Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13750 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana tindakan keperawatan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi (arthritis)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan fungsi fisik
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan (rash, alopesia)
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah sedemikian rupa.
2. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena adanya keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
3. Gangguan citra tubuh: Persepsi negatif terhadap penampilan fisik atau fungsi tubuh yang mempengaruhi harga diri, interaksi sosial, dan/atau peran.
4. Risiko infeksi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol nyeri: Kemampuan untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri.
2. Toleransi aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin tanpa keluhan yang signifikan.
3. Citra tubuh: Persepsi positif tentang penampilan fisik dan fungsi tubuh.
4. Status imun: Kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri dari infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri serta memfasilitasi strategi yang efektif untuk mengurangi nyeri.
2. Peningkatan toleransi aktivitas: Tindakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan psikologis dalam melakukan aktivitas rutin.
3. Peningkatan citra tubuh: Tindakan untuk memfasilitasi persepsi yang realistis dan positif tentang penampilan fisik dan fungsi tubuh.
4. Pencegahan infeksi: Tindakan untuk melindungi individu dari infeksi.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, identifikasi dan kurangi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
2. Berikan terapi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien, lakukan aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
4. Berikan edukasi dan dukungan untuk meningkatkan citra tubuh pasien.
5. Lakukan pencegahan infeksi melalui tindakan kebersihan, pemberian imunisasi, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
6. Berikan edukasi tentang penyakit SLE, manajemen gejala, dan modifikasi gaya hidup. -
Article No. 13751 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup. 5 diagnosis utama
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah 5 diagnosa keperawatan utama dengan penjelasan singkat menggunakan format SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Nyeri Kronis (SDKI) / Nyeri Muskuloskeletal (SLKI) / Nyeri Muskuloskeletal (SIKI)
Penjelasan: Pasien mengalami nyeri sendi pada tangan dan lutut yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir, berkaitan dengan penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI) / Malnutrisi (SLKI) / Malnutrisi (SIKI)
Penjelasan: Pasien mengalami anemia (Hb 10,2 g/dL) yang dapat disebabkan oleh penyakit SLE dan gangguan ginjal yang diderita.
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI) / Intoleransi Aktivitas (SLKI) / Intoleransi Aktivitas (SIKI)
Penjelasan: Pasien mengalami kelelahan yang dapat disebabkan oleh penyakit SLE dan anemia yang diderita.
4. Risiko Perdarahan (SDKI) / Risiko Perdarahan (SLKI) / Risiko Perdarahan (SIKI)
Penjelasan: Pasien mengalami trombositopenia (120.000/µL) yang meningkatkan risiko perdarahan.
5. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SDKI) / Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SLKI) / Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SIKI)
Penjelasan: Pasien mengalami lesi khas "butterfly rash" di wajah, sariawan berulang, dan edema pada tungkai bawah yang berkaitan dengan penyakit SLE. -
Article No. 13752 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kasus yang diberikan. Saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, nyeri sendi, dan anemia, yang ditandai dengan pasien mengeluhkan kelelahan, serta adanya penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi, yang ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri sendi pada tangan dan lutut, serta adanya nyeri tekan dan kekakuan sendi.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, yang ditandai dengan pasien memiliki riwayat sariawan berulang dan adanya peningkatan LED serta CRP.
4. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan adanya lesi kulit khas "butterfly rash" di wajah dan edema pada tungkai bawah, yang dapat mempengaruhi penampilan dan kepercayaan diri pasien.
5. Gangguan fungsi ginjal berhubungan dengan nefritis lupus, yang ditandai dengan adanya peningkatan ureum, kreatinin, dan proteinuria.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap sesuai dengan tingkat energi dan toleransi.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang dapat meningkatkan energi dan mengurangi kelelahan.
2. Nyeri akut:
- Pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri sendi hingga level yang dapat ditoleransi.
- Pasien dapat menggunakan strategi manajemen nyeri yang efektif.
3. Risiko infeksi:
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda infeksi dan segera melaporkannya kepada tenaga kesehatan.
- Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan infeksi secara mandiri.
4. Perubahan citra tubuh:
- Pasien dapat menerima perubahan penampilan dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang dapat mempengaruhi citra tubuhnya.
5. Gangguan fungsi ginjal:
- Pasien dapat mempertahankan fungsi ginjal dalam batas normal.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda penurunan fungsi ginjal dan segera melaporkannya kepada tenaga kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Lakukan pengkajian tingkat energi dan aktivitas pasien.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas yang sesuai.
- Bantu pasien merencanakan dan melaksanakan aktivitas sehari-hari secara bertahap.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi masalah anemia.
2. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi analgesik yang sesuai.
- Pantau efektivitas manajemen nyeri yang dilakukan.
3. Risiko infeksi:
- Lakukan pengkajian faktor risiko infeksi pada pasien.
- Ajarkan pasien teknik pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, penggunaan masker, dan sanitasi lingkungan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi imunosupresan atau antimikroba yang sesuai.
- Pantau tanda-tanda infeksi dan segera laporkan kepada tim kesehatan.
4. Perubahan citra tubuh:
- Lakukan pengkajian persepsi pasien tentang citra tubuhnya.
- Berikan dukungan emosional dan konseling untuk meningkatkan penerimaan diri.
- Libatkan keluarga dalam mendukung penerimaan diri pasien.
- Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang positif.
5. Gangguan fungsi ginjal:
- Lakukan pengkajian fungsi ginjal secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi yang sesuai, seperti pengaturan diet, pemberian obat-obatan, dan terapi dialisis jika diperlukan.
- Ajarkan pasien tentang manajemen gaya hidup yang dapat mempertahankan fungsi ginjal.
- Pantau tanda-tanda penurunan fungsi ginjal dan segera laporkan kepada tim kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi keperawatan. Tujuannya adalah untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 13753 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan kasus integumen ini:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh kelemahan, keletihan, atau ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kelelahan minimal.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Peningkatan Energi.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah tersebut.
- SLKI: Individu dapat melaporkan nyeri terkontrol.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Analgesik.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Sensori Perubahan Kulit
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau beradaptasi terhadap perubahan sensori pada kulit, seperti rasa gatal, kebas, atau nyeri.
- SLKI: Individu dapat mengenali dan mengelola perubahan sensorik pada kulit.
- SIKI: Manajemen Kulit, Edukasi Kesehatan.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Individu bebas dari tanda dan gejala infeksi.
- SIKI: Pencegahan Infeksi, Manajemen Demam.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami gejala-gejala yang khas untuk Systemic Lupus Erythematosus (SLE), seperti nyeri sendi, kelelahan, rambut rontok, lesi kulit, sariawan, dan edema. Dengan hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosis SLE, pasien berisiko mengalami intoleransi aktivitas, nyeri akut, perubahan sensori kulit, serta risiko infeksi, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan harus ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. -
Article No. 13754 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini memiliki gejala dan temuan pemeriksaan yang sesuai dengan diagnosis Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Proses penyakit (SLE, nefritis lupus)
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluhkan nyeri sendi pada tangan dan lutut, mukosa mulut terlihat sariawan multipel.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh perasaan kelelahan.
- Penyebab: Penyakit kronis (SLE), anemia
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluhkan kelelahan yang semakin memburuk.
3. Gangguan Citra Tubuh
- Definisi: Gangguan dalam persepsi dan perasaan tentang penampilan dan fungsi tubuh.
- Penyebab: Perubahan penampilan fisik (bercak kemerahan di wajah, rambut rontok)
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluhkan bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari, serta rambut rontok.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Kemampuan pasien dan keluarga dalam mengenali, mencegah, dan mengelola nyeri.
2. Toleransi Aktivitas: Kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
3. Citra Tubuh: Persepsi pasien terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Identifikasi penyebab nyeri, pemberian analgetik, teknik relaksasi, dan edukasi pengelolaan nyeri.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Pengaturan aktivitas, terapi latihan, dan edukasi manajemen kelelahan.
3. Promosi Citra Tubuh: Diskusi tentang perubahan penampilan, terapi topical untuk lesi kulit, dan dukungan psikologis.
Secara keseluruhan, pasien ini memerlukan pendekatan holistik dalam pengelolaan SLE, mencakup manajemen nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, dan promosi citra tubuh. Pengobatan farmakologis (kortikosteroid, imunosupresan) serta modifikasi gaya hidup juga diperlukan untuk menekan aktivitas penyakit dan mencegah komplikasi. -
Article No. 13755 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi sendi dan jaringan terkait
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan
3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan ruam dan lesi kulit
4. Intoleransi Makanan berhubungan dengan mukositis oral (sariawan)
5. Risiko Gangguan Fungsi Ginjal berhubungan dengan nefritis lupus
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
3. Gangguan Integritas Kulit: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
4. Intoleransi Makanan: Tidak dapat mentoleransi atau mencerna makanan atau zat gizi tertentu.
5. Risiko Gangguan Fungsi Ginjal: Keadaan yang berpotensi mengakibatkan penurunan fungsi ginjal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Tingkat kenyamanan individu yang dapat dikontrol terhadap rasa sakit.
2. Toleransi Aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
3. Integritas Kulit: Struktur dan fungsi kulit yang utuh.
4. Toleransi Makan: Kemampuan untuk menerima dan mencerna makanan.
5. Fungsi Ginjal: Kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Mencakup intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
2. Manajemen Energi: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat energi.
3. Perawatan Luka: Intervensi untuk mempertahankan atau memperbaiki integritas kulit.
4. Edukasi Gizi: Intervensi untuk meningkatkan pemahaman tentang nutrisi yang adekuat.
5. Pemantauan Fungsi Ginjal: Intervensi untuk mengidentifikasi dan mencegah gangguan fungsi ginjal. -
Article No. 13756 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya sebagai perawat profesional akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan, dan ketidakmampuan untuk batuk efektif.
2. Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Peningkatan kebutuhan oksigen, kelemahan otot, dan kelelahan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, malaise, dan peningkatan kebutuhan nutrisi.
SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif:
- SDKI: Identifikasi penyebab dan faktor risiko penurunan bersihan jalan napas.
- SLKI: Pasien menunjukkan jalan napas yang bebas dari obstruksi dan sekret.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan bersihan jalan napas, seperti pemberian oksigen, fisioterapi dada, dan pengisapan lendir.
2. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Identifikasi penyebab dan faktor risiko penurunan toleransi aktivitas.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti pembatasan aktivitas, peningkatan asupan nutrisi, dan latihan aktivitas bertahap.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- SDKI: Identifikasi penyebab dan faktor risiko penurunan asupan nutrisi.
- SLKI: Pasien mencapai berat badan ideal dan menunjukkan peningkatan status gizi.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan asupan nutrisi, seperti konseling gizi, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, dan pemantauan status gizi.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 13757 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum dan selamat siang. Berikut adalah penjelasan rinci terkait dengan kondisi pasien yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan penumpukan sekret, infeksi paru, dan kelemahan otot pernapasan.
- Ditandai dengan adanya batuk produktif, suara napas bronkial, dan hasil rontgen menunjukkan lesi di paru.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Berhubungan dengan anoreksia, demam, dan penyakit kronis (tuberkulosis paru).
- Ditandai dengan penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan.
3. Intoleransi Aktivitas
- Berhubungan dengan kelemahan umum, sesak napas, dan penyakit kronis.
- Ditandai dengan pasien mengalami sesak napas saat beraktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi paru.
- Suara napas normal.
2. Status Nutrisi Membaik
- Pasien mencapai berat badan ideal.
- Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
- Pasien memiliki nafsu makan yang baik.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas.
- Pasien mampu berpartisipasi dalam program rehabilitasi.
- Pasien tidak mengalami kelelahan yang berlebihan setelah beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Observasi karakteristik batuk, sputum, dan suara napas.
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi oksigen, bronkodilator, dan ekspektoran.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Fasilitasi drainase postural dan suction sputum jika perlu.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Lakukan pengkajian status nutrisi secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Berikan makanan yang tinggi kalori dan protein.
- Monitor intake dan output cairan serta berat badan pasien secara rutin.
- Berikan pendidikan kesehatan terkait pentingnya nutrisi bagi kesembuhan.
3. Intoleransi Aktivitas
- Kaji kemampuan fisik dan psikologis pasien dalam beraktivitas.
- Berikan latihan aktivitas bertahap sesuai toleransi pasien.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
- Ajarkan teknik manajemen kelelahan dan konservasi energi.
- Motivasi pasien untuk meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 13758 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan ischemia miokard, ditandai dengan keluhan nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan dan peningkatan beban kerja jantung, ditandai dengan sesak napas.
3. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke miokard, ditandai dengan mual dan keringat dingin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang dalam skala 0-10.
2. Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam batas normal.
3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri dengan bantuan minimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor presipitasi).
b. Berikan analgesik sesuai dengan instruksi medis.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan nyeri yang efektif.
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin.
2. Manajemen Jalan Napas:
a. Kaji status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, irama, dan penggunaan otot bantu pernapasan).
b. Beri oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen optimal.
c. Ajarkan teknik pernapasan dalam dan latihan batuk efektif.
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk terapi latihan pernapasan.
3. Manajemen Aktivitas:
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien terhadap aktivitas.
b. Berikan aktivitas perawatan diri yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
d. Kolaborasi dengan tim terapi okupasi untuk program rehabilitasi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi berdasarkan kondisi pasien adalah nyeri akut, ketidakefektifan pola napas, dan risiko intoleransi aktivitas. Luaran yang diharapkan adalah pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri dengan bantuan minimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, manajemen jalan napas, dan manajemen aktivitas, dengan kolaborasi dari tim kesehatan lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif. -
Article No. 13759 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini mengalami infark miokard akut dengan riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.9
- Deskripsi: Infark miokard akut, tidak dinyatakan lebih lanjut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan kardiovaskular, tidak dinyatakan lebih lanjut
Penjelasan:
- Kode ICD-10 I21.9 (Infark miokard akut, tidak dinyatakan lebih lanjut) digunakan untuk menggambarkan kondisi pasien yang mengalami infark miokard akut tanpa spesifikasi lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin, serta hasil EKG yang menunjukkan infark miokard akut.
- Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemantauan kardiovaskular, tidak dinyatakan lebih lanjut) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan pada pasien, seperti pemantauan tekanan darah, denyut nadi, dan fungsi kardiovaskular selama perawatan.
Dalam menangani pasien ini, diperlukan pemeriksaan dan intervensi medis yang sesuai, seperti pemantauan vital signs, pemberian terapi obat-obatan, dan tindakan revaskularisasi jika diperlukan, untuk mengelola kondisi infark miokard akut serta mengendalikan faktor risiko hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.