Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13373 | 05 Mar 2025
Klinis : KASUS Tn. D, seorang laki-laki berusia 70 tahun (lansia) dengan diagnosis medis chronic kidney disease (CKD) stage V. Kondisi pasien setelah melakukan hemodialisis pertama, mengeluhkan lemas, mual, muntah, takut dan cemas dengan kondisinya, serta mengeluh tidak bisa beristirahat dengan tenang. Tuan D memiliki faktor risiko penyakit yang menyebabkan gagal ginjal, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi dengan obat rutin Novorapid 3 x 12 unit dan Candesartan 16 mg. Patofisiologi yang mendasari terjadinya gagal ginjal karena tekanan darah dan kadar gula darah pasien yang tinggi sehingga lama-kelamaan menyebabkan nefron ginjal akan rusak yang mengakibatkan gagal ginjal. Hasil pemeriksaan fisik Tn. D didapati kesadaran composmentis, terdapat edema pada kedua kaki grade 1, berat badan 51 Kg, tinggi badan 155 cm, Indeks Masa Tubuh (IMT) 21,22, tekanan darah 116/71 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan 19x/menit, suhu tubuh 36,8°C, konjungtiva pucat, dan terpasang oksigenasi nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pengkajian tingkat kecemasan klien menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) didapatkan skor 23 (kecemasan sedang). Pemeriksaan penunjang tanggal 5 November 2022 didapatkan hasil ureum 269,9 mg/dL, kreatinin 11,76 mg/dL, kalium 5,20 mEq/L, natrium 132 mEq/L, hemoglobin 7,1 g/dl.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Tn. D:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan energi akibat gagal ginjal kronis.
2. Ansietas berhubungan dengan ketakutan terhadap penyakit dan pengobatan.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik akibat gagal ginjal kronis.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Kemampuan seseorang untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan yang terbatas oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
SIKI: Manajemen Energi, Perawatan Diri: Aktivitas/Latihan
2. Ansietas
SDKI: Sensasi ketidaknyamanan atau kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
SLKI: Kontrol Kecemasan
SIKI: Manajemen Ansietas, Terapi Relaksasi
3. Gangguan Pola Tidur
SDKI: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
SIKI: Manajemen Insomnia, Terapi Relaksasi
Penjelasan singkat:
1. Intoleransi Aktivitas: Kondisi Tn. D mengalami keterbatasan energi akibat gagal ginjal kronis yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
2. Ansietas: Tn. D merasa cemas dan takut terhadap kondisi penyakitnya serta pengobatan yang dijalani.
3. Gangguan Pola Tidur: Tn. D mengeluh tidak bisa beristirahat dengan tenang akibat ketidaknyamanan fisik dari kondisi gagal ginjal kronis. -
Article No. 13374 | 05 Mar 2025
Klinis : KASUS Tn. D, seorang laki-laki berusia 70 tahun (lansia) dengan diagnosis medis chronic kidney disease (CKD) stage V. Kondisi pasien setelah melakukan hemodialisis pertama, mengeluhkan lemas, mual, muntah, takut dan cemas dengan kondisinya, serta mengeluh tidak bisa beristirahat dengan tenang. Tuan D memiliki faktor risiko penyakit yang menyebabkan gagal ginjal, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi dengan obat rutin Novorapid 3 x 12 unit dan Candesartan 16 mg. Patofisiologi yang mendasari terjadinya gagal ginjal karena tekanan darah dan kadar gula darah pasien yang tinggi sehingga lama-kelamaan menyebabkan nefron ginjal akan rusak yang mengakibatkan gagal ginjal. Hasil pemeriksaan fisik Tn. D didapati kesadaran composmentis, terdapat edema pada kedua kaki grade 1, berat badan 51 Kg, tinggi badan 155 cm, Indeks Masa Tubuh (IMT) 21,22, tekanan darah 116/71 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan 19x/menit, suhu tubuh 36,8°C, konjungtiva pucat, dan terpasang oksigenasi nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pengkajian tingkat kecemasan klien menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) didapatkan skor 23 (kecemasan sedang). Pemeriksaan penunjang tanggal 5 November 2022 didapatkan hasil ureum 269,9 mg/dL, kreatinin 11,76 mg/dL, kalium 5,20 mEq/L, natrium 132 mEq/L, hemoglobin 7,1 g/dl.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan mengenai kondisi Tn. D, seorang lansia dengan diagnosis medis Chronic Kidney Disease (CKD) stage V, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, mual, dan muntah akibat gagal ginjal kronik.
2. Kecemasan berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan psikologis.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, mual, dan muntah akibat gagal ginjal kronik.
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Toleransi aktivitas
- SIKI: Manajemen aktivitas
2. Kecemasan berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Kontrol kecemasan
- SIKI: Manajemen kecemasan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan psikologis.
- SDKI: Gangguan pola tidur
- SLKI: Kualitas tidur
- SIKI: Manajemen tidur
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang biasa dilakukan akibat adanya kelemahan fisik, mual, dan muntah yang dialami oleh pasien CKD. Manajemen aktivitas diperlukan untuk membantu pasien meningkatkan toleransi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Kecemasan: Perasaan takut, khawatir, dan cemas yang dialami pasien CKD terkait dengan ancaman perubahan status kesehatannya. Manajemen kecemasan dibutuhkan untuk membantu pasien mengelola dan mengendalikan kecemasan yang dirasakan.
3. Gangguan pola tidur: Pasien CKD sering mengalami ketidaknyamanan fisik dan psikologis yang dapat mengganggu pola tidur. Manajemen tidur diperlukan untuk membantu pasien mencapai kualitas tidur yang baik.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menggunakan standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI, yaitu SDKI, SLKI, dan SIKI, sebagai pedoman dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 13375 | 05 Mar 2025
Klinis : KASUS Tn. D, seorang laki-laki berusia 70 tahun (lansia) dengan diagnosis medis chronic kidney disease (CKD) stage V. Kondisi pasien setelah melakukan hemodialisis pertama, mengeluhkan lemas, mual, muntah, takut dan cemas dengan kondisinya, serta mengeluh tidak bisa beristirahat dengan tenang. Tuan D memiliki faktor risiko penyakit yang menyebabkan gagal ginjal, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi dengan obat rutin Novorapid 3 x 12 unit dan Candesartan 16 mg. Patofisiologi yang mendasari terjadinya gagal ginjal karena tekanan darah dan kadar gula darah pasien yang tinggi sehingga lama-kelamaan menyebabkan nefron ginjal akan rusak yang mengakibatkan gagal ginjal. Hasil pemeriksaan fisik Tn. D didapati kesadaran composmentis, terdapat edema pada kedua kaki grade 1, berat badan 51 Kg, tinggi badan 155 cm, Indeks Masa Tubuh (IMT) 21,22, tekanan darah 116/71 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan 19x/menit, suhu tubuh 36,8°C, konjungtiva pucat, dan terpasang oksigenasi nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pengkajian tingkat kecemasan klien menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) didapatkan skor 23 (kecemasan sedang). Pemeriksaan penunjang tanggal 5 November 2022 didapatkan hasil ureum 269,9 mg/dL, kreatinin 11,76 mg/dL, kalium 5,20 mEq/L, natrium 132 mEq/L, hemoglobin 7,1 g/dl.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: N18.5
- Deskripsi: Penyakit ginjal kronik stadium V (end-stage renal disease)
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialisis
Penjelasan:
Pasien Tn. D, seorang laki-laki berusia 70 tahun (lansia), didiagnosis dengan penyakit ginjal kronik (chronic kidney disease/CKD) stadium V atau end-stage renal disease (ESRD). Hal ini sesuai dengan kode ICD-10 N18.5. Pasien telah menjalani hemodialisis pertama, dan sesuai dengan kode ICD-9-CM 39.95 untuk tindakan hemodialisis.
Pasien mengalami gejala-gejala seperti lemas, mual, muntah, takut dan cemas dengan kondisinya, serta kesulitan beristirahat dengan tenang. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kondisi fisiologis akibat penyakit ginjal kronik stadium V dan proses hemodialisis yang baru dilakukan.
Pasien memiliki faktor risiko penyakit ginjal kronik, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi. Patofisiologi yang mendasari terjadinya gagal ginjal adalah tingginya tekanan darah dan kadar gula darah yang lama-kelamaan menyebabkan kerusakan nefron ginjal, sehingga mengakibatkan gagal ginjal.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda klinis yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti edema pada kedua kaki, berat badan dan Indeks Massa Tubuh yang rendah, serta pemeriksaan penunjang menunjukkan kadar ureum, kreatinin, kalium, dan hemoglobin yang abnormal.
Selain itu, hasil pengkajian menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) menunjukkan bahwa pasien mengalami kecemasan sedang (skor 23). Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang sesuai untuk mengatasi kecemasan pasien. -
Article No. 13376 | 05 Mar 2025
Klinis : KASUS Tn. D, seorang laki-laki berusia 70 tahun (lansia) dengan diagnosis medis chronic kidney disease (CKD) stage V. Kondisi pasien setelah melakukan hemodialisis pertama, mengeluhkan lemas, mual, muntah, takut dan cemas dengan kondisinya, serta mengeluh tidak bisa beristirahat dengan tenang. Tuan D memiliki faktor risiko penyakit yang menyebabkan gagal ginjal, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi dengan obat rutin Novorapid 3 x 12 unit dan Candesartan 16 mg. Patofisiologi yang mendasari terjadinya gagal ginjal karena tekanan darah dan kadar gula darah pasien yang tinggi sehingga lama-kelamaan menyebabkan nefron ginjal akan rusak yang mengakibatkan gagal ginjal. Hasil pemeriksaan fisik Tn. D didapati kesadaran composmentis, terdapat edema pada kedua kaki grade 1, berat badan 51 Kg, tinggi badan 155 cm, Indeks Masa Tubuh (IMT) 21,22, tekanan darah 116/71 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan 19x/menit, suhu tubuh 36,8°C, konjungtiva pucat, dan terpasang oksigenasi nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pengkajian tingkat kecemasan klien menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) didapatkan skor 23 (kecemasan sedang). Pemeriksaan penunjang tanggal 5 November 2022 didapatkan hasil ureum 269,9 mg/dL, kreatinin 11,76 mg/dL, kalium 5,20 mEq/L, natrium 132 mEq/L, hemoglobin 7,1 g/dl.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. D yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana intervensi keperawatan yang sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan fisik dan ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen akibat gagal ginjal kronis.
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan proses penyakit yang dialami.
3. Pola tidur terganggu berhubungan dengan kecemasan dan rasa tidak nyaman akibat gejala-gejala uremia.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Mempertahankan kapasitas fungsional dalam batas normal.
- SIKI: Manajemen energi, Manajemen kelelahan.
2. Kecemasan:
- SDKI: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
- SLKI: Mengontrol kecemasan.
- SIKI: Manajemen kecemasan, Dukungan emosional.
3. Pola tidur terganggu:
- SDKI: Gangguan kuantitas dan/atau kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- SIKI: Manajemen insomnia, Manajemen nyeri.
Rencana Intervensi Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas:
- Kaji tingkat kelelahan pasien dan kapasitas aktivitasnya.
- Lakukan perencanaan aktivitas dan istirahat secara seimbang.
- Ajarkan teknik-teknik manajemen energi (misalnya, aktivitas bertahap, posisi istirahat, dll).
- Berikan dukungan emosional dan edukasi terkait proses penyakit.
2. Kecemasan:
- Kaji tingkat kecemasan pasien menggunakan HARS.
- Identifikasi dan diskusikan penyebab kecemasan.
- Berikan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dll) untuk mengurangi kecemasan.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
3. Pola tidur terganggu:
- Kaji pola tidur pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur (suhu, pencahayaan, kebisingan).
- Ajarkan teknik-teknik manajemen nyeri dan kecemasan untuk meningkatkan kualitas tidur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi obat. -
Article No. 13377 | 05 Mar 2025
Klinis : KASUS TUTORIAL KGD STROKE ISKEMIK Seorang laki laki, 46 Tahun datang ke IGD RSUD dr. Sayidiman dengan keluhan kelemahan anggota gerak dan bicara pelo, keluhan muncul mendadak 1 hari SMRS saat pasien bangun tidur. Gejala penyerta lainya mual dan muntah (-), demam (+), sesak nafas (+) makan berkurang, suara grog-grog, BAK (+) lewat kateter dan BAB (-). Menurut pengakuan keluarga pasien memiliki riwayat stroke sudah sejak 4 tahun yang lalu, stroke tanpa perdarahan bagian dektra, dan memiliki riwayat hipertensi terkontrol. Dan satu minggu yang lalu pasien jatuh terpleset Pada pemeriksaan didapatkan kondisi umum tampak lemah, sopor, E2V2M4, berat badan pasien 60 kg, tinggi badan 165 cm, tekanan darah 184/103 mmHg, nadi 121x/menit, respiratory rate 24x/menit dengan SpO2 96%, suhu 37,8oC. Pemeriksaan fisik thorax didapatkan ronkhi (+/+). Pada pemeriksaan status neurologis ekstremitas atas dan bawah kanan mengalami kelemahan anggota gerak, kekuatan otot lateralisasi kanan dan refleks fisiologi meningkat pada bagian kanan. Pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan hasil angka leukosit (AL) 12,73/mm3, HGB 18,6 g/dl, GDS 118 Mg/dl, serum creatinin 1,23. Hasil pemeriksaan penunjang medik Gambaran CT-Scan Tampak lesi hipodense batas sebagaian tegas di corona radiata kiri kesan subacute ischemic infarct di corona radiata kiri.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Berikut saya berikan diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus stroke iskemik sebagaimana dipaparkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan Neuromuskular yang ditandai dengan lemahnya pergerakan ekstremitas kanan.
2. Risiko Cedera berhubungan dengan gangguan status neurologis dan penurunan kesadaran.
3. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan kekakuan otot pernapasan yang ditandai dengan peningkatan frekuensi napas.
4. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan yang ditandai dengan penurunan berat badan.
5. Inkontinensia Urin berhubungan dengan gangguan sistem saraf pusat yang ditandai dengan berkemih lewat kateter.
Luaran Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Teratasi: pasien dapat melakukan pergerakan ekstremitas atas dan bawah kanan secara mandiri.
2. Tidak terjadi Cedera: pasien tidak mengalami cedera selama masa perawatan.
3. Pola Napas Efektif: pasien dapat bernafas dengan irama dan kedalaman yang normal.
4. Nutrisi Adekuat: pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
5. Inkontinensia Urin Teratasi: pasien dapat berkemih secara mandiri tanpa bantuan kateter.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Mobilitas:
- Latih pasien melakukan pergerakan aktif maupun pasif pada ekstremitas yang lemah
- Ajarkan teknik ambulasi dengan alat bantu jika perlu
- Kolaborasi fisioterapi untuk program rehabilitasi
2. Pencegahan Risiko Jatuh:
- Identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien
- Tingkatkan pengawasan dan bantu aktivitas pasien
- Sediakan lingkungan yang aman dan bebas bahaya
3. Manajemen Jalan Napas:
- Pantau tanda-tanda vital, frekuensi dan pola napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Latih teknik batuk efektif dan senam dada
4. Manajemen Nutrisi:
- Kaji kebutuhan nutrisi pasien dan berikan sesuai kebutuhan
- Kolaborasi ahli gizi untuk intervensi nutrisi yang tepat
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang diet yang dianjurkan
5. Manajemen Inkontinensia Urin:
- Kaji pola berkemih pasien dan faktor-faktor penyebab
- Anjurkan pasien untuk latihan berkemih sesuai pola
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan yang sesuai
Demikian penjelasan yang dapat saya berikan. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 13378 | 05 Mar 2025
Klinis : Nyeri dada seperti ditimpa benda berat sesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri dada seperti ditimpa benda berat dengan sesak napas:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Pertukaran Gas
Penjelasan:
1. Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan pengurangan nyeri, menunjukkan perilaku yang mengarah pada pengurangan nyeri, dan mempertahankan fungsi fisiologis yang sesuai.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, terapi farmakologis, terapi nonfarmakologis, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
2. Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan ventilasi dan/atau oksigenasi yang memadai pada tingkat alveolar-kapiler.
- SLKI: Pasien menunjukkan perbaikan pada status pernapasan, mempertahankan kadar oksigen darah yang adekuat, dan menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen jalan napas, oksigenasi, ventilasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami nyeri dada yang dirasakan seperti ditimpa benda berat disertai dengan sesak napas. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut dan Gangguan Pertukaran Gas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, terapi farmakologis dan nonfarmakologis, oksigenasi, dan ventilasi. -
Article No. 13379 | 05 Mar 2025
Klinis : diagnosa keperawatan gangguan penglihatan post operasi katarak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan penglihatan post operasi katarak.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Perubahan Fungsi Indera Penglihatan Pasca Operasi Katarak
Definisi:
Gangguan Penglihatan adalah ketidakmampuan untuk melihat secara jelas atau keterbatasan dalam fungsi penglihatan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Etiologi:
- Perubahan anatomi dan fisiologi mata akibat operasi katarak
- Proses penyembuhan pasca operasi katarak
Karakteristik Definisi:
- Pasien mengeluhkan kesulitan melihat dengan jelas
- Pasien mengeluhkan pandangan kabur
- Pasien mengeluhkan penglihatan ganda (diplopia)
- Pasien mengeluhkan sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
- Pasien mengeluhkan mata terasa kering
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien dapat mempertahankan fungsi penglihatan yang optimal
- Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan fungsi penglihatan
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Observasi dan pemantauan tanda-tanda vital dan status penglihatan pasien
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan mata pasca operasi katarak
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (oftalmolog) untuk pemeriksaan dan penanganan lanjut
- Fasilitasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang aman sesuai dengan kondisi penglihatan
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mempertahankan fungsi penglihatan yang optimal, beradaptasi dengan perubahan, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman pasca operasi katarak. -
Article No. 13380 | 05 Mar 2025
Klinis : PASIEN MENGELUH BATUK BERDAHAK SUDAH 1MINGGU TAPI KADANG KELUAR DARAH, TAK KUNJUNG SEMBUH, PENURUNAN BB
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Kondisi yang Anda deskripsikan mengarah pada kemungkinan adanya infeksi paru atau kondisi lain yang perlu dievaluasi lebih lanjut. Berikut adalah kode ICD-10 yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R05
- Deskripsi: Batuk
Penjelasan:
Kode R05 dalam ICD-10 digunakan untuk mendiagnosis gejala batuk, yang merupakan keluhan utama pasien dalam kasus ini. Batuk berdahak yang kadang mengeluarkan darah dan tidak kunjung sembuh dapat mengindikasikan adanya kondisi medis yang lebih serius, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menentukan diagnosis spesifik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi, kaku, diagnostik
Penjelasan:
Jika diperlukan, kode ICD-9-CM 33.24 dapat digunakan untuk prosedur bronkoskopi diagnostik. Pemeriksaan bronkoskopi dapat membantu dalam mengevaluasi penyebab batuk berdahak yang disertai dengan pengeluaran darah, serta membantu dalam proses diagnosis.
Selain itu, penurunan berat badan yang dialami pasien juga perlu dievaluasi lebih lanjut, karena dapat merupakan gejala dari kondisi medis yang mendasari. Pemeriksaan lanjutan, seperti pemeriksaan radiologis, laboratorium, atau konsultasi dengan dokter spesialis paru, mungkin diperlukan untuk menentukan diagnosis yang tepat dan memberikan penanganan yang sesuai. -
Article No. 13381 | 05 Mar 2025
Klinis : PASIEN MENGELUH BATUK BERDAHAK SUDAH 1MINGGU TAPI KADANG KELUAR DARAH, TAK KUNJUNG SEMBUH, PENURUNAN BB
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang mengeluhkan batuk berdahak selama 1 minggu dan kadang keluar darah, serta penurunan berat badan, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan batuk tidak efektif.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat menunjukkan jalan napas yang efektif, yakni mampu membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, serta tidak ada tanda-tanda infeksi pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas, dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan permeabilitas jalan napas.
2. Manajemen Batuk, dengan tujuan memfasilitasi pengeluaran sekret dari saluran napas.
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital, untuk memantau kondisi pasien.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan sesuai dengan praktik berbasis bukti untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 13382 | 05 Mar 2025
Klinis : PASIEN MENGELUH BATUK BERDAHAK SUDAH 1MINGGU TAPI KADANG KELUAR DARAH, TAK KUNJUNG SEMBUH, PENURUNAN BB
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" (SDKI). Pasien mengeluhkan batuk berdahak yang sudah berlangsung selama 1 minggu, kadang-kadang mengeluarkan darah, dan tidak kunjung sembuh. Hal ini mengindikasikan adanya masalah pada bersihan jalan napas yang tidak efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan luaran yang dapat dicapai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Membaik: Pasien dapat mengeluarkan secret/dahak dengan mudah, tidak ada sumbatan pada jalan napas, dan pernapasan menjadi lebih mudah.
2. Gejala Respirasi Membaik: Pasien tidak lagi mengalami batuk berdahak dan tidak ada keluar darah saat batuk.
3. Status Nutrisi Membaik: Pasien mampu mempertahankan atau meningkatkan berat badan yang sesuai.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret/dahak yang berlebih
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan pada pasien
- Berikan obat-obatan sesuai resep untuk membantu melonggarkan jalan napas
2. Manajemen Nutrisi
- Lakukan pengkajian status nutrisi pasien secara komprehensif
- Berikan diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien, misalnya diet tinggi kalori dan protein
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang optimal
- Pantau asupan dan status nutrisi pasien secara berkala
3. Edukasi Kesehatan
- Edukasikan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi kesehatan, prognosis, dan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan
- Ajarkan teknik manajemen batuk dan pengeluaran dahak yang efektif
- Berikan edukasi terkait pentingnya menjaga status nutrisi yang adekuat
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada bersihan jalan napas, status respirasi, dan status nutrisi, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diinginkan.