Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15361 | 12 Apr 2025
Klinis : Tentukan implementasi dan evalasi dari diagnosis Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada kasus Ny.A, umur 35 tahun, No.RM 100.256, alamat Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang, pekerjaan IRT. Dx.medik Hepatitis C. Keluhan utama nyeri perut kanan atas, VAS 6, nafsu makan menurun, mual dan cepat terasa kenyang, kadang muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.Klien tampak lemah dan aktivitas di bantu sebagian oleh suami dan keluarganya., klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, tidak ada riwayat operasi, tidak ada riwayat penyakit keturunan. Pasien terpasang kateter, urin tampak berwarna gelap seperti teh. Klien mengeluh diare dan fesesnya berwarna kuning seperti tanah liat.TTV: TD:110/80 mmHg, N: 78x/menit,S: 37oC, RR:18x/mnt, SpO2 99%. Pengkajian Keperawatan 1. Nama: Ny. A Umur: 35 tahun Alamat: Desa Sumberejo, Kalisongo, Dau, Malang Suku: Jawa Agama: Islam Pendidikan: SMA Pekerjaan: Ibu rumah tangga No. RM: 100.256 2. Riwayat Kesehatan Keluhan utama pasien mengatakan nyeri perut kanan atas. Riwayat penyakit sekarang gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perutkanan atas. 3. Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan di rumah sakit tidak ada. 4. Riwayat penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan. 5. Pemeriksaan Fisik Review Of system 1) Keadaan Umum: CM, ekspresi wajah meringis. 2) Sistem respirasi; frekwensi napas 18x/mnt, tidak ada sumbatan jalan napas, ronchi(-), wheezing(-). 3) Sistem kardiovaskuler: T: 110/80mmHg, tidak ada pembesaran jantung. 4) Sistem Urogenital; urin berwarna gelap. 5) Sistem musculoskeletal: os tampak kelelahan. 6) Abdomen: • Inspeksi: adanya benjolan • Auskultasi: Bising usus(+) pada benjolan -Palpasi: Pada hepar teraba keras • Perkusi: Hypertimpani 6. Pengkajian fungsional Gordon a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan: Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. b. Pola nutrisi dan metabolic: Makan : tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual muntah. Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 2 gelas. c. Pola Eliminasi: Pola BAK: urin warna gelap, encer seperti teh Pola BAB: diare, feses warna seperti tanah liat d. Pola Aktivitas dan latihan Pasien tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai diatas tempat tidur, lelah, malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. e. Pola istirahat tidur Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus. f. Pola persepsi sensori dan kognitif: Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat. g. Pola hubungan dengan orang lain Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat. h. Pola reproduksi dan seksual Normal tidak ada penyimpangan seksual. i. Pola persepsi diri dan konsep diri Klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. j. Pola mekanisme koping Klien merasa tidak nyaman dan selalu memegang daerah perut sambal meringis kesakitan k. Pola nilai kepercayaan/ keyakinan. Pasien beragama islam dan yakin akan sembuh karena penyakitnya ini adalah cobaan dari Allah SWT.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang berhubungan:
1. Penurunan nafsu makan
2. Mual dan muntah
3. Malabsorpsi
Karakteristik Definisi:
1. Berat badan di bawah rentang normal
2. Penurunan berat badan
3. Keluhan nafsu makan menurun
4. Mual, muntah
5. Asupan makanan tidak adekuat
Implementasi Keperawatan (SIKI):
1. Kaji status nutrisi klien (berat badan, tinggi badan, IMT, lingkar lengan atas)
2. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi intake nutrisi (mual, muntah, anoreksia, malabsorpsi)
3. Berikan makanan yang mudah dicerna dan dapat meningkatkan nafsu makan klien
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana pemberian diet yang sesuai
5. Pantau intake nutrisi dan cairan klien
6. Motivasi klien dan keluarga untuk meningkatkan asupan nutrisi
7. Berikan suplementasi nutrisi jika diperlukan
8. Dukung klien dalam upaya meningkatkan nafsu makan
Evaluasi Keperawatan (SLKI):
1. Klien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai target
2. Klien menunjukkan peningkatan nafsu makan
3. Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
4. Klien tidak mengalami mual dan muntah
5. Klien menunjukkan peningkatan energi dan aktivitas
6. Klien menunjukkan tanda-tanda perbaikan status nutrisi (kadar albumin, hemoglobin, dll)
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh dipilih karena klien menunjukkan tanda-tanda penurunan asupan nutrisi, seperti nafsu makan menurun, mual, muntah, dan penurunan berat badan.
