Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15500 | 14 Apr 2025
Klinis : lemes, pusing hemoglobin 8
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu lemas, pusing, dengan hemoglobin 8, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Defisit Volume Cairan
Penjelasan:
- Defisit Volume Cairan merupakan kondisi di mana ada penurunan cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler.
- Kondisi lemas dan pusing dapat disebabkan oleh defisit volume cairan, yang dapat terjadi akibat penurunan hemoglobin.
2. Risiko Perdarahan
Penjelasan:
- Risiko Perdarahan adalah keadaan di mana individu rentan mengalami kehilangan darah yang berlebihan.
- Dengan hemoglobin 8, pasien berisiko mengalami perdarahan yang dapat memperburuk kondisinya.
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Defisit Volume Cairan
- Risiko Perdarahan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Volume Cairan Membaik
- Perdarahan Terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Manajemen Perdarahan
Dalam pendekatan akademis, peran perawat sebagai pakar adalah:
1. Melakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab defisit volume cairan dan risiko perdarahan.
2. Merencanakan intervensi keperawatan yang tepat, seperti pemberian cairan intravena, pemantauan tanda-tanda vital, dan pencegahan perdarahan.
3. Melaksanakan intervensi dengan berpedoman pada SIKI.
4. Mengevaluasi keefektifan intervensi dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan jika diperlukan.
5. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif. -
Article No. 15501 | 14 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan telinga lecet
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit: Lecet pada Telinga
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Integritas Kulit: Lecet pada Telinga adalah kerusakan pada lapisan luar kulit di area telinga yang ditandai dengan adanya luka terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan ini adalah pasien menunjukkan perbaikan integritas kulit di area telinga, tidak terjadi infeksi, dan tidak ada rasa nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi perawatan luka, pemberian obat-obatan topikal, serta edukasi kepada pasien mengenai perawatan luka dan pencegahan terjadinya lecet pada telinga.
Sebagai seorang perawat, saya akan menjelaskan dengan tone akademis dan persona sebagai pakar. Saya akan memberikan informasi yang komprehensif mengenai diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi lecet pada telinga yang dialami pasien. -
Article No. 15502 | 14 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan Singkat:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,8°C (100°F) yang disebabkan oleh gangguan termoregulasi. Pasien dengan demam menunjukkan tanda-tanda seperti kulit yang terasa panas, wajah yang memerah, dan peningkatan frekuensi nadi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas suhu normal.
Penyebab: Infeksi, dehidrasi, gangguan termoregulasi, obat-obatan, dan kondisi lainnya.
Gejala: Kulit terasa panas, wajah memerah, peningkatan frekuensi nadi, dan gejala lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam batas normal
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Tidak ada komplikasi akibat hipertermia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan suhu tubuh
2. Manajemen demam (pemberian antipiretik, kompres hangat/dingin)
3. Manajemen cairan dan elektrolit
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pengelolaan demam
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, dan merencanakan serta melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi hipertermia pada pasien. Tujuannya adalah untuk mengembalikan suhu tubuh ke batas normal dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 15503 | 14 Apr 2025
Klinis : Rombongan Jemaah haji dari kloter SUB 25 Ny. R (60 th) sudah berada di Makkah selama 7 hari, tiba-tiba merengek minta diantar pulang karena ingin bertemu cucunya, jemaah merasa di masih di Surabaya. Ekspresi wajah bingung, pelupa, disorientasi waktu, tempat, orang, penampilan kotor, badan bau, menolak makan dan minum, sulit berjalan karena lemas. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/80, nadi 86 x/menit, RR 20 x/menit.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Proses Pikir Berhubungan Dengan Penurunan Fungsi Kognitif
Karakteristik Definisi: Perubahan dalam proses berpikir, fungsi intelektual, dan persepsi realitas yang ditandai dengan kebingungan, disorientasi, halusinasi, delusi, atau pemikiran tidak logis.
2. Risiko Kurang Perawatan Diri Berhubungan Dengan Penurunan Fungsi Kognitif
Karakteristik Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang dibutuhkan, seperti mandi, berpakaian, toileting, makan, atau minum.
3. Risiko Malnutrisi Berhubungan Dengan Penurunan Intake Makanan dan Minuman
Karakteristik Definisi: Kondisi ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi yang dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh dan fungsi tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Proses Pikir Membaik
Indikator:
a. Menunjukkan orientasi yang baik terhadap waktu, tempat, dan orang
b. Mendemonstrasikan pemikiran yang logis dan terorganisir
c. Menunjukkan persepsi realitas yang akurat
2. Perawatan Diri Membaik
Indikator:
a. Mempertahankan kebersihan tubuh yang baik
b. Mempertahankan penampilan yang rapi dan bersih
c. Mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
3. Status Nutrisi Membaik
Indikator:
a. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup
b. Menunjukkan berat badan yang stabil atau meningkat
c. Tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intervensi untuk Gangguan Proses Pikir:
a. Orientasi Realitas: Membantu pasien mempertahankan orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang
b. Manajemen Halusinasi: Membantu pasien mengenali dan mengatasi halusinasi atau delusi
c. Stimulasi Kognitif: Memberikan aktivitas yang merangsang dan mempertahankan fungsi kognitif
2. Intervensi untuk Risiko Kurang Perawatan Diri:
a. Perawatan Diri: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri seperti mandi, berpakaian, toileting, dan lainnya
b. Peningkatan Kebersihan: Membantu pasien mempertahankan kebersihan tubuh dan penampilan
c. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan dan motivasi untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri
3. Intervensi untuk Risiko Malnutrisi:
a. Manajemen Nutrisi: Memantau asupan makanan dan minuman, mengatasi kesulitan makan, dan menyediakan makanan yang disukai
b. Edukasi Nutrisi: Memberikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat
c. Konsultasi Gizi: Melakukan konsultasi dengan ahli gizi untuk memastikan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, Ny. R (60 tahun) menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan adanya gangguan proses pikir, risiko kurang perawatan diri, dan risiko malnutrisi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Proses Pikir Berhubungan Dengan Penurunan Fungsi Kognitif, Risiko Kurang Perawatan Diri Berhubungan Dengan Penurunan Fungsi Kognitif, dan Risiko Malnutrisi Berhubungan Dengan Penurunan Intake Makanan dan Minuman.
Luaran/output yang diharapkan adalah proses pikir membaik, perawatan diri membaik, dan status nutrisi membaik. Indikator-indikator pada setiap luaran tersebut menggambarkan kondisi yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi orientasi realitas, manajemen halusinasi, stimulasi kognitif untuk mengatasi gangguan proses pikir; perawatan diri, peningkatan kebersihan, dan dukungan emosional untuk mengatasi risiko kurang perawatan diri; serta manajemen nutrisi, edukasi nutrisi, dan konsultasi gizi untuk mengatasi risiko malnutrisi.
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan kondisi Ny. R dapat membaik, dengan orientasi yang baik, kemampuan perawatan diri yang meningkat, serta asupan nutrisi yang adekuat, sehingga dapat kembali menjalankan ibadah haji dengan baik. -
Article No. 15504 | 14 Apr 2025
Klinis : inkontinensia urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Urin
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Inkontinensia Urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin yang tidak disengaja. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelemahan otot dasar panggul, gangguan neurologis, atau faktor lainnya.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) mencakup tujuan yang ingin dicapai dalam menangani Inkontinensia Urin, seperti pemulihan kontrol berkemih, pencegahan komplikasi, dan peningkatan kualitas hidup pasien.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi-intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Inkontinensia Urin, seperti latihan otot dasar panggul, pengaturan pola berkemih, penggunaan alat bantu, dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Dalam penanganan kasus Inkontinensia Urin, peran perawat sebagai pakar adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi, dengan mempertimbangkan standar-standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 15505 | 14 Apr 2025
Klinis : intervensi inkontinensia urin fungsional
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi inkontinensia urin fungsional.
Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Urin Fungsional
Definisi:
Inkontinensia urin fungsional adalah ketidakmampuan mengontrol pengeluaran urin yang disebabkan oleh faktor-faktor non-fisiologis, seperti lingkungan atau keterbatasan fisik atau kognitif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ciri-ciri utama: Kebocoran urin yang tidak disengaja, Tidak dapat mempertahankan kontrol kandung kemih.
2. Faktor yang berhubungan: Faktor lingkungan, Keterbatasan fisik, Keterbatasan kognitif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran yang diharapkan: Klien dapat mempertahankan kontinensia urin, Klien dapat mengidentifikasi faktor penyebab inkontinensia.
2. Kriteria hasil: Frekuensi inkontinensia berkurang, Klien mampu menggunakan alat bantu untuk kontinensia, Klien mampu mengatur aktivitas sesuai kapasitasnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi keperawatan: Manajemen inkontinensia urin, Edukasi inkontinensia urin, Pelatihan menggunakan alat bantu kontinensia.
