Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15716 | 17 Apr 2025
Klinis : Keluarga Bpk.M (65 tahun) tinggal bersama Ibu. S (63 tahun) dan memiliki 3 orang anak, An.A (45 thn), An.B (40 tahun) dan Ank.C 35 (tahun), anak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah namun tidak jauh dari rumah Bpk. M. komunikasi keluarga dengan anak, menantu dan cucu-cucunya terjalin dengan baik. Anak dan cucu-cucunya sering berkunjung ke rumah Bpk.M di hari libur atau weekend. Anak-anak Bpk.M juga memberikan uang untuk keperluan Bpk.M dan Ibu.S. Berdasarkan hasil pengkajian, Ibu.S memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan Bpk.M memiliki Riwayat penyakit kencing manis. Saat ini Bpk M tinggal bersama istri dan Anak C yang belum menikah. Ibu S mengatakan memiliki Riwayat penyakit tekanan darah tinggi sejak tahun 2015. Ibu mengatakan orang dikatakan tekananan darah tinggi jika tekanan darahnya diatas normal, ibu tidak mengetahui batasan tekanan darah normal. Ibu mengatakan tekanan darah tinggi disebabkan karena faktor usia, penyakit keturunan dan sering makan ikan asin. Ibu mengatakan jika tekanan darahnya tidak diatasi akan menyebabkan kelumpuhan, Ibu.S tidak ingin seperti tetangganya yang terkena stroke, tidak bisa melakukan apa-apa dan akan merepotkan anak cucunya. Ibu.S sudah pernah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat amlodipine 10 mg diminum 1x/hari. Ibu S mengatakan obatnya diminum jika sedang pusing saja, dan tidak pernah kontrol rutin. Ibu mengatakan malas mengukur tekanan darahnya ke posbindu. Ibu S juga jarang mengikuti senam lansia yang rutin diadakan oleh kader posbindu setiap minggu. ibu juga tidak pernah menggunakan ramuan tradisional dalam mengatasi tekanan darahnya, tidak ada makanan pantangan. Hasil pemeriksaan tekanan darah : 160/90 mmHg. Bpk.M mengatakan jika dirinya tidak mengetahui mempunyai penyakit diabetes. Bapak baru mengetahui gula darahnya tinggi setelah periksa di puskesmas GDS : 320 mg/dl. Bapak mengatakan tidak tau penyakit diabetes dan batas normal kadar gula darah. Bapak mengatakan diabetes adalah penyakit tua, keturunan dan karena banyak makan dan minum yang manis-manis. Menurut Bpk.M orang yang menderita diabetes sering merasa ngantuk, sering merasa haus dan banyak makan. Bpk.M merasakan dirinya juga sering kencing dimalam hari dan berat badan nya mengalami penurunan dalam 1 bulan terakhir. Bapak tidak mengetahui akibat dari diabetes, yang dia tahu hanya orang yang diabetes jika terjadi luka sulit untuk sembuh. Bpk.M dan istrinya cukup khawatir dengan gula darahnya, takut menjadi parah dan akan merepotkan keluarganya. Keluarga belum mengetahui tentang penanganan diabetes, Ibu.S masih menyediakan makanan seperti biasa, dan Bpk.M memang rutin makan besar 3x/hari diselingi dengan cemilan 2x/hari. Ibu mengatakan Bpk.M gemar minum teh kemasan dan minuman bersoda. Setiap pagi dan sore Bpk.M rutin minum teh manis sebanyak 1 gelas besar ditambah dengan gorengan atau roti manis. Bpk.M juga sering merasa kebas/baal pada jari-jari kakinya. Hasil pemeriksaan GDS tiga hari berturut-turut : 345 mg/dl; 280 mg/dl; 389 mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi: Pola kehidupan yang tidak efektif dalam mengintegrasikan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit ke dalam gaya hidup.
Penyebab: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, kurangnya motivasi untuk mengubah perilaku, serta dukungan keluarga yang kurang.