2. Implementasi Keperawatan (SIKI) difokuskan pada pengkajian status nutrisi, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi intake nutrisi, pemberian intervensi untuk meningkatkan asupan nutrisi (diet yang sesuai, suplementasi), serta dukungan dan motivasi kepada klien dan keluarga.
3. Evaluasi Keperawatan (SLKI) bertujuan untuk menilai keberhasilan intervensi dalam meningkatkan status nutrisi klien, seperti peningkatan berat badan, nafsu makan, dan tanda-tanda perbaikan status nutrisi.
Dengan pendekatan ini, diharapkan klien dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang adekuat untuk mendukung proses pemulihan dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 15362 | 12 Apr 2025
Klinis : malaria
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis malaria serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, dengan penjelasan yang terperinci.
1. Kode ICD-10:
- Kode: B50-B54
- Deskripsi: Malaria. Kelompok kode ini mencakup berbagai jenis malaria yang disebabkan oleh berbagai spesies parasit Plasmodium, termasuk malaria falsiparum (B50), malaria vivax (B51), malaria malariae (B52), dan malaria ovale (B53).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.34 - Transfusi darah
- Deskripsi: Tindakan transfusi darah dapat dilakukan pada pasien dengan malaria yang mengalami anemia atau komplikasi lainnya yang membutuhkan penggantian darah. Selain itu, kode 99.75 - Pemberian obat antimalaria juga dapat digunakan untuk mencatat pemberian terapi farmakologis pada pasien dengan infeksi malaria.
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Gejala klinis yang umum terjadi adalah demam, menggigil, sakit kepala, mual, dan kelelahan. Diagnosis malaria dapat ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskopis darah (apusan darah tebal dan tipis) atau tes diagnostik cepat (rapid diagnostic test).
Tatalaksana malaria meliputi pemberian terapi antimalaria sesuai dengan jenis Plasmodium yang menginfeksi, berat ringannya infeksi, serta pertimbangan kondisi klinis pasien. Selain terapi farmakologis, tindakan suportif seperti transfusi darah juga dapat dilakukan pada pasien dengan komplikasi anemia berat. Pencegahan malaria dapat dilakukan melalui penggunaan obat antimalaria profilaksis, penggunaan kelambu berinsektisida, dan pengendalian vektor nyamuk Anopheles. -
Article No. 15363 | 12 Apr 2025
Klinis : Banyak bicara (logorrhea), flight of idea. Waham kebesaran dan brought of broadcasting. Tilikan derajat 1 (tidak menyadari sakitnya). Halusinasi visual (melihat dajjal). Afek tidak serasi, hipertimia. Sikap kooperatif, penampilan rapi namun nyentrik. Riwayat tidak minum obat dalam 2 minggu terakhir. Riwayat mengamuk dan memukul ibunya. Riwayat gangguan jiwa sejak 10 tahun lalu. Dulu bekerja sebagai perawat honorer, dikeluarkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan adalah keadaan di mana individu memiliki potensi untuk melakukan tindakan yang dapat mencederai diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara verbal, fisik, atau psikologis.
- SLKI: Kontrol Diri Meningkat, Agresi Menurun, Keamanan Terjaga.
- SIKI: Cegah Perilaku Kekerasan, Batasi Perilaku Kekerasan, Kendalikan Perilaku Kekerasan.
2. Waham
- SDKI: Waham adalah keyakinan palsu yang tidak dapat dikoreksi walaupun ada bukti yang jelas dan meyakinkan.
- SLKI: Realitas Persepsi Membaik, Fungsi Sosial Membaik, Fungsi Kognitif Membaik.
- SIKI: Orientasi Realitas, Reduksi Gejala Waham, Terapi Modalitas.
3. Perubahan Proses Pikir
- SDKI: Perubahan Proses Pikir adalah kondisi di mana individu menunjukkan gangguan dalam kemampuan berpikir yang ditandai dengan adanya perilaku bicara yang tidak terkendali, lompatan dari satu topik ke topik lain, dan kesulitan berkonsentrasi.
- SLKI: Proses Pikir Membaik, Fungsi Kognitif Membaik, Fungsi Sosial Membaik.
- SIKI: Manajemen Perilaku, Orientasi Realitas, Terapi Modalitas.
4. Persepsi Sensori Terganggu: Halusinasi
- SDKI: Persepsi Sensori Terganggu: Halusinasi adalah pengalaman merasakan sensasi palsu yang tidak ada sumbernya secara eksternal.
- SLKI: Realitas Persepsi Membaik, Fungsi Sosial Membaik, Fungsi Kognitif Membaik.
- SIKI: Manajemen Halusinasi, Orientasi Realitas, Terapi Modalitas.
5. Gangguan Afek
- SDKI: Gangguan Afek adalah kondisi di mana individu mengalami perubahan atau ketidaksesuaian emosi dengan keadaan atau situasi yang sedang dihadapi.
- SLKI: Afek Membaik, Fungsi Sosial Membaik, Fungsi Kognitif Membaik.
- SIKI: Manajemen Afek, Orientasi Realitas, Terapi Modalitas.
Prinsip umum dalam penanganan kasus ini adalah kolaborasi dengan tim kesehatan mental, pemberian terapi modalitas (misalnya terapi kognitif-perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga), dan edukasi pasien serta keluarga. -
Article No. 15364 | 12 Apr 2025
Klinis : Banyak bicara (logorrhea), flight of idea. Waham kebesaran dan brought of broadcasting. Tilikan derajat 1 (tidak menyadari sakitnya). Halusinasi visual (melihat dajjal). Afek tidak serasi, hipertimia. Sikap kooperatif, penampilan rapi namun nyentrik. Riwayat tidak minum obat dalam 2 minggu terakhir. Riwayat mengamuk dan memukul ibunya. Riwayat gangguan jiwa sejak 10 tahun lalu. Dulu bekerja sebagai perawat honorer, dikeluarkan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perubahan Proses Pikir: Banyak bicara (logorrhea), flight of idea, waham kebesaran, dan brought of broadcasting.
2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi visual (melihat dajjal).
3. Koping Tidak Efektif.
4. Kurang Wawasan Terhadap Penyakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Proses Pikir Terarah: Pasien mampu berbicara dengan lancar dan terorganisir, bebas dari waham dan delusi.
2. Persepsi Sensori Terintegrasi: Pasien tidak lagi mengalami halusinasi visual.
3. Koping Efektif: Pasien mampu mengelola emosi dan perilakunya dengan baik.
4. Wawasan Terhadap Penyakit Meningkat: Pasien menyadari kondisi kesehatannya dan pentingnya minum obat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Gejala Psikotik:
- Kaji tanda dan gejala psikotik secara komprehensif.
- Berikan lingkungan yang tenang dan suportif.
- Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaannya dengan tepat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa untuk pemberian terapi obat.
2. Terapi Realitas:
- Bantu pasien memahami realita dan meluruskan persepsi yang salah.
- Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
- Libatkan keluarga dalam terapi realitas.
3. Manajemen Marah:
- Kaji penyebab dan pola marah pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
- Dorong pasien untuk mengekspresikan marah dengan cara yang tepat.
- Kolaborasi dengan keluarga untuk penanganan perilaku agresif.
4. Edukasi Kesehatan:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit mental, pentingnya minum obat, dan manajemen gejala.
- Dorong kepatuhan minum obat dan kontrol rutin ke tenaga kesehatan.
- Rujuk pasien ke fasilitas kesehatan jiwa untuk perawatan komprehensif.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang ditetapkan didasarkan pada tanda dan gejala yang Anda deskripsikan, seperti banyak bicara, flight of idea, waham kebesaran, halusinasi visual, afek tidak serasi, dan riwayat mengamuk. Ketiga diagnosa tersebut mencakup perubahan proses pikir, gangguan persepsi sensori, masalah koping, dan kurang wawasan terhadap penyakit.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mencapai proses pikir yang terarah, persepsi sensori yang terintegrasi, koping yang efektif, serta peningkatan wawasan terhadap penyakitnya. Hal ini akan membantu pasien memperbaiki kondisi kesehatannya dan mengelola gejala-gejala yang muncul.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen gejala psikotik, terapi realitas, manajemen marah, serta edukasi kesehatan bagi pasien dan keluarga. Tujuannya adalah membantu pasien mengendalikan gejala, memperbaiki persepsi dan proses pikirnya, serta meningkatkan kemampuan koping dan wawasan terhadap penyakitnya. Intervensi ini harus dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan jiwa lainnya. -
Article No. 15365 | 12 Apr 2025
Klinis : pasien mengatakan cemas dan ditandai dengan tangan gemetar dan berkeringat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda jelaskan, maka dapat diberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap ancaman yang belum jelas dan tidak spesifik, yang ditandai dengan kekhawatiran, ketakutan, dan perasaan tidak nyaman.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
3. Pasien dapat menunjukkan perilaku adaptif dalam menghadapi situasi yang menyebabkan kecemasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Lakukan pengkajian menyeluruh untuk mengidentifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien.
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman untuk mengurangi kecemasan pasien.
3. Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, dan distraksi, untuk membantu pasien mengatasi kecemasan.
4. Libatkan keluarga dalam proses perawatan untuk memberikan dukungan emosional bagi pasien.
5. Berikan informasi yang jelas dan rinci tentang kondisi, rencana perawatan, dan prosedur yang akan dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian pasien.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan terarah untuk mengatasi masalah kecemasan pada pasien. -
Article No. 15366 | 12 Apr 2025
Klinis : Tn. A, seorang laki-laki berusia 55 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan lemas, mual, sering buang air kecil, dan merasa sangat haus sejak dua hari terakhir. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 sejak lima tahun lalu namun tidak rutin kontrol dan tidak teratur mengonsumsi obat. Hasil pemeriksaan menunjukkan gula darah sewaktu (GDS) sebesar 420 mg/dL, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 102 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu tubuh 37,5°C, dengan tanda-tanda dehidrasi ringan seperti mukosa mulut kering dan turgor kulit menurun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi Tn. A yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Cairan Terkait Kehilangan Cairan sekunder akibat Diabetes Melitus Tidak Terkontrol, ditunjukkan dengan keluhan lemas, mual, sering buang air kecil, dan merasa sangat haus serta tanda-tanda dehidrasi ringan.
Berikut adalah penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Cairan
- Definisi: Ketidakseimbangan antara intake dan output cairan yang menyebabkan kelebihan atau kekurangan cairan di dalam tubuh.
- Faktor Risiko: Diabetes Melitus Tidak Terkontrol
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan
- Definisi: Tercapainya keseimbangan antara intake dan output cairan.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, mukosa lembab, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Definisi: Intervensi untuk mengatur dan mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
- Aktivitas Keperawatan: Pantau intake dan output cairan, pantau tanda-tanda vital, berikan edukasi tentang diabetes dan pentingnya kontrol rutin, berikan terapi intravena dan pantau respons pasien.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI tersebut, diharapkan perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan cairan pada Tn. A dan mencapai luaran keperawatan yang optimal. -
Article No. 15367 | 12 Apr 2025
Klinis : Seorang pria 28 tahun, datang ke Poliklinik Urologi dengan keluhan nyeri tumpul di skrotum kiri sejak enam bulan terakhir terutama saat berdiri lama atau beraktivitas berat (skala nyeri 4). Ia juga merasakan benjolan seperti "kantung cacing" di skrotum kiri dan merasa minder karena ukurannya tampak lebih besar. Pasien khawatir kondisinya memengaruhi kesuburan dan hubungan dengan istrinya, serta menghindari situasi di mana skrotumnya dapat terlihat. Pemeriksaan TTV TD 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,7°C, dan frekuensi napas 18 x/menit. Pemeriksaan USG skrotum menunjukkan pelebaran vena pleksus pampiniformis (>3 mm) dan analisis sperma mengonfirmasi oligoasthenoteratozoospermia.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan pembesaran pleksus pampiniformis dan peradangan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Pembesaran pleksus pampiniformis dan peradangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Pasien akan melaporkan penurunan nyeri.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat beraktivitas tanpa disertai nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, Terapi Komplementer.
