Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13823 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan muntah menyemprot sebanyak 3 kali setelah terjatuh dari kasur 4 jam SMRS. Pasien terjatuh ditemukan dengan posisi terlentang. Pasien masih mau menyusu (+) dan tidak tampak mengantuk. Penurunan kesadaran (-), keluar cairan dari hidung dan telinga (-).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat saya akan memberikan penjelasan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yakni muntah menyemprot sebanyak 3 kali setelah terjatuh dari kasur, serta ditemukan dalam posisi terlentang, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Cedera Otak Traumatis (SDKI 2017)
Definisi: Rentan mengalami kerusakan pada struktur atau fungsi otak akibat trauma mekanik.
Faktor berhubungan: Trauma kepala, Jatuh.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pemulihan Cedera Otak Traumatis
Definisi: Mempertahankan atau memulihkan fungsi otak setelah cedera.
Indikator:
a. Mempertahankan tingkat kesadaran
b. Mempertahankan refleks pupil
c. Mempertahankan kemampuan berbicara dan berkomunikasi
d. Mempertahankan kemampuan motorik
e. Mempertahankan fungsi sensorik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital
Definisi: Pengumpulan dan analisis data mengenai parameter fisiologis untuk memantau dan mengevaluasi kondisi kesehatan.
Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu)
b. Pantau saturasi oksigen
c. Pantau adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (sakit kepala, muntah, perubahan pupil, perubahan tingkat kesadaran)
2. Manajemen Cedera Kepala
Definisi: Pemberian perawatan untuk mencegah komplikasi dan memfasilitasi pemulihan setelah cedera kepala.
Aktivitas:
a. Pertahankan posisi kepala netral
b. Hindari manipulasi leher yang berlebihan
c. Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
d. Berikan oksigen sesuai indikasi
e. Pertahankan suhu tubuh normal
f. Lakukan tindakan pencegahan infeksi
g. Lakukan pemeriksaan neurologis secara teratur
h. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan penunjang dan penanganan lanjut
3. Manajemen Nyeri
Definisi: Pengaturan komprehensif untuk memfasilitasi kenyamanan pasien yang mengalami nyeri.
Aktivitas:
a. Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, intensitas, durasi)
b. Berikan analgesik sesuai indikasi
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (relaksasi, kompres dingin)
d. Evaluasi efektivitas tindakan pengelolaan nyeri
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah saya berikan. Semoga informasi ini bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 13671 | 11 Mar 2025
Klinis : Hapus kode tindakan Laparotomi Omit Code tindakan Appendectomy (pending otover). Kode harus dirubah sesuai temuan sistem, tidak bisa dilaykan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi tersebut, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K35.8
- Deskripsi: Acute appendicitis, unspecified
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode prosedur untuk Appendectomy karena tindakan ini sedang tertunda (pending).
Penjelasan:
- Kode ICD-10 K35.8 (Acute appendicitis, unspecified) sesuai dengan diagnosis akut pada apendiks, yang merupakan temuan utama dari kondisi yang diberikan.
- Tidak ada kode ICD-9-CM untuk tindakan Appendectomy karena tindakan tersebut sedang tertunda (pending) dan tidak dilakukan.
- Kode tindakan Laparotomi dihilangkan sesuai dengan instruksi soal.
Sebagai seorang dokter atau perekam medis, saya telah mengidentifikasi kode diagnosis ICD-10 yang sesuai dengan kondisi yang diberikan dan menghilangkan kode tindakan Laparotomi sesuai permintaan. Informasi ini dapat digunakan untuk dokumentasi medis yang akurat dan sesuai dengan standar. -
Article No. 13672 | 11 Mar 2025
Klinis : Hapus kode tindakan Laparotomi Omit Code tindakan Appendectomy (pending otover). Kode harus dirubah sesuai temuan sistem, tidak bisa dilaykan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan respons dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat untuk kondisi yang anda deskripsikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu hapus kode tindakan Laparotomi, Omit Code tindakan Appendectomy (pending otover), dan kode harus diubah sesuai temuan sistem yang tidak bisa dilaykan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan: Kondisi pasien menunjukkan adanya intervensi medis yang telah dilakukan, seperti laparotomi dan appendektomi, yang dapat menyebabkan nyeri akut pada pasien. Selain itu, adanya perubahan kode tindakan yang tidak dapat dilaykan juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan kecemasan pada pasien, sehingga nyeri akut menjadi diagnosa keperawatan yang sesuai.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk diagnosa Nyeri Akut adalah:
SLKI: Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengatur atau mengurangi rasa sakit hingga ke tingkat yang dapat diterima.
Penjelasan: Setelah mendapatkan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan akibat intervensi medis dan perubahan kode tindakan yang tidak dapat dilaykan. Pasien dapat menggunakan strategi yang efektif untuk mengurangi rasa sakit hingga ke tingkat yang dapat diterima.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran Kontrol Nyeri adalah:
SIKI: Manajemen Nyeri
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengenali dan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri pada individu.
Intervensi yang dapat dilakukan:
a. Identifikasi karakteristik nyeri: lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan analgesik yang sesuai.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi musik.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana asuhan jika diperlukan.
e. Berikan dukungan emosional dan informasi terkait nyeri yang dialami pasien.
Penjelasan: Melalui Intervensi Keperawatan Manajemen Nyeri, perawat dapat membantu pasien mengidentifikasi karakteristik nyeri yang dialami, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang tepat, serta mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri. Evaluasi dan modifikasi rencana asuhan juga diperlukan untuk memastikan efektivitas intervensi. Selain itu, perawat juga perlu memberikan dukungan emosional dan informasi terkait nyeri yang dialami pasien.
Dengan demikian, melalui Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut, Luaran Kontrol Nyeri, dan Intervensi Keperawatan Manajemen Nyeri, diharapkan pasien dapat mengatasi nyeri yang dialami akibat intervensi medis dan perubahan kode tindakan yang tidak dapat dilaykan. -
Article No. 13673 | 11 Mar 2025
Klinis : anda seorang perawat profesional di bidang kardiovaskuler buatkan tujuan, kriteria dan intervensi serta rasional dari diagnosa keperawatan gangguan perfusi jaringan pada pasien dengan coronary artery disease STEMI INFERIOR sesuai standar SDKI, SLKI, SIKI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria, intervensi, serta rasional untuk pasien dengan penyakit arteri koroner STEMI inferior sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Gangguan Perfusi Jaringan: Kardiak
Tujuan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat dalam batas normal selama perawatan.
2. Pasien melaporkan tidak ada gejala-gejala ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen dalam jaringan selama perawatan.
3. Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda perubahan status hemodinamik selama perawatan.
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Pasien menunjukkan tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Pasien melaporkan tidak ada keluhan nyeri dada, sesak napas, atau palpitasi.
3. Pasien menunjukkan tidak ada perubahan warna kulit, suhu, dan turgor kulit.
4. Pasien menunjukkan tidak ada edema perifer.
Intervensi Keperawatan (SIKI) dan Rasional:
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
Rasional: Untuk mendeteksi adanya perubahan status hemodinamik yang dapat mengganggu perfusi jaringan.
2. Kaji adanya tanda-tanda ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Rasional: Untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang mungkin muncul akibat gangguan perfusi jaringan.
3. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Untuk menjaga suplai oksigen ke jaringan yang terganggu.
4. Posisikan pasien dengan kepala sedikit terangkat
Rasional: Untuk meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan beban kerja jantung.
5. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi (antiplatelet, antikoagulan, trombolitik)
Rasional: Untuk membantu mengatasi penyumbatan pembuluh darah koroner dan memperbaiki perfusi jaringan.
6. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit, gejala, dan penanganannya
Rasional: Untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga serta partisipasi dalam perawatan.
Luaran yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat dalam batas normal selama perawatan.
2. Pasien melaporkan tidak ada gejala-gejala ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen dalam jaringan selama perawatan.
3. Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda perubahan status hemodinamik selama perawatan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
2. Kaji adanya tanda-tanda ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. Berikan oksigen sesuai indikasi
4. Posisikan pasien dengan kepala sedikit terangkat
5. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi (antiplatelet, antikoagulan, trombolitik)
6. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit, gejala, dan penanganannya
Penjelasan rinci:
Sebagai perawat profesional di bidang kardiovaskuler, saya telah mengidentifikasi diagnosa keperawatan utama pada pasien dengan penyakit arteri koroner STEMI inferior sebagai "Gangguan Perfusi Jaringan: Kardiak". Ini didasarkan pada kondisi pasien yang mengalami sumbatan pada arteri koroner yang dapat mengganggu suplai oksigen ke jaringan jantung.
Tujuan asuhan keperawatan yang ingin dicapai adalah agar pasien dapat menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat, tidak lagi merasakan gejala-gejala ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, serta tidak ada tanda-tanda perubahan status hemodinamik selama perawatan. Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien harus menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada keluhan gejala, tidak ada perubahan tanda klinis, dan tidak ada edema perifer.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pengkajian gejala, pemberian oksigen, pengaturan posisi pasien, kolaborasi pemberian terapi farmakologi, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Semua intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat dan mencegah komplikasi lebih lanjut akibat gangguan suplai oksigen ke jantung.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat, tidak lagi merasakan gejala-gejala ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, serta tidak ada tanda-tanda perubahan status hemodinamik selama perawatan. -
Article No. 13674 | 11 Mar 2025
Klinis : seorang perempuan berusia 57 tahun, tampak kelelahan mengejar cucu perempuannya, dan seorang cucu laki-lakinya, klien tampak sedih, kecewa dengan anaknya yang tidak memahami perasaannya, klien mengatakan sudah tua dan ingin beribadah, namun, sang anak sibuk bekerja, sehingga tidak ada yang menjaga cucunya. Malam harinya, klien tidak bisa tidur dimalam hari, baru tertidur jam 2 malam, klien tidak nafsu makan, mata tampak berkaca-kaca melihat teman-temannya pergi majelis ta'lim.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan (Fatigue) berhubungan dengan aktivitas yang berlebihan dalam merawat cucu.
2. Risiko isolasi sosial berhubungan dengan kurangnya dukungan keluarga.
3. Gangguan pola tidur (Insomnia) berhubungan dengan stres emosional.
4. Gangguan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (Defisit nutrisi) berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kelelahan (Fatigue): Keadaan subjektif yang dialami individu dengan penurunan kapasitas dan toleransi untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang biasa dilakukan.
2. Risiko isolasi sosial: Keadaan di mana individu mengalami hambatan dalam menciptakan dan mempertahankan hubungan interpersonal yang memuaskan.
3. Gangguan pola tidur (Insomnia): Keadaan di mana individu mengalami kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur.
4. Gangguan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (Defisit nutrisi): Keadaan di mana asupan nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kelelahan (Fatigue): Individu mampu mengenali tanda dan gejala kelelahan, serta mampu mengelola aktivitas dan tidur untuk mengurangi kelelahan.
2. Risiko isolasi sosial: Individu mampu memelihara hubungan sosial yang memuaskan.
3. Gangguan pola tidur (Insomnia): Individu mampu mempertahankan pola tidur yang adekuat.
4. Gangguan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (Defisit nutrisi): Individu mampu mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen energi: Intervensi untuk membantu individu mengidentifikasi dan mengelola sumber energi untuk mencapai tingkat aktivitas yang diinginkan.
2. Peningkatan dukungan sosial: Intervensi untuk memfasilitasi individu dalam memperoleh dukungan dari orang-orang sekitarnya.
3. Manajemen insomnia: Intervensi untuk membantu individu mengatasi kesulitan dalam memulai dan mempertahankan tidur.
4. Manajemen nutrisi: Intervensi untuk membantu individu memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh klien. -
Article No. 13675 | 11 Mar 2025
Klinis : Bayi lahir 2 jam yang lalu dengan keadaan tidak langsung menangis, kebiruan, nafas cepat, akral dingin, berat badan 1.900 gram, usia kehamilan 34 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imaturitas fungsi organ vital dan keterbatasan kapasitas energi.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas hidup sehari-hari yang diinginkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Intoleransi Aktivitas adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kapasitasnya, tidak mengalami kelelahan yang berlebihan, dan mempertahankan fungsi vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
- Manajemen energi: mengatur aktivitas dan istirahat
- Fasilitasi aktivitas: membantu pasien melakukan aktivitas sesuai kemampuan
- Peningkatan toleransi aktivitas: mengidentifikasi dan meminimalkan faktor penghambat
- Pemantauan tanda-tanda vital: memantau status fisiologis pasien
Berdasarkan kondisi bayi yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imaturitas fungsi organ vital dan keterbatasan kapasitas energi. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan fokus pada manajemen energi, fasilitasi aktivitas, peningkatan toleransi aktivitas, dan pemantauan tanda-tanda vital untuk membantu bayi mencapai perkembangan yang optimal. -
Article No. 13676 | 11 Mar 2025
Klinis : Bayi lahir 2 jam yang lalu dengan keadaan berat badan 1.900 gram
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI untuk kondisi bayi dengan berat badan 1.900 gram yang lahir 2 jam yang lalu.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Risiko Hipotermia". Bayi dengan berat badan 1.900 gram yang baru lahir memiliki risiko tinggi mengalami hipotermia karena kemampuan pengaturan suhu tubuh yang masih belum sempurna. Bayi dengan berat badan rendah cenderung kehilangan panas tubuh lebih cepat, sehingga perlu adanya intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya hipotermia.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah "Suhu Tubuh: Mempertahankan Suhu Tubuh dalam Rentang Normal". Tujuan utama dari Asuhan Keperawatan adalah untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C), sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai tujuan Luaran/Output SLKI tersebut, berikut adalah Intervensi Keperawatan SIKI yang diperlukan:
1. Manajemen Suhu Tubuh
- Memantau suhu tubuh bayi secara berkala
- Menjaga lingkungan yang hangat dan nyaman bagi bayi
- Menggunakan inkubator atau pemanas radiant untuk mempertahankan suhu tubuh bayi
- Melakukan metode kangguru (skin-to-skin contact) untuk menjaga kehangatan bayi
2. Perawatan Kulit
- Menjaga kebersihan dan kelembapan kulit bayi
- Menghindari paparan udara dingin pada kulit bayi
- Menggunakan pakaian atau selimut yang sesuai untuk menjaga kehangatan bayi
3. Edukasi Keluarga
- Mengajarkan keluarga tentang cara mempertahankan suhu tubuh bayi yang optimal
- Mendorong keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan bayi
Dengan penerapan Intervensi Keperawatan SIKI yang tepat, diharapkan Luaran/Output SLKI dapat tercapai, yaitu mempertahankan suhu tubuh bayi dalam rentang normal. Hal ini akan membantu mencegah terjadinya hipotermia dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. -
Article No. 13677 | 11 Mar 2025
Klinis : Bayi lahir 2 jam yang lalu dengan keadaan berat badan 1.900 gram, nafas cepat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi dengan berat badan 1.900 gram dan nafas cepat adalah "Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital". Kondisi ini ditandai dengan adanya perubahan frekuensi pernafasan yang lebih cepat dari normal, yang merupakan salah satu indikasi dari ketidakstabilan tanda-tanda vital pada bayi baru lahir.
Luaran/Output SLKI:
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah "Stabilitas Tanda-Tanda Vital". Hal ini berarti bahwa setelah mendapatkan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan tanda-tanda vital bayi, termasuk frekuensi pernafasan, dapat kembali stabil dan berada dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Memantau frekuensi pernafasan, denyut jantung, suhu tubuh, dan tekanan darah bayi secara berkala.
- Mencatat dan menganalisis data tanda-tanda vital untuk mendeteksi adanya perubahan.
2. Manajemen Oksigenasi
- Memastikan patensi jalan napas bayi dan memberikan oksigen jika diperlukan.
- Mengatur posisi bayi untuk memaksimalkan ventilasi.
- Melakukan suction jika terdapat sekret yang mengganggu.
3. Manajemen Cairan
- Memantau masukan dan pengeluaran cairan pada bayi.
- Memastikan keseimbangan cairan yang adekuat sesuai dengan kebutuhan bayi.
- Mengatur pemberian cairan intravena atau enteral jika diperlukan.
4. Edukasi Orangtua
- Memberikan edukasi kepada orangtua tentang tanda-tanda vital normal pada bayi dan cara memantaunya.
- Mengajarkan orangtua tentang teknik perawatan bayi, termasuk manajemen oksigenasi dan cairan.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada stabilisasi tanda-tanda vital, diharapkan kondisi bayi dengan berat badan 1.900 gram dan nafas cepat dapat membaik dan mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilitas tanda-tanda vital. -
Article No. 13678 | 11 Mar 2025
Klinis : Bayi lahir 2 jam yang lalu dengan keadaan berat badan 1.900 gram, nafas cepat, akral dingin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang disampaikan, yaitu bayi lahir 2 jam yang lalu dengan berat badan 1.900 gram, nafas cepat, dan akral dingin, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Karakteristik Utama: Nafas cepat, akral dingin.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal untuk usia.
b. Irama napas teratur.
c. Kedalaman napas adekuat.
d. Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, Intervensi Keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki jalan napas terbuka.
Aktivitas:
a. Posisikan bayi dalam posisi yang tepat untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
b. Lakukan suction oral dan hidung dengan hati-hati untuk membebaskan jalan napas.
c. Berikan oksigen sesuai indikasi, dengan aliran dan konsentrasi yang tepat.
d. Pantau tanda-tanda distres pernapasan secara berkala.
2. Terapi Oksigen
Definisi: Pemberian oksigen tambahan untuk meningkatkan oksigenasi.
Aktivitas:
a. Tentukan kebutuhan oksigen pasien berdasarkan tanda-tanda klinis.
b. Berikan oksigen melalui peralatan yang sesuai, seperti inkubator atau kateter nasal.
c. Pantau saturasi oksigen dan perbaiki aliran oksigen jika diperlukan.
d. Evaluasi efektivitas terapi oksigen secara berkala.
3. Manajemen Hipotermi
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Aktivitas:
a. Pertahankan suhu ruangan yang hangat dan lembab.
b. Gunakan inkubator atau selimut penghangat untuk menjaga suhu tubuh.
c. Pantau suhu tubuh secara berkala dan lakukan tindakan korektif jika diperlukan.
d. Berikan cairan hangat dan nutrisi sesuai indikasi.
Penjelasan Rinci:
Bayi dengan berat badan lahir rendah (1.900 gram) memiliki risiko tinggi mengalami ketidakefektifan pola napas akibat imaturitas sistem pernapasan. Nafas cepat dan akral dingin menunjukkan adanya distres pernapasan yang perlu segera ditangani. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mempertahankan jalan napas terbuka, memberikan oksigen tambahan, dan mencegah hipotermi agar bayi dapat mempertahankan pola napas yang efektif. Evaluasi luaran yang diharapkan adalah bayi dapat mencapai pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas, irama, kedalaman, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan. -
Article No. 13679 | 11 Mar 2025
Klinis : Bayi lahir 2 jam yang lalu dengan BBLR, nafas cepat, akral dingin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rincian penjelasan yang detail untuk kondisi yang Anda sebutkan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
- Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakstabilan Temperatur Tubuh
Penjelasan: Kondisi bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), nafas cepat, dan akral dingin menunjukkan adanya risiko ketidakstabilan temperatur tubuh. Bayi dengan BBLR memiliki kemampuan termoregulasi yang belum sempurna, sehingga berisiko mengalami hipotermia.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Luaran: Stabilitas Temperatur Tubuh
Penjelasan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan bayi dapat mencapai stabilitas temperatur tubuh yang optimal. Hal ini ditandai dengan suhu tubuh yang berada dalam rentang normal, akral hangat, dan frekuensi napas yang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi: Pengaturan Suhu Tubuh
Penjelasan: Perawat perlu melakukan intervensi untuk menjaga dan mengatur suhu tubuh bayi agar tetap stabil. Ini dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan seperti:
- Memantau suhu tubuh bayi secara berkala
- Mempertahankan lingkungan yang hangat dan nyaman (misalnya penggunaan inkubator atau selimut hangat)
- Melakukan tindakan pencegahan kehilangan panas, seperti mencegah paparan angin atau menghindari area yang terlalu dingin
- Memberikan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat untuk mendukung proses termoregulasi
b. Intervensi: Pemantauan Tanda Vital
Penjelasan: Perawat juga perlu melakukan pemantauan tanda vital bayi secara teratur, terutama frekuensi napas. Hal ini penting untuk mendeteksi adanya perubahan yang dapat memengaruhi stabilitas temperatur tubuh.
c. Intervensi: Manajemen Lingkungan
Penjelasan: Perawat harus memastikan lingkungan sekitar bayi berada dalam suhu dan kelembaban yang optimal untuk mendukung proses termoregulasi. Ini dapat dilakukan dengan mengatur suhu dan kelembaban di inkubator atau ruangan bayi.
d. Intervensi: Edukasi Keluarga
Penjelasan: Perawat perlu memberikan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya menjaga stabilitas temperatur tubuh bayi, serta tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas. Hal ini akan membantu keluarga memahami dan berpartisipasi dalam perawatan bayi.
Dengan menerapkan intervensi-intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan bayi dapat mencapai stabilitas temperatur tubuh yang optimal dan mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat risiko ketidakstabilan temperatur.