Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13730 | 11 Mar 2025
Klinis : Nyeri perut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi nyeri perut.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.4
- Deskripsi: Nyeri perut, tidak tergolongkan di tempat lain
Penjelasan:
- Kode R10.4 dalam ICD-10 digunakan untuk mengkodekan nyeri perut yang tidak dapat diklasifikasikan ke kondisi spesifik lainnya.
- Nyeri perut merupakan gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gastritis, divertikulitis, pankreatitis, batu empedu, hernia, dan lain-lain.
- Pengkodean dengan R10.4 dilakukan ketika penyebab nyeri perut belum dapat ditentukan atau tidak diklasifikasikan ke dalam kategori diagnosa lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang secara khas dilakukan untuk nyeri perut sebagai gejala. Penanganan akan bergantung pada penyebab yang mendasarinya, misalnya endoskopi, pencitraan, atau pemberian terapi simptomatik.
Penjelasan:
- Nyeri perut sebagai gejala tidak memiliki kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik.
- Penanganan nyeri perut akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya, sehingga tidak ada kode prosedur yang dapat diberikan secara umum.
- Tindakan medis yang mungkin dilakukan, seperti endoskopi, pencitraan, atau pemberian terapi simptomatik, akan dikodekan sesuai dengan prosedur yang dilakukan. -
Article No. 13731 | 11 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 30 tahun datang ke poliklinik THT dengan keluhan keluarnya cairan dari telinga kiri yang terjadi berulang selama lebih dari 3 bulan terakhir. Cairan yang keluar berwarna kuning keputihan, berbau tidak sedap, dan tidak disertai rasa nyeri. Pasien juga mengeluhkan gangguan pendengaran progresif pada telinga kiri. Pasien memiliki riwayat infeksi telinga tengah berulang sejak kecil dan sebelumnya didiagnosis otitis media akut beberapa bulan lalu, tetapi tidak mendapatkan pengobatan yang tuntas. Pasien bekerja di lingkungan yang berdebu dan sering menggunakan earphone dengan volume tinggi. Tidak ada riwayat trauma kepala atau penyakit kronis lainnya. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh). Tanda vital: Tekanan darah: 120/80 mmHg, HR: 84x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36,8°C, Pemeriksaan Telinga (Otoskopi): Perforasi membran timpani di kuadran posterior-inferior, Cairan purulen dalam liang telinga (+), Granulasi jaringan di sekitar membran timpani, Tidak ada tanda pembengkakan mastoid. Pemeriksaan Neurologis: Tidak ditemukan defisit neurologis saat ini. Hasil Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Otoskopi & Mikrootoskopi: Perforasi membran timpani sentral dengan cairan purulen di liang telinga, Tidak ada cholesteatoma yang terlihat secara langsung. Tes Audiometri: Gangguan pendengaran konduktif pada telinga kiri (bone conduction normal, air conduction menurun), Speech discrimination score menurun. Timpanometri: Tipe B (menunjukkan adanya gangguan pergerakan membran timpani akibat perforasi). Kultur Cairan Telinga: Bakteri yang sering ditemukan: Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus aureus. CT-Scan Temporal Bone (Jika Dicurigai Komplikasi): Tidak ada tanda-tanda destruksi tulang mastoid atau cholesteatoma. Diagnosis Medis: Otitis Media Kronis (OMK) tipe perforasi sentral dengan gangguan pendengaran konduktif. Pasien direncanakan untuk mendapatkan pembersihan telinga rutin (aural toilet), antibiotik topikal, serta evaluasi untuk kemungkinan tindakan timpanoplasti (rekonstruksi membran timpani).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi terkait paparan lingkungan kerja yang berdebu dan penggunaan earphone dengan volume tinggi.
Penjelasan SDKI:
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan pertumbuhan organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Paparan lingkungan yang tidak sehat, penggunaan alat kesehatan yang tidak steril.
- Gejala dan Tanda: Tanda gejala infeksi seperti demam, nyeri, kemerahan, pembengkakan.
Penjelasan SLKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Lingkungan, Pemberian Edukasi Kesehatan, Perawatan Luka.
- Kriteria Hasil: Tidak ada tanda infeksi, pengetahuan pasien tentang pencegahan infeksi meningkat.
Penjelasan SIKI:
- Diagnosa Medis terkait: Otitis Media Kronis
- Intervensi Utama: Manajemen Infeksi, Manajemen Lingkungan, Edukasi Kesehatan.
- Evaluasi: Tidak ada tanda infeksi, tidak ada peningkatan infeksi.
2. Gangguan Pendengaran terkait perforasi membran timpani dan efusi di telinga kiri.
Penjelasan SDKI:
- Definisi: Penurunan kemampuan mendengar yang terjadi karena gangguan pada telinga.
- Faktor Risiko: Perforasi membran timpani, efusi di telinga.
- Gejala dan Tanda: Penurunan kemampuan mendengar, pembicaraan tidak jelas.
Penjelasan SLKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Sensori, Perawatan Telinga, Edukasi Kesehatan.
- Kriteria Hasil: Kemampuan mendengar membaik, pasien mampu berkomunikasi dengan baik.
Penjelasan SIKI:
- Diagnosa Medis terkait: Otitis Media Kronis
- Intervensi Utama: Manajemen Sensori, Perawatan Telinga, Edukasi Kesehatan.
- Evaluasi: Kemampuan mendengar membaik, tidak ada keluhan gangguan pendengaran.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan utama adalah Risiko Infeksi dan Gangguan Pendengaran yang terkait dengan kondisi Otitis Media Kronis yang dialami pasien. Perawatan keperawatan yang perlu dilakukan adalah manajemen lingkungan, perawatan telinga, edukasi kesehatan, dan pemantauan perkembangan pasien. -
Article No. 13732 | 11 Mar 2025
Klinis : badan lemes sekitar 1 mgg, mual (+), muntah (+), demam (-) sesak (-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sesuai dengan gejala yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi aktivitas pasien.
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yakni badan lemas, mual, dan muntah yang berlangsung selama 1 minggu, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik pasien yang menurun, sehingga aktivitas sehari-hari terganggu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Memantau tanda-tanda vital
- Mengatur aktivitas dan istirahat pasien
- Memberikan dukungan emosional
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan kondisi medis.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya dan kembali beraktivitas sesuai dengan kemampuannya. -
Article No. 13733 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluh badan masih agak lemes, sesak agak berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda jelaskan, yaitu mengeluh badan masih agak lemes, sesak agak berkurang, maka terdapat beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan, antara lain:
1. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
a. Kelelahan (Fatigue)
- Definisi: Pengalaman subyektif akan kurangnya energi dan kapasitas yang menurun untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang biasa dilakukan.
- Karakteristik Definisi: Melaporkan perasaan lelah, kurang energi, mudah lelah saat aktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Pemulihan Energi
- Definisi: Kemampuan untuk memulihkan dan mempertahankan energi yang cukup untuk aktivitas sehari-hari.
- Kriteria Hasil: Klien melaporkan peningkatan energi, klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
3. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Energi
- Definisi: Bantuan untuk mengatur penggunaan energi secara efisien dan efektif.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi faktor yang mempengaruhi energi, ajarkan teknik konservasi energi, monitoring tanda-tanda vital, dll.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami kondisi kelelahan (fatigue) yang ditandai dengan badan masih agak lemas. Tujuan keperawatan adalah memulihkan energi pasien (Pemulihan Energi) melalui intervensi Manajemen Energi, seperti mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi energi, mengajarkan teknik konservasi energi, dan memonitor tanda-tanda vital.
Diharapkan dengan intervensi tersebut, pasien dapat meningkatkan energinya dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan ini berpedoman pada standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 13734 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluh badan masih agak lemes, sesak agak berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien mengeluh badan masih agak lemas, sesak agak berkurang, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi ventilasi paru-paru yang efektif.
2. Kelelahan
- SDKI: Sensasi yang menetap dari kekurangan energi fisik dan/atau mental.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk mengelola kelelahan.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi pemulihan energi.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- Pasien mengeluh sesak napas yang berkurang, menandakan adanya ketidakefektifan pola napas.
- Intervensi keperawatan diarahkan untuk memfasilitasi ventilasi paru-paru yang efektif, misalnya dengan latihan pernapasan, pengaturan posisi, dan pemberian oksigen jika diperlukan.
- Tujuan adalah meningkatkan kemampuan pasien untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
2. Kelelahan
- Pasien mengeluh badan masih agak lemas, menandakan adanya kelelahan.
- Intervensi keperawatan diarahkan untuk memfasilitasi pemulihan energi pasien, misalnya dengan manajemen aktivitas, istirahat yang cukup, dan nutrisi yang adekuat.
- Tujuan adalah meningkatkan kemampuan pasien untuk mengelola kelelahan yang dialami.
Diharapkan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI di atas dapat membantu Anda dalam memahami kondisi pasien dan intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 13735 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluh badan masih agak lemes, sesak sudah agak berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Kriteria diagnostik antara lain: merasa mudah lelah, sesak napas, dan kelemahan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Toleransi Aktivitas Meningkat, yang ditandai dengan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Energi, Peningkatan Mobilitas, dan Manajemen Kelelahan.
- Tujuannya adalah membantu pasien mengelola energinya, meningkatkan kemampuan mobilitas, dan mengatasi kelelahan sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal.
Dalam konteks pasien yang Anda gambarkan, yaitu mengeluh badan masih agak lemas dan sesak sudah agak berkurang, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas. Perawat dapat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI untuk merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 13736 | 11 Mar 2025
Klinis : Nyeri dada
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "Nyeri dada" sesuai dengan format yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R07.4
- Deskripsi: Nyeri dada, tidak terdiagnosis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.52
- Deskripsi: Elektrokardiografi [EKG], rutin
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R07.4 (Nyeri dada, tidak terdiagnosis) digunakan untuk mengkodekan keluhan umum berupa nyeri di area dada, di mana penyebabnya belum dapat ditentukan atau didiagnosis secara spesifik. Kode ini digunakan saat pasien datang dengan keluhan nyeri dada, tetapi belum dapat ditentukan asal dan penyebabnya secara jelas.
2. Kode ICD-9-CM 89.52 (Elektrokardiografi [EKG], rutin) digunakan untuk mengkodekan tindakan pemeriksaan elektrokardiografi yang dilakukan sebagai bagian dari evaluasi dan diagnosis awal pada pasien dengan keluhan nyeri dada. EKG merupakan prosedur diagnostik yang umum dilakukan untuk menilai aktivitas listrik jantung dan membantu mengidentifikasi penyebab nyeri dada.
Dengan kode-kode ini, tenaga medis dapat dengan mudah mengidentifikasi dan mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan keluhan nyeri dada. -
Article No. 13737 | 11 Mar 2025
Klinis : Pusing, Hb 6
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R42
- Deskripsi: Pusing (vertigo)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.02
- Deskripsi: Pemberian transfusi darah
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R42 (Pusing/Vertigo):
- Kode R42 dalam Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait Revisi Kesepuluh (ICD-10) digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi pusing atau vertigo.
- Pusing atau vertigo merupakan suatu kondisi di mana pasien merasakan sensasi gerakan atau berputar, baik dirinya atau lingkungannya, tanpa adanya pergerakan yang sebenarnya.
- Pusing dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada sistem vestibular, masalah neurologis, efek samping obat, atau kondisi medis lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 99.02 (Pemberian Transfusi Darah):
- Kode 99.02 dalam Klasifikasi Internasional Penyakit, Revisi Kesembilan, Modifikasi Klinis (ICD-9-CM) digunakan untuk mengklasifikasikan tindakan pemberian transfusi darah.
- Pemberian transfusi darah dilakukan untuk mengatasi kondisi anemia yang parah, di mana kadar hemoglobin (Hb) pasien sangat rendah, yaitu 6 g/dL dalam kasus ini.
- Transfusi darah bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan memperbaiki kondisi pasien yang mengalami anemia.
Dengan demikian, kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi pusing dengan Hb 6 g/dL adalah R42, dan kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 99.02 untuk pemberian transfusi darah. -
Article No. 13738 | 11 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri di perut bagian atas sebelah kiri, mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Faktor yang Berhubungan:
- Agen pencedera fisik (misalnya, penyakit, cedera)
Tanda dan Gejala:
- Pasien mengeluh nyeri di perut bagian atas sebelah kiri
- Pasien mual
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
2. Observasi Tanda-tanda Vital
3. Edukasi Kesehatan
Hasil yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Pasien tampak relaks dan nyaman
Dokumentasi Keperawatan (SDKI):
1. Tingkat nyeri
2. Lokasi nyeri
3. Durasi nyeri
4. Karakteristik nyeri
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan nyeri di perut bagian atas sebelah kiri dan mual, yang mengarah pada diagnosa keperawatan Nyeri Akut. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri, Observasi Tanda-tanda Vital, dan Edukasi Kesehatan. Hasil yang diharapkan adalah pasien melaporkan nyeri berkurang dan tampak relaks serta nyaman. Dokumentasi keperawatan yang perlu dilakukan adalah mencatat tingkat nyeri, lokasi nyeri, durasi nyeri, dan karakteristik nyeri. -
Article No. 13739 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi sendi dan jaringan akibat Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
SDKI:
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI:
Tujuan Keperawatan: Pasien melaporkan nyeri terkontrol dalam 2-3 hari.
Kriteria Hasil: Pasien melaporkan penurunan skala nyeri, pasien mendemonstrasikan manajemen nyeri yang efektif.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus)
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Lakukan teknik non-farmakologis (kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi, musik terapeutik)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan otot akibat SLE
SDKI:
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
SLKI:
Tujuan Keperawatan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih dalam 3-5 hari.
Kriteria Hasil: Pasien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas, pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas dan kemampuan fungsional pasien
- Berikan edukasi dan latihan aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien
- Bantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk program rehabilitasi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat SLE dan penggunaan imunosupresan
SDKI:
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan selular.
SLKI:
Tujuan Keperawatan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan.
Kriteria Hasil: Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai dalam batas normal.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian faktor risiko infeksi
- Berikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan perilaku hidup bersih
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian profilaksis antibiotik, jika perlu
- Pantau tanda-tanda infeksi dan segera laporkan jika ditemukan
Dengan pemahaman mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam menangani pasien dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE).