Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13317 | 04 Mar 2025
Klinis : Laki-laki berusia 68 tahun datang dengan ambulans setelah terjatuh di pusat perbelanjaan. Saat tiba di IGD, pasien berada dalam posisi semi-recumbent di troli ambulans. Istri pasien melaporkan bahwa pasien tampak pucat, mengeluh pandangan kabur, dan jatuh ke lantai. Pasien sempat tidak sadarkan diri beberapa detik. Hasil Pemeriksaan: Respiratory rate: 16x/menit, tanpa penggunaan otot bantu pernapasan, saturasi oksigen 96% Heart rate: 56x/menit, nadi irregular, kulit pucat, hangat, dan kering Tekanan darah: 140/85 mmHg Suhu tubuh: 37,8 °C GCS: 13 (Tidak ada keluhan nyeri) Pasien tidak mengalami nyeri dada atau pusing sebelum jatuh Riwayat penyakit: Chronic Obstructive Airways Disease (COAD) dan masalah jantung Obat yang dikonsumsi: Digoxin, Frusemide, suplemen Kalium, Anginine (sesekali)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengacu pada standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- SDKI: Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
- SLKI: Stabilitas tanda-tanda vital.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen aktivitas, manajemen kardiovaskular.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang memadai untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- SLKI: Bersihan jalan napas.
- SIKI: Pemantauan respirasi, manajemen jalan napas, terapi oksigen.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Keterbatasan pada pergerakan fisik yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
- SLKI: Mobilitas.
- SIKI: Manajemen aktivitas, peningkatan mobilitas.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital:
Pasien mengalami penurunan denyut jantung, tekanan darah yang tidak stabil, serta perubahan suhu tubuh, yang menunjukkan adanya gangguan pada sistem kardiovaskular. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, manajemen aktivitas, dan manajemen kardiovaskular.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
Pasien memiliki riwayat COAD (Chronic Obstructive Airways Disease) yang dapat menyebabkan gangguan bersihan jalan napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan respirasi, manajemen jalan napas, dan terapi oksigen.
3. Gangguan Mobilitas Fisik:
Pasien mengalami penurunan kemampuan mobilitas fisik setelah jatuh, yang dapat disebabkan oleh kondisi medis atau efek samping obat-obatan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas dan peningkatan mobilitas.
Tone: Akademis
Persona: Pakar Keperawatan -
Article No. 13318 | 04 Mar 2025
Klinis : Laki-laki berusia 68 tahun datang dengan ambulans setelah terjatuh di pusat perbelanjaan. Saat tiba di IGD, pasien berada dalam posisi semi-recumbent di troli ambulans. Istri pasien melaporkan bahwa pasien tampak pucat, mengeluh pandangan kabur, dan jatuh ke lantai. Pasien sempat tidak sadarkan diri beberapa detik. Hasil Pemeriksaan: Respiratory rate: 16x/menit, tanpa penggunaan otot bantu pernapasan, saturasi oksigen 96% Heart rate: 56x/menit, nadi irregular, kulit pucat, hangat, dan kering Tekanan darah: 140/85 mmHg Suhu tubuh: 37,8 °C GCS: 13 (Tidak ada keluhan nyeri) Pasien tidak mengalami nyeri dada atau pusing sebelum jatuh Riwayat penyakit: Chronic Obstructive Airways Disease (COAD) dan masalah jantung Obat yang dikonsumsi: Digoxin, Frusemide, suplemen Kalium, Anginine (sesekali)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Curah Jantung
Rasional: Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien mengalami bradikardi (denyut nadi 56x/menit) dengan irama tidak teratur, yang mengindikasikan adanya penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif. Hal ini dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen ke seluruh tubuh, sehingga menyebabkan gejala yang dialami pasien seperti pandangan kabur dan jatuh.
