Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13793 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya Ibu Nurjanah, perawat senior di Rumah Sakit Pelita Harapan. Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Etiologi: Produksi dahak yang berlebihan, kekuatan batuk yang tidak efektif.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik.
- Etiologi: Peningkatan kebutuhan oksigen, kelemahan fisik.
3. Kekurangan volume cairan (SDKI)
- Definisi: Berkurangnya volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Etiologi: Intake yang tidak adekuat, peningkatan kehilangan cairan.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Meningkatkan bersihan jalan napas
- Intervensi: Auskultasi suara napas, lakukan fisioterapi dada, berikan bronkodilator.
2. Meningkatkan toleransi aktivitas
- Intervensi: Evaluasi status fungsional, atur aktivitas bertahap, berikan oksigen sesuai kebutuhan.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
- Intervensi: Monitor intake dan output cairan, kolaborasi pemberian cairan intravena.
Implementasi dan Evaluasi (SIKI):
- Lakukan intervensi keperawatan sesuai rencana untuk memulihkan status kesehatan pasien.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Tujuan akhir adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas, toleransi aktivitas, dan keseimbangan cairan yang optimal.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 13794 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Pemantauan fungsi pernapasan, Bantuan pembersihan jalan napas, Terapi oksigen.
- SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen oksigenasi, Manajemen ventilasi.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
- SLKI: Pemantauan tanda-tanda vital, Manajemen energi, Peningkatan aktivitas.
- SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen kelelahan, Peningkatan kapasitas aktivitas.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko terkena penyakit atau organisme patogen.
- SLKI: Pemantauan tanda dan gejala infeksi, Pencegahan infeksi, Pengendalian infeksi.
- SIKI: Manajemen infeksi, Manajemen isolasi, Edukasi pencegahan infeksi.
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya lesi di paru, maka diagnosa awal tuberkulosis paru dapat ditetapkan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jarak Napas, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Infeksi. -
Article No. 13795 | 12 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pembesarn kelenjar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan pembesaran kelenjar, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan tanda-tanda pembesaran kelenjar yang dapat mengindikasikan ketidakseimbangan nutrisi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang diperlukan dapat berupa pengkajian status nutrisi, pemberian edukasi tentang nutrisi yang sesuai, dan pemantauan asupan nutrisi pasien.
2. Gangguan citra tubuh
Penjelasan:
- SDKI: Persepsi diri yang negatif atau distorsi dari penampilan atau fungsi tubuh.
- SLKI: Pasien mungkin mengalami perubahan penampilan fisik akibat pembesaran kelenjar, yang dapat mempengaruhi citra tubuhnya.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, edukasi tentang perubahan fisik, dan membantu pasien menerima perubahan yang terjadi.
3. Risiko infeksi
Penjelasan:
- SDKI: Peningkatan risiko terkena penyakit atau kondisi yang disebabkan oleh organisme patogen.
- SLKI: Pembesaran kelenjar dapat meningkatkan risiko infeksi pada area yang terkena.
- SIKI: Intervensi yang diperlukan dapat berupa pemantauan tanda-tanda infeksi, pemberian terapi antibiotik jika diperlukan, dan perawatan luka yang tepat.
