Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13393 | 05 Mar 2025
Klinis : TERAPI ASAM URAT TINGGI PADA ANAK Hiperurisemia pada anak bisa terjadi akibat gangguan metabolik, penyakit ginjal atau hemolisis. Selain pola diet, cari tau juga faktor yang menyebabkan asam urat tinggi ya Dok. Coba evaluasi fungsi ginjal, cek ureum creatinine dan urinalisis. Evaluasi ada tidak bising jantung, lakukan pemeriksaan EKG untuk DD demam rheumatik akut. Lakukan juga pemeriksaan CRP dan ASTO atau swab tenggorokan untuk memeriksa ada nya infeksi streptococcus.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, terima kasih atas permintaan Anda. Berikut adalah informasi yang saya dapat berikan terkait dengan kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E79.0
- Deskripsi: Hiperurisemia tanpa tofus, radang sendi, atau penyakit ginjal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.7
- Deskripsi: Pemeriksaan fungsi ginjal, termasuk ureum, kreatinin, dan analisis urin
Penjelasan:
Hiperurisemia pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti gangguan metabolik, penyakit ginjal, atau hemolisis. Dalam kasus ini, kode ICD-10 E79.0 menggambarkan kondisi hiperurisemia tanpa komplikasi lainnya.
Selain pola diet, perlu dievaluasi faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan asam urat tinggi. Pemeriksaan fungsi ginjal, termasuk ureum, kreatinin, dan analisis urin (kode ICD-9-CM 89.7), dapat membantu mengidentifikasi adanya gangguan ginjal yang mungkin berkontribusi pada kondisi ini.
Selanjutnya, perlu dilakukan evaluasi adanya bising jantung, pemeriksaan EKG untuk menilai kemungkinan demam rematik akut, serta pemeriksaan CRP dan ASTO atau swab tenggorokan untuk memeriksa adanya infeksi streptokokus. Hal-hal tersebut dapat membantu menentukan penyebab dan tatalaksana yang tepat untuk mengelola hiperurisemia pada anak. -
Article No. 13394 | 05 Mar 2025
Klinis : Tn. A, seorang pria berusia 55 tahun, dilarikan ke IGD oleh keluarganya dalam keadaan tidak sadar sejak pagi hari. Keluarga melaporkan bahwa sejak dua hari terakhir, Tn. A mengalami keluhan sering buang air kecil, haus berlebihan, dan lemas. Kemarin malam, ia mulai mengalami mual, muntah, nyeri perut, dan bau nafas aseton hingga akhirnya tidak merespons pada pagi hari. Riwayat penyakit menunjukkan bahwa Tn. A telah didiagnosis dengan diabetes mellitus tipe 2 sejak 10 tahun yang lalu, tetapi sering kali tidak teratur dalam mengonsumsi obatnya. Keluarga juga menyebutkan bahwa Tn. A memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi gula dan jarang melakukan kontrol ke dokter. Saat tiba di IGD, pasien dalam kondisi tidak sadar (GCS 7), tampak dehidrasi berat dengan kulit kering dan turgor menurun. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 120x/menit, pernapasan dalam dan cepat dengan frekuensi 30x/menit, dan suhu tubuh 36,5°C. Pemeriksaan kadar gula darah menunjukkan hasil 650 mg/dL, dan analisis gas darah mengindikasikan asidosis metabolik dengan pH 7,1. Dokter menduga pasien mengalami ketoasidosis diabetikum (KAD) dan segera melakukan tindakan resusitasi cairan dengan infus NaCl 0,9%. Selain itu, pasien diberikan insulin intravena secara bertahap dan terapi koreksi elektrolit. Pasien kemudian dirawat di ICU untuk pemantauan lebih lanjut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan untuk Tn. A, antara lain:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD):
- Penjelasan singkat: Pasien mengalami dehidrasi berat, hiperglikemia, dan asidosis metabolik akibat KAD, yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan Komplikasi Diabetes Mellitus:
- Penjelasan singkat: Pasien mengalami penurunan kesadaran hingga tidak responsif, yang merupakan dampak dari komplikasi Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik:
- Penjelasan singkat: Pasien mengalami keluhan lemas dan tidak sadar, yang menyebabkan penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Standar diagnosa keperawatan yang digunakan mengacu pada SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Penanganan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, pemberian insulin, serta upaya pencegahan komplikasi lebih lanjut. Perawat juga perlu melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya manajemen Diabetes Mellitus yang tepat untuk mencegah kejadian serupa di kemudian hari. -