2. Risiko Cedera
Rasional: Pasien mengalami jatuh di pusat perbelanjaan, yang dapat menyebabkan cedera fisik. Riwayat penyakit COAD dan masalah jantung yang dimiliki pasien juga meningkatkan risiko cedera saat terjatuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Curah Jantung
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi denyut nadi dalam batas normal (60-100x/menit)
b. Irama denyut nadi teratur
c. Tekanan darah dalam batas normal
d. Tidak ada tanda-tanda hipovolemia (kulit pucat, dingin, dan lembab)
2. Tidak Terjadi Cedera
Kriteria Hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda cedera fisik
b. Pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kardiovaskular
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
b. Hitung dan catat intake/output cairan
c. Kaji status sirkulasi perifer (warna, suhu, dan kelembaban kulit)
d. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang sesuai (misal: antiaritmia, diuretik, atau vasopressor)
2. Pencegahan Jatuh
a. Identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien
b. Gunakan peralatan pengaman (pengaman tempat tidur, alas lantai yang tidak licin)
c. Bantu pasien saat mobilisasi
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko jatuh dan tindakan pencegahan
Penjelasan tersebut mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien secara komprehensif. Sebagai seorang perawat, saya berkomitmen untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada keselamatan pasien. -
Article No. 13319 | 04 Mar 2025
Klinis : Laki-laki berusia 68 tahun datang dengan ambulans setelah terjatuh di pusat perbelanjaan. Saat tiba di IGD, pasien berada dalam posisi semi-recumbent di troli ambulans. Istri pasien melaporkan bahwa pasien tampak pucat, mengeluh pandangan kabur, dan jatuh ke lantai. Pasien sempat tidak sadarkan diri beberapa detik. Hasil Pemeriksaan: Respiratory rate: 16x/menit, tanpa penggunaan otot bantu pernapasan, saturasi oksigen 96% Heart rate: 56x/menit, nadi irregular, kulit pucat, hangat, dan kering Tekanan darah: 140/85 mmHg Suhu tubuh: 37,8 °C GCS: 13 (Tidak ada keluhan nyeri) Pasien tidak mengalami nyeri dada atau pusing sebelum jatuh Riwayat penyakit: Chronic Obstructive Airways Disease (COAD) dan masalah jantung Obat yang dikonsumsi: Digoxin, Frusemide, suplemen Kalium, Anginine (sesekali) minimal 3 diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Berikut adalah 3 diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
2. Risiko Perfusi Serebral Menurun
3. Risiko Jatuh
Luaran SLKI:
1. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- Luaran: Tanda-Tanda Vital Stabil
- Kriteria Hasil:
- Tekanan darah dalam rentang normal
- Nadi regular dengan frekuensi normal
- Respirasi dalam rentang normal
- Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Risiko Perfusi Serebral Menurun
- Luaran: Perfusi Serebral Adekuat
- Kriteria Hasil:
- Kesadaran pasien membaik
- Tidak ada keluhan penglihatan kabur
- Tidak ada episode penurunan kesadaran
3. Risiko Jatuh
- Luaran: Tidak Terjadi Jatuh
- Kriteria Hasil:
- Pasien tidak terjatuh selama perawatan
- Tidak ada cedera akibat jatuh
Intervensi SIKI:
1. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi medis yang sesuai
2. Risiko Perfusi Serebral Menurun
- Pantau status neurologi pasien secara berkala
- Pertahankan posisi semi-recumbent untuk memfasilitasi perfusi serebral
- Berikan kompres hangat pada ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi
3. Risiko Jatuh
- Lakukan asesmen risiko jatuh
- Berikan bantuan mobilisasi yang sesuai
- Pasang pagar tempat tidur dan identifikasi pasien risiko jatuh
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh
Penjelasan:
1. Diagnosa Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital didasarkan pada adanya tanda-tanda vital yang tidak stabil, seperti nadi irregular, penurunan heart rate, dan peningkatan suhu tubuh. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
2. Diagnosa Risiko Perfusi Serebral Menurun didasarkan pada adanya gejala penurunan perfusi serebral, seperti pandangan kabur dan episode penurunan kesadaran. Tujuannya adalah untuk mempertahankan perfusi serebral yang adekuat.
3. Diagnosa Risiko Jatuh didasarkan pada riwayat jatuh di pusat perbelanjaan dan kondisi pasien yang berisiko jatuh, seperti adanya riwayat penyakit COAD dan masalah jantung. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya jatuh selama perawatan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 13320 | 04 Mar 2025
Klinis : Laki-laki berusia 68 tahun datang dengan ambulans setelah terjatuh di pusat perbelanjaan. Saat tiba di IGD, pasien berada dalam posisi semi-recumbent di troli ambulans. Istri pasien melaporkan bahwa pasien tampak pucat, mengeluh pandangan kabur, dan jatuh ke lantai. Pasien sempat tidak sadarkan diri beberapa detik. Hasil Pemeriksaan: Respiratory rate: 16x/menit, tanpa penggunaan otot bantu pernapasan, saturasi oksigen 96% Heart rate: 56x/menit, nadi irregular, kulit pucat, hangat, dan kering Tekanan darah: 140/85 mmHg Suhu tubuh: 37,8 °C GCS: 13 (Tidak ada keluhan nyeri) Pasien tidak mengalami nyeri dada atau pusing sebelum jatuh Riwayat penyakit: Chronic Obstructive Airways Disease (COAD) dan masalah jantung Obat yang dikonsumsi: Digoxin, Frusemide, suplemen Kalium, Anginine (sesekali)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kasus yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
- Faktor Risiko: Riwayat penyakit jantung, penurunan curah jantung, COAD.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan energi.
