. Denyut jantung janin 150x/menit dengan taksiran berat janin ±2600 gram. Terdapat kontraksi uterus yang konsisten dengan usia kehamilan 39 minggu. Pasien tidak melaporkan adanya perdarahan, cairan ketuban, atau tanda-tanda bahaya kehamilan lainnya. Riwayat kesehatan pasien cukup baik. Tidak ada riwayat penyakit kronis, operasi, alergi, maupun infeksi TORCH. Riwayat obstetri sebelumnya normal, dengan menarche pada usia 12 tahun, siklus menstruasi teratur, tanpa keluhan dismenore. Riwayat ANC baik dengan kunjungan rutin sebanyak 15 kali, imunisasi TT lengkap 3 kali. Pasien tidak memiliki kebiasaan berisiko seperti merokok, konsumsi alkohol, atau penggunaan obat-obatan terlarang. Secara psikososial, pasien tampak mendapat dukungan positif dari keluarga, terutama dari suami. Ia mengaku bahagia dengan kehamilannya, namun juga cemas menjelang proses persalinan. Pasien sering bertanya mengenai prosedur SC yang akan dijalani, namun ia percaya diri dan berharap proses persalinannya berjalan lancar. Ia telah menyiapkan perlengkapan bayi, memahami pentingnya nutrisi selama hamil, serta merencanakan untuk memberikan ASI eksklusif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diuraikan, dapat ditetapkan beberapa Diagnosa Keperawatan untuk Ny. E, beserta penjelasan singkat dan kode sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
- SDKI: Nyeri akut (00132)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
- SLKI: Kontrol Nyeri (00800)
- SIKI: Manajemen Nyeri (06402)
2. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI: Kecemasan (00146)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SLKI: Tingkat Kecemasan (01402)
- SIKI: Manajemen Kecemasan (06108)
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi (00004)
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Status Infeksi (01004)
- SIKI: Pencegahan Infeksi (06508)
4. Diagnosa Keperawatan: Peningkatan Nutrisi
- SDKI: Peningkatan Nutrisi (00001)
- Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Status Nutrisi (01018)
- SIKI: Manajemen Nutrisi (06318)
Masing-masing diagnosa keperawatan tersebut memiliki kode dan definisi yang telah ditetapkan dalam SDKI, SLKI, dan SIKI. Diagnosa-diagnosa ini mencakup aspek fisik, psikologis, dan risiko yang dihadapi oleh Ny. E selama kehamilannya, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 21374 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien masuk IGD dengan diagnosa medis Hipertensi, muntah-muntah, dehidrasi sedang. Kesadaran compos mentis, TD 190/87, RR 24x/menit, Nadi 58x/menit, pasien mengeluh mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya jelaskan secara rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Hipovolemia: Kondisi pasien dengan hipertensi, muntah-muntah, dan dehidrasi sedang menunjukkan tanda-tanda hipovolemia atau penurunan volume cairan dalam tubuh. Hipovolemia dapat mengakibatkan gangguan hemodinamik dan perubahan tanda-tanda vital.
2. Mual: Pasien mengeluh mual, yang merupakan salah satu gejala yang muncul akibat hipovolemia dan dapat menghambat intake cairan dan nutrisi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake cairan dan nutrisi akibat mual dan muntah-muntah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipovolemia teratasi: Tanda-tanda vital pasien kembali dalam batas normal (TD 120-130/70-80 mmHg, nadi 60-100 x/menit, RR 12-20 x/menit), turgor kulit baik, mukosa lembab, dan produksi urin adekuat.
2. Mual teratasi: Pasien tidak lagi mengeluh mual dan dapat menerima intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
3. Keseimbangan nutrisi kembali: Pasien dapat mempertahankan berat badan dan tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen hipovolemia:
a. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengatasi dehidrasi.
c. Pantau intake dan output cairan.
d. Anjurkan pasien untuk berbaring dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
2. Manajemen mual:
a. Kaji penyebab mual dan faktor pencetus.
b. Berikan antiemetik sesuai instruksi dokter.
c. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang mudah dicerna.
d. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
3. Manajemen nutrisi:
a. Kaji status nutrisi pasien.
b. Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
d. Pantau asupan dan output cairan serta berat badan pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengatasi hipovolemia, mual, dan mencapai keseimbangan nutrisi, sehingga mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 21375 | 02 Sep 2025
Klinis : batuk berdahak, sesek nafas, dada terasa panas,
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter/perekam medik, saya dapat memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J41.0
- Deskripsi: Bronkitis kronis sederhana
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Pemberian oksigen, lainnya
Penjelasan:
Kondisi batuk berdahak, sesak napas, dan dada terasa panas dapat mengarah pada diagnosis bronkitis kronis sederhana, yang diwakili oleh kode ICD-10 J41.0. Bronkitis kronis sederhana adalah peradangan kronis pada saluran pernapasan yang menyebabkan batuk berdahak dan sesak napas.
Dalam kasus ini, salah satu tindakan medis yang mungkin diberikan adalah pemberian oksigen, yang memiliki kode ICD-9-CM 93.08. Pemberian oksigen dapat membantu mengatasi masalah sesak napas yang dialami pasien.
Perlu dicatat bahwa kode-kode ini digunakan untuk tujuan klasifikasi dan pencatatan medis, dan penentuan diagnosis serta tindakan medis yang tepat harus dilakukan oleh dokter berdasarkan pemeriksaan dan evaluasi klinis yang menyeluruh.