Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13720 | 11 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun, dirawat di ruang perawatan bedah karena pasca apendiktomi. Hasil pengkajian : mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.diagnosis dan perencanaan keperawatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (pasca apendiktomi) sebagaimana ditandai dengan keluhan nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, serta nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan melaporkan penurunan nyeri dari skala 7 menjadi skala 3 atau kurang dalam waktu 2 hari.
2. Pasien akan mampu mengenali dan menerapkan teknik pengelolaan nyeri secara mandiri dalam waktu 1 hari.
3. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal dalam waktu 2 hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan skala nyeri.
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi, seperti napas dalam dan distraksi, untuk mengelola nyeri.
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan posisi yang nyaman saat beristirahat dan bergerak.
5. Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala untuk mendeteksi adanya perubahan.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk memastikan pengelolaan nyeri yang komprehensif.
7. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan:
1. Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" dirumuskan berdasarkan keluhan dan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh pasien, yaitu nyeri pada abdomen kanan bawah dengan karakteristik seperti diremas-remas, skala nyeri 7, dan nyeri yang bertambah saat digerakkan.
2. Luaran/output yang diharapkan meliputi penurunan nyeri, kemampuan pasien dalam mengelola nyeri secara mandiri, dan stabilitas tanda-tanda vital. Hal ini sejalan dengan tujuan utama pengelolaan nyeri, yaitu mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, dan memastikan stabilitas kondisi pasien.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik, edukasi teknik relaksasi, pengaturan posisi yang nyaman, pemantauan tanda-tanda vital, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, dan memastikan kondisi pasien tetap stabil.
Diharapkan, dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai, pasien dapat memperoleh pengelolaan nyeri yang efektif dan mencapai hasil yang optimal dalam proses pemulihan pasca apendiktomi. -
Article No. 13721 | 11 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun, dirawat di ruang perawatan bedah karena pasca apendiktomi. Hasil pengkajian : mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik Definisi:
1. Mengeluh nyeri atau rasa tidak nyaman
2. Ekspresi wajah menunjukkan rasa nyeri
3. Perilaku/gerakan protektif untuk menghindari nyeri
4. Perubahan tanda-tanda vital
5. Menggigil atau tremor
6. Diaphoresis
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengontrol pengalaman nyeri.
Indikator:
a. Melaporkan nyeri terkontrol
b. Menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri
c. Melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi
d. Tidur yang cukup
2. Pemulihan Pasca Operasi
Definisi: Pemulihan dan pemulihan kembali ke status fungsional sebelum pembedahan.
Indikator:
a. Mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal
b. Mobilisasi sesuai rencana
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada lokasi insisi
d. Asupan nutrisi adekuat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri
- Berikan analgesik sesuai resep dokter
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi es/kompres hangat
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Perawatan Luka Operasi
- Lakukan observasi dan pemantauan kondisi luka operasi secara berkala
- Lakukan perawatan luka sesuai prosedur aseptik
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka operasi di rumah
- Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi lainnya
3. Perawatan Perioperatif
- Lakukan mobilisasi dini sesuai toleransi pasien
- Pantau tanda-tanda vital dan intake/output cairan
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan pasien
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pemulihan pasca operasi
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami nyeri abdomen pasca apendiktomi, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut". Hal ini didasarkan pada keluhan nyeri yang dirasakan pasien, yaitu nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas dengan skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, serta nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Kontrol Nyeri dan Pemulihan Pasca Operasi. Kontrol Nyeri dimaksudkan agar pasien dapat melaporkan nyeri yang terkontrol, menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri, melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi, serta memperoleh tidur yang cukup. Pemulihan Pasca Operasi bertujuan agar pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal, melakukan mobilisasi sesuai rencana, tidak ada tanda-tanda infeksi pada lokasi insisi, serta memiliki asupan nutrisi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) mencakup Manajemen Nyeri, Perawatan Luka Operasi, dan Perawatan Perioperatif. Manajemen Nyeri meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, pemberian analgesik sesuai resep dokter, serta pengajaran teknik manajemen nyeri non-farmakologis. Perawatan Luka Operasi fokus pada observasi dan pemantauan kondisi luka, perawatan luka sesuai prosedur aseptik, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Perawatan Perioperatif mencakup mobilisasi dini, pemantauan tanda-tanda vital dan intake/output cairan, pemberian nutrisi yang sesuai, serta edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pemulihan pasca operasi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri yang efektif dan pemulihan pasca operasi yang optimal. -
Article No. 13722 | 11 Mar 2025
Klinis : Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan menelan makanan dan mencerna makanan, serta mengabsorbsi nutrien. d.d penurunan berat badan, nafsu makan menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah keadaan di mana asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakmampuan menelan makanan, mencerna makanan, dan mengabsorbsi nutrien, yang ditandai dengan penurunan berat badan dan nafsu makan yang menurun.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam menangani kasus ini, perawat dapat menggunakan luaran keperawatan seperti Status Nutrisi: Adekuat, Berat Badan: Sesuai, dan Fungsi Gastrointestinal: Optimal. Tujuannya adalah untuk memastikan pasien memperoleh asupan nutrisi yang adekuat, mempertahankan berat badan yang sesuai, dan memiliki fungsi gastrointestinal yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diterapkan meliputi Manajemen Nutrisi, Manajemen Intake Nutrisi, dan Manajemen Masalah Intoleransi Makanan. Tindakan ini bertujuan untuk memastikan pasien mendapatkan nutrisi yang sesuai, memantau dan mengevaluasi asupan nutrisi, serta mengatasi masalah yang menyebabkan intoleransi terhadap makanan.
Dengan menggunakan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada pasien. -
Article No. 13723 | 11 Mar 2025
Klinis : Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan menelan makanan dan mencerna makanan, serta mengabsorbsi nutrien. d.d penurunan berat badan, nafsu makan menurun
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E44.0
- Deskripsi: Defisit nutrisi sedang
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.6
- Deskripsi: Pemberian nutrisi parenteral
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E44.0 (Defisit nutrisi sedang) sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu "Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan menelan makanan dan mencerna makanan, serta mengabsorbsi nutrien. d.d penurunan berat badan, nafsu makan menurun". Hal ini menunjukkan adanya kekurangan nutrisi yang signifikan, tetapi tidak hingga kondisi malnutrisi berat.
2. Kode ICD-9-CM 96.6 (Pemberian nutrisi parenteral) dapat dipertimbangkan jika pasien memerlukan intervensi medis berupa pemberian nutrisi melalui jalur intravena atau parenteral. Ini dapat dilakukan jika pasien mengalami kesulitan dalam menelan, mencerna, atau menyerap nutrisi melalui saluran pencernaan.
Dalam praktik klinis, diagnosis dan tindakan medis yang tepat harus ditentukan oleh dokter berdasarkan penilaian komprehensif atas kondisi pasien, gejala, dan hasil pemeriksaan yang dilakukan. -
Article No. 13724 | 11 Mar 2025
Klinis : Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan menelan makanan dan mencerna makanan, serta mengabsorbsi nutrien. d.d penurunan berat badan, nafsu makan menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi:
Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi:
1. Penurunan berat badan
2. Nafsu makan menurun
3. Kesulitan menelan makanan
4. Kesulitan mencerna makanan
5. Kesulitan mengabsorbsi nutrien
Faktor Berhubungan:
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Status Gizi: Berat Badan
Kriteria Hasil:
a. Pasien mencapai/mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
b. Pasien menunjukkan pola pertumbuhan yang sesuai.
c. Pasien menunjukkan komposisi tubuh yang seimbang.
2. Status Gizi: Asupan Makanan
Kriteria Hasil:
a. Pasien mengonsumsi makanan dan cairan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sesuai usia dan kondisi.
b. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi.
c. Pasien mampu menelan, mencerna, dan mengabsorbsi makanan dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
a. Kaji status nutrisi pasien, termasuk berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan riwayat asupan nutrisi.
b. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi status nutrisi pasien, seperti kesulitan menelan, mencerna, atau mengabsorbsi nutrisi.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi pasien dan merencanakan intervensi nutrisi yang tepat.
d. Berikan makanan/suplemen yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi pasien.
e. Pantau asupan dan output nutrisi pasien secara berkala.
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat dan strategi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
2. Manajemen Disfagia
a. Kaji kemampuan pasien dalam menelan makanan dan cairan.
b. Identifikasi penyebab disfagia, seperti gangguan neurologis atau struktural.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi dan terapis wicara untuk menentukan intervensi yang tepat, seperti modifikasi tekstur makanan atau teknik menelan.
d. Berikan makanan/cairan dengan konsistensi yang sesuai untuk memfasilitasi proses menelan.
e. Ajarkan pasien dan keluarga teknik menelan yang benar.
f. Pantau dan dokumentasi kemajuan pasien dalam menelan makanan dan cairan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya. Karakteristik definisi yang disebutkan, seperti penurunan berat badan, nafsu makan menurun, kesulitan menelan, mencerna, dan mengabsorbsi nutrisi, menunjukkan adanya faktor-faktor yang berkontribusi terhadap defisit nutrisi pada pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup dua aspek utama: 1) Status Gizi: Berat Badan, dan 2) Status Gizi: Asupan Makanan. Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai/mempertahankan berat badan yang sesuai, menunjukkan pola pertumbuhan yang baik, serta mampu mengonsumsi makanan dan cairan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) terdiri dari dua intervensi utama: 1) Manajemen Nutrisi, dan 2) Manajemen Disfagia. Intervensi Manajemen Nutrisi berfokus pada pengkajian status nutrisi, identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi, kolaborasi dengan ahli gizi, pemberian makanan/suplemen yang sesuai, pemantauan asupan dan output, serta edukasi pasien dan keluarga. Intervensi Manajemen Disfagia berfokus pada pengkajian kemampuan menelan, identifikasi penyebab disfagia, kolaborasi dengan ahli gizi dan terapis wicara, pemberian makanan/cairan dengan konsistensi yang sesuai, pelatihan teknik menelan, serta pemantauan dan dokumentasi kemajuan pasien.
Penerapan intervensi ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai status gizi yang optimal, meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat, dan mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan defisit nutrisi, sehingga membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13725 | 11 Mar 2025
Klinis : An. A, seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang merupakan terakhir dari tiga bersaudara. Pasien tinggal di lingkungan XVI Lorong Jaya, Mabar, Medan Deli. Pada tanggal 2 Maret 2021, pasien masuk rumah sakit karena dirinya merasa tidak berguna dan sering berpikir mengenai hal-hal negatif pada diri sendiri sejak 7 bulan yang lalu. Pasien sempat marah-marah kepada orang tuanya saat pertama kali masuk rumah sakit. Pasien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya, pasien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya yang tidak ada cacat, namun ketika pasien mengalami peristiwa hilangnya penglihatan, pasien sempat marah dan menangis terus menerus di kamar, pasien juga mengatakan "Aku tidak bisa apa-apa" dan menolak diajak berbicara maupun berinteraksi dengan orang lain karena malu dengan kondisi fisiknya. Pasien mengatakan hanya bisa merepotkan orang lain dan tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri. Keluarga mengatakan pasien tidak pernah sempat mengikuti kegiatan kelompok lingkungan rumah karena tidak mudah akrab dengan orang yang tidak dikenal, pasien pun jarang beribadah ke gereja setempat. Keluarga mengatakan pasien sempat dibawa ke dukun namun tidak ada perubahan sehingga pasien dibawa ke rumah sakit jiwa. Selama perawatan di rumah sakit, pasien masih suka termenung, namun tetap mau minum obatnya dan mengatakan ingin cepat sembuh. Pasien merasa ingin selalu sendirian karena merasa tidak aman di tempat umum, sehingga pasien sering merenung dan termenung. Dari hasil pemeriksaan didapatkan TD = 110/80 mmhg, n = 80x/m = 36,5°C, RR = 22x/i, BB 4 = 42 kg TB = 136 cm. Pasien tampak berjalan menunduk, lesu dan tidak bergairah selalu berbicara pelan dan lirih, selalu menunduk jika sedang berinteraksi dengan orang lain. Pasien tanpak kurang rapi dalam berpakaian. Pasien kooperatif dan mampu menjawab pertanyaan perawat walaupun lambat dan tidak jelas namun masih dapat dipahami. Pasien mengatakan bisa beraktivitas sehari-hari dengan menggunakan alat bantu. Pasien merasa sedih jika ditinggal di rumah sendirian. Pasien tidak mengalami gangguan isi pikir dan tidak ada waham Pasien tidak mengalami fobia, obsesi, ataupun depersonalisasi, tidak mengalami gangguan orientasi. Pasien mampu menceritakan kejadian di masa lalu, berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana, dan mampu melakukan penilaian. Pasien mengatakan mengetahui bahwa dia sedang sakit, namun pasien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan jiwa dan obat penyembuhnya. isikan sesuai format di atas harus lengkap
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Harga Diri Rendah Situasional
2. Isolasi Sosial
3. Koping Individu Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Harga Diri Rendah Situasional
SDKI: Penilaian negatif seseorang terhadap dirinya sendiri atau kemampuannya yang bersifat sementara atau tergantung situasi
SLKI: Peningkatan Harga Diri
SIKI: Intervensi untuk membantu klien meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya dan kemampuannya yang bersifat situasional.
2. Isolasi Sosial
SDKI: Pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara emosional maupun fisik
SLKI: Peningkatan Sosialisasi
SIKI: Intervensi untuk membantu klien meningkatkan hubungan dan interaksi sosial yang efektif.
3. Koping Individu Tidak Efektif
SDKI: Ketidakmampuan seseorang untuk mengatur atau mengatasi stresor atau perubahan dalam hidupnya
SLKI: Peningkatan Koping
SIKI: Intervensi untuk membantu klien meningkatkan kemampuan dalam mengatur atau mengatasi stresor dan perubahan yang terjadi.
Berdasarkan kondisi pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Harga Diri Rendah Situasional, Isolasi Sosial, dan Koping Individu Tidak Efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya, meningkatkan interaksi dan hubungan sosial, serta meningkatkan kemampuan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. -
Article No. 13726 | 11 Mar 2025
Klinis : Nyeri kepala
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta untuk kondisi "Nyeri Kepala":
1. Kode ICD-10:
- Kode: G44.209
- Deskripsi: Nyeri kepala tak tergolongkan lainnya, tidak spesifik
Penjelasan:
Kode ICD-10 G44.209 digunakan untuk menggambarkan kondisi nyeri kepala yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang lebih spesifik. Ini merupakan kategori umum untuk nyeri kepala yang tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis yang lebih terperinci, seperti migrain, cluster headache, atau nyeri kepala tipe ketegangan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.17
- Deskripsi: Tomografi komputer kepala tanpa bahan kontras
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 89.17 dapat digunakan untuk tindakan pencitraan radiologi, yaitu Tomografi Komputer (CT) kepala tanpa penggunaan bahan kontras. Prosedur ini dapat dilakukan untuk mengevaluasi penyebab nyeri kepala dan menyingkirkan kemungkinan adanya kondisi patologis yang mendasarinya, seperti tumor, perdarahan intrakranial, atau kelainan struktural lainnya. -
Article No. 13727 | 11 Mar 2025
Klinis : Nyeri kepala
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Nyeri Kepala
1. Kode ICD-10:
- Kode: G44.- (Migren dan sindrom sakit kepala lainnya)
- Deskripsi: Nyeri kepala merupakan salah satu gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis. Kode ICD-10 yang sesuai untuk nyeri kepala adalah G44.-, yang mencakup migren dan sindrom sakit kepala lainnya. Diagnosis yang lebih spesifik dapat ditentukan berdasarkan karakteristik nyeri kepala, penyebab, durasi, dan gejala menyertanya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak Ada
- Deskripsi: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk nyeri kepala, karena ini merupakan gejala dan diagnosis, bukan tindakan medis. Penanganan nyeri kepala dapat melibatkan berbagai jenis intervensi, seperti pemberian obat-obatan, terapi fisik, atau tindakan diagnostik untuk menentukan penyebabnya, tetapi tidak ada kode prosedur yang secara khusus terkait dengan nyeri kepala.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan menggunakan kode ICD-10 yang sesuai untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan kondisi nyeri kepala pasien, serta menggunakan kode prosedur ICD-9-CM jika diperlukan tindakan medis spesifik untuk menangani atau menyelidiki penyebab nyeri kepala. -
Article No. 13728 | 11 Mar 2025
Klinis : Pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pusing.
Diagnosa Keperawatan:
Pusing (Dizziness)
Definisi:
Pusing adalah sensasi tidak nyaman yang dirasakan oleh pasien, seperti rasa berputar, tidak seimbang, atau ketidakmampuan mempertahankan posisi tubuh.
SDKI:
Pusing dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti gangguan sistem saraf, masalah kardiovaskular, atau kondisi lainnya. Diagnosa keperawatan ini berfokus pada pengkajian gejala pusing yang dialami oleh pasien, seperti durasi, frekuensi, faktor pencetus, dan dampaknya terhadap aktivitas sehari-hari.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari penatalaksanaan pusing adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan dan mengendalikan gejala pusing. Indikator keberhasilan dapat berupa pasien dapat berjalan dengan stabil, tidak jatuh, dan melaporkan penurunan sensasi pusing.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi pusing antara lain:
1. Manajemen lingkungan: menjaga lingkungan agar aman dan nyaman bagi pasien.
2. Manajemen aktivitas: mengatur aktivitas pasien agar tidak membebani.
3. Manajemen nutrisi: memastikan asupan nutrisi dan cairan yang cukup.
4. Edukasi kesehatan: memberikan informasi terkait penyebab, gejala, dan penanganan pusing.
5. Terapi komplementer: seperti relaksasi, terapi posisi, atau stimulasi sensorik.
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, perawat dapat membantu pasien mengatasi pusing dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 13729 | 11 Mar 2025
Klinis : Pusing, panas, mencre lendir dan darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Suhu Tubuh berhubungan dengan Infeksi Saluran Pencernaan
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala panas yang menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh, serta diare berlendir dan berdarah yang menunjukkan adanya infeksi pada saluran pencernaan. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan suhu tubuh.
2. Diare berhubungan dengan Infeksi Saluran Pencernaan
Penjelasan:
Diare dengan lendir dan darah merupakan gejala yang menunjukkan adanya infeksi pada saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan diare sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen infeksi.
3. Nyeri Kepala berhubungan dengan Infeksi Saluran Pencernaan
Penjelasan:
Pusing yang dirasakan pasien dapat merupakan gejala dari nyeri kepala yang terkait dengan infeksi saluran pencernaan. Infeksi dapat menyebabkan peradangan dan meningkatkan tekanan intrakranial, sehingga menimbulkan rasa pusing atau nyeri kepala.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu praktik keperawatan di Indonesia. Standar-standar ini dikembangkan berdasarkan bukti ilmiah dan konsensus para pakar keperawatan di Indonesia.