2. Risiko Komplikasi Penyakit Kronis
Definisi: Rentan mengalami komplikasi akibat penyakit kronis yang diderita.
Penyebab: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pengobatan yang tidak teratur, serta gaya hidup yang tidak sehat.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan
Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan tubuh.
Penyebab: Pola makan yang tidak tepat, termasuk konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga
- Keluarga dapat mengenali tanda dan gejala penyakit hipertensi dan diabetes
- Keluarga dapat melakukan perawatan dan pengobatan sesuai dengan kondisi kesehatan
- Keluarga dapat menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah komplikasi penyakit
2. Kontrol Gejala Penyakit Kronis
- Keluarga dapat mengontrol gejala penyakit hipertensi dan diabetes
- Keluarga dapat mencegah komplikasi penyakit hipertensi dan diabetes
3. Keseimbangan Nutrisi
- Keluarga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang
- Keluarga dapat mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga
- Berikan edukasi tentang penyakit hipertensi dan diabetes, termasuk tanda, gejala, komplikasi, dan penanganan
- Bantu keluarga dalam pemantauan tanda vital dan kadar gula darah secara teratur
- Motivasi keluarga untuk mematuhi pengobatan dan melakukan kontrol kesehatan secara teratur
- Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan
2. Manajemen Nutrisi
- Berikan edukasi tentang diet yang sesuai untuk penyakit hipertensi dan diabetes
- Bantu keluarga dalam merencanakan dan menyiapkan makanan yang sesuai
- Motivasi keluarga untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat
3. Manajemen Aktifitas
- Dorong keluarga untuk meningkatkan aktivitas fisik, seperti senam lansia
- Berikan edukasi tentang manfaat aktivitas fisik dalam mengontrol penyakit
Penjelasan yang rinci dan terperinci telah saya berikan untuk setiap poin di atas. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 15717 | 17 Apr 2025
Klinis : Ny, S 44 tahun, mudah lelah, tidak dapat konsentrasi dan lambat, konsipasi, menorargia, merasa kedinginan, rambut mudahn patah, leher rasa bengkak, mengantuk
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E03.9
- Deskripsi: Hipotiroidisme, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemeriksaan kadar hormon tiroid
Penjelasan:
Kondisi Ny. S dengan gejala mudah lelah, tidak dapat berkonsentrasi, lambat, konstipasi, menoragi, merasa kedinginan, rambut mudah patah, leher terasa bengkak, dan mengantuk mengarah pada kemungkinan diagnosis hipotiroidisme.
Hipotiroidisme adalah kondisi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Gejala-gejala yang muncul, seperti kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, gangguan pencernaan, perubahan suhu tubuh, dan perubahan pada rambut dan kulit, adalah ciri-ciri umum dari hipotiroidisme.
Untuk memastikan diagnosis, prosedur yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan kadar hormon tiroid (seperti TSH, T4, T3) melalui tes laboratorium. Kode ICD-9-CM 93.94 mengacu pada pemeriksaan kadar hormon tiroid, yang dapat membantu menegakkan diagnosis dan menentukan rencana penatalaksanaan yang tepat. -
Article No. 15718 | 17 Apr 2025
Klinis : Ny, S 44 tahun, mudah lelah, tidak dapat konsentrasi dan lambat, konsipasi, menorargia, merasa kedinginan, rambut mudahn patah, leher rasa bengkak, mengantuk, nadi 56 x/menit, serum tshs 6,0 serum tt 3,9
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, dapat disimpulkan bahwa Ny. S mengalami Hipotiroidisme. Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal dan komunitas.
- SLKI: Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal dan komunitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal dan komunitas.
2. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan
- SDKI: Perasaan lesu dan berkurangnya kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
- SLKI: Peningkatan energi dan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan energi dan kapasitas pasien dalam melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Perubahan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan kualitas dan kuantitas tidur yang sesuai dengan kebutuhan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur pasien sesuai dengan kebutuhannya.
Penjelasan singkat:
Ny. S mengalami hipotiroidisme, ditandai dengan gejala-gejala seperti mudah lelah, tidak dapat berkonsentrasi, lambat, konstipasi, menoragi, merasa kedinginan, rambut mudah patah, leher bengkak, mengantuk, dan nadi lambat. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas, Kelelahan, dan Gangguan Pola Tidur. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas harian, meningkatkan energi dan kapasitas fisik serta mental, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur pasien. -
Article No. 15719 | 17 Apr 2025
Klinis : DS: Pasien mengatakan sesak nafas berat tidak nyeri dada. Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan kepala rendah karena sesak bertambah berat DO: • Akral teraba dingin • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafasventilator. • Terpasang kateter no 16 posisi fiksasi baik produk cairan urine ± 1200 cc kuning jernih • Vital sign: TD: 174/111 mmHg N: 98 x/mnt RR: 32 x/mnt S: 36ᵒC SpO2: 98% • Rontgen Thorax (tgl. 16/04/25) hasil: Pulmo: edema pulmo gr II Besar cor cardiomegali LAE, LVH • Hasil EKG (tgl. 18/03/25): SR dengan ST Elevasi di V2-V4, q patologis pada lead II, III, AVF. • Pada perkusi paru ditemukan Sonor pada area paru kanan dan kiri, pekak pada 2/3 lapang bawah paru. • Auskultasi Suara nafas rales diparu kanan dan kiri, tidak ada suara jantung tambahan. • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami sesak napas berat, tampak menggunakan otot tambahan saat bernafas, dengan adanya edema paru, cardiomegali, LVH, dan suara napas rales di kedua paru. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada bersihan jalan napas yang tidak efektif.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI: Gangguan Bersihan Jalan Napas
SLKI: Manajemen Jalan Napas
SIKI: Manajemen Ventilasi
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
Pasien tampak lemah dan gelisah, menunjukkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Hal ini disebabkan oleh sesak napas berat dan edema paru yang menyebabkan penurunan kapasitas fungsional.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
SLKI: Peningkatan Aktivitas
SIKI: Manajemen Aktivitas
3. Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan kepala rendah karena sesak bertambah berat. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pola tidur yang disebabkan oleh gejala sesak napas saat berbaring.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI: Gangguan Pola Tidur
SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
SIKI: Manajemen Tidur -
Article No. 15720 | 17 Apr 2025
Klinis : DS: Pasien mengatakan sesak nafas berat tidak nyeri dada. Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan kepala rendah karena sesak bertambah berat DO: • Akral teraba dingin • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafasventilator. • Terpasang kateter no 16 posisi fiksasi baik produk cairan urine ± 1200 cc kuning jernih • Vital sign: TD: 174/111 mmHg N: 98 x/mnt RR: 32 x/mnt S: 36ᵒC SpO2: 98% • Rontgen Thorax (tgl. 16/04/25) hasil: Pulmo: edema pulmo gr II Besar cor cardiomegali LAE, LVH • Hasil EKG (tgl. 18/03/25): SR dengan ST Elevasi di V2-V4, q patologis pada lead II, III, AVF. • Pada perkusi paru ditemukan Sonor pada area paru kanan dan kiri, pekak pada 2/3 lapang bawah paru. • Auskultasi Suara nafas rales diparu kanan dan kiri, tidak ada suara jantung tambahan. • Pasien tampak lemah kadang gelisah, tampak terpasang NRM 10 liter/menit, tampak menggunakan otot tambahan saat usaha bernafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di dalam paru-paru.
Penyebab:
- Edema paru
- Gagal jantung kiri
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis untuk mempertahankan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
Penyebab:
- Penurunan kekuatan otot pernapasan
- Perubahan perfusi jaringan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertukaran Gas Membaik
Kriteria hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tampak tidak ada penggunaan otot tambahan saat bernapas
- Saturasi oksigen dalam rentang normal
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
Kriteria hasil:
- Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan
- Tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas
- Kekuatan otot pernapasan meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pertukaran Gas Membaik
- Pengaturan posisi semi fowler
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Auskultasi suara napas
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi diuretik dan vasodilator
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen sesak napas
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Latihan fisik/aktivitas ringan secara bertahap
- Manajemen kelelahan
- Identifikasi dan minimalisasi faktor pembatas aktivitas
- Pemberian dukungan emosional
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi pernapasan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Gangguan Pertukaran Gas dan Intoleransi Aktivitas sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami sesak napas berat, gelisah, dan tampak menggunakan otot tambahan saat bernapas. Hal ini dapat disebabkan oleh edema paru dan gagal jantung kiri. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memperbaiki pertukaran gas dan meningkatkan toleransi aktivitas pasien, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 15642 | 16 Apr 2025
Klinis : Keluhan utama : Sesak napas Riwayat penyakit sekarang: pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS ,dahak berwarna putih.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan utama sesak napas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memberikan oksigenasi adekuat.
Faktor Terkait: Penyakit pernapasan, kelelahan otot pernapasan.
Gejala/Tanda Mayor: Perubahan frekuensi pernapasan, irama pernapasan tidak teratur, perubahan kedalaman pernapasan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Pola Napas merupakan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah pernapasan, seperti sesak napas, yang disebabkan oleh berbagai faktor terkait seperti penyakit pernapasan dan kelelahan otot pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, seperti frekuensi pernapasan, irama, dan kedalaman pernapasan yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian oksigen, manajemen jalan napas, latihan pernapasan, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan penyakit dasar. -
Article No. 15643 | 16 Apr 2025
Klinis : Tinea Corporis!
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi kode ICD-10 untuk diagnosis Tinea Corporis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B35.4
- Deskripsi: Tinea corporis (Ringworm of the body)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.21
- Deskripsi: Pemberian obat topikal anti jamur untuk pengobatan infeksi jamur kulit.
Tinea corporis, juga dikenal sebagai "ringworm of the body", adalah salah satu jenis infeksi jamur kulit yang disebabkan oleh dermatofita. Kondisi ini ditandai dengan adanya lesi kulit berbentuk lingkaran atau bercak kemerahan dengan tepi yang jelas. Lesi ini dapat menyebar dan menyebabkan rasa gatal.
Pengobatan untuk Tinea corporis biasanya melibatkan pemberian obat topikal anti jamur, seperti krim, salep, atau larutan yang mengandung bahan aktif seperti klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin. Dalam beberapa kasus yang lebih parah, pengobatan sistemik dengan obat anti jamur oral mungkin diperlukan.
Prosedur medis yang mungkin dilakukan adalah pemberian obat topikal anti jamur (kode ICD-9-CM 99.21) untuk menangani infeksi jamur kulit pada pasien dengan Tinea corporis. Prosedur ini bertujuan untuk menghilangkan infeksi jamur dan mempercepat penyembuhan lesi kulit. -
Article No. 15644 | 16 Apr 2025
Klinis : Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri punggung Riwayat Keluhan; Pasien mengatakan nyeri punggung hingga bokong,nyeri dada sebelah kanan. Sakit d rasakan sejak 3 hari lalu. Td; 120/80 mmHg, N; 82x per menit, Rr; 97,
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang disampaikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Nyeri punggung bawah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.81
- Deskripsi: Manipulasi dan mobilisasi tulang belakang
Penjelasan:
Kode ICD-10 M54.5 (Nyeri punggung bawah) sesuai dengan keluhan utama pasien yang menyatakan adanya nyeri punggung hingga bokong. Nyeri punggung bawah adalah kondisi umum yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketegangan otot, cedera, atau masalah pada struktur tulang belakang.
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik tercantum, namun jika diperlukan, kode 72.81 (Manipulasi dan mobilisasi tulang belakang) dapat dipertimbangkan sebagai tindakan untuk menangani kondisi nyeri punggung bawah pasien. Manipulasi dan mobilisasi tulang belakang dapat membantu mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi.
Dalam memberikan perawatan, dokter atau perekam medis harus mempertimbangkan semua gejala dan riwayat pasien, serta melakukan pemeriksaan fisik dan diagnostik yang diperlukan untuk memastikan diagnosis yang tepat dan memberikan tindakan yang sesuai. -
Article No. 15645 | 16 Apr 2025
Klinis : Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri punggung Riwayat Keluhan; Pasien mengatakan nyeri punggung hingga bokong,nyeri dada sebelah kanan,leher tegang. Sakit di rasakan sejak 3 hari lalu. Td; 120/80 mmHg, N; 82x per menit, Rr; 97,
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Sakit punggung bawah
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri punggung hingga bokong, yang merupakan gejala dari sakit punggung bawah. Kode ICD-10 M54.5 sesuai dengan kondisi ini.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.2
- Deskripsi: Manipulasi Spinal
Penjelasan:
Berdasarkan gejala nyeri punggung, leher tegang, dan dada sebelah kanan, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan manipulasi spinal sebagai tindakan medis. Kode ICD-9-CM 72.2 sesuai dengan prosedur ini.
Dengan menegakkan diagnosis sakit punggung bawah (M54.5) dan mempertimbangkan tindakan manipulasi spinal (72.2), diharapkan dapat memberikan penanganan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 15646 | 16 Apr 2025
Klinis : Kasus 20: Bayi perempuan, umur 4 hari dirawat di ruang perinatologi dengan manifestasi jaundice/ikterik. Bayi lahir secara normal, usia gestasi 35 minggu dengan berat lahir 2500 gram. Hasil pengkajian didapatkan sklera tampak ikterik, bayi terlihat kuning pada area kepala sampai dengan di atas lutut, kulit teraba dingin, suhu tubuh 36,70C, frekuensi napas 38 x/menit, nadi 116 x/menit. Menurut ibu, bayi malas menetek dan tampak lemah. diagnosa yang tepat sesuai SDKI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan SDKI adalah:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Bilirubin Peningkatan
Definisi: Peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang dapat menyebabkan jaundice/ikterik.
Faktor yang Berhubungan: Prematuritas, pemberian makanan terlambat, imaturitas hati.
Karakteristik Umum: Sklera dan kulit tampak ikterik, bayi malas minum/menetek, letargi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bilirubin Penurunan
Kriteria Hasil:
- Kadar bilirubin menurun sesuai usia
- Sklera dan kulit tidak tampak ikterik
- Bayi aktif menetek/minum
- Bayi berenergi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Hiperbilirubinemia
Tindakan:
- Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda klinis hiperbilirubinemia (ikterik, letargi, dll.)
- Koordinasikan pemeriksaan laboratorium bilirubin total dan tidak terkonjugasi
- Berikan terapi fototerapi sesuai indikasi
- Pertahankan kehangatan tubuh bayi
- Tingkatkan asupan oral (ASI/formula)
- Berikan edukasi kepada keluarga tentang manajemen hiperbilirubinemia
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan "Bilirubin Peningkatan" dipilih karena sesuai dengan kondisi bayi perempuan umur 4 hari dengan manifestasi jaundice/ikterik. Faktor yang berhubungan seperti prematuritas dan pemberian makan yang terlambat juga sesuai dengan kasus ini.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Bilirubin Penurunan", di mana kadar bilirubin menurun sesuai usia, tanda-tanda ikterik menghilang, bayi aktif menetek/minum, dan bayi berenergi. Ini merupakan tujuan akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Hiperbilirubinemia", di mana perawat melakukan pemantauan tanda-tanda vital dan klinis, koordinasi pemeriksaan laboratorium, pemberian terapi fototerapi, menjaga kehangatan tubuh bayi, meningkatkan asupan oral, serta memberikan edukasi kepada keluarga. Intervensi-intervensi ini ditujukan untuk menurunkan kadar bilirubin dan memperbaiki kondisi bayi.