Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21445 | 03 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan ada benjolan di anus sudah 1 tahun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu pasien datang dengan keluhan ada benjolan di anus sudah 1 tahun, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Fekal (00014)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Inkontinensia Fekal (00014)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran feses secara sukarela.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Defekasi (1616)
Definisi: Kemampuan untuk mengatur pengeluaran feses dengan cara yang tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Inkontinensia (4130)
Definisi: Upaya untuk mengelola inkontinensia (kehilangan kontrol) pada fungsi eliminasi.
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan ada benjolan di anus sudah 1 tahun, yang dapat mengarah pada diagnosa keperawatan Inkontinensia Fekal (00014). Inkontinensia Fekal adalah ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran feses secara sukarela. Tujuan keperawatan yang dapat ditetapkan adalah Kontrol Defekasi (1616), yaitu kemampuan untuk mengatur pengeluaran feses dengan cara yang tepat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Inkontinensia (4130), yaitu upaya untuk mengelola inkontinensia (kehilangan kontrol) pada fungsi eliminasi. -
Article No. 21446 | 03 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan ada benjolan di anus sudah 1 tahun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red0\green128\blue0;\red128\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan keluhan pasien mengenai benjolan di anus yang telah berlangsung selama 1 tahun, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
\cf2\ul Nyeri Akut\cf0\ulnone (Kode: 00132)\par
\b Definisi:\b0 Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan.\par
\b Faktor yang Berhubungan:\b0 Adanya benjolan di anus (kemungkinan terkait hemoroid, fisura, atau kondisi proktologis lainnya) yang menimbulkan ketidaknyamanan atau nyeri.\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\b0\par
\cf2\ul Kontrol Nyeri\cf0\ulnone (Kode: 1608)\par
\b Definisi:\b0 Kemampuan individu untuk mengelola dan mengurangi persepsi nyeri yang dialami.\par
\b Indikator Luaran:\par
- Melaporkan nyeri terkontrol (skala nyeri menurun).\par
- Demonstrasi teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.\par
- Penggunaan analgesik sesuai indikasi.\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\cf2\ul Manajemen Nyeri\cf0\ulnone (Kode: 1400)\par
\b Definisi:\b0 Tindakan keperawatan untuk meringankan atau mengurangi nyeri hingga tingkat yang dapat ditoleransi oleh pasien.\par
\b Aktivitas Intervensi:\par
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, intensitas, durasi, faktor pencetus).\par
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.\par
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep.\par
- Anjurkan posisi yang nyaman dan hindari tekanan pada area anus.\par
\cf3\b Catatan:\cf0\b0 Diagnosa ini bersifat umum dan didasarkan pada informasi terbatas. Anamnesis lebih lanjut dan pemeriksaan fisik diperlukan untuk konfirmasi kondisi (misalnya, wasir, fisura ani, atau abses). Rekomendasi rujuk ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut.\par
} -
Article No. 21447 | 03 Sep 2025
Klinis : laparatomy
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medis, saya akan memberikan informasi mengenai kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi "laparotomy" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R19.0
- Deskripsi: Laparotomi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.0
- Deskripsi: Laparotomi, eksplorasi abdominal
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R19.0 (Laparotomi):
- Kode R19.0 dalam Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait, Revisi Kesepuluh (ICD-10) digunakan untuk menggambarkan prosedur bedah yang melibatkan pembukaan dinding abdomen (laparotomi).
- Laparotomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengakses rongga perut dan organ-organ di dalamnya. Ini dapat dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti diagnosis, pengobatan, atau pengambilan sampel jaringan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 54.0 (Laparotomi, eksplorasi abdominal):
- Kode 54.0 dalam Klasifikasi Internasional Penyakit, Revisi Kesembilan, Modifikasi Klinis (ICD-9-CM) digunakan untuk menggambarkan prosedur laparotomi untuk eksplorasi dan inspeksi rongga abdomen.
- Prosedur ini mencakup pembukaan dinding abdomen untuk mengakses dan memeriksa isi rongga perut, termasuk organ-organ di dalamnya. Ini dapat dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti diagnosis, pengobatan, atau pengambilan sampel jaringan.
Jadi, dalam kasus "laparotomi", kode ICD-10 yang sesuai adalah R19.0, dan kode ICD-9-CM Procedure yang sesuai adalah 54.0. -
Article No. 21448 | 03 Sep 2025
Klinis : laparatomy explorasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi laparatomy explorasi:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R19.00
- Deskripsi: Laparotomi eksplorasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 54.11
- Deskripsi: Laparotomi eksplorasi, lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R19.00 "Laparotomi eksplorasi" menggambarkan tindakan pembedahan untuk mengeksplorasi atau memeriksa rongga abdomen melalui insisi di dinding perut.
2. Kode ICD-9-CM 54.11 "Laparotomi eksplorasi, lainnya" merujuk pada prosedur operasi yang dilakukan untuk mengeksplor atau memeriksa rongga abdomen melalui pembedahan. Kode ini mencakup berbagai jenis laparotomi eksplorasi yang tidak termasuk dalam kode-kode lainnya.
Dalam praktik klinis, kode ICD-10 dan ICD-9-CM digunakan oleh dokter, perekam medis, dan staf medis lainnya untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan. Kode-kode ini membantu dalam pengkodean, pelaporan, dan penagihan yang akurat untuk layanan kesehatan yang diberikan. -
Article No. 21449 | 03 Sep 2025
Klinis : biopsi colon
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis, untuk kondisi biopsi colon.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K63.1
- Deskripsi: Biopsi kolon
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 45.25
- Deskripsi: Kolonoskopi dengan biopsi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 K63.1 merupakan kode untuk "Biopsi kolon", yang termasuk dalam kategori "Penyakit lain pada usus" (K63). Biopsi kolon adalah prosedur pengambilan sampel jaringan dari dinding kolon untuk tujuan diagnostik, biasanya dilakukan dalam rangka investigasi atau evaluasi kondisi medis pasien.
2. Kode ICD-9-CM 45.25 merupakan kode untuk "Kolonoskopi dengan biopsi", yang termasuk dalam kategori "Operasi pada sistem pencernaan" (45). Kolonoskopi adalah prosedur visualisasi dalam saluran cerna bagian bawah menggunakan endoskop, yang dapat dilakukan dengan pengambilan sampel jaringan (biopsi) saat prosedur tersebut.
Penggunaan kode-kode ini penting untuk klasifikasi dan dokumentasi yang akurat dalam catatan medis pasien, serta untuk tujuan penagihan dan administrasi perawatan kesehatan. -
Article No. 21450 | 03 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan saat melihat cahaya mata terasa tidak nyaman
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan saat melihat cahaya mata terasa tidak nyaman adalah "Gangguan Sensori Persepsi: Penglihatan" (SDKI, 2017). Diagnosa ini mencerminkan adanya perubahan dalam kemampuan pasien untuk menerima, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimulus visual, yang dapat menimbulkan respons fisiologis dan perilaku yang tidak diinginkan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Peningkatan Kenyamanan Sensori (SLKI, 2019): Pasien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan untuk menerima, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimulus visual dengan nyaman.
2. Kontrol Nyeri (SLKI, 2019): Pasien dapat mengontrol rasa tidak nyaman saat melihat cahaya dengan efektif.
3. Adaptasi Sensori (SLKI, 2019): Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang menyebabkan rasa tidak nyaman saat melihat cahaya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Nyeri (SIKI, 2018):
- Identifikasi karakteristik nyeri yang dirasakan pasien saat melihat cahaya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi analgesik yang sesuai.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
2. Terapi Sensori (SIKI, 2018):
- Kaji sensitivitas pasien terhadap cahaya dan stimulus visual lainnya.
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi paparan cahaya yang menyebabkan ketidaknyamanan.
- Ajarkan teknik adaptasi sensori, seperti penggunaan kacamata pelindung atau pengaturan pencahayaan.
3. Edukasi Kesehatan (SIKI, 2018):
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kondisi yang dialami dan cara pengelolaannya.
- Ajarkan strategi manajemen diri dalam menghadapi perubahan sensori visual.
- Diskusikan dengan pasien dan keluarga terkait penggunaan alat bantu, modifikasi lingkungan, dan strategi koping yang efektif.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu peningkatan kenyamanan sensori, kontrol nyeri, dan adaptasi sensori yang efektif. -
Article No. 21451 | 03 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan di gigit hewan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan nada akademis dan persona sebagai perawat ahli.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan digigit hewan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang paling sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Infeksi" (Infection Risk). Pasien yang digigit hewan memiliki risiko tinggi untuk terjadinya infeksi pada area yang terluka akibat gigitan, karena hewan dapat membawa berbagai mikroorganisme patogen. Diagnosa ini menekankan pada potensi masalah kesehatan yang mungkin terjadi jika tidak dilakukan intervensi yang tepat.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Tidak terjadi infeksi pada area gigitan hewan (Severity of Infection: Absent)
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka yang baik (Wound Healing: Progressing as Expected)
c. Pasien dapat mempertahankan integritas kulit (Skin Integrity: Maintained)
d. Pasien dapat mengelola risiko infeksi secara efektif (Infection Control Behavior: Appropriate)
Luaran-luaran ini menggambarkan kondisi kesehatan pasien yang diharapkan setelah pemberian Asuhan Keperawatan yang tepat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Manajemen Luka: Membersihkan dan mengirigasi area gigitan hewan dengan cairan antiseptik, menutup luka dengan balutan steril, serta memantau perkembangan penyembuhan luka.
b. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien mengenai tanda-tanda infeksi, pentingnya menjaga kebersihan luka, dan kapan harus segera mencari bantuan perawatan kesehatan.
c. Monitoring Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala untuk mendeteksi adanya tanda-tanda infeksi.
d. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik, tetanus, atau vaksinasi jika diperlukan.
e. Manajemen Rasa Nyeri: Memberikan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri dan ketidaknyamanan akibat gigitan hewan.
Intervensi-intervensi ini ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi, memfasilitasi penyembuhan luka, dan memastikan kesehatan pasien secara menyeluruh.
Dengan pemahaman yang mendalam mengenai Diagnosa Keperawatan, Luaran, dan Intervensi yang sesuai, perawat dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif dan efektif bagi pasien yang mengalami gigitan hewan. -
Article No. 21452 | 03 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit telinga
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit telinga.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit telinga adalah Nyeri Akut yang berhubungan dengan proses inflamasi pada telinga. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Pasien dengan sakit telinga biasanya akan mengalami nyeri akut yang disebabkan oleh proses inflamasi atau infeksi pada telinga.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan melaporkan penurunan intensitas nyeri dari skor 7 (pada saat admisi) menjadi skor 3 atau kurang pada skala nyeri 0-10 dalam waktu 2 hari.
2. Pasien akan mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif, seperti relaksasi, distraksi, atau penggunaan obat pereda nyeri sesuai anjuran perawat.
3. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, seperti suhu tubuh, denyut nadi, dan laju pernapasan.
4. Pasien akan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
2. Berikan obat pereda nyeri sesuai resep dokter, dengan memperhatikan jenis, dosis, rute pemberian, dan jadwal pemberian.
3. Ajarkan pasien teknik-teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan penggunaan kompres hangat atau dingin pada telinga yang sakit.
4. Pantau tanda-tanda vital pasien secara teratur untuk memastikan stabilitas kondisi.
5. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi, berpakaian, dan makan, untuk mempercepat pemulihan.
6. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penanganan sakit telinga.
7. Koordinasikan perawatan dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter THT, untuk memastikan penanganan yang komprehensif.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan keluhan sakit telinga dapat memperoleh perawatan yang optimal dan mencapai pemulihan yang cepat. -
Article No. 21453 | 03 Sep 2025
Klinis : Gangguan eliminasi urine
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan eliminasi urine berdasarkan standar yang ditetapkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan eliminasi urine adalah "Inkontinensia urin". Inkontinensia urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menahan urin yang menyebabkan kebocoran urin secara tidak disengaja. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelemahan otot panggul, penyakit neurologis, infeksi saluran kemih, atau penyebab lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Inkontinensia: Pasien menunjukkan peningkatan kontrol urinasi, ditandai dengan penurunan frekuensi dan volume kebocoran urin.
2. Integritas Kulit: Pasien menunjukkan integritas kulit yang baik di area genital dan perineal, tanpa tanda-tanda iritasi atau kerusakan kulit.
3. Kenyamanan: Pasien melaporkan peningkatan kenyamanan terkait dengan masalah inkontinensia urin.
4. Pengetahuan: Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang faktor penyebab, pencegahan, dan penanganan inkontinensia urin.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Inkontinensia:
- Identifikasi faktor penyebab inkontinensia urin, seperti kelainan neurologi, kelemahan otot panggul, atau infeksi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk menentukan rencana penanganan yang sesuai.
- Anjurkan latihan penguatan otot panggul (Kegel) untuk meningkatkan kontrol urinasi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang teknik manajemen inkontinensia, seperti penggunaan produk penyerap urin, jadwal buang air kecil, dan tindakan lainnya.
2. Perawatan Kulit:
- Lakukan perawatan kulit area genital dan perineal secara rutin untuk mencegah iritasi dan kerusakan kulit akibat kelembapan yang berlebihan.
- Gunakan produk pembersih lembut dan pelembab kulit yang sesuai.
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan mengganti produk penyerap urin secara teratur.
3. Manajemen Kenyamanan:
- Identifikasi dan atasi faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan pasien, seperti rasa malu, ketidakpercayaan diri, atau masalah psikologis terkait inkontinensia.
- Berikan dukungan emosional dan informasi tentang sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah psikologis.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental jika diperlukan.
4. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, pencegahan, dan penanganan inkontinensia urin.
- Jelaskan pentingnya latihan penguatan otot panggul, pengaturan pola berkemih, dan penggunaan produk penyerap urin yang sesuai.
- Dorong pasien untuk aktif terlibat dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu peningkatan kontrol inkontinensia, integritas kulit yang baik, kenyamanan yang meningkat, serta pemahaman yang baik tentang manajemen inkontinensia urin. -
Article No. 21454 | 03 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk pilek dan demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis komprehensif terkait asuhan keperawatan untuk pasien dengan keluhan batuk, pilek, dan demam.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan produksi sekret, edema membran mukosa, dan kelemahan otot pernapasan.
Luaran/Outcome yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat bernafas dengan mudah.
b. Pasien dapat mengekspektorasi sekret dengan efektif.
c. Pasien tidak mengalami distress pernapasan.
d. Bunyi napas normal tanpa adanya suara tambahan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan dan memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif.
- Aktivitas:
a. Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan bersihan jalan napas.
b. Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika perlu.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
d. Ajarkan teknik batuk dan napas dalam yang efektif.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi inhalasi atau nebulizer.
f. Pantau tanda-tanda vital dan status pernapasan secara berkala.
2. Manajemen Demam
- Tujuan: Membantu menurunkan suhu tubuh pasien.
- Aktivitas:
a. Identifikasi penyebab demam.
b. Berikan obat penurun demam sesuai resep.
c. Lakukan kompres hangat pada daerah aksila dan leher.
d. Tingkatkan asupan cairan pasien.
e. Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
Melalui diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat segera memulihkan bersihan jalan napas yang efektif dan menurunkan demam, sehingga dapat kembali beraktivitas dengan normal.