2. Aktivitas keperawatan: Asesmen faktor penyebab inkontinensia, Pengaturan pola berkemih, Latihan kekuatan otot panggul, Pemberian alat bantu kontinensia, Pendidikan kesehatan tentang inkontinensia.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi inkontinensia urin fungsional pada klien, dengan mempertimbangkan faktor-faktor penyebab dan menetapkan intervensi yang sesuai untuk mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 15506 | 14 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis atau histologis.
Penjelasan:
- Kode A15.0 dalam ICD-10 menggambarkan diagnosis tuberkulosis paru yang terkonfirmasi secara bakteriologis atau histologis.
- Pasien memiliki gejala-gejala yang khas untuk tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan.
- Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas, dan hasil rontgen menunjukkan lesi di paru, yang mendukung diagnosis tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Rontgen toraks, dua atau lebih proyeksi.
Penjelasan:
- Kode 87.44 dalam ICD-9-CM Procedure mewakili pemeriksaan rontgen toraks dengan dua atau lebih proyeksi, yang dilakukan sebagai bagian dari evaluasi pasien.
- Hasil rontgen toraks yang menunjukkan adanya lesi di paru merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru.
Catatan: Dalam praktik klinis, diagnosis tuberkulosis paru harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikrobiologis (misalnya pemeriksaan sputum untuk BTA) atau histologis (misalnya biopsi paru). Tindakan lanjutan seperti pemeriksaan penunjang dan pengobatan tuberkulosis juga perlu dilakukan sesuai dengan panduan praktik klinis yang berlaku. -
Article No. 15507 | 14 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas permintaan Anda. Berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang dideskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Sekresi berlebih, kelemahan otot pernapasan, dan edema mukosa.
Tanda dan Gejala: Batuk tidak efektif, suara napas bronkial, dan sesak napas.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Penyebab: Kelemahan fisik, ansietas, dan kurang energi.
Tanda dan Gejala: Kelelahan, sesak napas, dan penurunan nafsu makan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
- Suara napas bronkial berkurang.
- Pasien dapat bernapas dengan nyaman.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- Pasien memiliki nafsu makan yang baik.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil selama aktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitoring status pernapasan (frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan)
- Auskultasi suara napas
- Lakukan fisioterapi dada (postural drainage, perkusi, dan vibrasi)
- Berikan nebulizer dengan bronkodilator dan mukolitik
- Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang teknik batuk efektif
2. Intoleransi Aktivitas
- Monitoring tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Bantu dan dampingi pasien saat beraktivitas
- Atur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian nutrisi adekuat
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan konservasi aktivitas
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk menangani kondisi pasien pria usia 45 tahun dengan dugaan tuberkulosis paru. Saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. -
Article No. 15508 | 14 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus yang diberikan, kondisi pasien laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.27
- Deskripsi: Bronkoskopi, dengan biopsiacoba, dan tanpa pemberian obat
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis) dipilih karena pasien memiliki gejala khas tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru yang sesuai dengan diagnosis tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM 33.27 (Bronkoskopi, dengan biopsiacoba, dan tanpa pemberian obat) dapat digunakan jika dilakukan prosedur bronkoskopi untuk mengambil sampel jaringan atau cairan dari lesi di paru untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosis dan kode yang diberikan di atas adalah berdasarkan informasi terbatas yang diberikan dalam kasus. Diperlukan evaluasi lebih lanjut oleh dokter dan pemeriksaan penunjang yang lengkap untuk memastikan diagnosis dan memberikan tatalaksana yang tepat. -
Article No. 15509 | 14 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas terbuka untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, penyempitan jalan napas, dan kelemahan otot pernapasan.
Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial, dan adanya lesi di paru.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien dapat bernapas dengan mudah.
- Tidak ada tanda-tanda sumbatan jalan napas.
- Tidak ada komplikasi yang terkait dengan gangguan bersihan jalan napas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha bernapas).
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Berikan terapi inhalasi untuk melembabkan dan melunakkan sekret.
- Bantu pasien melakukan batuk dan tindakan ekspektorasi untuk mengeluarkan sekret.
- Lakukan fisioterapi dada atau postural drainage untuk membantu pengeluaran sekret.
- Pertahankan posisi semi-fowler atau fowler untuk memudahkan ekspektorasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penanganan lebih lanjut.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena kondisi pasien dengan keluhan batuk berdahak, sesak napas, dan adanya lesi di paru yang menggambarkan gangguan pada jalan napas. Luaran/Output yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif untuk mencegah komplikasi. Intervensi Keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan status pernapasan, manajemen oksigen, pemberian terapi inhalasi, bantuan batuk dan ekspektorasi, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan yang komprehensif.