Harapnya, penjelasan ini dapat memberikan gambaran tentang diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien dengan keluhan pembesaran kelenjar. Silakan jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 13806 | 12 Mar 2025
Klinis : tentukan diagnosa utama dari data berikut ini lengkap dengan analisa data : Data Subjektif dan Objektif, Etiologi, dan masalah keperawatan yang diangkat , lalu dari diagnosa prioritas, buatkan luaran, dan rencana intervensi berdasarkan SIKI dan SLIK b. Hasil Pengkajian Kesehatan dan Keperawatan Jiwa (Tuliskan hasil pengkajian kesehatan dan keperawatan jiwa dalam kolom yang telah disediakan. Tuliskan hasil yang abnormal atau temuan yang penting diperhatikan) Alasan Masuk: Pada hari Rabu, 26 Febuari 2025, Jam 20:30 WITA, Tn. A dibawa oleh Keluarga ke RSJ SL. Hasil pengkajian perawat di IGD: Pasien penyalahgunaan nafza. (Alkohol, Zineth) mengamuk, bicara sendiri. Keluhan Utama: Pada hari Selasa, 04 Maret 2025 jam 09:00 WITA (2 hari perawatan), Mahasiswa (Yosua Ryco Susanto/113063J124046) bertemu dan melakukan pengkajian kepada pasien. Hasil pengkajian: pasien koperatif saja saat di ajak berbicara dan menjawab dengan jelas saat ditanya terkait kenapa meminum alkohol dan obat zineth pasien mengatakan salah satu pelarian dari masalahnya dan beranggapan ketika meminum alkohol dan meminum obat zineth pasien merasa tenang dan rilex. Pasien mengatakan bahwa ia bekerja apa saja untuk kehidupan sehari hari ketika saat merasa stress timbul lah ingin mengkonsumsi alkohol dan obat zineth dan keluarga sudah berusaha untuk memberitau bahaya untuk meminum alkohol dan obat zineth namun pasien masih saja melakukan nya ketika merasa stres dan tidak mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi diri nya Pemeriksaan Fisik: Keadaan umum tampak lesu dan lebih banyak untuk tidur TD: 110/80 mmHg, N: 21x/menit, P: 82x/menit, S: 36.2 derajat celcius, SpO2: 99%, TB:165 cm, BB: 60 kg. Faktor Predisposisi: Pasien mengatakan mengapa memilih untuk meminum obat zinth dari pada obat rehabilitas nya karena faktor dari pergaulan yang sesama mengkonsumsi alkohol dan obat zineth Faktor Presipitasi: Pasien adalah anak kelima dari lima bersaudara. Tinggal sendiri kedua orang tua sudah meninggal. Pasien belum menikah. Pasien mengatakan mengapa ia meminum obat zineth karena terpengruh dari teman nya saat meminum obat tersebut pasien mengatakan badan rileks dan pikiran tenang ketika meminum obat zineth sehingga keluarga pasien mengantar untuk dirawat di RSJ SL. Pasien mangtakan Orang yang berarti dalam hidupnya adalah kaka nya. Pasien tampak baik baik saja ketika ditanya tentang keadaan saat dirawat. perawatan, pasien tidak memiliki banyak teman, lebih banyak tidur, dan menyatakan “sulit untuk memulai percakapan” dengan orang lain. Ketika dalam ruang perawatan tidak pernah berdoa atau melalukan ritual keagamaan, dengan alasan “banyak pasien lain yang mengganggu dan ribut”. Hasil Pengkajian Status Mental: Aktivitas motorik lesu dan tidak berintraksi sesama teman satu kamar nya saat di rawat pasien lebih banyak mengahbiskan waktu nya untuk tidur. Kebutuhan persiapan pulang (fokus): Pasien dengan disiplin mengonsumsi obat sesuai dengan jadwal, dan mengonsumsi sesuai dosis yang diberikan. Mekanisme Koping: Ketika mendapatkan masalah, pasien lebih suka menghindar. Dan meminum alkohol dan obat zineth Masalah Psikososial dan Lingkungan: Tidak merasakan perlu untuk ikut serta secara sukarela dalam kegiatan kelompok di ruang perawatan. Lebih memilih untuk mengurus urusan sendiri dan tidur. Aspek Medik: Diagnosis penyakit, F.19.2 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat dan Penggunaan Zat Psikoatif. Terapi yang diberikan adalah Clobazam 10 mg (siang)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditentukan diagnosis keperawatan SDKI utama yang sesuai adalah:
Diagnosis Keperawatan Utama: Risiko Perilaku Kekerasan
Data Subjektif:
- Pasien mengamuk dan bicara sendiri
- Pasien mengatakan meminum alkohol dan obat zineth sebagai pelarian dari masalahnya
- Pasien merasa tenang dan rileks saat meminum alkohol dan obat zineth
Data Objektif:
- Pasien tampak lesu dan sering tidur
- Tanda-tanda vital: TD 110/80 mmHg, N 21x/menit, P 82x/menit, S 36,2°C, SpO2 99%
- Pasien lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan tidak berinteraksi dengan sesama pasien
- Pasien tidak melakukan ibadah atau ritual keagamaan
Etiologi:
- Penggunaan alkohol dan obat zineth secara berlebihan
- Masalah psikososial dan lingkungan (tinggal sendiri, tidak memiliki banyak teman, dan kurang aktif dalam kegiatan kelompok)
- Mekanisme koping yang kurang adaptif (cenderung menghindari masalah dan meminum alkohol/obat zineth)
Masalah Keperawatan yang Diangkat:
Risiko Perilaku Kekerasan
Luaran (SLKI):
1. Kontrol Perilaku
- Pasien dapat mengendalikan perilaku agresif/kekerasan selama perawatan
- Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengendalikan perilaku agresif/kekerasan
2. Perilaku Patuh
- Pasien patuh dalam mengkonsumsi obat-obatan sesuai dengan jadwal dan dosis yang diberikan
- Pasien aktif berpartisipasi dalam kegiatan terapeutik di ruang perawatan
Rencana Intervensi (SIKI):
1. Manajemen Perilaku
- Kaji faktor pencetus perilaku kekerasan
- Ajarkan teknik relaksasi (misalnya: deep breathing, visualisasi)
- Berikan lingkungan terapeutik yang aman dan nyaman
- Lakukan intervensi farmakologis sesuai indikasi
2. Edukasi Obat
- Jelaskan manfaat, dosis, cara penggunaan, dan efek samping obat
- Pantau kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
3. Terapi Kelompok
- Libatkan pasien dalam kegiatan terapeutik kelompok (misalnya: psikoedukasi, terapi aktivitas)
- Dorong pasien untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok
4. Perawatan Diri
- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar (makan, minum, personal hygiene)
- Ajarkan keterampilan perawatan diri yang sesuai dengan kondisi pasien
Dengan intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan, patuh dalam pengobatan, dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan terapeutik selama perawatan di rumah sakit jiwa. -
Article No. 13807 | 12 Mar 2025
Klinis : tentukan diagnosa utama dari data berikut ini lengkap dengan analisa data : Data Subjektif dan Objektif, Etiologi, dan masalah keperawatan yang diangkat , lalu dari diagnosa prioritas, buatkan luaran, dan rencana intervensi berdasarkan SIKI dan SLIK b. Hasil Pengkajian Kesehatan dan Keperawatan Jiwa (Tuliskan hasil pengkajian kesehatan dan keperawatan jiwa dalam kolom yang telah disediakan. Tuliskan hasil yang abnormal atau temuan yang penting diperhatikan) Alasan Masuk: Pada hari Rabu, 26 Febuari 2025, Jam 20:30 WITA, Tn. A dibawa oleh Keluarga ke RSJ SL. Hasil pengkajian perawat di IGD: Pasien penyalahgunaan nafza. (Alkohol, Zineth) mengamuk, bicara sendiri. Keluhan Utama: Pada hari Selasa, 04 Maret 2025 jam 09:00 WITA (2 hari perawatan), Mahasiswa (Yosua Ryco Susanto/113063J124046) bertemu dan melakukan pengkajian kepada pasien. Hasil pengkajian: pasien koperatif saja saat di ajak berbicara dan menjawab dengan jelas saat ditanya terkait kenapa meminum alkohol dan obat zineth pasien mengatakan salah satu pelarian dari masalahnya dan beranggapan ketika meminum alkohol dan meminum obat zineth pasien merasa tenang dan rilex. Pasien mengatakan bahwa ia bekerja apa saja untuk kehidupan sehari hari ketika saat merasa stress timbul lah ingin mengkonsumsi alkohol dan obat zineth dan keluarga sudah berusaha untuk memberitau bahaya untuk meminum alkohol dan obat zineth namun pasien masih saja melakukan nya ketika merasa stres dan tidak mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi diri nya Pemeriksaan Fisik: Keadaan umum tampak lesu dan lebih banyak untuk tidur TD: 110/80 mmHg, N: 21x/menit, P: 82x/menit, S: 36.2 derajat celcius, SpO2: 99%, TB:165 cm, BB: 60 kg. Faktor Predisposisi: Pasien mengatakan mengapa memilih untuk meminum obat zinth dari pada obat rehabilitas nya karena faktor dari pergaulan yang sesama mengkonsumsi alkohol dan obat zineth Faktor Presipitasi: Pasien adalah anak kelima dari lima bersaudara. Tinggal sendiri kedua orang tua sudah meninggal. Pasien belum menikah. Pasien mengatakan mengapa ia meminum obat zineth karena terpengruh dari teman nya saat meminum obat tersebut pasien mengatakan badan rileks dan pikiran tenang ketika meminum obat zineth sehingga keluarga pasien mengantar untuk dirawat di RSJ SL. Pasien mangtakan Orang yang berarti dalam hidupnya adalah kaka nya. Pasien tampak baik baik saja ketika ditanya tentang keadaan saat dirawat. perawatan, pasien tidak memiliki banyak teman, lebih banyak tidur, dan menyatakan “sulit untuk memulai percakapan” dengan orang lain. Ketika dalam ruang perawatan tidak pernah berdoa atau melalukan ritual keagamaan, dengan alasan “banyak pasien lain yang mengganggu dan ribut”. Hasil Pengkajian Status Mental: Aktivitas motorik lesu dan tidak berintraksi sesama teman satu kamar nya saat di rawat pasien lebih banyak mengahbiskan waktu nya untuk tidur. Kebutuhan persiapan pulang (fokus): Pasien dengan disiplin mengonsumsi obat sesuai dengan jadwal, dan mengonsumsi sesuai dosis yang diberikan. Mekanisme Koping: Ketika mendapatkan masalah, pasien lebih suka menghindar. Dan meminum alkohol dan obat zineth Masalah Psikososial dan Lingkungan: Tidak merasakan perlu untuk ikut serta secara sukarela dalam kegiatan kelompok di ruang perawatan. Lebih memilih untuk mengurus urusan sendiri dan tidur. Aspek Medik: Diagnosis penyakit, F.19.2 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat dan Penggunaan Zat Psikoatif. Terapi yang diberikan adalah Clobazam 10 mg (siang)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, diagnosis keperawatan utama yang sesuai dengan kondisi Tn. A adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketergantungan Zat Aktif
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan salah satu pelarian dari masalahnya dan beranggapan ketika meminum alkohol dan meminum obat zineth pasien merasa tenang dan rileks.
- Pasien mengatakan mengapa memilih untuk meminum obat zinth dari pada obat rehabilitas nya karena faktor dari pergaulan yang sesama mengkonsumsi alkohol dan obat zineth.
- Pasien mengatakan mengapa ia meminum obat zineth karena terpengaruh dari teman nya saat meminum obat tersebut pasien mengatakan badan rileks dan pikiran tenang ketika meminum obat zineth.
Data Objektif:
- Pasien tampak lesu dan lebih banyak untuk tidur.
- Pasien tampak baik-baik saja ketika ditanya tentang keadaan saat dirawat.
- Pasien tidak memiliki banyak teman, lebih banyak tidur, dan menyatakan "sulit untuk memulai percakapan" dengan orang lain.
- Aktivitas motorik pasien lesu dan tidak berinteraksi dengan sesama teman satu kamarnya saat dirawat, pasien lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur.
Etiologi:
- Faktor predisposisi: Pergaulan dengan teman yang juga mengonsumsi alkohol dan obat zineth.
- Faktor presipitasi: Stres akibat kehilangan orang tua dan tidak memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Masalah Keperawatan:
Ketergantungan Zat Aktif berhubungan dengan penggunaan obat zineth dan alkohol sebagai mekanisme koping yang maladaptif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Ketergantungan Zat
2. Pengetahuan: Penggunaan Zat Aktif
3. Partisipasi dalam Kegiatan Terapeutik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kontrol Ketergantungan Zat
a. Identifikasi pola dan penyebab penggunaan zat aktif
b. Kaji keinginan untuk berhenti menggunakan zat aktif
c. Kembangkan strategi menghindari penggunaan zat aktif
d. Pantau penggunaan zat aktif
e. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis
2. Pendidikan Kesehatan: Penggunaan Zat Aktif
a. Jelaskan dampak buruk penggunaan zat aktif
b. Edukasi tentang bahaya dan risiko penggunaan zat aktif
c. Ajarkan teknik relaksasi sebagai alternatif mengatasi stres
3. Terapi Aktivitas Kelompok
a. Fasilitasi pasien untuk terlibat dalam kegiatan kelompok
b. Dorong partisipasi pasien dalam kegiatan terapeutik
c. Evaluasi manfaat kegiatan kelompok bagi pasien
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol atas ketergantungan zat aktif, memperoleh pengetahuan yang baik tentang penggunaan zat aktif, serta terlibat secara aktif dalam kegiatan terapeutik selama perawatan di rumah sakit jiwa. -
Article No. 13808 | 12 Mar 2025
Klinis : SOP Pemeriksaan fisik sistem respirasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang disampaikan, yaitu Prosedur Standar Operasional (SOP) Pemeriksaan Fisik Sistem Respirasi, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Faktor fisiologis, seperti penyakit paru, kelemahan otot pernapasan, atau nyeri.
Gejala: Perubahan pola napas, napas dangkal, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu pernapasan.
SOP Pemeriksaan Fisik Sistem Respirasi:
Pemeriksaan fisik sistem respirasi merupakan langkah penting dalam mengevaluasi fungsi pernapasan pasien. Prosedur ini mencakup:
1. Inspeksi: Mengamati bentuk dada, gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi, penggunaan otot bantu pernapasan, dan frekuensi napas.
2. Palpasi: Menilai ekspansi dada, fremitus vocal, dan ada tidaknya nyeri.
3. Perkusi: Menilai resonansi paru.
4. Auskultasi: Mendengarkan bunyi napas, suara tambahan (mengi, ronki, wheezing), serta suara napas bronkial.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Pola Napas Efektif
Definisi: Kemampuan bernapas dengan mudah dan lancar yang memenuhi kebutuhan oksigen.
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi napas dalam batas normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
d. Tidak ada retraksi dinding dada
e. Oksigenasi adekuat (sesuai parameter normal)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Tujuan: Mendeteksi perubahan pola napas dan tanda-tanda vital lainnya.
Aktivitas:
a. Mengukur frekuensi napas, irama, dan kedalaman napas
b. Memantau penggunaan otot bantu pernapasan
c. Memantau saturasi oksigen
2. Manajemen Jalan Napas
Tujuan: Mempertahankan permeabilitas jalan napas.
Aktivitas:
a. Mengatur posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ventilasi
b. Melakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
c. Mengajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
Tujuan: Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang kondisi pernapasan.
Aktivitas:
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik sistem respirasi
b. Mengajarkan teknik pernapasan yang benar
c. Memberikan edukasi tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola napas
Setiap intervensi keperawatan harus dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai luaran/output yang diharapkan. Evaluasi terus-menerus juga diperlukan untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 13809 | 12 Mar 2025
Klinis : SOP Pemeriksaan fisik sistem respirasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "SOP Pemeriksaan fisik sistem respirasi" dengan format yang terstruktur dan penjelasan yang rinci.
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z01.89
- Deskripsi: Pemeriksaan medis rutin lainnya, termasuk pemeriksaan fisik sistem respirasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.31
- Deskripsi: Pemeriksaan fisik paru-paru dan dinding dada, termasuk perkusi dan auskultasi.
Penjelasan:
Dalam praktik kedokteran, pemeriksaan fisik sistem respirasi merupakan bagian penting dari evaluasi klinis pasien. Kode ICD-10 Z01.89 digunakan untuk mengkodekan pemeriksaan medis rutin lainnya, termasuk pemeriksaan fisik sistem respirasi. Pemeriksaan ini mencakup inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk menilai fungsi pernapasan dan kondisi paru-paru.
Kode ICD-9-CM 89.31 digunakan untuk mengkodekan prosedur atau tindakan medis terkait pemeriksaan fisik paru-paru dan dinding dada, termasuk perkusi dan auskultasi. Prosedur ini dilakukan untuk mendeteksi adanya abnormalitas atau penyakit pada sistem pernapasan, seperti adanya wheezing, ronki, atau perbedaan suara napas antara kedua paru-paru.
Pemeriksaan fisik sistem respirasi merupakan langkah penting dalam proses diagnosis dan pengelolaan kondisi kesehatan pasien. Hasil pemeriksaan ini dapat memberikan informasi berharga tentang fungsi pernapasan, keadaan paru-paru, dan membantu mengarahkan tindakan diagnostik atau terapeutik selanjutnya. -
Article No. 13810 | 12 Mar 2025
Klinis : SOP Pemeriksaan fisik sistem respirasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah informasi yang rinci untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi pemeriksaan fisik sistem respirasi adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini mengacu pada ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Hal ini dapat terjadi karena adanya obstruksi pada saluran napas, gangguan pada struktur atau fungsi paru-paru, atau perubahan pada mekanika pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Kriteria hasil: Frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali/menit), irama napas teratur, kedalaman napas adekuat, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
- Indikator: Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pernapasan yang efektif, saturasi oksigen dalam batas normal, tidak ada keluhan sesak napas.
2. Ventilasi Paru Adekuat
- Kriteria hasil: Nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) dalam batas normal, tidak ada suara napas tambahan.
- Indikator: Pasien dapat bernafas dengan mudah, pengembangan dada simetris, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Pemantauan Respirasi
- Tujuan: Mengidentifikasi perubahan pola napas dan respons terhadap terapi.
- Kegiatan: Memantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas, serta tanda-tanda distres pernapasan.
2. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang paten.
- Kegiatan: Memberikan oksigen sesuai kebutuhan, memonitor status oksigenasi, mengajarkan teknik batuk efektif, dan melakukan suction jika diperlukan.
3. Latihan Pernapasan
- Tujuan: Meningkatkan fungsi ventilatif paru.
- Kegiatan: Mengajarkan teknik pernapasan diafragmatik, pursed-lip breathing, dan latihan fisik yang dapat meningkatkan kekuatan otot pernapasan.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena pemeriksaan fisik sistem respirasi dapat mengidentifikasi adanya perubahan pada pola napas, ventilasi paru, atau mekanika pernapasan yang dapat menyebabkan ketidakefektifan pola napas. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif dan ventilasi paru yang adekuat, yang dapat diukur melalui kriteria hasil dan indikator yang spesifik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan respirasi untuk mengidentifikasi perubahan, manajemen jalan napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten, serta latihan pernapasan untuk meningkatkan fungsi ventilatif paru. Penerapan intervensi ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13811 | 12 Mar 2025
Klinis : buatkan Analisis Data (Lakukan analisis data hasil pengkajian dengan bantuan tabel analisis data berikut ini) Data Subjektif dan Objektif Etiologi Masalah Keperawatan berdasarkan data ini : Alasan masuk : - Pada hari rabu, 26 Febuari 2025 jam 15.40 wita TN.N dibawa oleh polisi dalam keadaan kurus,pasien tampak gelisah,saat dilakukan wawancara kadang nyambung, pasien sudah lama mengkonsumsi shabu dan minum alkohol,rata -rata seminggu seklai pakai shabu - Menurut istri pasien mengalami perubahan perilaku sekitar 3 minggu sering sendiri ,marah -marah bahkan ada memukul keluarga , namun 2- 3 hari kondiri pasien tambah parah sudah membakar rumah, namun sempat dipadamkan, pasien ± 1,5 tahun konsumsi shabu. - Riwayat penyakit dahulu : pasien pernah berobat ke RS Ansari Saleh tahun 2020 tapi 1 bulan saja. Keluhan utama : - Pada hari selasa, 04 maret 2025 jam 12.00 wita (5 hari perawatan) saya bethriany bertemu dan melakukan pengakjian kepada pasien. Hasil pengkajian : pada saat diajak berkomunikasi pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan nyambung, akan tetapi terkadang pasien terlihat sering meintimidasi dengan tatapan sedikit melotot dan sering tiba-tiba bertanya kenapa ditanya- ditanya dengan nada sedikit kesal. Pemeriksan fisik : - Data subjektif : Pasien mengatakan bahwa ia masuk RSJ ditangkap oleh polisi dikarenakan membakar horden dirumahnya dan di lapor bahwa ia sering menganggu warga sekitar rumahnya. Pasien juga mengatakan ia minum alkohol serta mengkonsumi shabu dan sering ribut dengan istri dirumahnya serta orang dilingkungan rumahnya sering mengatakan ia tidak waras. - Data objektif : Pada saat diwawancara pasien sedang duduk dengan ekpresi atau tatapan mata seperti meintimidasi dengan tatapan seolah olah ingin membuat ancaman agar takut ( jangan dekat dekat sama saya nanti kalian hamil con) dan tiba tiba sering bertanya untuk apa ditanya- tanya? Pemeriksaan fisik : - TD : 126/81 mmHg, N: 89x/menit, T: 36,7 C, SPO2: 99% R: 20X/menit Faktor predisposisi : - Pasien sebelumnya pernah dirawat di RS Ansari Saleh tahun 2020 tapi Cuma 1 bulan, pasien mengatakan 4 tahun lalu pernah berhenti mengkonsumsi shabu tetapi kurang lebih 1tahun ini kembali mengkonsumsi shabu lagi. Faktor presipitasi : - Pasien adalah suami dan ayah dari dua anaknya, pasien tinggal 1 rumah dengan istrinya dan anaknya dirumah. - Pasien mengatakan sering ribut dengan istrinya dirumah masalah keungan dan dia tidak bekerja, serta orang orang dilingkungannya sering mengatai ia tidak waras dan pasien juga sering mengaduh /mengaggu masyarakat disana, ketika diruang perawatan pasien mampu berteman baik dengan temam sekamarnya, akan tetapi pasien lebih sering memilih untuk baring dan tidur, mata pasien terlihat memilki mata panda yang gelap. Kebutuhan persiapan pulang - Penkes tentang edukasi meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang sudah diberikan Hasil pengkajian status mental : - Dari penampilan fisik, pasien mampu berpakaian bersih dan rapi , rambut pasien sedikit panjang, saat diwawancara pasien terlihat seperti seperti menaruh kecurigaan ketika ditanya sambil menatap dengan seolah olah meintimidasi, pasien merasa dirinya dianggap berbohong jika bercerita Mekanimsme koping : - Pasien mengatakan jika stress pasien mengalihkan nya dengan memancing dan terkadang minum alkohol ( sebelum masuk rumah sakit) - Pada saat dirumah sakit pasien mengalihkan pikiran stress nya dengan tidur saja Masalah psikososial : - Pada saat sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan dilingkan rumanya ada beberapa orang yang tidak suka dengan dirinya dan sering mengatakan ia tidak waras , karena sering berbicara hal yang mungkin tidak dipercaya seperti informasi yang belum pasti itu terjadi. Dan pasien mengatakan ia sering menganggu warga sekitar dengan tiba tiba marah -marah. Aspek medik : - Diagnosa penyakit F.15.1 gangguan mental dan perilaku implusif ( penggunaan napza jenis shabu dan alkohol)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah analisis data, diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Analisis Data:
Data Subjektif:
- Pasien mengkonsumsi shabu dan minum alkohol secara rutin, rata-rata seminggu sekali pakai shabu.
- Pasien pernah dirawat di RS Ansari Saleh tahun 2020 tapi hanya 1 bulan.
- Pasien masuk rumah sakit jiwa karena membakar horden di rumahnya dan sering mengganggu warga sekitar.
- Pasien sering ribut dengan istri dan orang-orang di lingkungannya.
Data Objektif:
- Pasien tampak gelisah dan kadang-kadang tidak nyambung saat berkomunikasi.
- Pasien terlihat sering mengintimidasidengan tatapan matanya yang melotot.
- Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.
- Pasien lebih sering memilih untuk berbaring dan tidur di ruang perawatan.
Etiologi:
- Riwayat penyalahgunaan zat (shabu dan alkohol)
- Masalah psikososial (konflik dengan istri dan warga sekitar)
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan riwayat penyalahgunaan zat dan masalah psikososial.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Kekerasan terkendali
- Pasien dapat mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan
- Pasien dapat menunjukkan strategi mengatasi perilaku kekerasan
- Pasien dapat menerapkan strategi mengatasi perilaku kekerasan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan
- Kaji tanda dan gejala perilaku kekerasan
- Identifikasi pemicu perilaku kekerasan
- Ajarkan strategi mengendalikan perilaku kekerasan
- Fasilitasi penggunaan obat-obatan sesuai resep
- Berikan lingkungan yang aman dan terapeutik
- Libatkan keluarga dalam perawatan
2. Terapi Perilaku
- Identifikasi perilaku target yang ingin diubah
- Kembangkan kontrak perilaku dengan pasien
- Berikan penguatan positif saat pasien menunjukkan perilaku yang diinginkan
- Pantau kemajuan pasien dalam mencapai perilaku yang diinginkan
3. Terapi Kelompok
- Fasilitasi diskusi mengenai topik yang relevan dengan kebutuhan pasien
- Bantu pasien untuk saling mendukung dan memberi umpan balik positif
Penjelasan: Diagnosa keperawatan "Risiko Perilaku Kekerasan" dipilih karena pasien menunjukkan tanda-tanda perilaku kekerasan seperti intimidasi dengan tatapan mata, sering marah-marah, dan mengganggu warga sekitar. Riwayat penyalahgunaan zat dan masalah psikososial merupakan faktor etilogi yang berkontribusi terhadap risiko perilaku kekerasan pada pasien. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang diberikan fokus pada manajemen perilaku kekerasan, terapi perilaku, dan terapi kelompok untuk membantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan, mengembangkan strategi koping yang efektif, serta mendukung pemulihan secara optimal. -
Article No. 13812 | 12 Mar 2025
Klinis : Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi diare.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi diare:
1. Diare
Definisi: Buang air besar dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya, konsistensi tinja yang encer atau cair.
Karakteristik Definisi:
- Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali per hari
- Konsistensi tinja encer atau cair
- Perubahan pola defekasi
- Rasa tidak nyaman di perut
- Kram abdomen
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
- Klien menunjukkan nilai vital yang stabil
- Klien tidak mengalami dehidrasi
- Klien tidak mengalami ketidakseimbangan elektrolit
2. Kontrol Diare
- Frekuensi diare menurun menjadi 1-2 kali per hari
- Konsistensi tinja menuju normal
- Klien tidak mengalami komplikasi akibat diare
- Klien melaporkan rasa nyaman di perut
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
- Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, bibir kering, dll)
- Pantau nilai vital (TD, nadi, respirasi, suhu)
- Pantau asupan dan pengeluaran cairan
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
2. Manajemen Diare
- Kaji penyebab dan faktor risiko diare
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan pengobatan
- Anjurkan klien untuk mengonsumsi makanan dan cairan yang mudah dicerna
- Ajarkan klien dan keluarga tentang perawatan diare dan pencegahan komplikasi
- Berikan obat-obatan antidiare sesuai dengan resep dokter
3. Edukasi Kesehatan
- Ajarkan klien dan keluarga tentang pencegahan diare
- Beri edukasi terkait kebersihan diri dan sanitasi lingkungan
- Dorong klien dan keluarga untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan diare dipilih karena klien mengalami buang air besar dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya serta konsistensi tinja yang encer atau cair. Tujuan luaran yang diharapkan adalah pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit serta kontrol diare agar kondisi klien membaik. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan cairan dan elektrolit, manajemen diare, serta edukasi kesehatan kepada klien dan keluarga. Dengan intervensi yang komprehensif diharapkan klien dapat pulih dari diare dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.