Article No. 13395 | 05 Mar 2025
Klinis : Tn. A, seorang pria berusia 55 tahun, dilarikan ke IGD oleh keluarganya dalam keadaan tidak sadar sejak pagi hari. Keluarga melaporkan bahwa sejak dua hari terakhir, Tn. A mengalami keluhan sering buang air kecil, haus berlebihan, dan lemas. Kemarin malam, ia mulai mengalami mual, muntah, nyeri perut, dan bau nafas aseton hingga akhirnya tidak merespons pada pagi hari. Riwayat penyakit menunjukkan bahwa Tn. A telah didiagnosis dengan diabetes mellitus tipe 2 sejak 10 tahun yang lalu, tetapi sering kali tidak teratur dalam mengonsumsi obatnya. Keluarga juga menyebutkan bahwa Tn. A memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi gula dan jarang melakukan kontrol ke dokter. Saat tiba di IGD, pasien dalam kondisi tidak sadar (GCS 7), tampak dehidrasi berat dengan kulit kering dan turgor menurun. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 120x/menit, pernapasan dalam dan cepat dengan frekuensi 30x/menit, dan suhu tubuh 36,5°C. Pemeriksaan kadar gula darah menunjukkan hasil 650 mg/dL, dan analisis gas darah mengindikasikan asidosis metabolik dengan pH 7,1. Dokter menduga pasien mengalami ketoasidosis diabetikum (KAD) dan segera melakukan tindakan resusitasi cairan dengan infus NaCl 0,9%. Selain itu, pasien diberikan insulin intravena secara bertahap dan terapi koreksi elektrolit. Pasien kemudian dirawat di ICU untuk pemantauan lebih lanjut.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang diberikan. Saya akan menjelaskan secara rinci dan terperinci dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit akibat diuresis osmotik dan muntah, ditandai dengan dehidrasi, turgor kulit menurun, dan asidosis metabolik.
2. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan hiperglikemia dan asidosis metabolik, ditandai dengan penurunan tekanan darah dan takikardia.
3. Risiko gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakteraturan pengobatan dan kontrol glikemik yang buruk, ditandai dengan riwayat diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Pasien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi yang memadai, seperti turgor kulit yang lebih baik dan perbaikan status hemodinamik.
- Pasien mencapai keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan pemulihan status asidosis metabolik.
2. Perfusi Jaringan
- Pasien menunjukkan perbaikan perfusi jaringan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan penurunan denyut nadi.
- Pasien bebas dari tanda-tanda gangguan perfusi jaringan, seperti takikardia dan hipotensi.
3. Kontrol Glikemik
- Pasien menunjukkan perbaikan kontrol glikemik, ditandai dengan penurunan kadar glukosa darah.
- Pasien dan keluarga memahami pentingnya kepatuhan dalam pengobatan dan pemantauan glikemik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Mengatasi Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit:
- Pantau status cairan dan elektrolit, termasuk tanda-tanda dehidrasi, input dan output cairan, serta hasil pemeriksaan laboratorium.
- Lakukan rehidrasi dengan pemberian cairan intravena (NaCl 0,9%) sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Berikan terapi elektrolit, seperti kalium, sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
- Pantau tanda-tanda perbaikan status cairan, seperti turgor kulit, frekuensi nadi, dan tekanan darah.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam mengatasi asidosis metabolik.
2. Intervensi untuk Mempertahankan Perfusi Jaringan:
- Pantau tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan.
- Berikan terapi oksigen dan monitor saturasi oksigen.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi untuk mengatasi hipotensi dan gangguan perfusi.
- Pantau tanda-tanda perbaikan perfusi jaringan, seperti pemulihan tekanan darah dan penurunan denyut nadi.
3. Intervensi untuk Meningkatkan Kontrol Glikemik:
- Pantau kadar glukosa darah secara teratur.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi insulin intravena untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan dalam pengobatan dan pemantauan glikemik.
- Bantu pasien dan keluarga dalam membuat rencana perawatan untuk menjaga kontrol glikemik yang optimal.
