Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13424 | 06 Mar 2025
Klinis : Hiperbilirubin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hiperbilirubin.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan peningkatan bilirubin dalam darah.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer didefinisikan sebagai penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Tanda dan gejala yang mungkin muncul antara lain kulit tampak pucat, dingin, dan kering, serta terdapat perubahan warna kulit menjadi kekuningan (ikterik) akibat peningkatan bilirubin dalam darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, seperti:
1. Perfusi jaringan perifer yang efektif
2. Warna kulit normal
3. Suhu kulit normal
4. Tidak terjadi kerusakan jaringan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer akibat hiperbilirubin, antara lain:
1. Monitor tanda-tanda vital dan warna kulit secara berkala
2. Anjurkan istirahat yang cukup
3. Berikan terapi fototerapi atau tindakan medis lainnya sesuai kondisi pasien
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan hiperbilirubin
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu pasien dengan hiperbilirubin untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 13425 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan tersapat benjolan pada area pantat 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri di rasakan terus menerus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan keluhan pasien yang mengalami benjolan dan nyeri terus-menerus pada area pantat, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut.
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu (International Association for the Study of Pain, 1979).
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri berkurang
2. Melaporkan rasa nyaman
3. Mampu menggunakan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Relaksasi
3. Terapi Sentuhan Terapeutik
Secara akademis, saya sebagai pakar keperawatan memberikan penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan Nyeri Akut dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI yang dapat diterapkan untuk menangani kondisi pasien dengan keluhan benjolan dan nyeri pada area pantat. -
Article No. 13427 | 06 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan seluruh tubuh bengkak
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medis, saya memberikan kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi pasien yang mengeluhkan seluruh tubuh bengkak sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R60.0
- Deskripsi: Edema generalisata
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode spesifik untuk tindakan medis
- Deskripsi: Kondisi ini biasanya memerlukan evaluasi medis lebih lanjut untuk menentukan penyebab edema, seperti pemeriksaan fisik, pengujian laboratorium, atau pencitraan diagnostik. Tindakan medis yang mungkin diperlukan bergantung pada diagnosis yang ditegakkan.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R60.0 menggambarkan edema generalisata, yaitu pembengkakan yang terjadi di seluruh tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gagal jantung, gangguan ginjal, malnutrisi, atau kondisi medis lainnya.
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang spesifik, karena tindakan yang diperlukan bergantung pada penyebab edema yang ditemukan setelah evaluasi medis lebih lanjut. Evaluasi dapat mencakup pemeriksaan fisik, pengujian laboratorium (misalnya fungsi ginjal, kadar protein, dan elektrolit), serta pencitraan diagnostik (misalnya ultrasonografi atau tes jantung) untuk mengidentifikasi penyebab mendasar.
- Penanganan selanjutnya akan ditentukan berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, seperti pengobatan untuk kondisi yang mendasarinya, pengaturan diet, atau intervensi lainnya yang sesuai. -
Article No. 13428 | 06 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan seluruh tubuhnya bengkak. Awalnya bengkak dirasakan pada kelopak mata gerutama sehabis tidur dan berkurang setelah lama duduk. Pasien juga mengatakan sering mengalami kelelahan yang berlebihan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu seluruh tubuh bengkak, terutama pada kelopak mata setelah bangun tidur dan berkurang setelah lama duduk, serta sering mengalami kelelahan yang berlebihan, maka diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi
Penjelasan:
- Gejala pembengkakan pada kelopak mata, terutama setelah bangun tidur, dapat menunjukkan adanya edema, yang dapat terjadi sebagai komplikasi diabetes mellitus tipe 2.
- Kelelahan yang berlebihan juga merupakan gejala umum pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur spesifik
- Deskripsi: Tidak ada prosedur medis yang dilakukan secara spesifik untuk gejala yang dipaparkan. Manajemen kasus ini akan berfokus pada pengobatan diabetes mellitus tipe 2 dan penanganan gejala edema serta kelelahan.
