Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13327 | 04 Mar 2025
Klinis : Datang dengan keluhan luka. Bakar di dada di tangan dan di leher
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit (SDKI)
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit yang merupakan respon tubuh terhadap ancaman yang dapat mengganggu homeostasis.
Penyebab: Luka bakar di dada, tangan, dan leher.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perbaikan Integritas Kulit
Tujuan: Pasien menunjukkan perbaikan integritas kulit yang ditandai dengan penurunan luas dan kedalaman luka, serta tidak terjadi komplikasi.
Intervensi:
- Melakukan perawatan luka bakar sesuai standar
- Memantau tanda-tanda infeksi pada luka
- Memberikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi nyeri
- Menjaga kebersihan dan kelembapan area luka
Luaran Asuhan Keperawatan (SIKI):
1. Perbaikan Integritas Kulit
Kriteria Hasil:
- Luas dan kedalaman luka berkurang
- Tidak terjadi komplikasi
- Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Kerusakan Integritas Kulit" sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menggambarkan kondisi pasien yang mengalami luka bakar di dada, tangan, dan leher. Tujuan asuhan keperawatan adalah "Perbaikan Integritas Kulit" dengan intervensi-intervensi yang ditujukan untuk merawat luka bakar, memantau tanda infeksi, mengelola nyeri, dan menjaga kebersihan serta kelembapan area luka. Luaran asuhan keperawatan yang diharapkan adalah perbaikan integritas kulit yang ditandai dengan penurunan luas dan kedalaman luka, tidak terjadi komplikasi, tidak ditemukan tanda-tanda infeksi, dan pasien melaporkan nyeri yang berkurang. -
Article No. 13328 | 04 Mar 2025
Klinis : Datang dengan keluhan luka. Bakar di dada di tangan dan di leher
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: T20.2
- Deskripsi: Luka bakar dan korosi derajat 2 pada dada
- Kode: T22.2
- Deskripsi: Luka bakar dan korosi derajat 2 pada lengan(s), kecuali pergelangan tangan(s) dan tangan(s)
- Kode: T21.2
- Deskripsi: Luka bakar dan korosi derajat 2 pada leher
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 92.33
- Deskripsi: Debridemen luka bakar, dada, lengan, atau leher
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10:
- T20.2 (Luka bakar dan korosi derajat 2 pada dada): Ini adalah kode yang sesuai untuk menggambarkan luka bakar derajat 2 yang terjadi di dada.
- T22.2 (Luka bakar dan korosi derajat 2 pada lengan(s), kecuali pergelangan tangan(s) dan tangan(s)): Ini adalah kode yang sesuai untuk menggambarkan luka bakar derajat 2 yang terjadi di tangan.
- T21.2 (Luka bakar dan korosi derajat 2 pada leher): Ini adalah kode yang sesuai untuk menggambarkan luka bakar derajat 2 yang terjadi di leher.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- 92.33 (Debridemen luka bakar, dada, lengan, atau leher): Ini adalah kode prosedur yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan tindakan debridemen yang dilakukan pada luka bakar di dada, lengan, atau leher.
Kode-kode ini digunakan untuk mengkategorikan dan mengidentifikasi dengan tepat kondisi medis dan prosedur terkait yang dialami oleh pasien. Pengkodean yang akurat sangat penting untuk dokumentasi medis yang komprehensif dan pengajuan klaim asuransi yang benar. -
Article No. 13329 | 04 Mar 2025
Klinis : Datang dengan keluhan luka. Bakar di dada di tangan dan di leher
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memakai nada akademis dan persona pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan luka bakar di dada, tangan, dan leher:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit akibat luka bakar.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan. Kondisi ini berhubungan dengan kerusakan integritas kulit akibat luka bakar, dimana kulit yang rusak menjadi rentan terhadap masuknya agen infeksi.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Tidak Terjadi Infeksi, dimana tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, dan pembengkakan tidak ditemukan.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain Perawatan Luka, Manajemen Infeksi, dan Edukasi Pencegahan Infeksi. Tujuannya adalah mempertahankan integritas kulit, mencegah infeksi, dan meningkatkan pemahaman pasien dalam melakukan perawatan luka. -
Article No. 13330 | 04 Mar 2025
Klinis : Datang dengan keluhan luka. Bakar di dada di tangan dan di leher
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Berdasarkan keluhan yang dialami pasien, yaitu luka bakar di dada, tangan, dan leher, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
Karakteristik Definisi: Kerusakan kulit, perubahan warna kulit, perubahan sensasi, edema, dan lain-lain.
b. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Karakteristik Definisi: Melaporkan nyeri, mengerutkan kening, meringis, gelisah, dan lain-lain.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Integritas Kulit Membaik
Definisi: Pemulihan struktur dan fungsi kulit.
Kriteria Hasil:
- Kulit tidak luka/rusak
- Tidak ada perubahan warna kulit
- Sensasi kulit normal
- Tidak ada edema
b. Nyeri Terkontrol
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dapat dikelola dan dikendalikan.
Kriteria Hasil:
- Melaporkan penurunan rasa nyeri
- Menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas
- Menunjukkan ekspresi wajah yang lebih santai
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Untuk Diagnosa Keperawatan Integritas Kulit Terganggu:
- Perawatan Luka: Membersihkan, mendebridemen, dan merawat luka bakar sesuai protokol.
- Terapi Nutrisi: Memenuhi kebutuhan nutrisi untuk mempercepat penyembuhan luka.
- Manajemen Lingkungan: Menjaga kebersihan dan suhu ruangan yang sesuai untuk penyembuhan luka.
- Edukasi Pasien: Mengajarkan pasien tentang perawatan luka dan upaya pencegahan infeksi.
b. Untuk Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut:
- Manajemen Nyeri: Memberikan analgesik sesuai resep, menggunakan teknik nonfarmakologis (distraksi, relaksasi, dan lain-lain).
- Pemantauan Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital yang terkait dengan nyeri, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh.
- Edukasi Pasien: Mengajarkan pasien teknik-teknik manajemen nyeri dan mendorong partisipasi aktif dalam pengelolaan nyeri.
- Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkoordinasi dengan dokter atau tim kesehatan lain untuk memperoleh pengobatan nyeri yang efektif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perbaikan integritas kulit dan pengendalian nyeri pada pasien dengan luka bakar. -
Article No. 13331 | 04 Mar 2025
Klinis : KASUS 2: Seorang laki-laki usia 57 th dirawat di RSJ dengan keluhan masuk marah-marah dan sering mendengar suara orang memberikan perintah untuk bersiap karena musuh menyerang. Diketahui bahwa pasien merupakan veteran/ pensiunan angkatan yg lama bertugas di perbatasan Negara. 1 bulan sebelum masuk RS, pasien terlihat resah dan cemas, jarang tidur dan terlihat waspada. Pasien merasa curiga hp dan alat komunikasi lainnya digunakan oleh musuh untuk memonitor dirinya dan menyadap pembicaraan dengan keluarga. Pasien marah-marah karena keluarga tidak ada yang percaya bahwa mereka dalam bahaya. Saat dikaji dan diberikan intervensi, pasien sering menolak dan terlihat curiga dan waspada. Klien mempunyai riwayat genetic gangguan jiwa dan mempunyai kepribadin introvert.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana keperawatan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Halusinasi pendengaran (+)
2. Kecemasan (+)
3. Risiko perilaku kekerasan (+)
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Halusinasi pendengaran (+)
- SDKI: Halusinasi adalah persepsi sensorik yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang sesuai.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Terapi Modalitas Sensori, Terapi Realitas, dan Terapi Kelompok.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang dapat dicapai adalah Pasien dapat mengenali dan mengontrol halusinasi, serta dapat beradaptasi dengan halusinasi.
2. Kecemasan (+)
- SDKI: Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Terapi Relaksasi, Terapi Kognitif, dan Konseling.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang dapat dicapai adalah Pasien dapat mengenali dan mengontrol kecemasan, serta dapat beradaptasi dengan kecemasan.
3. Risiko perilaku kekerasan (+)
- SDKI: Risiko perilaku kekerasan adalah ancaman yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Manajemen Marah, Pembatasan Lingkungan, dan Terapi Pelibatan Pasien.
- SIKI: Tujuan keperawatan yang dapat dicapai adalah Pasien dapat mengenali dan mengontrol perilaku kekerasan, serta dapat beradaptasi dengan perilaku kekerasan.
Rencana Keperawatan Standar:
1. Kaji tanda dan gejala halusinasi, kecemasan, dan risiko perilaku kekerasan.
2. Berikan terapi modalitas sensori, realitas, dan kelompok untuk mengatasi halusinasi.
3. Berikan terapi relaksasi, kognitif, dan konseling untuk mengatasi kecemasan.
4. Berikan manajemen marah, pembatasan lingkungan, dan terapi pelibatan pasien untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan.
5. Libatkan keluarga dalam proses perawatan dan berikan edukasi terkait kondisi pasien.
6. Monitor tanda vital, status mental, dan respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
7. Evaluasi keefektifan intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan. -
Article No. 13332 | 04 Mar 2025
Klinis : KASUS 2: Seorang laki-laki usia 57 th dirawat di RSJ dengan keluhan masuk marah-marah dan sering mendengar suara orang memberikan perintah untuk bersiap karena musuh menyerang. Diketahui bahwa pasien merupakan veteran/ pensiunan angkatan yg lama bertugas di perbatasan Negara. 1 bulan sebelum masuk RS, pasien terlihat resah dan cemas, jarang tidur dan terlihat waspada. Pasien merasa curiga hp dan alat komunikasi lainnya digunakan oleh musuh untuk memonitor dirinya dan menyadap pembicaraan dengan keluarga. Pasien marah-marah karena keluarga tidak ada yang percaya bahwa mereka dalam bahaya. Saat dikaji dan diberikan intervensi, pasien sering menolak dan terlihat curiga dan waspada. Klien mempunyai riwayat genetic gangguan jiwa dan mempunyai kepribadin introvert.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk Kasus 2:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Rentang perilaku yang ditunjukkan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain dan berpotensi merusak.
Karakteristik Definisi: Klien menunjukkan perilaku mudah tersinggung, tidak mampu mengontrol kemarahan, menolak intervensi perawat, curiga berlebihan terhadap orang lain.
2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Definisi: Pengalaman sensorik yang tampak nyata namun dibangkitkan oleh pikiran sendiri tanpa adanya stimulus eksternal.
Karakteristik Definisi: Klien melaporkan mendengar suara-suara yang memerintahkan sesuatu, merasa dirinya dimonitor/disadap oleh musuh.
3. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan fisiologis terhadap ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
Karakteristik Definisi: Klien menunjukkan perilaku gelisah, sulit tidur, waspada berlebihan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan secara verbal dan fisik.
- Klien dapat mengenali tanda-tanda perilaku kekerasan dan mencegahnya.
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi kemarahan.
2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi dan mengabaikan stimulus halusinasi.
- Klien dapat menggunakan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengatasi halusinasi.
- Klien dapat menyampaikan pengalaman halusinasi secara terbuka dan bersedia menerima bantuan.
3. Kecemasan
- Klien dapat mengenali tanda-tanda kecemasan yang dialami.
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
- Klien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Manajemen Perilaku Kekerasan
- Kontrol Diri
- Terapi Relaksasi
2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
- Manajemen Halusinasi
- Terapi Realitas
- Terapi Distraksi
3. Kecemasan
- Manajemen Kecemasan
- Terapi Relaksasi
- Terapi Tidur
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan adanya risiko perilaku kekerasan, gangguan persepsi sensori berupa halusinasi, serta kecemasan. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien adalah Risiko Perilaku Kekerasan, Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi, dan Kecemasan.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah klien dapat mengontrol perilaku kekerasan, mengenali dan mengabaikan stimulus halusinasi, serta mengatasi kecemasan yang dialami dengan menggunakan teknik-teknik relaksasi. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut meliputi manajemen perilaku kekerasan, manajemen halusinasi, terapi realitas, terapi distraksi, manajemen kecemasan, dan terapi tidur.
Tone penulisan yang digunakan adalah akademis, dengan persona sebagai pakar atau perawat yang memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus yang diberikan. -
Article No. 13333 | 04 Mar 2025
Klinis : perfusi jaringan otak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perfusi jaringan otak.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi:
Gangguan dalam pengiriman oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi serebral yang normal.
Penyebab:
1. Penurunan suplai darah ke otak
2. Kerusakan pembuluh darah otak
3. Peningkatan tekanan intrakranial
4. Gangguan metabolisme serebral
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Aliran Darah Serebral
2. Penurunan Oksigenasi Serebral
3. Peningkatan Tekanan Intrakranial
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Serebral Membaik
2. Tekanan Intrakranial Terkontrol
3. Fungsi Neurologis Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Manajemen Tekanan Intrakranial
3. Manajemen Aliran Darah Serebral
4. Manajemen Oksigenasi Serebral
Sebagai perawat, kita perlu melakukan penilaian komprehensif, pemantauan yang ketat, dan intervensi yang tepat untuk memastikan perfusi jaringan otak yang optimal pada pasien dengan gangguan perfusi jaringan serebral. -
Article No. 13334 | 04 Mar 2025
Klinis : perpusi jaringan serebral
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi perpusi jaringan serebral, sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi perpusi jaringan serebral adalah "Gangguan Perfusi Jaringan Serebral". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit kardiovaskular, stroke, trauma, atau kondisi lainnya yang mengganggu aliran darah ke otak.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Serebral Membaik
- Pasien menunjukkan tanda-tanda peningkatan aliran darah ke otak, seperti membaiknya kesadaran, perbaikan fungsi neurologis, dan tidak ada tanda-tanda iskemia otak.
- Pemeriksaan diagnostik (misalnya CT-scan, MRI) menunjukkan peningkatan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
2. Tidak Terjadi Komplikasi
- Pasien tidak mengalami komplikasi yang dapat memperberat kondisi, seperti infark otak, edema serebral, atau kejang.
- Tanda-tanda vital pasien stabil dan tidak ada gejala yang mengindikasikan komplikasi.
3. Pasien Mampu Beradaptasi dengan Kondisi
- Pasien dan keluarga memahami kondisi dan prognosis penyakit.
- Pasien dan keluarga mampu melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah komplikasi dan mempromosikan kesembuhan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Keadaan Umum dan Neurologis
- Memantau tanda-tanda vital, kesadaran, dan fungsi neurologis pasien secara berkala.
- Mengidentifikasi tanda-tanda perubahan kondisi yang dapat mengindikasikan penurunan perfusi jaringan serebral.
2. Manajemen Aliran Darah Serebral
- Mempertahankan tekanan darah, kadar oksigen, dan kadar glukosa dalam batas normal untuk menjaga perfusi serebral.
- Mengelola faktor-faktor yang dapat memengaruhi aliran darah serebral, seperti posisi kepala, suhu tubuh, dan pemberian cairan.
3. Pencegahan Komplikasi
- Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan komplikasi, seperti edema serebral, infark otak, atau kejang.
- Melakukan tindakan keperawatan untuk mencegah komplikasi, seperti manajemen cairan, pengaturan suhu tubuh, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
4. Edukasi dan Dukungan Pasien serta Keluarga
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mempromosikan kesembuhan.
- Melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kepatuhan dan kemampuan adaptasi.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perbaikan perfusi jaringan serebral, pencegahan komplikasi, dan peningkatan kemampuan pasien serta keluarga dalam beradaptasi dengan kondisi. -
Article No. 13335 | 04 Mar 2025
Klinis : Berdasarkan kasus Ny.S berumur 27 tahun, belum menikah. Serta Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang artis yang kaya dan terkenal, serta memerankan beberapa film dan pasien mengatakan bahwa ia di RS hanya beristirahat dari rutinitas syuting, Pasien berbicaranya berbelit-belit tetapi jawabannya sesuai dengan yang di tanyakan atau yang diinginkan, Pasien mengatakan bahwa Ny. S adalah artis yang kaya dan terkenal serta memerankan beberapa film, Ny.S sering tidak bisa beristirahat karena sering dimintai foto oleh fans, pasien mengatakan ayahnya hanya seorangpetani, dan ia merasa malu sehingga ia sering menyendiri dan tidak mau ketemu orang lain dan orang terdekatnya, pasien merasa malu dengan kondisinya sekarang sehingga pasien terkadang menyendiri dan minder ketika bertemu dengan teman atau orang lain, Pasien mengatakan berulang kali bahwa ia merupakan artis yang kaya dan terkenal. Pasien tampak tertutup dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik sehingga perlu dilakukan komunikasi terapeutik secara kontinyu. Buatkan diagnosis keperawatan waham sesuai sdk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Ny. S yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Waham
Definisi: Keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang disertai dengan gangguan realitas.
Penjelasan Singkat:
Ny. S menunjukkan tanda-tanda waham, di mana ia memiliki keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan, seperti merasa dirinya seorang artis kaya dan terkenal, meskipun pada kenyataannya ia hanya seorang perawat. Hal ini disertai dengan gangguan realitas, di mana Ny. S sulit untuk menerima kenyataan dan cenderung tertutup serta sulit berkomunikasi dengan baik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien mampu mengenali realitas.
2. Pasien mampu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan realitas.
3. Pasien mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Bangun hubungan saling percaya dengan pasien.
2. Lakukan komunikasi terapeutik secara kontinyu untuk membantu pasien mengenali realitas.
3. Libatkan keluarga dalam proses perawatan untuk mendukung pasien.
4. Berikan lingkungan yang aman dan terapeutik untuk memfasilitasi pasien memahami realitas.
Tone: Akademis
Persona: Pakar Keperawatan -
Article No. 13336 | 04 Mar 2025
Klinis : Berdasarkan kasus Ny.S berumur 27 tahun, belum menikah. Serta Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang artis yang kaya dan terkenal, serta memerankan beberapa film dan pasien mengatakan bahwa ia di RS hanya beristirahat dari rutinitas syuting, Pasien berbicaranya berbelit-belit tetapi jawabannya sesuai dengan yang di tanyakan atau yang diinginkan, Pasien mengatakan bahwa Ny. S adalah artis yang kaya dan terkenal serta memerankan beberapa film, Ny.S sering tidak bisa beristirahat karena sering dimintai foto oleh fans, pasien mengatakan ayahnya hanya seorangpetani, dan ia merasa malu sehingga ia sering menyendiri dan tidak mau ketemu orang lain dan orang terdekatnya, pasien merasa malu dengan kondisinya sekarang sehingga pasien terkadang menyendiri dan minder ketika bertemu dengan teman atau orang lain, Pasien mengatakan berulang kali bahwa ia merupakan artis yang kaya dan terkenal. Pasien tampak tertutup dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik sehingga perlu dilakukan komunikasi terapeutik secara kontinyu. Buatkan diagnosis keperawatan waham sesuai sdki berhubungan dengan apa dan dibuktikan dengan gejala apa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kasus Ny. S.
Diagnosis Keperawatan:
Waham Persekusi berhubungan dengan Gangguan Penilaian Realitas
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan dalam kasus Ny. S, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Waham Persekusi berhubungan dengan Gangguan Penilaian Realitas.
Waham Persekusi adalah keyakinan yang kuat dan tidak masuk akal bahwa orang lain berniat merugikan atau menyakiti dirinya. Gejala-gejala yang mendukung diagnosis ini adalah:
1. Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang artis yang kaya dan terkenal, serta memerankan beberapa film.
2. Pasien mengatakan bahwa ia di RS hanya beristirahat dari rutinitas syuting.
3. Pasien mengatakan bahwa Ny. S adalah artis yang kaya dan terkenal serta memerankan beberapa film.
4. Pasien merasa malu dengan kondisinya sekarang sehingga sering menyendiri dan tidak mau bertemu orang lain.
Gangguan Penilaian Realitas merupakan ketidakmampuan pasien untuk menilai realitas secara akurat. Hal ini terlihat dari keyakinan pasien yang tidak sesuai dengan realita yang sebenarnya.
SDKI, SLKI, dan SIKI adalah standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. SDKI memuat standar diagnosis keperawatan, SLKI memuat standar luaran keperawatan, dan SIKI memuat standar intervensi keperawatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, menjamin keselamatan pasien, dan memastikan perawat memberikan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien.