Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13760 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosis campak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan paparan virus campak yang ditandai dengan demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi virus campak, yang ditandai dengan:
a. Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C).
b. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, seperti turgor kulit baik, produksi urin cukup, dan mukosa lembab.
c. Tidak terjadi komplikasi pernapasan, seperti pneumonia.
d. Tidak terjadi komplikasi pada sistem saraf, seperti ensefalitis.
e. Tidak terjadi komplikasi pada mata, seperti keratitis.
2. Pasien dan keluarga dapat mengenali tanda dan gejala komplikasi campak serta dapat melakukan perawatan di rumah dengan benar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
a. Identifikasi faktor risiko dan tanda-tanda infeksi pada pasien.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antivirus atau antibiotik sesuai indikasi.
c. Pantau tanda-tanda vital dan status cairan secara berkala.
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan penyebaran virus campak, seperti isolasi, etika batuk, dan mencuci tangan.
2. Manajemen Demam
a. Monitor suhu tubuh pasien secara berkala.
b. Berikan obat penurun demam sesuai resep.
c. Terapkan metode penurunan demam non-farmakologis, seperti kompres hangat.
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen demam di rumah.
3. Edukasi Kesehatan
a. Jelaskan tentang penyakit campak, termasuk tanda dan gejala, mode penularan, dan komplikasi yang mungkin terjadi.
b. Ajarkan pasien dan keluarga cara mengenali tanda-tanda komplikasi yang memerlukan segera pemeriksaan medis.
c. Berikan edukasi tentang perawatan di rumah, seperti istirahat yang cukup, nutrisi yang seimbang, dan hidrasi yang adekuat.
d. Dorong kepatuhan terhadap rencana pengobatan dan kontrol kesehatan sesuai jadwal.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat melewati masa penyakit campak tanpa mengalami komplikasi yang serius. Peran perawat sangat penting dalam memantau kondisi pasien, memberikan terapi suportif, serta memperkuat pemahaman pasien dan keluarga dalam perawatan di rumah. -
Article No. 13761 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, pada kondisi pasien yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Adanya lesi di paru yang menyebabkan obstruksi jalan napas.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Penyebab: Adanya sesak napas dan penurunan kemampuan fungsional akibat penyakit.
3. Kekurangan Volume Cairan (00027)
Definisi: Kehilangan cairan berlebihan yang melebihi intake.
Penyebab: Penurunan nafsu makan dan demam yang menyebabkan dehidrasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif (0410)
Kriteria Hasil:
- Pola napas efektif
- Tidak ada sekret yang tertahan
- Tidak ada suara napas abnormal
2. Toleransi Aktivitas (0005)
Kriteria Hasil:
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih
- Tidak ada sesak napas saat aktivitas
- Tidak ada perubahan tanda-tanda vital saat aktivitas
3. Volume Cairan Adekuat (0601)
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak ada kelelahan atau pusing
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Lakukan fisioterapi dada dan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk terapi obat bronkodilator dan mukolitik
2. Manajemen Aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Ajarkan teknik pengaturan napas dan istirahat saat aktivitas
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan aktivitas
3. Manajemen Cairan
- Kaji status hidrasi pasien secara berkala
- Pantau intake dan output cairan, serta tanda-tanda dehidrasi
- Kolaborasi dengan tenaga gizi untuk kebutuhan asupan cairan dan nutrisi
Penjelasan rinci di atas menggambarkan pendekatan komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien dengan dugaan tuberkulosis paru. Evaluasi dan penyesuaian intervensi perlu dilakukan secara berkala sesuai dengan kondisi pasien. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 13762 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan histologis jaringan paru, termasuk bronkoskopi dengan biopsi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif) dipilih karena pasien menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta ditemukan adanya lesi di paru pada hasil rontgen.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 (Pemeriksaan histologis jaringan paru, termasuk bronkoskopi dengan biopsi) dapat digunakan jika dilakukan prosedur diagnostik berupa pemeriksaan histologis untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru. Prosedur ini biasanya dilakukan melalui bronkoskopi dengan pengambilan sampel jaringan paru untuk pemeriksaan histologis.
Catatan: Kode ICD-9-CM digunakan untuk mengkodekan prosedur atau tindakan medis, sedangkan kode ICD-10 digunakan untuk mengkodekan diagnosis. Pemilihan kode yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan pengajuan klaim asuransi yang sesuai. -
Article No. 13763 | 11 Mar 2025
Klinis : batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi batuk.
Diagnosa Keperawatan:
Batuk (Cough)
Definisi:
Batuk merupakan refleks protektif yang terjadi untuk membersihkan jalan napas dari iritasi dan sekresi. Batuk dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi saluran pernapasan, alergi, atau kondisi medis lainnya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Batuk (Cough) didefinisikan sebagai respons tubuh untuk membersihkan jalan napas dari iritasi dan sekresi dengan karakteristik batuk produktif atau tidak produktif, batuk sering, dan batuk mengganggu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah mendapatkan intervensi keperawatan, pasien diharapkan dapat menunjukkan:
1. Frekuensi batuk berkurang
2. Intensitas batuk berkurang
3. Tidak ada komplikasi akibat batuk
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi batuk antara lain:
1. Manajemen jalan napas
2. Terapi oksigen
3. Edukasi manajemen batuk
4. Pemberian obat-obatan sesuai resep dokter
Dengan pendekatan akademis dan sebagai pakar keperawatan, diharapkan penjelasan singkat ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi batuk. -
Article No. 13764 | 11 Mar 2025
Klinis : Pola napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif adalah diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah Pola Napas Efektif, yang ditandai dengan karakteristik seperti frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas yang teratur, dan kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif antara lain:
- Pemantauan tanda-tanda vital, terutama frekuensi napas
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Latihan pernapasan dan teknik relaksasi
- Postural drainage dan fisioterapi dada
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya pola napas yang efektif
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan assessment yang komprehensif, mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan pola napas tidak efektif, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien untuk membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola napas yang efektif. -
Article No. 13765 | 11 Mar 2025
Klinis : Pola napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut penjelasan rinci terkait kondisi pola napas:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Kelelahan otot-otot pernapasan, kurangnya surfaktan, obstruksi jalan napas, kecemasan, nyeri.
Tanda dan Gejala: Irama napas tidak teratur, napas dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, dispnea.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif (0415)
Definisi: Pola pernapasan yang memenuhi kebutuhan oksigen dan eliminasi karbon dioksida.
Indikator:
- Kedalaman napas memadai
- Irama napas teratur
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (6540)
Tujuan: Mempertahankan patensi jalan napas agar ventilasi dan oksigenasi adekuat.
Aktivitas:
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan obstruksi jalan napas
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas jika perlu
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
2. Manajemen Ventilasi (3320)
Tujuan: Mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Aktivitas:
- Monitor pola, kedalaman, dan frekuensi napas
- Pantau tanda-tanda distres pernapasan
- Ajarkan teknik pernapasan dalam/diafragmatik
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen jika diperlukan
3. Manajemen Nyeri (1400)
Tujuan: Mengurangi atau menghilangkan nyeri yang mengganggu pola napas.
Aktivitas:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, dan intensitas nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Gunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, terapi dingin/panas)
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif, karena pasien mengalami ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat mengancam kesehatan. Penyebabnya dapat berupa kelelahan otot-otot pernapasan, obstruksi jalan napas, kecemasan, atau nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah Pola Napas Efektif, di mana pasien memiliki kedalaman napas yang memadai, irama napas teratur, frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran meliputi Manajemen Jalan Napas untuk mempertahankan patensi jalan napas, Manajemen Ventilasi untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat, dan Manajemen Nyeri untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang mengganggu pola napas. -
Article No. 13766 | 11 Mar 2025
Klinis : Pola napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pola napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pola napas adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai perubahan dalam kedalaman, irama, atau kemudahan bernapas yang dapat mengganggu ventilasi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya hambatan pada jalan napas, kelelahan otot-otot pernapasan, atau gangguan pada sistem saraf pusat yang mengatur pernapasan.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Pola Napas: Terjadi peningkatan dalam kedalaman, irama, dan kemudahan bernapas.
2. Status Pernapasan: Tercapainya ventilasi yang adekuat dengan nilai parameter pernapasan yang berada dalam batas normal.
3. Pertukaran Gas: Terjadi peningkatan dalam oksigenasi darah dan eliminasi karbon dioksida.
4. Kenyamanan Napas: Pasien merasa lebih nyaman dan tidak mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan Pernapasan
- Mengukur frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
- Memantau penggunaan otot-otot bantu pernapasan
- Memantau tanda-tanda distres pernapasan
2. Manajemen Jalan Napas
- Memposisikan pasien untuk memfasilitasi pernapasan
- Membersihkan jalan napas dari sekret atau obstruksi
- Mengajarkan teknik batuk efektif dan pernapasan diafragmatik
3. Manajemen Oksigenasi
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
- Memantau status oksigenasi (SpO2, ABG)
- Mengatur alat bantu pernapasan, jika diperlukan
4. Manajemen Kenyamanan
- Mengelola nyeri atau ketidaknyamanan yang mempengaruhi pernapasan
- Mengajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena kondisi ini mencerminkan perubahan dalam pola napas pasien yang dapat mengganggu ventilasi dan pertukaran gas. Intervensi keperawatan yang diberikan berfokus pada pemantauan pernapasan, manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, dan manajemen kenyamanan. Tujuannya adalah untuk memastikan ventilasi yang adekuat, meningkatkan pertukaran gas, dan memberikan kenyamanan bagi pasien. Luaran/output yang diharapkan mencakup perbaikan dalam pola napas, status pernapasan, pertukaran gas, dan kenyamanan napas. -
Article No. 13767 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium: Hb: 10 g/dL Leukosit: 9.500/mm³ Trombosit: 80.000/mm³ SGOT: 95 U/L SGPT: 72 U/L Albumin: 2,8 g/dL Bilirubin total: 4,2 mg/dL Bilirubin direct: 2,5 mg/dL INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 USG Abdomen: Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang Splenomegali (+) Endoskopi: Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Tn. R mengalami kondisi sirosis hati. Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang sesuai dengan kasus tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hati dan limpa
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi hati
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
5. Kelelahan berhubungan dengan anemia dan gangguan fungsi hati
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hati dan limpa
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Kontrol nyeri
- SIKI: Manajemen nyeri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi hati
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas
- SIKI: Manajemen energi
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
- SDKI: Risiko perdarahan
- SLKI: Kontrol perdarahan
- SIKI: Manajemen hemoragik
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
- SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SLKI: Peningkatan status nutrisi
- SIKI: Manajemen nutrisi
5. Kelelahan berhubungan dengan anemia dan gangguan fungsi hati
- SDKI: Kelelahan
- SLKI: Peningkatan energi
- SIKI: Manajemen energi
Standar PPNI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Ini adalah standar yang digunakan di Indonesia untuk memandu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien. -
Article No. 13768 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium: Hb: 10 g/dL Leukosit: 9.500/mm³ Trombosit: 80.000/mm³ SGOT: 95 U/L SGPT: 72 U/L Albumin: 2,8 g/dL Bilirubin total: 4,2 mg/dL Bilirubin direct: 2,5 mg/dL INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 USG Abdomen: Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang Splenomegali (+) Endoskopi: Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik akibat penyakit hati kronis.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah.
3. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hati dan limpa.
4. Risiko Perdarahan berhubungan dengan gangguan fungsi hati.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas.
- Pasien dapat mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan tanpa kelelahan berlebih.
- Pasien dapat mengelola kelelahan saat melakukan aktivitas.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai kebutuhan.
- Pasien dapat mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kondisinya.
- Pasien dapat meningkatkan nafsu makan.
3. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan berkurangnya nyeri perut.
- Pasien dapat mengenali faktor-faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
- Pasien dapat menerapkan manajemen nyeri yang efektif.
4. Risiko Perdarahan:
- Pasien tidak mengalami episode perdarahan.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda perdarahan.
- Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan perdarahan.
5. Risiko Infeksi:
- Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda infeksi.
- Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien.
- Bantu pasien merencanakan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk Program Latihan Aktivitas.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Berikan dukungan nutrisi sesuai kebutuhan.
- Pantau asupan dan output cairan pasien.
3. Nyeri Akut:
- Kaji intensitas, lokasi, karakteristik, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai kebutuhan.
- Ajarkan pasien teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi penyebab nyeri.
4. Risiko Perdarahan:
- Kaji tanda-tanda perdarahan.
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (INR, trombosit).
- Berikan edukasi tentang pencegahan perdarahan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang diperlukan.
5. Risiko Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (leukosit).
- Berikan tindakan pencegahan infeksi (cuci tangan, teknik aseptik).
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan kondisi pasien secara holistik, melakukan pengkajian yang komprehensif, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13769 | 11 Mar 2025
Klinis : pasien mengeluh sulit tidur dan serin terjaga karena sesak napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Sesak Napas
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan durasi dan kualitas tidur yang dibutuhkan.
- Karakteristik Utama: Sulit memulai tidur, terbangun berulang kali, merasa tidak beristirahat saat bangun.
- Faktor yang Berhubungan: Sesak napas, nyeri, kecemasan, lingkungan yang tidak kondusif.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Kriteria Hasil: Pasien tidur selama 7-9 jam per malam, merasa segar saat bangun, tidak merasa lelah saat beraktivitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur.
b. Manajemen Nyeri/Sesak Napas: Mengelola gejala sesak napas untuk meningkatkan kualitas tidur.
c. Edukasi: Memberikan edukasi tentang strategi untuk meningkatkan kualitas tidur.
d. Terapi Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk membantu pasien tidur.
Dalam konteks kasus ini, perawat perlu fokus pada manajemen sesak napas pasien serta intervensi lain yang dapat membantu meningkatkan kualitas tidur, sehingga pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.