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin (dokter, ahli gizi, dan edukator diabetes) untuk memberikan edukasi dan konseling terkait pengelolaan diabetes.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim medis, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, serta meningkatkan kontrol glikemik. Hal ini akan mendukung pemulihan pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 13396 | 05 Mar 2025
Klinis : Tn. A, seorang pria berusia 55 tahun, dilarikan ke IGD oleh keluarganya dalam keadaan tidak sadar sejak pagi hari. Keluarga melaporkan bahwa sejak dua hari terakhir, Tn. A mengalami keluhan sering buang air kecil, haus berlebihan, dan lemas. Kemarin malam, ia mulai mengalami mual, muntah, nyeri perut, dan bau nafas aseton hingga akhirnya tidak merespons pada pagi hari. Riwayat penyakit menunjukkan bahwa Tn. A telah didiagnosis dengan diabetes mellitus tipe 2 sejak 10 tahun yang lalu, tetapi sering kali tidak teratur dalam mengonsumsi obatnya. Keluarga juga menyebutkan bahwa Tn. A memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi gula dan jarang melakukan kontrol ke dokter. Saat tiba di IGD, pasien dalam kondisi tidak sadar (GCS 7), tampak dehidrasi berat dengan kulit kering dan turgor menurun. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 120x/menit, pernapasan dalam dan cepat dengan frekuensi 30x/menit, dan suhu tubuh 36,5°C. Pemeriksaan kadar gula darah menunjukkan hasil 650 mg/dL, dan analisis gas darah mengindikasikan asidosis metabolik dengan pH 7,1. Dokter menduga pasien mengalami ketoasidosis diabetikum (KAD) dan segera melakukan tindakan resusitasi cairan dengan infus NaCl 0,9%. Selain itu, pasien diberikan insulin intravena secara bertahap dan terapi koreksi elektrolit. Pasien kemudian dirawat di ICU untuk pemantauan lebih lanjut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Tn. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan & Elektrolit berhubungan dengan Kehilangan Cairan dan Elektrolit Akibat Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Cairan & Elektrolit: Ketidaksesuaian antara asupan dan pengeluaran cairan dan/atau elektrolit yang dapat mengancam kesehatan.
- Kehilangan Cairan dan Elektrolit Akibat KAD: Kelebihan produksi asam keton (badan keton) akibat defisiensi insulin relatif yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan
- Keseimbangan Elektrolit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Manajemen Elektrolit
- Terapi Cairan
- Pemantauan Cairan & Elektrolit
Intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain: Memantau status cairan dan elektrolit, Memberikan terapi penggantian cairan dan elektrolit secara bertahap, Memantau tanda-tanda dehidrasi, dan Mengevaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit. -
Article No. 13397 | 05 Mar 2025
Klinis : TENTUKAN INTERVENSI YANG TEPAT TERKAIT KASUS Anak F laki-laki 12 tahun, Anak Jalanan dengan Penyakit Kronis, ditemukan oleh relawan kesehatan di terminal bus dalam kondisi demam tinggi, batuk kronis, dan kurus. Ia mengaku tinggal di jalanan setelah melarikan diri dari rumah karena sering dipukuli oleh ayahnya. Anak F belum pernah mendapatkan pendidikan formal dan sehari-hari mencari makan dengan mengamen. Ia juga menunjukkan tanda-tanda cemas dan merasa tidak percaya pada orang dewasa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta intervensi keperawatan yang tepat untuk kasus Anak F berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Penyakit Kronis (SDKI)
2. Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Peningkatan Kebutuhan Cairan (SDKI)
3. Kurang Perawatan Diri Berhubungan dengan Keterbatasan Pengetahuan dan Keterampilan (SDKI)
4. Risiko Cedera Berhubungan dengan Riwayat Penyiksaan Fisik (SDKI)
5. Cemas Berhubungan dengan Perubahan Lingkungan (SDKI)
6. Ketidakberdayaan Berhubungan dengan Kurangnya Dukungan Sosial (SDKI)
Intervensi Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Penyakit Kronis:
- Pantau tanda-tanda vital (suhu tubuh, frekuensi napas, dan saturasi oksigen) (SLKI)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan (SLKI)
- Anjurkan Anak F untuk istirahat yang cukup (SLKI)
2. Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Peningkatan Kebutuhan Cairan:
- Pantau intake dan output cairan (SLKI)
- Berikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan (SLKI)
- Pantau tanda-tanda dehidrasi (SLKI)
3. Kurang Perawatan Diri Berhubungan dengan Keterbatasan Pengetahuan dan Keterampilan:
- Ajarkan Anak F tentang pentingnya kebersihan diri (SLKI)
- Bantu Anak F dalam melakukan perawatan diri (mandi, ganti pakaian, dll.) (SLKI)
- Libatkan keluarga atau relawan dalam meningkatkan perawatan diri Anak F (SLKI)
4. Risiko Cedera Berhubungan dengan Riwayat Penyiksaan Fisik:
- Identifikasi tanda-tanda penyiksaan fisik pada Anak F (SLKI)
- Laporkan kasus penyiksaan kepada pihak yang berwenang (SIKI)
- Sediakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk Anak F (SLKI)
5. Cemas Berhubungan dengan Perubahan Lingkungan:
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk Anak F (SLKI)
- Berikan dukungan psikologis dan emosional (SLKI)
- Libatkan Anak F dalam aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan (SLKI)
6. Ketidakberdayaan Berhubungan dengan Kurangnya Dukungan Sosial:
- Fasilitasi Anak F untuk membangun hubungan dengan orang-orang di sekitarnya (SLKI)
- Kolaborasi dengan pihak terkait (pekerja sosial, pemerintah, dll.) untuk menyediakan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan Anak F (SIKI)
- Dorong Anak F untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi hidupnya (SLKI)
Dengan pendekatan ini, diharapkan Anak F dapat menerima perawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhannya, serta dapat membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraannya. -
Article No. 13312 | 04 Mar 2025
Klinis : mual, diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi mual dan diare:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi mual dan diare adalah "Intoleransi Makan" (00002). Intoleransi Makan didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mentoleransi atau mencerna makanan atau cairan yang dikonsumsi, yang ditandai dengan gejala mual, muntah, dan/atau diare.
Karakteristik definisi dari Intoleransi Makan meliputi:
- Mual
- Muntah
- Diare
- Rasa penuh di perut
- Nyeri abdomen
- Penurunan berat badan
Faktor yang berhubungan dengan Intoleransi Makan dapat berupa reaksi fisiologis terhadap makanan, gangguan gastrointestinal, atau efek samping pengobatan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan Intoleransi Makan akibat mual dan diare, luaran yang diharapkan adalah:
a. Keseimbangan Cairan (0601):
- Mempertahankan volume cairan dalam batas normal
- Mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam batas normal
b. Kontrol Mual (1618):
- Pasien melaporkan gejala mual berkurang
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor pencetus mual
c. Kontrol Diare (1611):
- Frekuensi diare berkurang
- Konsistensi feses membaik
d. Status Nutrisi (1004):
- Berat badan pasien stabil atau meningkat
- Asupan nutrisi adekuat
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Manajemen Cairan (4120):
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Identifikasi tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
b. Manajemen Mual dan Muntah (1450):
- Identifikasi faktor pencetus mual
- Berikan antiemetik sesuai instruksi medis
- Anjurkan pasien mengonsumsi makanan dan minuman yang mudah dicerna
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi mual
c. Manajemen Diare (0460):
- Identifikasi penyebab diare
- Berikan obat antidiare sesuai instruksi medis
- Anjurkan pasien mengonsumsi makanan dan minuman yang mudah dicerna
- Edukasi pasien mengenai manajemen diare
d. Manajemen Nutrisi (1100):
- Evaluasi status nutrisi pasien
- Berikan makanan atau suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
- Pantau asupan nutrisi dan berat badan pasien
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada mengatasi mual, diare, serta mempertahankan keseimbangan cairan dan status nutrisi, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 13313 | 04 Mar 2025
Klinis : mual, diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan diare.
Penjelasan:
Mual dan diare dapat menyebabkan risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien dapat mengalami penurunan volume cairan, dehidrasi, dan ketidakseimbangan elektrolit seperti hiponatremia, hipokalsemia, atau hipokalemia. Ini memerlukan pengkajian dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Ketidaknyamanan Gastrointestinal berhubungan dengan mual dan diare.
Penjelasan:
Mual dan diare dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan pasien. Pasien dapat merasakan sensasi tidak enak, kram, atau rasa sakit di perut. Intervensi keperawatan diperlukan untuk mengurangi ketidaknyamanan dan membantu pasien dalam beradaptasi dengan kondisi ini.
Standar Diagnosa Keperawatan (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah sistem klasifikasi yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mendukung praktik keperawatan berbasis bukti. Sistem ini menyediakan bahasa yang standar dan terstruktur untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan. -
Article No. 13314 | 04 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dokter/Perekam Medik,
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru, secara bakteriologis dan histologis dikonfirmasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri, termasuk untuk Mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien pria berusia 45 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, serta adanya lesi di paru pada hasil rontgen. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk menggambarkan tuberkulosis paru yang secara bakteriologis dan histologis dikonfirmasi. Ini sesuai dengan gejala dan temuan klinis yang dialami oleh pasien.
Selain itu, kode ICD-9-CM 87.44 dapat digunakan untuk prosedur pemeriksaan sputum untuk bakteri, termasuk untuk Mycobacterium tuberculosis. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien.
Saya berharap informasi ini dapat membantu dalam pencatatan diagnosis dan tindakan medis yang sesuai untuk kasus ini. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada hal yang perlu klarifikasi. -
Article No. 13315 | 04 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang diberikan, maka dapat diidentifikasi:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.9
- Deskripsi: Infark miokard akut, tidak dinyatakan lain (NSTEMI)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 00.66
- Deskripsi: Pemantauan elektrokardiografi (EKG) kontinu
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I21.9 (Infark miokard akut, tidak dinyatakan lain) sesuai dengan gambaran klinis pasien, yaitu nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin, serta didukung oleh hasil pemeriksaan EKG yang menunjukkan infark miokard akut. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 sebagai faktor risiko penyakit jantung.
2. Kode ICD-9-CM 00.66 (Pemantauan elektrokardiografi (EKG) kontinu) dapat digunakan untuk tindakan pemantauan EKG yang dilakukan pada pasien untuk mendeteksi dan memantau kondisi infark miokard akut.
Jika diperlukan, pemeriksaan dan tindakan tambahan seperti pemeriksaan penunjang (tes troponin, ekokardiografi, dll.) serta intervensi medis (pemberian oksigen, nitrogliserin, antiplatelet, trombolisis, dll.) dapat dilakukan sesuai dengan protokol penanganan infark miokard akut. -
Article No. 13316 | 04 Mar 2025
Klinis : Kasus 15: Anak "D" didiagnosis thalasemia sejak usia 2 tahun, wajah nampak pucat, kulit kehitaman. Klien nampak lemah dan terlihat kurus, BB: 9 kg. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb: 6,2 mg%. Mendapatkan therapi transfusi darah PRC Gol.AB 2 kantong dan Nacl 0.9% 1 kolf 2:1 Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus? b. Intervensi keperawatan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? c. Tuliskan SOP tindakan pemberian transfusi pada anak dan praktikan saat bimbingan laboratorium?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum. Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kasus yang anda berikan.
a. Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kasus yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada anak "D" adalah:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia thalasemia yang ditandai dengan lemah, kurus, dan pucat.
2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan proses penyakit thalasemia.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperpigmentasi kulit akibat thalasemia.
b. Intervensi Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia thalasemia:
- Kaji tingkat energi dan toleransi aktivitas anak
- Atur aktivitas dan istirahat yang seimbang
- Berikan asupan nutrisi yang adekuat untuk mendukung peningkatan energi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi transfusi darah
2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan proses penyakit thalasemia:
- Pantau tanda-tanda vital dan status hidrasi
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan dan kondisi anak
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi cairan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperpigmentasi kulit akibat thalasemia:
- Kaji kondisi kulit dan perubahan warna kulit
- Berikan perawatan kulit yang lembut dan hidrasi yang adekuat
- Edukasi keluarga tentang perawatan kulit yang tepat
c. SOP Pemberian Transfusi Darah pada Anak:
1. Persiapan pre-transfusi:
- Verifikasi identitas pasien dan darah yang akan diberikan
- Pastikan informed consent telah diperoleh dari keluarga
- Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
- Ukur tanda-tanda vital pasien sebelum transfusi
2. Pelaksanaan transfusi:
- Berikan premedikasi sesuai indikasi
- Pasang akses intravena yang sesuai
- Mulai transfusi dengan kecepatan lambat, kemudian perlahan tingkatkan
- Pantau tanda-tanda vital selama transfusi berlangsung
3. Evaluasi dan tindak lanjut:
- Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien selama dan setelah transfusi
- Catat jumlah darah yang diberikan dan reaksi yang mungkin timbul
- Edukasi keluarga tentang efek samping yang mungkin terjadi
- Dokumentasikan semua tindakan dan hasil pemantauan
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamu'alaikum.