Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13611 | 10 Mar 2025
Klinis : S: pasien mengatakan nyeri dada dan sesak nafas berkurang O: Compos mentis, TD: 132/82, N: 73 x/ menit,Suhu: 36,7 celcius,RR: 20 x/menit Spo2 : 98 %,terpasang infus di VMS no.20 cairan Nacl 0,9 % 500 ml/24 jam, kondom ukuran M, urine ada, rencana primary PCI hasil lab terlampir, hasil ekg di emr, hasil rongent thorax di radiologi, rencana primary pci -> acc oky, Booking angio dengan agung, rencana konsul paru, rencana Cek lab sputum Gram A: Nyeri Penurunan cardiac output P: Observasi tanda tanda vital Berikan posisi senyaman mungkin Berikan O2 sesuai kebutuhan kolaborasi dengan dokter pemberian terapi dan diit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diuraikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- S: Pasien mengatakan nyeri dada dan sesak napas berkurang
- O: Tanda-tanda vital dalam batas normal, spo2 98% menunjukkan oksigenasi adekuat
- A: Nyeri dada yang dialami pasien merupakan gejala khas dari kondisi jantung yang dapat menyebabkan nyeri akut
2. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
- S: Pasien mengeluhkan sesak napas yang berkurang
- O: Tekanan darah 132/82 mmHg, nadi 73 x/menit, respirasi 20 x/menit, yang mengindikasikan adanya penurunan curah jantung
- A: Pasien memiliki riwayat penyakit jantung yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Penurunan Curah Jantung:
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
- Pasien melaporkan tidak ada peningkatan sesak napas
- Pasien mendemonstrasikan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan posisi yang nyaman bagi pasien
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi analgesik yang sesuai
- Ajarkan teknik pengelolaan nyeri non-farmakologis (misalnya relaksasi, distraksi)
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
2. Penurunan Curah Jantung:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi yang sesuai (misalnya diuretik, vasodilator)
- Anjurkan pasien untuk beristirahat dan membatasi aktivitas sesuai toleransi
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang manajemen penyakit jantung dan gejala-gejalanya
- Evaluasi respon pasien terhadap intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
Diharapkan dengan intervensi keperawatan yang tepat, pasien dapat mengalami perbaikan kondisi, mengelola nyeri dan gejala penurunan curah jantung secara efektif, serta mencapai outcome yang optimal. -
Article No. 13612 | 10 Mar 2025
Klinis : S; pasien mengeluh masih lemas O; pasien compos mentis, terdapat kelemahan pada bagian kanan. terpasang infus di VMS no.20 dan VMD no.22 tanggal 7/03/2025, cairan RL+KCL 25 meq, Dobutamin 7 mcq/kgbb/menit terpasang DC no.18 07/03/2025, TD : 95/63 mmhg, RR: 20 x/menit, Suhu: 36,7 celcius, RR: 20 x/menit, saturasi : 99 % terpasang nasal 5 lpm, terpasang NGT no.18 (07/03/2025),Hasil lab dl, ur, cr, gds, natrium, kalium, kalsium, ketonEKG sudah hasil di emr, Thorax dan CT. Brain sudah hasil di radiologi A: perfusi cerebral tidak efektif Hambatan mobilitas fisik Nyeri P -Observasi tanda tanda vital -Berikan posisi senyaman mungkin -kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan diit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, beserta luaran dan intervensi keperawatannya.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
2. Hambatan Mobilitas Fisik
3. Nyeri Akut
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
- Pasien menunjukkan peningkatan fungsi kognitif
- Pasien menunjukkan peningkatan tingkat kesadaran
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan mempertahankan fungsi vital
2. Hambatan Mobilitas Fisik
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan beraktivitas
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan bergerak secara mandiri
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan menggerakkan ekstremitas yang terkena
3. Nyeri Akut
- Pasien menunjukkan penurunan intensitas nyeri
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan mengontrol nyeri
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan beraktivitas
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Pertahankan posisi senyaman mungkin untuk meningkatkan perfusi serebral
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi dan diet yang sesuai
- Monitoring hasil pemeriksaan diagnostik (EKG, CT-Scan otak)
2. Hambatan Mobilitas Fisik
- Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan
- Lakukan latihan fisik secara bertahap untuk meningkatkan mobilitas
- Berikan alat bantu mobilisasi jika diperlukan
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rencana latihan mobilisasi
3. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (terapi relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Monitor efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi yang baik dengan dokter, diharapkan pasien dapat menunjukkan peningkatan kondisi sesuai dengan luaran yang diharapkan. -
Article No. 13613 | 10 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm3 o Trombosit: 80.000/mm3 o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tn R berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan penurunan energi, ditandai dengan pasien mengeluh mudah lelah.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah, ditandai dengan penurunan berat badan.
3. Nyeri Kronis berhubungan dengan proses penyakit hati, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri perut kanan atas.
4. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan asites, ditandai dengan adanya asites dan edema tungkai.
5. Risiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan fungsi hati, ditandai dengan trombositopenia dan peningkatan INR.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien melaporkan peningkatan energi dan stamina.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
- Pasien dapat mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan.
3. Kontrol Nyeri:
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat mengenali dan melaporkan gejala nyeri.
4. Keseimbangan Cairan:
- Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Edema pada tungkai berkurang.
5. Risiko Perdarahan:
- Pasien tidak mengalami episode perdarahan.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan fungsi pembekuan darah.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Atur aktivitas dan istirahat pasien.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi.
- Lakukan latihan fisik yang sesuai dengan toleransi pasien.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi dan pola makan pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang sesuai.
- Berikan nutrisi enteral atau parenteral jika diperlukan.
3. Nyeri Kronis:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik non-farmakologi untuk mengatasi nyeri.
4. Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- Pantau status cairan pasien secara ketat.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan asites.
- Ajarkan pasien dan keluarga mengenali tanda-tanda ketidakseimbangan cairan.
5. Risiko Perdarahan:
- Pantau parameter koagulasi secara berkala.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi penunjang pembekuan darah.
- Berikan edukasi tentang pencegahan perdarahan.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi Tn R berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI. Saya telah memberikan informasi secara rinci dan terperinci sesuai dengan tone akademis dan persona sebagai perawat profesional. -
Article No. 13617 | 10 Mar 2025
Klinis : 1. Gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan proses inflamasi dari mikroorganisme.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Untuk kondisi "Gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan proses inflamasi dari mikroorganisme", diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Kerusakan Integritas Kulit". Diagnosis ini menggambarkan adanya perubahan struktur dan fungsi kulit yang disebabkan oleh proses inflamasi akibat infeksi mikroorganisme. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada epidermis, dermis, atau lapisan kulit lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Integritas Kulit: Luka/Kerusakan Jaringan Membaik
Kriteria hasil yang diharapkan:
a. Ukuran luka/kerusakan jaringan mengecil
b. Tanda-tanda inflamasi (erythema, edema, nyeri, panas) berkurang
c. Jaringan granulasi terbentuk
d. Tidak ada tanda-tanda infeksi (eksudat, bau tidak sedap, perubahan warna)
e. Proses penyembuhan luka/kerusakan jaringan berlangsung baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Perawatan Luka
a. Bersihkan luka dengan cairan antiseptik atau saline sesuai prosedur
b. Tutup luka dengan balutan yang sesuai (seperti kasa steril, hydrocolloid, hidrofiber, atau balutan modern lainnya)
c. Lakukan perawatan kulit sekitar luka untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
d. Evaluasi kondisi luka secara berkala dan lakukan perubahan balutan jika diperlukan
2. Manajemen Infeksi
a. Kaji tanda-tanda infeksi (suhu tubuh, eksudat, perubahan warna, bau, dll.)
b. Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
c. Pantau respons pasien terhadap terapi antibiotik
d. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi
3. Manajemen Nyeri
a. Kaji tingkat nyeri pasien menggunakan skala nyeri yang sesuai
b. Berikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi nyeri
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri yang komprehensif
4. Peningkatan Sirkulasi
a. Mobilisasi dini sesuai toleransi pasien
b. Berikan kompres hangat pada area luka untuk meningkatkan sirkulasi
c. Posisikan ekstremitas yang terkena luka sesuai prinsip elevasi
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada perawatan luka, manajemen infeksi, pengelolaan nyeri, serta peningkatan sirkulasi, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu perbaikan integritas kulit dan penyembuhan luka/kerusakan jaringan yang optimal. -
Article No. 13618 | 10 Mar 2025
Klinis : polyneuropathy
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis polyneuropathy beserta penjelasannya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G60
- Deskripsi: Polyneuropathy. Ini merupakan kelompok gangguan saraf perifer yang ditandai dengan kelemahan dan gangguan sensorik pada kedua ekstremitas secara simetris.
Dalam kasus polyneuropathy, tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik. Penanganan polyneuropathy umumnya melibatkan pendekatan terapeutik yang bertujuan untuk mengurangi gejala, memperlambat progresivitas penyakit, dan mengatasi kondisi yang menjadi penyebab, seperti:
- Terapi farmakologis, seperti penggunaan obat-obatan antikonvulsivant, antidepresan, atau analgetik untuk mengelola gejala nyeri dan sensorik.
- Terapi fisik dan rehabilitasi untuk mempertahankan kekuatan, fungsi, dan mobilitas.
- Identifikasi dan penanganan penyebab yang mendasari, seperti diabetes, defisiensi nutrisi, atau penyakit autoimun.
- Tindakan pencegahan komplikasi, seperti perawatan kaki dan penggunaan alat bantu mobilitas.
Pendekatan holistik yang melibatkan tim multidisiplin sangat penting dalam pengelolaan pasien dengan polyneuropathy untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 13619 | 10 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri di kaki lutut sebelah kanan, terdapat luka
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Integritas Kulit
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan pengurangan nyeri, mendemonstrasikan perilaku yang mengindikasikan pengurangan nyeri, dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemberian analgesik, kompres hangat, terapi relaksasi, dan edukasi tentang manajemen nyeri.
2. Gangguan Integritas Kulit
- SDKI: Kerusakan pada kulit dan atau membran mukosa.
- SLKI: Pasien menunjukkan penyembuhan luka, integritas kulit membaik, dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain perawatan luka, debridemen, aplikasi salep/krim, dan edukasi perawatan luka.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, saya menyampaikan penjelasan singkat ini. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 13620 | 10 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai perawat pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan campak:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus campak, ditandai dengan demam tinggi selama 3 hari.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh akibat penyakit campak, ditandai dengan ruam merah di kulit dan bintik Koplik di mukosa mulut.
3. Gangguan pola napas berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan akibat penyakit campak, ditandai dengan batuk kering.
4. Gangguan penglihatan berhubungan dengan infeksi pada mata akibat penyakit campak, ditandai dengan mata merah.
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Berfungsi sebagai acuan dalam menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Terdiri dari definisi, batasan karakteristik, faktor yang berhubungan, dan rumusan diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Berfungsi sebagai acuan dalam menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Berfungsi sebagai acuan dalam menentukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan.
- Terdiri dari definisi, aktivitas, dan kriteria intervensi.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstandar, dan berpusat pada pasien. -
Article No. 13621 | 10 Mar 2025
Klinis : Ibu pada masa post partum, mengalami hipertensi berhubungan dengan pre eclampsia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi ibu pada masa post partum dengan hipertensi berhubungan dengan pre-eklampsia.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Hipertensi berhubungan dengan pre-eklampsia". Pre-eklampsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan dapat menyebabkan kerusakan organ. Pada masa post partum, ibu berisiko mengalami komplikasi ini, sehingga diagnosis keperawatan yang tepat adalah hipertensi yang berhubungan dengan pre-eklampsia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tekanan darah dalam batas normal: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan tekanan darah ibu dapat kembali dalam batas normal, yaitu sistolik 100-140 mmHg dan diastolik 60-90 mmHg.
2. Tidak terjadi komplikasi akibat pre-eklampsia: Diharapkan tidak terjadi komplikasi lanjut akibat pre-eklampsia, seperti kerusakan organ, perdarahan, atau kejang.
3. Ibu dapat beraktivitas secara mandiri: Setelah kondisi hipertensi dan pre-eklampsia teratasi, diharapkan ibu dapat beraktivitas secara mandiri tanpa bantuan.
4. Ibu menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang baik: Ibu menunjukkan tanda-tanda peningkatan kesehatan, seperti peningkatan nafsu makan, tidur yang cukup, dan mood yang baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda vital secara berkala: Melakukan pemantauan tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi secara teratur untuk mendeteksi perubahan kondisi.
2. Pemberian obat antihipertensi: Memberikan obat antihipertensi sesuai dengan resep dokter untuk menurunkan tekanan darah.
3. Manajemen cairan dan elektrolit: Memantau asupan dan keluaran cairan, serta menjaga keseimbangan elektrolit tubuh.
4. Edukasi tentang pre-eklampsia dan komplikasinya: Memberikan edukasi kepada ibu dan keluarga tentang pre-eklampsia, gejala, komplikasi, dan pentingnya pemantauan.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: Berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan fisioterapis untuk mengelola kondisi ibu secara komprehensif.
6. Dukungan emosional dan psikologis: Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada ibu untuk membantu proses pemulihan.
7. Mobilisasi dini: Memfasilitasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap untuk mempercepat pemulihan.
Dengan diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi ibu pascapartum dengan hipertensi berhubungan dengan pre-eklampsia dapat segera teratasi dan ibu dapat kembali ke kondisi sehat. -
Article No. 13622 | 10 Mar 2025
Klinis : Ibu pada masa post partum, mengalami hipertensi berhubungan dengan pre eclampsia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu ibu pada masa post partum mengalami hipertensi berhubungan dengan pre-eklampsia, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O14.1
- Deskripsi: Pre-eklampsia berat
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 75.94
- Deskripsi: Pemantauan tekanan darah selama kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O14.1 untuk "Pre-eklampsia berat" digunakan untuk mengkodekan kondisi ibu pascapersalinan (post partum) yang mengalami hipertensi berhubungan dengan pre-eklampsia. Pre-eklampsia berat adalah kondisi hipertensi yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, disertai dengan protein dalam urin (proteinuria) dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius bagi ibu dan janin.
2. Kode ICD-9-CM 75.94 untuk "Pemantauan tekanan darah selama kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan" dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan pemantauan dan pengawasan tekanan darah ibu selama masa pascapersalinan, yang merupakan bagian dari penatalaksanaan kasus pre-eklampsia berat.
Penatalaksanaan yang mungkin dilakukan pada kasus ini dapat mencakup pemantauan ketat tanda-tanda vital, terapi antihipertensi, pemberian kortikosteroid untuk maturasi paru janin, dan tindakan persalinan jika diperlukan. -
Article No. 13623 | 10 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita berusia 35 tahun sedang mengandung. Usia kehamilan sudah 29 bulan. Saat ini klien mengeluah kurang berminat tehadap pasangannya. Klien mengatakan sering menolak ketika diajak suaminya berhubungan suami istri. Klien mengatakan bahwa ia malas dan tidak berhasrat untuk melakukan hubungan suami istri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Hasrat Seksual
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Hasrat Seksual didefinisikan sebagai penurunan keinginan atau minat untuk terlibat dalam aktivitas seksual.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Penurunan Hasrat Seksual adalah Peningkatan Hasrat Seksual, yang ditandai dengan klien mengekspresikan keinginan untuk terlibat dalam aktivitas seksual, melakukan aktivitas seksual secara teratur, dan merasa puas dengan kehidupan seksualnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Konseling Seksual: Memberikan informasi dan edukasi terkait perubahan seksual selama kehamilan, serta membantu klien dan pasangan mengidentifikasi strategi untuk mempertahankan intimitas.
2. Terapi Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan dan stres yang dapat mempengaruhi hasrat seksual.
3. Terapi Psikoedukasi: Membantu klien memahami faktor-faktor yang dapat memengaruhi hasrat seksual, seperti perubahan hormon, perubahan fisik, dan stres.
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif antara perawat, klien, dan pasangan, diharapkan dapat membantu meningkatkan hasrat seksual klien selama masa kehamilan.