Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13353 | 05 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Penyakit Menular berhubungan dengan Infeksi Virus Campak
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Penyakit Menular adalah kerentanan individu atau kelompok untuk terinfeksi atau tertular penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain. Faktor yang berhubungan dalam kasus ini adalah Infeksi Virus Campak, dengan gejala demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah: Individu/Keluarga dapat Mengenali Tanda dan Gejala Penyakit Menular, Dapat Mencegah Penularan Penyakit, dan Mendapatkan Perawatan yang Adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah: Edukasi Kesehatan terkait Penyakit Menular, Manajemen Isolasi, Perawatan Demam, Perawatan Ruam Kulit, dan Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan lain untuk Penanganan Komprehensif.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengelola risiko penularan penyakit pada pasien anak dengan kemungkinan infeksi virus campak. -
Article No. 13354 | 05 Mar 2025
Klinis : Tn. D (48 tahun) seorang Guru SD di sebuah kota di Jawa Barat, saat ini Tn.D didiagnosa menderita Diabetes Melitus tipe 2 serta hiperkolesterolemia dan sudah menjalani terapi farmakologi berupa obat-obatan metformin 3x1 tablet sesudah makan, glimepiride 1x1 tablet pagi hari sebelum makan dan simvastatin 1x1 tablet malam hari. Tn. D merasa setelah minum obat-obatan tersebut dirinya jadi suka mual dan nyeri kepala. Tn D ingin beralih ke terapi bekam syartoh di klinik bekam steril. Tn D percaya pada klinik tersebut, karena ada perawat Nakestrad yang beliau percaya ahli di bidang bekam. Saat pertama kali datang ke klinik bekam, Tn D dicek TD nya, 140/90 mmHg, suhu 36,6°C, Nadi 81x/m dan pernafasan 20x/m. GDS nya 185 mg/dL, Kolesterol total 257 mg/dL, LDL 187 mg/dL dan asam urat nya 7 mg/dL. Tn.D dibekam di titik Kahil (punuk); baina katifain (titik jantung), Az-zahrul wasati (titik hepar dan pankreas), Al qatanul alawi (titik ginjal), dan zhahrul Qodam (titik kaki). Setelah di bekam, Tn D diperiksa Kembali TTV nya, TD 130/90 mmHg, Nadi 90x/m, pernafasan 20x/m, suhu 37°C. Setelah dibekam, Tn.D merasa mengantuk, serta pegal-pegal dan nyeri kepalanya berkurang. Tn.D disarankan untuk rutin berbekam minimal sebulan sekali, terutama pada tanggal 17,19 dan 21 pada kalender Islam karena secara evidence based terbukti waktu yang baik untuk berbekam. Perawat meresepkan kapsul virgin olive oil untuk diminum 1-2x sehari. Perawat juga mengedukasi agar Tn.D tetap mengkonsumsi obat-obatan dari dokter, edukasi kedua, kapsul minyak zaitun diminum 1-2 jam setelah obat dokter dan berkonsultasi dengan dokter jika dirasa masih mual dan pusing, edukasi terakhir adalah Tn.D disarankan tidak mandi setelah berbekam, kecuali setelah 5-6 jam setelah berbekam. Semua kegiatan askep terdokumentasi dengan baik dalam askep integrasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. D yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Terapi Pengobatan: Kondisi di mana individu mengalami hambatan dalam memperoleh, menggunakan, atau memanfaatkan regimen pengobatan yang diresepkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Nausea: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
3. Nyeri Kepala: Sensasi ketidaknyamanan di kepala atau bagian atas leher.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Ketidakefektifan Terapi Pengobatan:
- Hasil: Individu melaporkan tidak ada hambatan dalam memperoleh, menggunakan, atau memanfaatkan regimen pengobatan yang diresepkan.
- Indikator: Individu melaporkan mengikuti regimen pengobatan, minum obat sesuai resep, tidak ada keluhan efek samping obat.
2. Nausea:
- Hasil: Individu melaporkan tidak ada rasa mual.
- Indikator: Individu tidak mengalami muntah, mual, dan nyeri perut.
3. Nyeri Kepala:
- Hasil: Individu melaporkan nyeri kepala berkurang.
- Indikator: Individu melaporkan intensitas nyeri kepala menurun, dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Ketidakefektifan Terapi Pengobatan:
- Edukasi tentang pentingnya mematuhi regimen pengobatan yang diresepkan.
- Identifikasi hambatan dalam memperoleh, menggunakan, atau memanfaatkan regimen pengobatan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efektivitas dan efek samping obat.
- Fasilitasi penggunaan obat-obatan sesuai resep.
2. Nausea:
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang memengaruhi mual.
- Berikan antiemetik sesuai kebutuhan.
- Anjurkan makan kecil-kecil dan sering.
- Ajarkan teknik manajemen mual, seperti relaksasi, distraksi, dan pijat.
3. Nyeri Kepala:
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri kepala.
- Berikan analgesik sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi, kompres dingin/hangat, dan massase.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mendokumentasikan semua kegiatan dengan baik dalam rekam medis atau dokumentasi keperawatan. Perawat juga perlu berkolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan kualitas perawatan yang komprehensif bagi Tn. D. -
Article No. 13355 | 05 Mar 2025
Klinis : Tn. D (48 tahun) seorang Guru SD di sebuah kota di Jawa Barat, saat ini Tn.D didiagnosa menderita Diabetes Melitus tipe 2 serta hiperkolesterolemia dan sudah menjalani terapi farmakologi berupa obat-obatan metformin 3x1 tablet sesudah makan, glimepiride 1x1 tablet pagi hari sebelum makan dan simvastatin 1x1 tablet malam hari. Tn. D merasa setelah minum obat-obatan tersebut dirinya jadi suka mual dan nyeri kepala. Tn D ingin beralih ke terapi bekam syartoh di klinik bekam steril. Tn D percaya pada klinik tersebut, karena ada perawat Nakestrad yang beliau percaya ahli di bidang bekam. Saat pertama kali datang ke klinik bekam, Tn D dicek TD nya, 140/90 mmHg, suhu 36,6°C, Nadi 81x/m dan pernafasan 20x/m. GDS nya 185 mg/dL, Kolesterol total 257 mg/dL, LDL 187 mg/dL dan asam urat nya 7 mg/dL. Tn.D dibekam di titik Kahil (punuk); baina katifain (titik jantung), Az-zahrul wasati (titik hepar dan pankreas), Al qatanul alawi (titik ginjal), dan zhahrul Qodam (titik kaki). Setelah di bekam, Tn D diperiksa Kembali TTV nya, TD 130/90 mmHg, Nadi 90x/m, pernafasan 20x/m, suhu 37°C. Setelah dibekam, Tn.D merasa mengantuk, serta pegal-pegal dan nyeri kepalanya berkurang. Tn.D disarankan untuk rutin berbekam minimal sebulan sekali, terutama pada tanggal 17,19 dan 21 pada kalender Islam karena secara evidence based terbukti waktu yang baik untuk berbekam. Perawat meresepkan kapsul virgin olive oil untuk diminum 1-2x sehari. Perawat juga mengedukasi agar Tn.D tetap mengkonsumsi obat-obatan dari dokter, edukasi kedua, kapsul minyak zaitun diminum 1-2 jam setelah obat dokter dan berkonsultasi dengan dokter jika dirasa masih mual dan pusing, edukasi terakhir adalah Tn.D disarankan tidak mandi setelah berbekam, kecuali setelah 5-6 jam setelah berbekam. Semua kegiatan askep terdokumentasi dengan baik dalam askep integrasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan untuk Tn. D, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan
3. Nyeri Akut
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Regimen Terapeutik
- Pasien menunjukkan kepatuhan dalam mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter
- Pasien dapat mengelola efek samping dari obat-obatan secara mandiri
- Pasien dapat mengintegrasikan terapi komplementer bekam dengan pengobatan konvensional secara aman dan efektif
2. Status Nutrisi: Berat Badan
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal
- Pasien dapat memahami pentingnya pola makan yang sehat dalam mengontrol kadar gula dan kolesterol darah
3. Manajemen Nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri kepala yang dirasakan
- Pasien dapat menerapkan strategi manajemen nyeri secara mandiri
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif
- Asesmen tingkat kepatuhan pasien dalam penggunaan obat-obatan
- Edukasi tentang pentingnya penggunaan obat-obatan sesuai resep dokter
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efek samping obat dan mengoptimalkan regimen terapeutik
- Edukasi tentang integrasi terapi komplementer bekam dengan pengobatan konvensional
- Monitoring dan evaluasi efektivitas terapi bekam dalam mengelola kondisi Tn. D
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan
- Asesmen pola makan dan status gizi pasien
- Edukasi tentang diet yang sehat untuk pasien dengan diabetes dan hiperkolesterolemia
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Monitoring dan evaluasi perubahan pola makan dan status gizi pasien
3. Nyeri Akut
- Asesmen nyeri yang dialami pasien, termasuk lokasi, durasi, dan intensitasnya
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri
- Edukasi tentang strategi manajemen nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin, dan penggunaan analgesik sesuai rekomendasi dokter
- Monitoring dan evaluasi efektivitas intervensi manajemen nyeri
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah disajikan dengan tone akademis dan persona pakar perawat. Harapannya, intervensi keperawatan yang diberikan dapat membantu Tn. D dalam mengelola kondisi kesehatan dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13356 | 05 Mar 2025
Klinis : Integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait dengan kondisi integritas kulit.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi integritas kulit adalah "Risiko Kerusakan Integritas Kulit" (SDKI, 2017). Diagnosa ini mengidentifikasi adanya potensi risiko terjadinya kerusakan pada lapisan kulit, baik epidermis, dermis, maupun hipodermis. Risiko kerusakan integritas kulit dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti imobilitas, malnutrisi, inkontinensia, gangguan sirkulasi, dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi integritas kulit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah "Integritas Kulit Membaik" (SLKI, 2019). Indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi luaran ini meliputi:
1. Kulit tidak mengalami kerusakan (luka, lecet, ruam)
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit
3. Elastisitas dan turgor kulit membaik
4. Suhu kulit normal
5. Warna kulit normal
6. Tidak ada perubahan tekstur kulit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan luaran "Integritas Kulit Membaik" antara lain:
1. Perawatan Kulit: Melakukan perawatan kulit secara rutin, seperti menjaga kebersihan kulit, melembabkan kulit, dan menghindari faktor-faktor yang dapat merusak integritas kulit.
2. Manajemen Risiko: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit, seperti imobilitas, malnutrisi, inkontinensia, dan gangguan sirkulasi.
3. Terapi Nutrisi: Memastikan asupan nutrisi yang adekuat, terutama nutrisi yang dapat mendukung integritas kulit, seperti protein, vitamin, dan mineral.
4. Perawatan Luka: Jika terdapat luka pada kulit, melakukan perawatan luka yang tepat untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi.
5. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga integritas kulit dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien, diharapkan dapat mencapai luaran "Integritas Kulit Membaik" dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 13357 | 05 Mar 2025
Klinis : pasien cva trombosis GCS 4xx afasia global bedrest paraplegi tensi 155/80 mmHg RR 22 kali per menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien dengan CVA trombosis, GCS 4xx, afasia global, bedrest, paraplegia, tekanan darah 155/80 mmHg, dan laju napas 22 kali per menit, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Hambatan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Kerusakan Otak
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hambatan Komunikasi Verbal adalah ketidakmampuan untuk menyampaikan pesan verbal secara efektif.
- Penyebabnya dapat berupa gangguan neurologis, seperti afasia atau dysarthria.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan pasien dalam berkomunikasi verbal.
- Indikator keberhasilan dapat mencakup peningkatan kemampuan berbicara, pemahaman terhadap pembicaraan, dan efektivitas komunikasi.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah terapi wicara, stimulasi komunikasi, penggunaan alat bantu komunikasi, dan pengaturan lingkungan yang mendukung komunikasi.
- Tujuannya adalah untuk memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan pasien dalam berkomunikasi verbal.
Catatan:
- Tone=akademis dan persona=pakar,nurse menunjukkan bahwa saya memberikan penjelasan dengan gaya formal dan profesional, sesuai dengan standar SDKI-SLKI-SIKI.
- Pasien juga mengalami kondisi lain, seperti GCS 4xx, bedrest, dan paraplegia, yang dapat membutuhkan diagnosa keperawatan dan intervensi tambahan. -
Article No. 13358 | 05 Mar 2025
Klinis : Kulit muka kemerahan, terasa perih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemerahan dan rasa perih pada kulit muka.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal.
- Penyebab: Faktor fisik, seperti kemerahan dan rasa perih pada kulit muka, dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Toleransi aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal.
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari seiring dengan pengurangan kemerahan dan rasa perih pada kulit muka.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen aktivitas: Membantu pasien untuk merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi aktivitas sehari-hari yang sesuai dengan kemampuan pasien.
- Intervensi yang dapat dilakukan: Identifikasi aktivitas yang memicu atau memperberat kemerahan dan rasa perih pada kulit muka, modifikasi aktivitas sesuai dengan kemampuan, dan edukasi pasien tentang manajemen aktivitas.
Dalam konteks akademis dan persona pakar/perawat, diagnosa keperawatan dan penjelasannya diuraikan secara rinci dan ilmiah, namun tetap mudah dipahami oleh pembaca. -
Article No. 13359 | 05 Mar 2025
Klinis : Tn. D (48 tahun) seorang Guru SD di sebuah kota di Jawa Barat, saat ini Tn.D didiagnosa menderita Diabetes Melitus tipe 2 serta hiperkolesterolemia dan sudah menjalani terapi farmakologi berupa obat-obatan metformin 3x1 tablet sesudah makan, glimepiride 1x1 tablet pagi hari sebelum makan dan simvastatin 1x1 tablet malam hari. Tn. D merasa setelah minum obat-obatan tersebut dirinya jadi suka mual dan nyeri kepala. Tn D ingin beralih ke terapi bekam syartoh di klinik bekam steril. Tn D percaya pada klinik tersebut, karena ada perawat Nakestrad yang beliau percaya ahli di bidang bekam. Saat pertama kali datang ke klinik bekam, Tn D dicek TD nya, 140/90 mmHg, suhu 36,6°C, Nadi 81x/m dan pernafasan 20x/m. GDS nya 185 mg/dL, Kolesterol total 257 mg/dL, LDL 187 mg/dL dan asam urat nya 7 mg/dL. Tn.D dibekam di titik Kahil (punuk); baina katifain (titik jantung), Az-zahrul wasati (titik hepar dan pankreas), Al qatanul alawi (titik ginjal), dan zhahrul Qodam (titik kaki). Setelah di bekam, Tn D diperiksa Kembali TTV nya, TD 130/90 mmHg, Nadi 90x/m, pernafasan 20x/m, suhu 37°C. Setelah dibekam, Tn.D merasa mengantuk, serta pegal-pegal dan nyeri kepalanya berkurang. Tn.D disarankan untuk rutin berbekam minimal sebulan sekali, terutama pada tanggal 17,19 dan 21 pada kalender Islam karena secara evidence based terbukti waktu yang baik untuk berbekam. Perawat meresepkan kapsul virgin olive oil untuk diminum 1-2x sehari. Perawat juga mengedukasi agar Tn.D tetap mengkonsumsi obat-obatan dari dokter, edukasi kedua, kapsul minyak zaitun diminum 1-2 jam setelah obat dokter dan berkonsultasi dengan dokter jika dirasa masih mual dan pusing, edukasi terakhir adalah Tn.D disarankan tidak mandi setelah berbekam, kecuali setelah 5-6 jam setelah berbekam. Semua kegiatan askep terdokumentasi dengan baik dalam askep integrasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana intervensi keperawatan untuk Tn. D:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi akibat peningkatan kadar glukosa darah dan kolesterol.
2. Ketidakpatuhan pengobatan berhubungan dengan efek samping obat yang dirasakan.
3. Kesiapan meningkatkan manajemen diri berhubungan dengan keinginan Tn. D untuk mencoba terapi bekam.
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Penurunan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari pada tingkat yang diinginkan atau diperlukan.
- SIKI: Memfasilitasi peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
2. Ketidakpatuhan pengobatan:
- SDKI: Perilaku tidak mengikuti regimen pengobatan yang disarankan oleh penyedia layanan kesehatan.
- SLKI: Perilaku mengikuti regimen pengobatan yang disarankan oleh penyedia layanan kesehatan.
- SIKI: Meningkatkan kepatuhan pengobatan.
3. Kesiapan meningkatkan manajemen diri:
- SDKI: Suatu keadaan di mana individu memiliki motivasi dan kemampuan untuk meningkatkan pengelolaan kondisi kesehatan mereka.
- SLKI: Perilaku yang menunjukkan kemampuan individu untuk mengelola kondisi kesehatan mereka.
- SIKI: Meningkatkan manajemen diri.
Rencana Intervensi Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas:
- Kaji tingkat energi dan aktivitas sehari-hari Tn. D.
- Berikan edukasi tentang manajemen diabetes dan dislipidemia.
- Kolaborasi dengan dokter untuk menyesuaikan pengobatan jika diperlukan.
- Bantu Tn. D merencanakan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisinya.
2. Ketidakpatuhan pengobatan:
- Kaji pemahaman Tn. D tentang regimen pengobatan yang disarankan.
- Berikan edukasi tentang pentingnya kepatuhan pengobatan dan cara mengatasi efek samping.
- Kolaborasi dengan dokter untuk menyesuaikan pengobatan jika diperlukan.
- Pantau kepatuhan Tn. D dalam mengonsumsi obat-obatan.
3. Kesiapan meningkatkan manajemen diri:
- Kaji kesiapan dan motivasi Tn. D untuk mengelola kondisi kesehatannya.
- Berikan edukasi tentang manajemen diabetes, dislipidemia, dan terapi bekam.
- Bantu Tn. D menyusun rencana perawatan diri yang realistis, termasuk penggunaan terapi bekam.
- Kolaborasi dengan dokter untuk memantau kondisi Tn. D dan menyesuaikan pengobatan jika diperlukan.
- Evaluasi kemajuan Tn. D dalam mengelola kondisi kesehatannya.
Semua kegiatan asuhan keperawatan ini harus terdokumentasi dengan baik dalam catatan keperawatan yang terintegrasi. -
Article No. 13360 | 05 Mar 2025
Klinis : bisul di lutut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bisul di lutut.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Terkait Bisul di Lutut
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), risiko infeksi terkait bisul di lutut merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai. Bisul adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan berisiko mengalami komplikasi infeksi jika tidak ditangani dengan tepat.
Menurut SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah:
1. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada area bisul
2. Tidak ada peningkatan suhu tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda peradangan seperti kemerahan, bengkak, dan nyeri
Sementara itu, SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyarankan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Perawatan luka: Membersihkan area bisul dengan antiseptik, menutup luka dengan balutan steril, dan menjaga kelembaban luka.
2. Manajemen nyeri: Memberikan analgesik yang sesuai untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Edukasi pasien: Mengajarkan pasien cara merawat luka, mengenali tanda-tanda infeksi, dan menjaga kebersihan.
4. Pemantauan tanda-tanda vital: Memantau suhu tubuh, denyut nadi, dan tanda-tanda infeksi lainnya.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut dan mempercepat proses penyembuhan bisul di lutut. -
Article No. 13361 | 05 Mar 2025
Klinis : cacar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi cacar, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Menyebar (SDKI)
Penjelasan: Pasien dengan cacar memiliki risiko tinggi untuk terjadinya penyebaran infeksi ke bagian tubuh yang lain atau kepada orang lain. Hal ini dikarenakan cacar disebabkan oleh virus varicella-zoster yang dapat menular melalui kontak langsung atau droplet.
2. Gangguan Integritas Kulit (SDKI)
Penjelasan: Cacar menyebabkan timbulnya lesi kulit berupa bintil-bintil merah yang berkembang menjadi lepuhan dan kemudian mengering, sehingga dapat mengganggu integritas kulit pasien.
3. Risiko Komplikasi (SDKI)
Penjelasan: Pasien dengan cacar memiliki risiko mengalami komplikasi, seperti pneumonia, ensefalitis, dan komplikasi lainnya, terutama pada kelompok usia ekstrem (anak-anak dan lansia) atau individu dengan sistem imun yang lemah.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Infeksi (SLKI)
Tujuan: Pasien bebas dari penularan infeksi selama perawatan.
Intervensi: Isolasi pasien, penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh tenaga kesehatan, edukasi tentang pencegahan penularan, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
2. Perawatan Luka (SLKI)
Tujuan: Lesi kulit pada pasien sembuh dengan baik.
Intervensi: Perawatan luka, penggunaan salep/krim anti-inflamasi, dan perawatan kulit.
3. Pemantauan Komplikasi (SLKI)
Tujuan: Pasien bebas dari komplikasi selama perawatan.
Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium, dan intervensi cepat jika terjadi komplikasi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Isolasi (SIKI)
2. Perawatan Luka: Debridemen (SIKI)
3. Pemantauan Tanda Vital (SIKI)
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan cacar, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, perawatan luka, dan pemantauan komplikasi yang mungkin terjadi. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga diperlukan untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan efektif. -
Article No. 13362 | 05 Mar 2025
Klinis : Pasien mengatakan mengeluh dada kiru nyeri teritama saat aktivitas,batuk,TD 90 /69 nadi 110 rr 29x/mnt nadi 110 Rochi +/+ Ef. 28
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang disampaikan, yaitu pasien mengeluh nyeri dada kiri terutama saat aktivitas, batuk, tekanan darah 90/69 mmHg, nadi 110 kali per menit, respirasi 29 kali per menit, dan adanya suara napas rochi positif (+/+), serta ejeksi fraksi 28%, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Tanda dan gejala: Pasien mengeluh nyeri dada kiri terutama saat aktivitas dan batuk, dengan tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya gangguan hemodinamik.
2. Penurunan Curah Jantung
Definisi: Keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Tanda dan gejala: Tekanan darah rendah (90/69 mmHg), nadi cepat (110 kali per menit), respirasi cepat (29 kali per menit), dan adanya suara napas rochi yang menunjukkan gangguan perfusi jaringan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik pengelolaan nyeri yang efektif
c. Vital sign stabil (tekanan darah, nadi, respirasi)
2. Penurunan Curah Jantung:
a. Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang membaik (tekanan darah, nadi, respirasi, dan suara napas)
b. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda gagal jantung (edema, ortopnea, distensi vena leher)
c. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus)
b. Berikan analgesik sesuai instruksi dokter
c. Ajarkan teknik non-farmakologis pengelolaan nyeri (relaksasi, terapi dingin/hangat, distraksi)
d. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala
2. Penurunan Curah Jantung:
a. Pantau tanda-tanda vital secara ketat (tekanan darah, nadi, respirasi)
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Batasi aktivitas pasien dan ajarkan teknik penghemat energi
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi sesuai kondisi pasien (misalnya diuretik, vasodilator, atau inotropik)
e. Ajarkan pasien dan keluarga mengenali tanda-tanda penurunan perfusi jaringan dan tindakan yang harus dilakukan
Penjelasan yang lebih rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas dapat disampaikan secara lebih spesifik jika diperlukan.