- Faktor Penyebab: Penurunan curah jantung, anemia, malnutrisi, COAD.
3. Risiko Jatuh
- Definisi: Berisiko mengalami cedera akibat tidak disengaja, seperti terjatuh ke lantai atau permukaan yang lebih rendah.
- Faktor Risiko: Usia lanjut, gangguan sensorik (penglihatan kabur), riwayat jatuh, penyakit kronis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Serebral Membaik
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada gejala gangguan perfusi serebral (vertigo, pandangan kabur, pusing).
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kriteria Hasil: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, tidak mengalami kelelahan berlebih.
3. Tidak Terjadi Jatuh
- Kriteria Hasil: Pasien tidak mengalami cedera akibat terjatuh selama perawatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Untuk Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif:
- Monitor tanda-tanda vital, seperti heart rate, tekanan darah, dan saturasi oksigen.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi oksigen optimal.
- Identifikasi dan atasi penyebab penurunan perfusi serebral, seperti penurunan curah jantung atau COAD.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat meningkatkan perfusi serebral.
2. Untuk Intoleransi Aktivitas:
- Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Rencanakan program latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen energi dan aktivitas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
3. Untuk Risiko Jatuh:
- Lakukan asesmen risiko jatuh secara komprehensif.
- Berikan intervensi pencegahan jatuh, seperti modifikasi lingkungan, penggunaan alat bantu, dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
- Monitor pasien secara ketat saat melakukan aktivitas.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi faktor risiko jatuh.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi pasien dapat membaik, perfusi serebral meningkat, toleransi aktivitas meningkat, dan risiko jatuh dapat diminimalkan. -
Article No. 13321 | 04 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan demam naik turun
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu pasien mengeluhkan demam naik turun, maka diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak jelas penyebabnya
Penjelasan detail:
- Kode R50.9 dalam ICD-10 digunakan untuk menggambarkan kondisi demam yang tidak dapat ditentukan penyebabnya secara spesifik. Hal ini sesuai dengan keluhan pasien yang mengeluhkan demam naik turun tanpa adanya informasi tambahan yang mengarah pada diagnosis spesifik.
- Demam dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti infeksi, peradangan, atau kondisi medis lainnya. Dalam kasus ini, karena tidak ada informasi lebih lanjut mengenai penyebab demam, maka kode R50.9 digunakan sebagai diagnosis yang paling tepat.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang sesuai, karena keluhan pasien berupa demam naik turun tidak secara langsung memerlukan tindakan medis tertentu. Penanganan utama akan bergantung pada hasil evaluasi dan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter untuk menentukan penyebab demam. -
Article No. 13322 | 04 Mar 2025
Klinis : PASIEN 47 THN MENGELUH BETIS KESEMUTAN,OS RIW DM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Definisi:
Keadaan rentan yang dapat menyebabkan gangguan pada permukaan epidermis, dermis, dan/atau lapisan yang lebih dalam akibat faktor internal dan eksternal.
Faktor Risiko:
1. Gangguan sirkulasi perifer (diabetes melitus)
2. Perubahan sensasi (kesemutan pada betis)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Perubahan warna kulit
2. Perubahan tekstur kulit
3. Kesemutan
4. Riwayat penyakit kronis (diabetes melitus)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas kulit membaik
2. Sensasi ekstremitas membaik
3. Risiko kerusakan kulit menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor tanda-tanda perubahan integritas kulit
2. Lakukan perawatan kulit secara teratur
3. Ajarkan pasien tentang perawatan kaki dan pencegahan komplikasi
4. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (jika diperlukan)
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan riwayat diabetes melitus memiliki risiko tinggi mengalami gangguan sirkulasi perifer dan perubahan sensasi, yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit, terutama pada ekstremitas bawah seperti betis. Diagnosa keperawatan "Risiko Kerusakan Integritas Kulit" dipilih untuk menggambarkan kondisi pasien dan memandu intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 13323 | 04 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan demam naik turun selama 2 hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tak terspesifikasi
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan demam naik turun selama 2 hari. Berdasarkan informasi ini, diagnosis yang paling sesuai adalah demam tak terspesifikasi, yang direpresentasikan dengan kode ICD-10 R50.9. Kode ini digunakan untuk menggambarkan demam yang tidak memiliki penyebab yang jelas atau tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang dapat diberikan berdasarkan informasi yang tersedia.
Penjelasan:
Dari informasi yang diberikan, tidak terdapat tindakan medis yang spesifik yang dapat diidentifikasi. Pasien hanya melaporkan gejala demam naik turun selama 2 hari, tanpa menyebutkan adanya tindakan atau prosedur medis yang telah dilakukan. Oleh karena itu, tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang dapat diberikan. -
Article No. 13324 | 04 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan demam naik turun selama 2 hari disertai batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko mengalami infeksi pada saluran pernapasan atas dan bawah yang dapat menyebabkan peradangan.
- Faktor Risiko: Demam, batuk, pilek, serta faktor lingkungan dan imunologi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi saluran pernapasan, tidak ada komplikasi, dan pemeriksaan penunjang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen demam, terapi oksigen, edukasi terkait perawatan diri, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan yang tepat.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan pendekatan holistik dalam mengelola kondisi pasien ini, dengan fokus pada pencegahan komplikasi, manajemen gejala, dan peningkatan kenyamanan pasien. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga akan menjadi penting untuk memastikan perawatan yang komprehensif. -
Article No. 13325 | 04 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan demam naik turun
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter/perekam medik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien yang mengatakan demam naik turun:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.09
- Deskripsi: Pemantauan suhu tubuh
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R50.9 (Demam, tidak spesifik) digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi demam pada pasien, di mana penyebab atau karakteristik demam tidak dapat ditentukan secara spesifik. Hal ini sesuai dengan gejala yang disampaikan oleh pasien, yaitu demam naik turun.
2. Kode ICD-9-CM 99.09 (Pemantauan suhu tubuh) merupakan kode untuk prosedur atau tindakan yang dilakukan untuk memantau suhu tubuh pasien. Ini biasanya dilakukan sebagai bagian dari evaluasi dan pengelolaan pasien dengan keluhan demam.
Perlu diperhatikan bahwa kode ICD-9-CM digunakan untuk sistem klasifikasi sebelumnya, sedangkan kode ICD-10 adalah sistem klasifikasi yang saat ini digunakan secara luas. Oleh karena itu, penggunaan kode ICD-10 lebih direkomendasikan untuk diagnosis, sedangkan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis dapat digunakan sebagai referensi tambahan. -
Article No. 13326 | 04 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan batuk pilek disertai mual
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diuraikan, yaitu pasien mengatakan batuk pilek disertai mual, maka dapat diberikan kode ICD-10 dan ICD-9-CM sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J06.9
- Deskripsi: Infeksi saluran pernapasan atas, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: N/A (Tidak Tersedia)
- Deskripsi: Tidak tersedia kode prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk kondisi ini, karena gejala yang dilaporkan tidak memerlukan intervensi medis khusus.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 J06.9 (Infeksi saluran pernapasan atas, tidak spesifik) sesuai dengan gejala batuk pilek yang dilaporkan oleh pasien. Ini adalah kode umum untuk infeksi saluran pernapasan atas, yang dapat mencakup berbagai etiologi, seperti virus atau bakteri.
- Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang spesifik untuk kondisi ini, karena penatalaksanaan awal umumnya meliputi terapi suportif dan pengobatan simptomatik, tanpa memerlukan prosedur atau tindakan medis khusus.
- Mual yang disertai dengan gejala batuk pilek dapat merupakan gejala tambahan atau komplikasi dari infeksi saluran pernapasan atas. Namun, mual itu sendiri tidak memerlukan kode diagnosis terpisah.
Catatan: Jika kondisi pasien memburuk atau memerlukan evaluasi lebih lanjut, maka dapat diperlukan pemeriksaan lebih detail dan penetapan diagnosis yang lebih spesifik, yang mungkin memerlukan kode ICD-10 dan ICD-9-CM Procedure tambahan.