- Aktivitas Keperawatan: Mengkaji nyeri pasien, mengajarkan teknik relaksasi, melakukan terapi komplementer (contoh: kompres hangat).
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan ukuran skrotum
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Citra Tubuh: Persepsi negatif terhadap penampilan fisik atau fungsi tubuh yang menyebabkan ketidaknyamanan dan hambatan dalam interaksi sosial.
- Penyebab: Perubahan ukuran skrotum yang tampak lebih besar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Pasien akan menunjukkan penerimaan terhadap citra tubuh.
- Kriteria Hasil: Pasien menerima perubahan citra tubuh, pasien berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Terapi Perilaku, Dukungan Emosional, Edukasi Kesehatan.
- Aktivitas Keperawatan: Membantu pasien mengidentifikasi persepsi dan perasaan tentang perubahan citra tubuh, memberikan dukungan emosional, memberikan edukasi tentang kondisi dan pengaruhnya terhadap fertilitas.
Dengan menggunakan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan intervensi yang komprehensif untuk mengatasi masalah yang dialami oleh pasien. -
Article No. 15368 | 12 Apr 2025
Klinis : klien mengatakan keluar flek dan mules, usia kehamilan 36 minggu, kontraksi 2x/10 menit durasi 15 detik gravida ke 3 persalinan ke 2 abortus tidak ada
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien adalah Risiko Perdarahan. Klien mengatakan keluar flek dan mules, serta usia kehamilan 36 minggu, kontraksi 2x/10 menit dengan durasi 15 detik, yang merupakan tanda-tanda awal terjadinya perdarahan. Selain itu, klien dengan gravida 3 dan persalinan 2 memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami perdarahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengendalian Perdarahan: Klien dapat mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat dan tidak mengalami perdarahan selama atau setelah persalinan.
2. Stabilitas Hemodinamik: Tanda-tanda vital klien (tekanan darah, denyut nadi, respirasi, suhu) tetap stabil selama dan setelah persalinan.
3. Pengetahuan: Klien dan keluarga memahami penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan perdarahan selama kehamilan dan persalinan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital:
- Pantau tanda-tanda vital klien secara berkala (tekanan darah, denyut nadi, respirasi, suhu).
- Catat perubahan tanda-tanda vital dan laporkan kepada tenaga kesehatan.
2. Manajemen Perdarahan:
- Identifikasi penyebab perdarahan (plasenta previa, solusio plasenta, atonia uteri, dll).
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penatalaksanaan yang sesuai (misalnya pemberian oksitosin, kompresi uterus, penjahitan laserasi, dll).
- Pantau tanda-tanda perdarahan (perdarahan vagina, perdarahan pervaginam, dll) dan laporkan segera kepada tenaga kesehatan.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan perdarahan kepada klien dan keluarga.
- Ajarkan klien dan keluarga cara mencegah dan mengatasi perdarahan, seperti memantau tanda-tanda perdarahan, melakukan mobilisasi dini, dan menghubungi tenaga kesehatan jika terjadi perdarahan.
- Dorong klien dan keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan klien dapat mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat, memiliki stabilitas hemodinamik, serta klien dan keluarga memahami penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan perdarahan selama kehamilan dan persalinan. -
Article No. 15369 | 12 Apr 2025
Klinis : klien mengatakan keluar flek dan mules, usia kehamilan 36 minggu, kontraksi 2x/10 menit durasi 15 detik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien dengan keluar flek, mules, usia kehamilan 36 minggu, dan kontraksi 2x/10 menit durasi 15 detik adalah "Ancaman Persalinan Prematur" (SDKI, 2017). Diagnosa ini didasarkan pada gejala yang dialami klien, yaitu adanya kontraksi uterus yang teratur dan keluar flek yang mengindikasikan risiko terjadinya persalinan prematur.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ancaman Persalinan Prematur Terkendali: Kehamilan dapat berlanjut hingga cukup bulan tanpa terjadinya persalinan prematur.
2. Nyeri Terkendali: Klien dapat mengelola nyeri/mules yang dirasakan selama kontraksi uterus.
3. Pengetahuan tentang Persalinan Prematur Meningkat: Klien dan keluarga memahami risiko, tanda-tanda, dan tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi persalinan prematur.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Ancaman Persalinan Prematur
a. Pantau tanda-tanda vital dan kontraksi uterus secara berkala.
b. Berikan obat-obatan tocolytic (bila diindikasikan) untuk menghambat kontraksi uterus.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan) untuk memberikan terapi steroid antenatal.
d. Anjurkan istirahat dan aktivitas ringan untuk menjaga usia kehamilan.
e. Edukasi kepada klien dan keluarga tentang tanda-tanda persalinan prematur dan tindakan yang perlu dilakukan.
2. Manajemen Nyeri
a. Kaji intensitas, karakteristik, dan pola nyeri yang dirasakan klien.
b. Berikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin, dan teknik distraksi.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik (bila diindikasikan).
d. Ajarkan klien dan keluarga teknik-teknik manajemen nyeri yang dapat dilakukan.
3. Peningkatan Pengetahuan
a. Identifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang persalinan prematur.
b. Berikan edukasi tentang faktor risiko, tanda-tanda, dan komplikasi persalinan prematur.
c. Ajarkan klien dan keluarga tindakan yang perlu dilakukan jika terjadi tanda-tanda persalinan prematur.
d. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya dan mempraktikkan materi yang telah diberikan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang baik dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan ancaman persalinan prematur dapat terkendali, nyeri dapat dikelola dengan baik, serta pengetahuan klien dan keluarga tentang persalinan prematur meningkat. Hal ini akan mendukung keberhasilan penanganan kondisi klien dan menjaga kelangsungan kehamilan hingga cukup bulan. -
Article No. 15370 | 12 Apr 2025
Klinis : klien mengatakan keluar flek dan mules,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan analisis yang rinci untuk kondisi klien yang anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami klien, yaitu keluar flek dan mules, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut (00132). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mencapai beberapa luaran keperawatan, antara lain:
1. Tingkat Nyeri: Terkontrol (1605)
- Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri terkontrol, dengan skor nyeri maksimal 3 dari skala 0-10.
- Indikator: Klien dapat mengidentifikasi faktor penyebab nyeri, mendemonstrasikan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, dan melaporkan penurunan intensitas nyeri.
2. Kenyamanan: Teratasi (1908)
- Kriteria hasil: Klien melaporkan peningkatan kenyamanan dan kepuasan terhadap pengelolaan nyeri.
- Indikator: Klien dapat beristirahat dengan baik, menunjukkan ekspresi wajah yang rileks, dan melaporkan penurunan tingkat distres.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, berikut intervensi yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Nyeri (1400)
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas menggunakan skala nyeri)
- Identifikasi faktor-faktor yang memperberat atau memperingan nyeri
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik jika perlu
2. Manajemen Kenyamanan (6040)
- Kaji tingkat kenyamanan klien terkait nyeri
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Fasilitasi istirahat dan tidur yang cukup
- Berikan dukungan emosional dan psikologis pada klien
3. Edukasi Manajemen Nyeri (5240)
- Jelaskan penyebab dan patofisiologi nyeri pada klien
- Ajarkan klien cara mengidentifikasi dan melaporkan nyeri
- Beri edukasi tentang manfaat dan teknik penggunaan analgesik serta intervensi non-farmakologis
Dengan intervensi yang komprehensif dan berpusat pada klien, diharapkan klien dapat mengelola nyeri akutnya, meningkatkan kenyamanan, serta memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola nyeri secara mandiri. Perawat berperan penting dalam memfasilitasi proses pemulihan klien melalui asuhan keperawatan yang holistik.