Catatan: Untuk penegakan diagnosis dan penentuan tatalaksana yang tepat, diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang lebih lengkap oleh tenaga kesehatan yang kompeten. -
Article No. 13429 | 06 Mar 2025
Klinis : Cnoronic fymphadenitis, except mesenteris
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi chronic lymphadenitis, kecuali mesenteris, dari sudut pandang perawat yang berpengalaman.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Nyeri Akut". Chronic lymphadenitis, kecuali mesenteris, dapat menyebabkan gejala nyeri pada area limfonodi yang terlibat. Pasien dapat merasakan nyeri, pembengkakan, dan ketidaknyamanan di area limfonodi yang terkena.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri dalam rentang yang dapat diterima.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital stabil.
3. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang penyakitnya dan penatalaksanaan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dan intensitas nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
- Pantau efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Tanda Vital:
- Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, termasuk suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah.
- Lakukan intervensi untuk menjaga stabilitas tanda-tanda vital, seperti pemberian cairan atau obat-obatan sesuai indikasi.
3. Peningkatan Aktivitas Sehari-hari:
- Lakukan pengkajian kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Berikan bantuan dan bimbingan yang diperlukan untuk memfasilitasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Kolaborasi dengan fisioterapis atau terapis okupasi untuk membantu menyusun rencana rehabilitasi yang sesuai.
4. Edukasi dan Promosi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit, penyebab, dan manajemen nyeri.
- Ajarkan strategi manajemen nyeri dan cara mencegah komplikasi.
- Dorong pasien untuk aktif terlibat dalam perawatannya dan mengambil peran dalam pemulihan.
Penjelasan yang rinci:
Chronic lymphadenitis, kecuali mesenteris, adalah kondisi peradangan pada kelenjar getah bening yang berlangsung lama, kecuali pada kelenjar getah bening mesenterium. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala nyeri, pembengkakan, dan ketidaknyamanan di area limfonodi yang terkena. Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena nyeri merupakan gejala utama yang perlu ditangani.
Luaran yang diharapkan setelah intervensi keperawatan mencakup penurunan tingkat nyeri, stabilisasi tanda-tanda vital, peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari, dan peningkatan pemahaman pasien tentang penyakitnya serta penatalaksanaan nyeri. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, peningkatan aktivitas sehari-hari, serta edukasi dan promosi kesehatan untuk memfasilitasi pemulihan pasien.
Setiap intervensi dirancang secara komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan dan membantu pasien mengatasi kondisi chronic lymphadenitis, kecuali mesenteris, dengan efektif. -
Article No. 13430 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien datang di RS pada tanggal 25/5/2018 dengan keluhan badan bengkak dan sesak. Hasil pemeriksaan didapatkan GCS 456, compos mentis, TD: 140/80 mmHg, RR: 24 x/m, N: 92 x/m, S: 36.3 derajat. Dari pemeriksaan didapatkan pasien Nampak pucat, conjungtiva anemis +, edema facialis +, ronchi di lapang paru bawah kanan kiri, wheezing -, abdomen distended, shifting dullness +,edema ekstremitas atas +|+, edema ekstremitas bawah +|+. Hasil X-Ray didapatkan efusi pleura bilateral. Rencana penatalaksanaan pasien yaitu dilakukan USG Abdomen, cek SE, bloodsmear, profil lipid, esbach, Ig G, Ig M anti CMV. Terapi yang didapatkan pasien: O2 2-4 lpm, bed rest, diet rendah garam <2 gr/hari, furosemide IV 2 x 20 mg, lansoprazole IV 1x30 mg, metochlo peramide IV 3x10 mg, ramipril tab 1x5 mg, rencana transfuse albumin dan PRC, intake 2x600cc, ARV: Tenofovir 300mg/24jam, lamivudine 1x100mg, efavirenz 1x100mg. Pada tanggal 3/6/2018 pasien mendapatkan transfuse albumin. Pada tanggal 4/6/2018 pasien dilakukan pemeriksaan USG abdomen.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Edema berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan adanya edema pada anggota tubuh, abdomen distended, dan efusi pleura bilateral.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan fungsi jantung ditandai dengan sesak napas, edema ekstremitas, dan tekanan darah tinggi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan ditandai dengan kelelahan, lemah, dan sesak napas.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Edema: Akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang interstisial di seluruh atau sebagian tubuh.
- Penurunan curah jantung: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Edema: Pasien menunjukkan pengurangan edema, perfusi jaringan membaik, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
- Penurunan curah jantung: Pasien menunjukkan peningkatan curah jantung, perbaikan perfusi jaringan, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
- Intoleransi aktivitas: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, kekuatan, dan stamina.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Edema: Manajemen cairan, terapi diuretik, dan pemantauan tanda-tanda vital.
- Penurunan curah jantung: Manajemen kardiovaskular, terapi oksigen, dan pemantauan tanda-tanda vital.
- Intoleransi aktivitas: Manajemen aktivitas, manajemen energi, dan latihan fisik.
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien. -
Article No. 13432 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien keluhan badan bengkak dan sesak. Hasil pemeriksaan didapatkan GCS 456, compos mentis, TD: 140/80 mmHg, RR: 24 x/m, N: 92 x/m, S: 36.3 derajat. pasien Nampak pucat, Hemoglobin rendah, conjungtiva anemis +, edema facialis +, ronchi di lapang paru bawah kanan kiri, abdomen distended, shifting dullness +,edema ekstremitas atas +|+, edema ekstremitas bawah +|+. Hasil X-Ray didapatkan efusi pleura bilateral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume cairan dan elektrolit.
Penjelasan:
Pasien mengalami pembengkakan badan dan sesak napas, yang menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan perifer. Gejala lainnya seperti pucat, anemia, edema pada wajah, ekstremitas, dan abdomen distended, serta efusi pleura bilateral pada pemeriksaan radiologi, mengindikasikan adanya penurunan volume cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala klinis yang ditunjukkan, seperti sesak napas dan tampak pucat, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami penurunan energi dan intoleransi terhadap aktivitas.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
Penjelasan:
Adanya edema pada wajah, ekstremitas, serta abdomen distended dan efusi pleura bilateral mengindikasikan adanya kelebihan volume cairan dalam tubuh pasien, yang disebabkan oleh gangguan mekanisme regulasi cairan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Standar diagnosis keperawatan yang digunakan adalah SDKI, yang merupakan pedoman untuk merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan pola-pola respons manusia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Luaran keperawatan yang diharapkan dari kasus ini adalah pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat, meningkatkan toleransi aktivitas, dan mencapai perfusi jaringan yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah pedoman untuk menetapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditegakkan. Intervensi yang dapat diberikan pada kasus ini antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan, terapi oksigen, dan latihan aktivitas yang bertahap. -
Article No. 13433 | 06 Mar 2025
Klinis : keluhan badan bengkak dan sesak. GCS 456, compos mentis, TD: 140/80 mmHg, Respirasi Rate: 24 x/m, N: 92 x/m, S: 36.3. pasien Nampak pucat, conjungtiva anemis +, hemoglobin 7,4 g/dl, edema facialis +, ronchi di lapang paru bawah kanan kiri, abdomen distended, shifting dullness +,edema ekstremitas atas +|+, edema ekstremitas bawah +|+. Hasil X-Ray didapatkan efusi pleura bilateral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan intervensi keperawatan yang dapat diberikan sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan edema, sesak napas, dan efusi pleura bilateral.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Kelebihan volume cairan adalah kondisi di mana individu mengalami peningkatan jumlah cairan tubuh yang melampaui kapasitas kardiovaskular, limfatik, dan ginjal untuk mengembalikannya ke tingkat normal.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat dan bebas dari tanda-tanda kelebihan volume cairan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pembatasan asupan cairan, pemberian diuretik, dan edukasi tentang perawatan diri terkait cairan.
Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, laju nadi, laju respirasi, dan suhu tubuh.
2. Pembatasan asupan cairan sesuai dengan kebutuhan dan status hidrasi pasien.
3. Pemberian diuretik sesuai dengan resep dokter untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan.
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan diri terkait manajemen cairan, seperti pembatasan asupan cairan, pemantauan berat badan, dan pengenalan tanda-tanda kelebihan cairan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium (kadar hemoglobin) dan pemeriksaan radiologi (foto thoraks) untuk mengevaluasi kondisi pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien dapat mengatasi kelebihan volume cairan dan mencapai luaran keperawatan yang optimal. -
Article No. 13434 | 06 Mar 2025
Klinis : gangguan pola tidur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi gangguan pola tidur.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan pola tidur adalah "Insomnia". Insomnia didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan tidur yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Karakteristik utama dari insomnia meliputi kesulitan untuk memulai tidur, mempertahankan tidur, atau bangun terlalu awal dan tidak dapat tidur kembali.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan gangguan pola tidur (insomnia) adalah:
1. Pola Tidur: Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat sesuai kebutuhan.
2. Kualitas Tidur: Pasien dapat melaporkan peningkatan kualitas tidur.
3. Tidur yang Restoratif: Pasien dapat melaporkan tidur yang restoratif atau menyegarkan.
4. Fungsi Sehari-hari: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan optimal setelah memperoleh istirahat yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan gangguan pola tidur (insomnia) adalah:
1. Manajemen Lingkungan: Mengatur lingkungan tidur yang nyaman dan kondusif, seperti suhu, pencahayaan, kebisingan, dan kenyamanan tempat tidur.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pola tidur yang sehat, faktor-faktor yang memengaruhi pola tidur, dan strategi untuk meningkatkan kualitas tidur.
3. Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi, seperti relaksasi otot progresif, napas dalam, atau meditasi, untuk membantu pasien beralih ke kondisi tidur yang lebih baik.
4. Terapi Aktivitas: Mengembangkan dan mengevaluasi rencana aktivitas harian yang seimbang, termasuk jadwal tidur-bangun, aktivitas fisik, dan manajemen stres.
5. Evaluasi dan Monitoring: Memantau pola tidur pasien, mencatat jumlah dan kualitas tidur, serta melakukan evaluasi secara berkala untuk menilai keefektifan intervensi.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan kolaboratif dengan pasien diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola tidur yang adekuat, kualitas tidur yang baik, tidur yang restoratif, dan peningkatan fungsi sehari-hari. -
Article No. 13435 | 06 Mar 2025
Klinis : Saudari Santi 19 tahun, MRS dengan Appendicsitis Akut 4 jam yang lalu, dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah, dari pemeriksaan fisik dan diagnostic pasien menderita Appendicsitis Akut dengan rencana dilakukan Appendiktomy 5 jam mendatang. Saat ini pasien mengeluh nyeri dengan skala 7, menyeringai kesakitan, nyeri bertambah jika beraktivitas, pasien mengeluh tidak bisa tidur cukup karena nyeri sering hilang timbul, telah diberikan analgetik dan antipiretik perinjeksi, pasien sering menguap, mata tampak kemerahan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD = 130/80 mmHg, Nadi = 96x/menit, Pernafasan = 22x/menit, Suhu = 38,5C. Saat ini pasien dipuasakan untuk persiapan operasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya sebagai perawat profesional akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi saudari Santi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit appendicitis akut yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan bawah, menyeringai kesakitan, nyeri bertambah saat beraktivitas, dan pasien mengeluh tidak bisa tidur cukup.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut yang ditandai dengan pasien sering menguap dan mengeluh tidak bisa tidur cukup.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan operasi appendiktomi yang akan dilakukan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 3 atau kurang.
- Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang rileks.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasakan nyeri yang berlebihan.
2. Pola Tidur
- Pasien dapat tidur selama 6-8 jam tanpa terbangun karena nyeri.
- Pasien melaporkan istirahat yang cukup.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda istirahat yang adekuat, seperti tidak tampak lelah.
3. Tidak Terjadi Infeksi
- Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi, seperti edema, kemerahan, atau drainase purulent.
- Pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pengelolaan Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, seperti lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan skala nyeri.
- Berikan analgetik sesuai dengan pesanan dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti distraksi, relaksasi, dan kompres dingin.
- Monitoring tanda-tanda vital secara berkala.
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian penanganan nyeri.
2. Peningkatan Pola Tidur
- Buat lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk memfasilitasi tidur.
- Berikan posisi tidur yang nyaman, seperti posisi semifowler.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur jika diperlukan.
- Monitoring durasi dan kualitas tidur pasien.
3. Pencegahan Infeksi
- Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu, edema, dan drainase purulent.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik profilaksis.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai perawatan luka dan tanda-tanda infeksi.
- Monitor status imunologis pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk saudari Santi. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya.