Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21356 | 02 Sep 2025
Klinis : Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan diri berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien tidak tahu penyebab dan cara mengontrol hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan diri yang berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi, ditandai dengan pasien tidak tahu penyebab dan cara mengontrol hipertensi.
Penjelasan:
Diagnosis ini menggambarkan kondisi pasien yang kurang memahami penyakit hipertensi dan perawatan dirinya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya paparan informasi yang diterima oleh pasien terkait penyakit dan manajemen hipertensi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Peningkatan Pengetahuan: Pasien mendemonstrasikan pemahaman yang benar tentang penyebab, gejala, dan manajemen hipertensi.
2. Kepatuhan: Pasien mematuhi regimen pengobatan dan perawatan diri untuk mengontrol hipertensi.
3. Pengelolaan Diri: Pasien mampu melakukan manajemen diri yang efektif untuk mengontrol hipertensi.
Penjelasan:
Setelah intervensi keperawatan yang diberikan, diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuannya tentang hipertensi, mematuhi pengobatan dan perawatan dirinya, serta mampu mengelola kondisi hipertensi secara mandiri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan informasi tentang penyebab, gejala, dan komplikasi hipertensi.
- Menjelaskan manajemen hipertensi, termasuk pengobatan, diet, aktivitas fisik, dan pemantauan tekanan darah.
- Menggunakan media edukasi yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman pasien.
2. Dukungan Pengambilan Keputusan:
- Mendiskusikan pilihan pengobatan dan perawatan diri dengan pasien.
- Melibatkan pasien dalam proses pengambilan keputusan terkait manajemen hipertensi.
- Membantu pasien mengidentifikasi hambatan dan strategi untuk meningkatkan kepatuhan.
3. Manajemen Diri:
- Melatih pasien untuk melakukan pemantauan tekanan darah secara mandiri.
- Memberikan bimbingan dalam membuat jadwal pengobatan dan perawatan diri.
- Mendorong pasien untuk membuat rencana tindakan untuk mengontrol hipertensi.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diberikan fokus pada edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien, dukungan pengambilan keputusan untuk melibatkan pasien secara aktif, serta pelatihan manajemen diri agar pasien dapat secara mandiri mengontrol kondisi hipertensinya. Melalui intervensi ini, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan. -
Article No. 21357 | 02 Sep 2025
Klinis : hipertermi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi hipertermi berdasarkan standar keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi hipertermi:
Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi hipertermi adalah "Suhu Tubuh Meningkat". Diagnosa ini mengacu pada peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, peradangan, atau gangguan termoregulasi. Diagnosa ini mencakup gejala-gejala yang khas pada kondisi hipertermi, seperti peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, berkeringat, dan peningkatan frekuensi napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Suhu Tubuh: Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
2. Kenyamanan: Pasien dapat mencapai tingkat kenyamanan yang optimal selama mengalami peningkatan suhu tubuh.
3. Pengetahuan: Pasien dan/atau keluarga dapat mendemonstrasikan pemahaman tentang penyebab, gejala, dan manajemen hipertermi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Suhu Tubuh:
- Pantau suhu tubur pasien secara teratur.
- Berikan tindakan pendinginan, seperti kompres dingin, mandi air hangat, atau kipas angin.
- Atur lingkungan yang nyaman, seperti suhu ruangan yang sejuk.
- Berikan cairan yang cukup untuk menggantikan cairan yang hilang akibat peningkatan suhu tubuh.
2. Manajemen Kenyamanan:
- Berikan analgesik atau antipiretik sesuai indikasi untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
- Lakukan tindakan keperawatan untuk meningkatkan kenyamanan, seperti pengaturan posisi yang nyaman.
- Libatkan pasien dan keluarga dalam upaya meningkatkan kenyamanan.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan manajemen hipertermi.
- Ajarkan teknik-teknik sederhana untuk menurunkan suhu tubuh, seperti kompres dingin dan minum cairan hangat.
- Jelaskan tanda-tanda bahaya yang memerlukan penanganan segera.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Suhu Tubuh Meningkat" merupakan kondisi klinis yang menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Diagnosa ini mencakup gejala-gejala yang khas pada kondisi hipertermi, seperti peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, berkeringat, dan peningkatan frekuensi napas.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan meliputi kontrol suhu tubuh dalam batas normal, kenyamanan pasien selama mengalami peningkatan suhu tubuh, serta peningkatan pengetahuan pasien dan/atau keluarga tentang penyebab, gejala, dan manajemen hipertermi. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen suhu tubuh, manajemen kenyamanan, dan edukasi kesehatan.
Manajemen suhu tubuh bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh ke batas normal melalui tindakan pendinginan, pengaturan lingkungan, dan pemberian cairan yang cukup. Manajemen kenyamanan dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang dialami pasien, seperti pemberian analgesik dan pengaturan posisi yang nyaman. Edukasi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan manajemen hipertermi, serta tanda-tanda bahaya yang memerlukan penanganan segera.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, mencapai tingkat kenyamanan yang optimal, serta memiliki pengetahuan yang memadai untuk mengelola kondisi hipertermi. -
Article No. 21358 | 02 Sep 2025
Klinis : Ketidakpatuhan regimen terapeutik berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien tidak tahu penyebab dan cara mengontrol hipertensi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik". Definisi dari Diagnosa Keperawatan ini adalah "Pola perilaku dan/atau aktivitas yang tidak sesuai dengan rekomendasi terapeutik yang disepakati oleh pasien dan petugas kesehatan". Kondisi yang Anda paparkan, di mana pasien tidak tahu penyebab dan cara mengontrol hipertensi, menunjukkan bahwa pasien belum memahami dan mematuhi regimen terapeutik yang diberikan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk mengatasi Diagnosa Keperawatan "Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik" adalah:
a. Kepatuhan Regimen Terapeutik: Perilaku pasien dalam mengikuti rekomendasi terapeutik yang disepakati dengan petugas kesehatan.
b. Pengetahuan: Tingkat pemahaman pasien tentang informasi yang dibutuhkan untuk perawatan kesehatan.
Luaran ini menggambarkan bahwa setelah mendapatkan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat memahami penyebab dan cara mengontrol hipertensi, serta dapat mematuhi regimen terapeutik yang diberikan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan adalah:
a. Manajemen Regimen Terapeutik: Tindakan membantu pasien dalam memahami dan menjalankan regimen terapeutik yang telah disepakati.
b. Edukasi Kesehatan: Tindakan memberikan informasi yang terstruktur untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien tentang kondisi kesehatan, pengobatan, dan perawatan.
c. Dukungan Pengambilan Keputusan: Tindakan membantu pasien dalam membuat keputusan terkait perawatan kesehatan.
Dengan melakukan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat memahami penyebab dan cara mengontrol hipertensi, serta termotivasi dan mampu mematuhi regimen terapeutik yang diberikan.
Secara keseluruhan, pendekatan ini menggunakan Diagnosa Keperawatan, Luaran, dan Intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan regimen terapeutik yang dialami oleh pasien. Dengan penerapan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai hasil yang diinginkan dan mencapai kondisi kesehatan yang optimal. -
Article No. 21359 | 02 Sep 2025
Klinis : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat hipertensi ditandai dengan pasien mengeluh sakit kepala, ekspresi kesakitan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat hipertensi". Pasien mengeluhkan sakit kepala dan menunjukkan ekspresi kesakitan, yang merupakan tanda-tanda dari nyeri akut yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial akibat hipertensi. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan melaporkan pengurangan nyeri pada skala 0-10 dari _____ menjadi _____ dalam waktu 30 menit setelah intervensi.
2. Pasien akan mendemonstrasikan teknik penanganan nyeri yang efektif, seperti relaksasi, distraksi, atau pemberian analgesik sesuai instruksi.
3. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, seperti tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh.
4. Pasien akan melaporkan peningkatan kemampuan untuk beristirahat dan tidur.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor presipitasi nyeri.
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, atau terapi musik.
4. Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk mengelola faktor penyebab nyeri, seperti pengobatan hipertensi.
6. Beri kesempatan bagi pasien untuk beristirahat dan tidur yang cukup.
7. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
1. Pengkajian nyeri komprehensif dilakukan untuk memperoleh data yang akurat tentang karakteristik nyeri pasien, sehingga intervensi yang diberikan dapat tepat sasaran.
2. Pemberian analgesik sesuai resep dokter bertujuan untuk mengurangi persepsi nyeri secara farmakologis.
3. Teknik manajemen nyeri non-farmakologis membantu pasien untuk mengendalikan dan mengatasi nyeri secara aktif.
4. Pemantauan tanda-tanda vital penting untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan mendeteksi komplikasi.
5. Kolaborasi dengan dokter diperlukan untuk menangani faktor penyebab nyeri, seperti hipertensi, sehingga nyeri dapat diatasi secara komprehensif.
6. Istirahat dan tidur yang cukup membantu pasien untuk beradaptasi terhadap nyeri dan mempercepat proses penyembuhan.
7. Evaluasi dan penyesuaian intervensi dilakukan untuk memastikan tercapainya tujuan asuhan keperawatan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien dengan nyeri akut yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat hipertensi. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 21360 | 02 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, laki-laki berusia 28 tahun, dirawat dengan keluhan nyeri hebat dan kulit melepuh pada lengan kanan dan sebagian dada setelah terkena air panas saat bekerja di dapur rumah makan tempat ia bekerja. Pasien mengatakan kejadian berlangsung sekitar 2 jam yang lalu, ketika ia tidak sengaja menumpahkan panci berisi kuah panas ke tubuh bagian atasnya. Sejak itu ia merasakan nyeri menusuk dan perih di daerah luka, serta kesulitan menggerakkan lengan karena rasa sakit. Saat pemeriksaan awal, tampak kulit lengan kanan bagian anterior kemerahan luas dengan beberapa bula (lepuhan) berisi cairan jernih, dan sebagian dada kanan tampak eritema. Perawat menilai luka bakar meliputi ±15% luas permukaan tubuh (TBSA) dengan derajat II (superficial partial thickness). Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit kulit sebelumnya. Pasien belum pernah mengalami luka bakar sebelumnya. Riwayat alergi obat maupun makanan tidak pernah ada. Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi, ibu sehat. Tidak ada riwayat penyakit kulit atau alergi dalam keluarga. Pasien menganggap dirinya biasanya sehat, jarang berobat, dan lebih memilih pengobatan tradisional untuk keluhan ringan. Tidak ada kebiasaan khusus menjaga kesehatan kulit. Nafsu makan pasien sebelumnya baik, namun sejak kejadian luka bakar ia merasa mual dan tidak berselera makan. Asupan cairan sejak kejadian berkurang. Saat ini pasien mengeluhkan rasa haus. Kulit di sekitar luka tampak kemerahan dan melepuh, tanda adanya kerusakan integritas kulit. Sebelum kejadian, pola BAB 1x/hari dengan konsistensi normal, BAK 5–6x/hari. Setelah kejadian, pasien baru sekali BAK, urin agak pekat dan sedikit. Pasien sehari-hari bekerja sebagai juru masak, aktivitas fisik cukup tinggi. Saat ini aktivitas terbatas karena nyeri, terutama gerakan lengan kanan. Pasien biasanya tidur 6–7 jam per malam. Namun sejak luka bakar, ia sulit tidur karena nyeri yang terus-menerus. Pasien sadar penuh (compos mentis), orientasi baik. Skala nyeri 8/10, nyeri bertambah saat bergerak atau menyentuh luka. Sensasi terbakar dan perih jelas dirasakan di daerah luka. Pasien merasa khawatir akan kondisi kulitnya yang rusak dan takut meninggalkan bekas luka. Ia merasa citra dirinya akan menurun bila luka tidak sembuh sempurna. Pasien adalah tulang punggung keluarga, tinggal bersama istri dan seorang anak. Ia merasa cemas tidak dapat bekerja sementara waktu sehingga berpengaruh pada ekonomi keluarga. Tidak ada keluhan dalam fungsi reproduksi. Namun pasien mengungkapkan kekhawatiran terhadap daya tarik fisiknya di mata pasangan karena luka bakar ini. Pasien mengaku merasa stres, cemas, dan takut dengan proses penyembuhan. Ia berusaha menenangkan diri dengan berdoa, namun kadang tampak gelisah. Pasien meyakini sakit sebagai ujian dari Tuhan. Ia percaya kesembuhan dapat dicapai dengan usaha pengobatan yang tepat serta doa. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan data: • Keadaan umum: Tampak kesakitan, compos mentis. • Tanda vital: TD 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22x/menit, Suhu 37,5°C. • Kulit: Lengan kanan bagian anterior tampak eritema luas, terdapat bula berisi cairan, sebagian pecah, kulit terasa panas dan nyeri bila disentuh. Daerah dada kanan tampak eritema difus. Luas luka diperkirakan 15% TBSA. • Mukosa mulut: Lembab. • Ekstremitas: Gerakan terbatas karena nyeri. Pemeriksaan Penunjang pada pasien Laboratorium: • Hb: 14 g/dL • Leukosit: 11.000/µL (sedikit meningkat, tanda stres/inflamasi) • Elektrolit: Na 132 mmol/L (sedikit menurun), K 3,8 mmol/L • Ht: 48% (sedikit meningkat, tanda hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan) • Foto luka: mendukung diagnosa luka bakar derajat II superficial partial thickness. • Uji fungsi ginjal: ureum/creat dalam batas normal, namun pemantauan lanjutan diperlukan karena risiko gangguan akibat dehidrasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar derajat II superficial partial thickness.
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka bakar.
3. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat luka bakar.
4. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan komplikasi dan proses penyembuhan luka bakar.
5. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat luka bakar.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit Membaik:
- Luka bakar mengalami penyembuhan
- Tidak terjadi komplikasi (infeksi, gangguan sirkulasi, dll.)
- Tidak terbentuk jaringan parut yang buruk
2. Kontrol Nyeri Membaik:
- Pasien dapat mengendalikan nyeri
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa hambatan nyeri
3. Keseimbangan Cairan Terpenuhi:
- Tidak terjadi dehidrasi
- Tidak terjadi gangguan elektrolit
4. Kecemasan Menurun:
- Pasien dapat beradaptasi dengan kondisi luka bakar
- Pasien dapat mengendalikan rasa cemas dan takut
5. Citra Tubuh Membaik:
- Pasien menerima perubahan penampilan fisik
- Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan penampilan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar derajat II superficial partial thickness:
- Perawatan luka bakar
- Manajemen nyeri
- Pencegahan infeksi
- Edukasi perawatan luka bakar
2. Nyeri Akut berhubungan dengan luka bakar:
- Manajemen nyeri
- Terapi relaksasi
- Pemberian analgesik sesuai indikasi
3. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat luka bakar:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemantauan intake-output
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Edukasi asupan cairan yang adekuat
4. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan komplikasi dan proses penyembuhan luka bakar:
- Terapi suportif
- Terapi relaksasi
- Edukasi proses penyembuhan luka bakar
5. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat luka bakar:
- Terapi suportif
- Terapi kognitif
- Edukasi proses penyembuhan dan perawatan luka bakar
Setiap intervensi keperawatan yang dipilih harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien, serta dilakukan dengan pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien. Perawat harus memastikan kolaborasi yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 21361 | 02 Sep 2025
Klinis : - Demam sejak Selasa (H-7), demam dominan malam hari, nyeri kepala dan persendian - Mual (+), muntah 3x hari ini, setiap makan minum muntah, walau sudah minum obat muntah, BAB terakhir Jumat - Batuk (+) ada dahak sulit keluar, nyeri telan (+), sesak (-)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan demam sejak Selasa (H-7), demam dominan malam hari, dan nyeri kepala serta persendian.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: intake kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah 3x hari ini, setiap makan minum muntah, walau sudah minum obat muntah, dan BAB terakhir Jumat.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan batuk (+) ada dahak sulit keluar, dan nyeri telan (+).
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia: Pasien akan menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C) selama 3 hari berturut-turut.
2. Keseimbangan Nutrisi: Pasien akan mencapai berat badan ideal dan tidak mengalami penurunan berat badan selama perawatan.
3. Bersihan Jalan Napas Efektif: Pasien akan menunjukkan jalan napas yang bersih, dengan frekuensi batuk berkurang dan tidak ada lagi rasa nyeri saat menelan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia:
a. Monitor suhu tubuh pasien setiap 4 jam.
b. Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
c. Atur lingkungan kamar agar nyaman dan sejuk.
d. Anjurkan pasien banyak minum air putih.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun demam.
2. Keseimbangan Nutrisi:
a. Lakukan pengkajian status nutrisi pasien secara komprehensif.
b. Berikan makanan dan minuman sesuai toleransi pasien, misal: MPASI cair, jus buah, dan cairan elektrolit.
c. Berikan antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
e. Monitor asupan dan output cairan pasien.
3. Bersihan Jalan Napas Efektif:
a. Berikan humidifikasi oksigen untuk melembapkan jalan napas.
b. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
c. Berikan obat-obatan untuk meredakan nyeri dan memperlancar pengeluaran dahak.
d. Lakukan suction untuk membantu mengeluarkan dahak, jika diperlukan.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik, jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Dalam kasus ini, pasien mengalami kondisi yang kompleks dengan gejala demam, mual, muntah, batuk dengan dahak, dan nyeri telan. Ketiga diagnosa keperawatan yang dirumuskan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) bertujuan untuk mengatasi permasalahan utama yang dialami pasien.
Hipertermia disebabkan oleh proses infeksi yang ditandai dengan demam, nyeri kepala, dan nyeri persendian. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh ke rentang normal dan mengatasi gejala demam. Pemberian kompres hangat, pengaturan lingkungan, dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun demam merupakan tindakan yang dapat dilakukan.
Ketidakseimbangan nutrisi: intake kurang dari kebutuhan disebabkan oleh mual, muntah, dan penurunan nafsu makan. Intervensi keperawatan bertujuan untuk mempertahankan status nutrisi yang adekuat, dengan memberikan makanan dan minuman sesuai toleransi pasien, pemberian antiemetik, serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
Bersihan jalan napas tidak efektif dikarenakan adanya batuk dengan dahak yang sulit keluar dan nyeri saat menelan. Intervensi keperawatan diarahkan untuk memperlancar pengeluaran dahak, mengatasi nyeri, dan mempertahankan jalan napas tetap bersih. Pemberian humidifikasi oksigen, latihan batuk efektif, dan pemberian terapi farmakologis merupakan tindakan yang dapat dilakukan.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter dan ahli gizi, sangat penting untuk mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 21362 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikroskopis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Biopsi paru, terbuka
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan temuan radiologis berupa lesi di paru, diagnosis awal yang ditetapkan adalah tuberkulosis paru.
Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikroskopis positif) sesuai dengan diagnosis tuberkulosis paru yang disusun berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan. Kode ini mengindikasikan bahwa diagnosis tuberkulosis paru telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopis, seperti pemeriksaan sputum untuk menemukan basil tahan asam (BTA) atau kultur.
Dalam kasus ini, diperlukan prosedur lebih lanjut untuk konfirmasi diagnosis, yaitu biopsi paru. Kode ICD-9-CM 87.44 (Biopsi paru, terbuka) menunjukkan prosedur pengambilan sampel jaringan paru melalui prosedur pembedahan terbuka untuk pemeriksaan histopatologis, yang dapat membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru. -
Article No. 21363 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D0001)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (D0005)
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Intoleransi Aktivitas (D0012)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (D0001)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Terdiri dari definisi, karakteristik definitif, faktor yang berhubungan, dan faktor risiko dari setiap diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Terdiri dari definisi, aktivitas, dan rasional dari setiap intervensi keperawatan.
Kode dan Definisi:
D0001 - Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
D0005 - Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
D0012 - Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 21364 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut transmural dinding anterior
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.10
- Deskripsi: Pemantauan elektrokardiografi (EKG)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I21.0 (Infark miokard akut transmural dinding anterior) sesuai dengan gejala pasien yang mengalami nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin. Hasil EKG menunjukkan adanya infark miokard akut.
2. Kode ICD-9-CM 99.10 (Pemantauan elektrokardiografi (EKG)) digunakan untuk mencatat prosedur pemeriksaan EKG yang dilakukan pada pasien untuk menegakkan diagnosis infark miokard akut.
Pasien ini memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan infark miokard akut. Penatalaksanaan selanjutnya dapat berupa stabilisasi kondisi klinis, pemberian terapi antiiskemik, antiplatelet, dan revaskularisasi jika diperlukan, serta pengendalian faktor risiko penyakit jantung. -
Article No. 21365 | 02 Sep 2025
Klinis : Seorang siswa kelas 3 SD berusia o tahun datang ke UKS mengeluh sakit gigi saat makan. Hasil pemeriksaan perawat UKS menunjukkan adanya karies dan lubang pada gigi geraham. Dari wawancara, siswa mengaku jarang menggosok gigi sebelum tidur dan lebih suka jaian makanan manis di sekolah. Guru UKS melaporkan bahwa 40% siswa di kelas tersebut memiliki asalah gigi serupa. Penyuluhan dan pemeriksaan gigi dan mulut belum pernah dilakukan di sekolah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda uraikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Gigi Berhubungan dengan Perilaku Kebersihan Mulut yang Tidak Adekuat
- Kode SDKI: 10020
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kerusakan struktur gigi, seperti karies, erosi, atau abrasi, yang dapat mengganggu fungsi gigi.
2. Defisit Perawatan Diri: Kebersihan Mulut Berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan
- Kode SDKI: 10002
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kebersihan mulut secara mandiri.
3. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Kerusakan Gigi
- Kode SDKI: 10009
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan penyakit.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
Kode dan definisi yang saya berikan sesuai dengan sistem klasifikasi SDKI yang ditetapkan oleh PPNI. Diagnosa keperawatan yang saya berikan mencerminkan masalah kesehatan yang dialami oleh siswa kelas 3 SD berusia 10 tahun yang datang ke UKS dengan keluhan sakit gigi saat makan, ditemukan adanya karies dan lubang pada gigi geraham, serta perilaku kebersihan mulut yang kurang baik.