Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13710 | 11 Mar 2025
Klinis : 1. BB bayi 1.100 gram 2. Hemoglobin: 14,9% 3. Leukosit: 3x 103mm3 4. Hematokrit: 43% 5. GDS: 184 Mg/dI 6. Trombosit: 179x103mm3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan Berat Badan Bayi Rendah.
Bayi dengan berat badan 1.100 gram termasuk kategori bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini dapat menyebabkan risiko gangguan perfusi jaringan, seperti masalah pada sistem kardiovaskular, respirasi, dan metabolisme.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Perfusi Jaringan: Kardiovaskular, Hipersirkulasi Paru, dan Hipoksia Neonatal Terkendali.
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan kondisi bayi dapat stabil, tidak ada tanda-tanda hipoperfusi jaringan (kardiovaskular, respirasi, dan metabolik), dan tidak terjadi komplikasi lain terkait BBLR.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Monitoring Tanda Vital: Pantau tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu secara teratur untuk mendeteksi perubahan kondisi bayi.
b. Manajemen Cairan: Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan yang adekuat.
c. Pemberian Oksigen: Berikan oksigen sesuai kebutuhan bayi untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
d. Perawatan Thermoregulasi: Jaga suhu lingkungan inkubator dan pakaian bayi untuk mencegah hipotermi atau hipertermi.
e. Manajemen Nutrisi: Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan bayi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan.
f. Pemantauan Laboratorium: Pantau hasil laboratorium (hemoglobin, leukosit, hematokrit, gula darah, dan trombosit) secara berkala untuk mendeteksi adanya komplikasi atau perbaikan kondisi.
g. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan profesi kesehatan lain untuk memastikan penatalaksanaan yang komprehensif.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Bayi dengan berat badan 1.100 gram termasuk kategori BBLR, yang dapat menyebabkan risiko gangguan perfusi jaringan. Hal ini perlu dipantau dan diatasi dengan intervensi keperawatan yang sesuai.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI): Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi bayi dapat stabil, tidak ada tanda-tanda hipoperfusi jaringan (kardiovaskular, respirasi, dan metabolik), dan tidak terjadi komplikasi lain terkait BBLR.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI): Berbagai intervensi keperawatan diperlukan untuk memantau, mengelola, dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi BBLR, seperti pemantauan tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, pemberian oksigen, perawatan thermoregulasi, manajemen nutrisi, pemantauan laboratorium, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Secara keseluruhan, pendekatan keperawatan yang komprehensif dan terintegrasi sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada bayi BBLR. -
Article No. 13711 | 11 Mar 2025
Klinis : 1. BB bayi 1.100 gram 2. Hemoglobin: 14,9% 3. Leukosit: 3x 103mm3 4. Hematokrit: 43% 5. GDS: 184 Mg/dI 6. Trombosit: 179x103mm3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
- Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Perifer adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami gangguan dalam pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Perfusi Jaringan Perifer: Adekuat adalah keadaan di mana jaringan perifer menerima oksigen dan nutrisi yang cukup untuk fungsi normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Perfusi Jaringan, Pemantauan Tanda-tanda Vital, Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah.
2. Diagnosa Keperawatan:
- Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Trombositopenia
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Perdarahan adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan.
- SLKI: Perdarahan Terkendali adalah keadaan di mana perdarahan dapat dihentikan dan distabilkan.
- SIKI: Manajemen Perdarahan, Pemantauan Tanda-tanda Vital, Pemberian Produk Darah.
3. Diagnosa Keperawatan:
- Risiko Hiperglikemia Berhubungan dengan Stres Fisiologis
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Hiperglikemia adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami peningkatan kadar glukosa darah.
- SLKI: Kadar Glukosa Darah Terkendali adalah keadaan di mana kadar glukosa darah berada dalam rentang normal.
- SIKI: Manajemen Glukosa Darah, Pemantauan Kadar Glukosa Darah, Edukasi Manajemen Diabetes.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan standart SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keamanan dalam praktik keperawatan. -
Article No. 13712 | 11 Mar 2025
Klinis : BB bayi 1.100 gram, leukosit 3x103mm3 dan trombosit 179x103mm3.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu berat badan bayi 1.100 gram, leukosit 3x103mm3 dan trombosit 179x103mm3, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan berat badan lahir rendah, ditandai dengan frekuensi napas <40 x/menit, penggunaan otot bantu pernapasan, dan saturasi oksigen <95%.
Penjelasan:
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko tinggi mengalami masalah pernapasan. Hal ini disebabkan oleh ketidakmatangan sistem pernapasan, sistem saraf pusat, dan otot-otot pernapasan. Kondisi ini dapat menyebabkan pola napas yang tidak efektif, seperti penurunan frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dan penurunan saturasi oksigen.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan sistem imunitas yang belum matang, ditandai dengan jumlah leukosit <4x103mm3 dan trombosit <150x103mm3.
Penjelasan:
Bayi BBLR memiliki sistem imunitas yang belum matang, yang ditandai dengan jumlah leukosit dan trombosit yang rendah. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya infeksi, sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan dan penanganan yang tepat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola napas efektif, ditandai dengan frekuensi napas 40-60 x/menit, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, dan saturasi oksigen ≥95%.
Penjelasan:
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah bayi dapat mempertahankan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam batas normal, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, dan mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
2. Tidak terjadi infeksi, ditandai dengan jumlah leukosit 4-10x103mm3 dan trombosit 150-400x103mm3.
Penjelasan:
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah bayi dapat terhindar dari infeksi, dengan jumlah leukosit dan trombosit yang berada dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Untuk mencapai luaran "Pola napas efektif":
a. Pantau tanda-tanda vital (frekuensi napas, saturasi oksigen) secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen ≥95%.
c. Lakukan perawatan inkubator (suhu, kelembaban, ventilasi) untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.
d. Berikan posisi yang nyaman dan mendukung fungsi pernapasan.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk pemberian terapi tambahan, jika diperlukan.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran "Pola napas efektif" adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, perawatan inkubator, pemberian posisi yang nyaman, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mendukung fungsi pernapasan bayi.
2. Untuk mencapai luaran "Tidak terjadi infeksi":
a. Pantau tanda-tanda infeksi (demam, hiperaktif, perubahan warna kulit) secara berkala.
b. Lakukan perawatan tali pusat dan higiene dengan teknik aseptik.
c. Berikan perawatan kulit yang lembut dan hindari kerusakan kulit.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk pemberian nutrisi dan terapi antibiotik, jika diperlukan.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran "Tidak terjadi infeksi" adalah pemantauan tanda-tanda infeksi, perawatan tali pusat dan higiene dengan teknik aseptik, perawatan kulit yang lembut, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian nutrisi dan terapi antibiotik, jika diperlukan.
Dengan demikian, saya telah memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) berdasarkan kondisi yang Anda berikan. Sebagai seorang perawat, saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 13713 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn. A berusia 35 thn merupakan kepala keluarga yang tinggal di daerah Wiyung, Surabaya dengan istrinya N.y L yang berusia 32 thn dan 1 anaknya An. S yang berusia 10 tahun dan sudah bersekolah di tingkat SD. Saat ini keluarga Tn. A berada di tahapan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Pekerjaan Tn. A adalah wiraswasta dan Ny. L merupakan ibu rumah tangga dengan status sosial menengah. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan oleh kelompok, Tn. A dan Ny. L tidak memiliki riwayat penyakit dan sedang berada dalam keadaan sehat, sedangkan terdapat masalah kesehatan yang sedang dialami oleh An. S, yaitu karies pada gigi. Gigi An. S terlihat kuning dan kotor. Ny. L mengatakan bahwa anaknya sangat suka makan makanan manis, seperti permen dan coklat, tetapi susah sekali untuk makan nasi dan sayur. Ny. L juga mengatakan bahwa An. S malas sikat gigi (satu kali dalam sehari), ketika ditanya An. S mengatakan tidak begitu suka sensasi rasa pasta gigi. An. S juga terlihat tidak begitu paham cara membersihkan dan merawat gigi dengan benar. Setelah mengetahui ada karies gigi pada An. S, keluarga langsung mencari informasi kepada dokter dan pelayanan kesehatan lainnya. Untuk saat ini, Tn. A dan Ny. L sedang membatasi An. S makan makanan manis dan akan mendampingi untuk menggosok gigi secara rutin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa kondisi kesehatan keluarga Tn. A berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Terdapat masalah kesehatan yang dialami oleh An. S, yaitu karies gigi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko karies gigi pada anak berhubungan dengan perilaku makan makanan manis dan buruknya perilaku kebersihan gigi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko karies gigi pada anak adalah kondisi ketika anak berisiko mengalami kerusakan struktur gigi yang disebabkan oleh bakteri dan asam dalam mulut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
2. Peningkatan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
3. Penurunan risiko karies gigi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut
2. Bimbingan perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut
3. Monitoring perkembangan kesehatan gigi dan mulut
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
2. Melatih perilaku menyikat gigi yang benar pada anak.
3. Memantau perkembangan kesehatan gigi anak secara berkala.
4. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam meningkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak. -
Article No. 13714 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn. A berusia 35 thn merupakan kepala keluarga yang tinggal di daerah Wiyung, Surabaya dengan istrinya N.y L yang berusia 32 thn dan 1 anaknya An. S yang berusia 10 tahun dan sudah bersekolah di tingkat SD. Saat ini keluarga Tn. A berada di tahapan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Pekerjaan Tn. A adalah wiraswasta dan Ny. L merupakan ibu rumah tangga dengan status sosial menengah. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan oleh kelompok, Tn. A dan Ny. L tidak memiliki riwayat penyakit dan sedang berada dalam keadaan sehat, sedangkan terdapat masalah kesehatan yang sedang dialami oleh An. S, yaitu karies pada gigi. Gigi An. S terlihat kuning dan kotor. Ny. L mengatakan bahwa anaknya sangat suka makan makanan manis, seperti permen dan coklat, tetapi susah sekali untuk makan nasi dan sayur. Ny. L juga mengatakan bahwa An. S malas sikat gigi (satu kali dalam sehari), ketika ditanya An. S mengatakan tidak begitu suka sensasi rasa pasta gigi. An. S juga terlihat tidak begitu paham cara membersihkan dan merawat gigi dengan benar. Setelah mengetahui ada karies gigi pada An. S, keluarga langsung mencari informasi kepada dokter dan pelayanan kesehatan lainnya. Untuk saat ini, Tn. A dan Ny. L sedang membatasi An. S makan makanan manis dan akan mendampingi untuk menggosok gigi secara rutin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Resiko Karies Gigi berhubungan dengan perilaku kebersihan gigi yang tidak memadai.
Karakteristik Definisi:
- Durasi dan frekuensi penyikatan gigi yang tidak cukup
- Kurangnya pemahaman tentang perawatan kesehatan gigi yang benar
- Konsumsi makanan manis yang berlebihan
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan kesehatan gigi yang benar.
Karakteristik Definisi:
- Klien/keluarga menunjukkan pemahaman yang kurang tentang perawatan gigi yang tepat
- Klien/keluarga menunjukkan perilaku kebersihan gigi yang tidak adekuat
- Klien/keluarga menunjukkan keyakinan yang salah tentang perawatan gigi
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Karies Gigi
- Klien/keluarga dapat mengurangi konsumsi makanan manis
- Klien/keluarga dapat menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi minimal 2 kali sehari dengan teknik yang benar
- Klien/keluarga dapat mengenali tanda-tanda karies gigi
2. Peningkatan Pengetahuan: Perawatan Kesehatan Gigi
- Klien/keluarga dapat menjelaskan cara menyikat gigi yang benar
- Klien/keluarga dapat menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan gigi
- Klien/keluarga dapat menjelaskan konsekuensi buruk yang dapat terjadi akibat karies gigi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Gigi
- Ajarkan klien/keluarga teknik menyikat gigi yang benar
- Anjurkan klien/keluarga untuk mengurangi konsumsi makanan manis
- Anjurkan klien/keluarga untuk menyikat gigi minimal 2 kali sehari
- Kolaborasi dengan dokter gigi untuk penanganan karies gigi
2. Edukasi Kesehatan
- Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi
- Berikan informasi tentang dampak buruk karies gigi
- Libatkan klien/keluarga dalam proses edukasi
- Evaluasi pemahaman klien/keluarga setelah edukasi
Melalui intervensi ini, diharapkan klien/keluarga dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku dalam menjaga kesehatan gigi, sehingga dapat mencegah dan mengendalikan karies gigi pada anak. -
Article No. 13715 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn. A berusia 35 thn merupakan kepala keluarga yang tinggal di daerah Wiyung, Surabaya dengan istrinya N.y L yang berusia 32 thn dan 1 anaknya An. S yang berusia 10 tahun dan sudah bersekolah di tingkat SD. Saat ini keluarga Tn. A berada di tahapan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Pekerjaan Tn. A adalah wiraswasta dan Ny. L merupakan ibu rumah tangga dengan status sosial menengah. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan oleh kelompok, Tn. A dan Ny. L tidak memiliki riwayat penyakit dan sedang berada dalam keadaan sehat, sedangkan terdapat masalah kesehatan yang sedang dialami oleh An. S, yaitu karies pada gigi. Gigi An. S terlihat kuning dan kotor. Ny. L mengatakan bahwa anaknya sangat suka makan makanan manis, seperti permen dan coklat, tetapi susah sekali untuk makan nasi dan sayur. Ny. L juga mengatakan bahwa An. S malas sikat gigi (satu kali dalam sehari), ketika ditanya An. S mengatakan tidak begitu suka sensasi rasa pasta gigi. An. S juga terlihat tidak begitu paham cara membersihkan dan merawat gigi dengan benar. Setelah mengetahui ada karies gigi pada An. S, keluarga langsung mencari informasi kepada dokter dan pelayanan kesehatan lainnya. Untuk saat ini, Tn. A dan Ny. L sedang membatasi An. S makan makanan manis dan akan mendampingi untuk menggosok gigi secara rutin.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: K02.9
- Deskripsi: Karies gigi, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 521.00
- Deskripsi: Karies gigi tanpa komplikasi
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien An. S, anak dari Tn. A dan Ny. L, mengalami karies gigi. Kode ICD-10 yang sesuai adalah K02.9 (Karies gigi, tidak spesifik), yang menggambarkan kondisi gigi dengan karies tanpa menyebutkan lokasi atau jenis karies secara spesifik.
Pada aspek tindakan medis, tidak disebutkan adanya prosedur atau tindakan medis yang dilakukan. Namun, dapat diidentifikasi kode ICD-9-CM 521.00 (Karies gigi tanpa komplikasi), yang sesuai dengan kondisi karies gigi yang dialami oleh An. S. Kode ini mencakup tindakan perawatan gigi dasar, seperti pembersihan atau penambalan gigi, yang mungkin dilakukan untuk mengatasi masalah karies pada pasien.
Perlu dicatat bahwa kode ICD-10 dan ICD-9-CM digunakan untuk tujuan dokumentasi dan penagihan layanan kesehatan. Dalam praktik klinis, diagnosis dan rencana perawatan akan ditentukan berdasarkan penilaian komprehensif oleh tenaga kesehatan profesional. -
Article No. 13716 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn. A berusia 35 thn merupakan kepala keluarga yang tinggal di daerah Wiyung, Surabaya dengan istrinya N.y L yang berusia 32 thn dan 1 anaknya An. S yang berusia 10 tahun dan sudah bersekolah di tingkat SD. Saat ini keluarga Tn. A berada di tahapan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Pekerjaan Tn. A adalah wiraswasta dan Ny. L merupakan ibu rumah tangga dengan status sosial menengah. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan oleh kelompok, Tn. A dan Ny. L tidak memiliki riwayat penyakit dan sedang berada dalam keadaan sehat, sedangkan terdapat masalah kesehatan yang sedang dialami oleh An. S, yaitu karies pada gigi. Gigi An. S terlihat kuning dan kotor. Ny. L mengatakan bahwa anaknya sangat suka makan makanan manis, seperti permen dan coklat, tetapi susah sekali untuk makan nasi dan sayur. Ny. L juga mengatakan bahwa An. S malas sikat gigi (satu kali dalam sehari), ketika ditanya An. S mengatakan tidak begitu suka sensasi rasa pasta gigi. An. S juga terlihat tidak begitu paham cara membersihkan dan merawat gigi dengan benar. Setelah mengetahui ada karies gigi pada An. S, keluarga langsung mencari informasi kepada dokter dan pelayanan kesehatan lainnya. Untuk saat ini, Tn. A dan Ny. L sedang membatasi An. S makan makanan manis dan akan mendampingi untuk menggosok gigi secara rutin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, dapat dinyatakan diagnosa keperawatan keluarga sebagai berikut:
1. Risiko Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Berhubungan dengan Ketidakpahaman Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut yang Benar.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut: Kemungkinan ketidakmampuan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut secara optimal.
- Berhubungan dengan: Ketidakpahaman cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang benar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak: Kemampuan anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut secara optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut: Pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
- Fasilitasi Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut: Bantuan untuk memfasilitasi anak dalam melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara rutin.
Dengan intervensi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan anak dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat mencegah terjadinya karies gigi. -
Article No. 13717 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn. A berusia 35 thn merupakan kepala keluarga yang tinggal di daerah Wiyung, Surabaya dengan istrinya N.y L yang berusia 32 thn dan 1 anaknya An. S yang berusia 10 tahun dan sudah bersekolah di tingkat SD. Saat ini keluarga Tn. A berada di tahapan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Pekerjaan Tn. A adalah wiraswasta dan Ny. L merupakan ibu rumah tangga dengan status sosial menengah. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan oleh kelompok, Tn. A dan Ny. L tidak memiliki riwayat penyakit dan sedang berada dalam keadaan sehat, sedangkan terdapat masalah kesehatan yang sedang dialami oleh An. S, yaitu karies pada gigi. Gigi An. S terlihat kuning dan kotor. Ny. L mengatakan bahwa anaknya sangat suka makan makanan manis, seperti permen dan coklat, tetapi susah sekali untuk makan nasi dan sayur. Ny. L juga mengatakan bahwa An. S malas sikat gigi (satu kali dalam sehari), ketika ditanya An. S mengatakan tidak begitu suka sensasi rasa pasta gigi. An. S juga terlihat tidak begitu paham cara membersihkan dan merawat gigi dengan benar. Setelah mengetahui ada karies gigi pada An. S, keluarga langsung mencari informasi kepada dokter dan pelayanan kesehatan lainnya. Untuk saat ini, Tn. A dan Ny. L sedang membatasi An. S makan makanan manis dan akan mendampingi untuk menggosok gigi secara rutin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. A, Ny. L, dan An. S:
1. Risiko Karies Gigi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut pada An. S.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut: Perilaku untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut sesuai dengan rekomendasi.
b. Pengetahuan: Tingkat pemahaman tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Edukasi tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan benar, termasuk frekuensi menyikat gigi, penggunaan pasta gigi yang tepat, dan pembatasan asupan makanan manis.
b. Latih An. S untuk melakukan teknik menyikat gigi yang tepat.
c. Libatkan Tn. A dan Ny. L untuk mendampingi dan memotivasi An. S dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut secara rutin.
d. Kolaborasi dengan dokter gigi untuk pemeriksaan dan perawatan gigi An. S.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan informasi yang diberikan, An. S mengalami masalah kesehatan berupa karies gigi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang baik, seperti frekuensi menyikat gigi yang kurang, penggunaan pasta gigi yang tidak disukai, dan konsumsi makanan manis yang berlebihan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Karies Gigi" yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut pada An. S.
Luaran yang diharapkan adalah peningkatan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan rekomendasi, serta peningkatan pengetahuan An. S tentang pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup edukasi tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik, latihan teknik menyikat gigi yang tepat, keterlibatan orang tua untuk memotivasi An. S, serta kolaborasi dengan dokter gigi untuk pemeriksaan dan perawatan gigi An. S. -
Article No. 13718 | 11 Mar 2025
Klinis : Luka di jari, kuku rusak terkena gear motor
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S61.0
- Deskripsi: Luka terbuka pada jari tangan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridemen luka, jaringan nekrotik atau mati pada jari tangan
Penjelasan:
Kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu luka di jari dengan kerusakan kuku yang disebabkan oleh terkena gear motor, dapat diklasifikasikan menggunakan kode ICD-10 S61.0 untuk luka terbuka pada jari tangan. Kode ini mencakup luka, potongan, robekan, dan luka tusuk pada jari tangan.
Jika diperlukan tindakan medis berupa debridemen atau pembersihan luka, termasuk penghilangan jaringan nekrotik atau mati, maka kode ICD-9-CM 86.22 dapat digunakan untuk prosedur tersebut. Kode ini mengacu pada tindakan pembersihan dan pembuangan jaringan mati atau rusak pada jari tangan.
Penggunaan kode-kode ini akan membantu dalam dokumentasi dan pelaporan medis yang akurat, serta memfasilitasi proses pengkodean, penagihan, dan analisis statistik terkait kondisi dan tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 13719 | 11 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata merah sudah 4 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan mata merah selama 4 hari:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan gejala infeksi mata
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas harian yang diinginkan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas
2. Manajemen Energi
3. Manajemen Infeksi
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan mata merah selama 4 hari kemungkinan mengalami infeksi mata yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas. Perawat perlu memberikan intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen aktivitas, manajemen energi, dan manajemen infeksi untuk membantu pasien mencapai toleransi aktivitas yang optimal.