Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14046 | 13 Mar 2025
Klinis : seorang anak perempuan 15 tahun dengan bb 48 kg dan Tb 158 cm. tentukan bb ideal dan RDA nya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada usia remaja.
2. Aktivitas Fisik Tidak Seimbang
- Definisi: Kondisi di mana individu menunjukkan pola aktivitas fisik yang tidak seimbang.
- Faktor Risiko: Gaya hidup sedentari, kurangnya motivasi untuk berolahraga.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan menentukan diagnosis keperawatan.
- Membantu perawat dalam proses pengkajian, menentukan diagnosis, dan merencanakan intervensi keperawatan yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan yang dilakukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Membantu perawat dalam memilih intervensi yang tepat dan efektif untuk mengatasi masalah kesehatan klien.
Kondisi Anak Perempuan 15 Tahun:
- Berat Badan (BB): 48 kg
- Tinggi Badan (TB): 158 cm
Berat Badan Ideal:
- Rumus: BB Ideal = (TB - 100) - ((TB - 150) / 4)
- BB Ideal = (158 - 100) - ((158 - 150) / 4)
- BB Ideal = 58 - 2
- BB Ideal = 56 kg
Recommended Dietary Allowance (RDA):
- RDA untuk perempuan usia 14-18 tahun:
- Energi: 2,200 kkal/hari
- Protein: 46 gram/hari
- Vitamin A: 700 mcg/hari
- Vitamin C: 65 mg/hari
- Kalsium: 1,300 mg/hari
- Zat Besi: 15 mg/hari -
Article No. 14047 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, usia 45 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan sejak 2 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan kesemutan dan kelemahan pada tungkai kanan, terutama setelah duduk dalam waktu lama. Riwayat pekerjaan pasien sebagai pekerja konstruksi yang sering mengangkat beban berat. Skala nyeri 7/10 menurut Numerical Rating Scale (NRS). Data hasil pemeriksaan fisik: Inspeksi: Postur tubuh pasien tampak cenderung miring ke satu sisi untuk menghindari nyeri, Palpasi: Teraba ketegangan otot paraspinal di daerah. lumbal. Pemeriksaan neurologis: Tes Lasegue (+) pada tungkai kanan (nyeri meningkat saat tungkai diangkat ≥30°), Refleks patella kanan menurun, Kekuatan otot tungkai kanan 3/5 (kelemahan motorik). Hasil Pemeriksaan Penunjang MRI Lumbal: Herniasi nukleus pulposus (HNP) L4-L5 dengan kompresi pada akar saraf L5, Penipisan diskus intervertebralis L4-L5. Rontgen Lumbal: Penyempitan celah intervertebralis L4-L5, Spondilosis ringan. EMG (Elektromiografi): Menunjukkan adanya radikulopati L5 pada tungkai kanan. Pasien diberikan terapi farmakologis (NSAID dan pelemas otot) serta fisioterapi untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas. Namun, pasien masih merasa kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan herniasi nukleus pulposus (HNP) L4-L5 dengan kompresi pada akar saraf L5, ditandai dengan skala nyeri 7/10 menurut NRS, pasien tampak cenderung miring untuk menghindari nyeri, dan teraba ketegangan otot paraspinal di daerah lumbal.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri Kronis adalah respon sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan mobilisasi, dan peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, terapi modalitas nyeri, mobilisasi, dan edukasi kepada pasien.
2. Kelemahan Motorik berhubungan dengan radikulopati L5 pada tungkai kanan, ditandai dengan kekuatan otot tungkai kanan 3/5 dan refleks patella kanan menurun.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kelemahan Motorik adalah penurunan kekuatan otot dari kondisi normal yang dapat mengganggu aktivitas.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah peningkatan kekuatan otot dan kemampuan mobilisasi.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain latihan range of motion, latihan kekuatan otot, dan edukasi kepada pasien.
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri punggung bawah dan kelemahan motorik, ditandai dengan pasien merasa kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan mobilisasi dan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain latihan mobilisasi, terapi modalitas nyeri, dan edukasi kepada pasien. -
Article No. 14048 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, usia 45 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan sejak 2 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan kesemutan dan kelemahan pada tungkai kanan, terutama setelah duduk dalam waktu lama. Riwayat pekerjaan pasien sebagai pekerja konstruksi yang sering mengangkat beban berat. Skala nyeri 7/10 menurut Numerical Rating Scale (NRS). Data hasil pemeriksaan fisik: Inspeksi: Postur tubuh pasien tampak cenderung miring ke satu sisi untuk menghindari nyeri, Palpasi: Teraba ketegangan otot paraspinal di daerah. lumbal. Pemeriksaan neurologis: Tes Lasegue (+) pada tungkai kanan (nyeri meningkat saat tungkai diangkat ≥30°), Refleks patella kanan menurun, Kekuatan otot tungkai kanan 3/5 (kelemahan motorik). Hasil Pemeriksaan Penunjang MRI Lumbal: Herniasi nukleus pulposus (HNP) L4-L5 dengan kompresi pada akar saraf L5, Penipisan diskus intervertebralis L4-L5. Rontgen Lumbal: Penyempitan celah intervertebralis L4-L5, Spondilosis ringan. EMG (Elektromiografi): Menunjukkan adanya radikulopati L5 pada tungkai kanan. Pasien diberikan terapi farmakologis (NSAID dan pelemas otot) serta fisioterapi untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas. Namun, pasien masih merasa kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Karakteristik mayor: Melaporkan nyeri, Ekspresi wajah menunjukkan nyeri, Tingkah laku protektif, Menghindar dari aktivitas.
Faktor yang berhubungan: Agen cidera fisik (herniasi nukleus pulposus, penipisan diskus intervertebral).
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada satu atau lebih ekstremitas.
Karakteristik mayor: Melaporkan kesulitan untuk bergerak, Penurunan rentang gerak, Penurunan kekuatan otot.
Faktor yang berhubungan: Nyeri, Gangguan neuromuskular (radikulopati L5).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Indikator:
- Melaporkan nyeri terkontrol
- Ekspresi wajah menunjukkan tidak ada nyeri
- Tidak menghindari aktivitas karena nyeri
Target: Skala nyeri menurun menjadi 3/10 (NRS)
2. Mobilitas Fisik
Indikator:
- Melakukan pergerakan fisik tanpa bantuan
- Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan
- Melaporkan peningkatan kekuatan otot
Target: Peningkatan kekuatan otot tungkai kanan menjadi 4/5, dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, faktor pencetus)
- Berikan intervensi farmakologis (NSAID, pelemas otot) dan non-farmakologis (kompres hangat, teknik relaksasi)
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika perlu
2. Peningkatan Mobilitas
- Evaluasi kemampuan fungsional pasien
- Berikan latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk penatalaksanaan rehabilitasi
- Ajarkan pasien teknik mobilisasi yang aman
- Evaluasi perkembangan dan lakukan penyesuaian intervensi jika perlu
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam merencanakan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien tersebut. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14049 | 13 Mar 2025
Klinis : seorang anak memiliki benjolan di area kaki.terdapat keluhan nyeri saat berjalan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan:
- Kondisi anak dengan benjolan di area kaki dan keluhan nyeri saat berjalan mengindikasikan adanya nyeri akut.
- Nyeri akut adalah nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan dirasakan dalam jangka waktu yang relatif singkat.
- Penyebab nyeri dapat berupa kerusakan jaringan atau inflamasi di area kaki.
2. Mobilitas Fisik Terganggu
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal yang membatasi pergerakan tubuh secara mandiri.
Penjelasan:
- Kondisi benjolan di area kaki dan nyeri saat berjalan dapat mengganggu mobilitas fisik anak.
- Gangguan mobilitas fisik ini dapat membatasi kemampuan anak untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SDKI bertujuan untuk memberikan panduan dalam menentukan diagnosis keperawatan yang tepat berdasarkan pengkajian klinis.
- Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut dan Mobilitas Fisik Terganggu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar yang berisi luaran-luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
- Untuk diagnosis Nyeri Akut, luaran yang diharapkan adalah pengurangan rasa nyeri, peningkatan kemampuan mengontrol nyeri, dan peningkatan kepuasan pasien terhadap penanganan nyeri.
- Untuk diagnosis Mobilitas Fisik Terganggu, luaran yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan mobilisasi, peningkatan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, dan peningkatan kualitas hidup.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI adalah standar yang berisi intervensi-intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Untuk diagnosis Nyeri Akut, intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi komplementer, dan edukasi pasien dan keluarga.
- Untuk diagnosis Mobilitas Fisik Terganggu, intervensi yang dapat dilakukan antara lain latihan mobilisasi, bantuan alat bantu gerak, terapi fisik, dan edukasi pasien dan keluarga.
Dengan demikian, standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI dapat digunakan sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk anak dengan kondisi benjolan di kaki disertai nyeri saat berjalan. -
Article No. 13824 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan muntah menyemprot sebanyak 3 kali setelah terjatuh dari kasur 4 jam SMRS. Pasien terjatuh ditemukan dengan posisi terlentang. Pasien masih mau menyusu (+) dan tidak tampak mengantuk. Penurunan kesadaran (-), keluar cairan dari hidung dan telinga (-).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosis Keperawatan: Risiko Cedera Kepala Traumatis
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko untuk mengalami cedera pada struktur dan fungsi otak akibat trauma pada kepala.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan integritas struktur dan fungsi otak setelah mengalami trauma kepala.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan neurologis, pemberian tindakan pertolongan pertama, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut.
Sebagai seorang perawat, saya memastikan bahwa pasien yang mengalami jatuh dari tempat tidur dengan keluhan muntah, penurunan kesadaran, dan tanda-tanda lain yang mengarah pada cedera kepala traumatis perlu mendapatkan penanganan segera dan komprehensif. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, sangat penting untuk menentukan tingkat keparahan cedera dan rencana tindak lanjut yang tepat. -
Article No. 13825 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan muntah menyemprot sebanyak 3 kali setelah terjatuh dari kasur 4 jam SMRS. Pasien terjatuh ditemukan dengan posisi terlentang. Pasien masih mau menyusu (+) dan tidak tampak mengantuk. Penurunan kesadaran (-), keluar cairan dari hidung dan telinga (-).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Karakteristik Mayor: Produksi sekret berlebih, Dispnea, Suara napas tidak normal (ronki, wheezing, stridor).
Karakteristik Minor: Perubahan frekuensi napas, Perubahan irama napas, Sianosis.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada produksi sekret berlebih
- Tidak ada suara napas tidak normal
- Tidak ada sianosis
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Jalan Napas
Tujuan: Mengidentifikasi perubahan pada jalan napas dan memfasilitasi pemeliharaan bersihan jalan napas.
Aktivitas:
- Memantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas
- Memantau keberadaan, jumlah, dan karakteristik sekret
- Memantau tanda-tanda obstruksi jalan napas (stridor, wheezing, ronki)
- Memantau tanda-tanda hipoksia (sianosis, perubahan warna kulit, perubahan mental)
2. Manajemen Jalan Napas
Tujuan: Mempertahankan atau memperbaiki bersihan jalan napas.
Aktivitas:
- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Memberikan oksigen, jika diperlukan
- Memfasilitasi batuk efektif dan suction, jika diperlukan
- Melakukan fisioterapi dada, jika diperlukan
3. Manajemen Muntah
Tujuan: Mencegah, mengendalikan, atau mengurangi episode muntah.
Aktivitas:
- Memantau frekuensi, jumlah, dan karakteristik muntah
- Memposisikan pasien untuk mencegah aspirasi
- Memberikan antiemetik, jika diperlukan
- Mengajarkan teknik untuk mengurangi muntah, seperti teknik relaksasi
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien mengalami keluhan muntah menyemprot, yang dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki bersihan jalan napas pasien, sehingga kriteria hasil yang diharapkan adalah frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada produksi sekret berlebih, tidak ada suara napas tidak normal, dan tidak ada sianosis.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan jalan napas untuk mengidentifikasi perubahan, manajemen jalan napas untuk mempertahankan atau memperbaiki bersihan jalan napas, dan manajemen muntah untuk mencegah, mengendalikan, atau mengurangi episode muntah. Aktivitas-aktivitas dalam intervensi keperawatan ini dirancang untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan. -
Article No. 13826 | 12 Mar 2025
Klinis : buatkan luaran dan intervensi dari seluruh diagnosa ini : Data subjektif dan objektif Etiologi Masalah keperawatan DS: - Pasien mengatakan mendengar suara bisikan yang memanggil namanya dan menyuruhnya untuk kabur - Dalam 1 hari sering muncul ±10 kali bisikan - Bisikan muncul setiap saat dan sering muncul pada siang hari - Pasien mengatakan kesal karena terus mendengar suara bisikan namanya dan menuruti apa yang didengarnya DO: - Pasien tampak berbicara sendiri dengan tembok - Pasien tampak merespon suara yang didengarnya dengan mengomel dan kesal dengan ekspresi yang marah - Pasien pernah mencoba kabur Gangguan persepsi sensori (halusinasi) pendengaran ↑ Penyalahgunaan obat-obatan ↑ Koping individu dan keluarga tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Gangguan persepsi sensori berhbuungan dengan gangguan pendengaran DS: Pasien mengatakan kesal dan ingin memukuli karena suara bisikan yang didengarnya memanggil namanya terus-menerus. DO: - Pasien tampak kesal dan terkadang menendang tembok dan ranjang tidurnya dan merusak lingkungan - Tatapan mata pasien tajam - Bicara lantang dan kencang - Ekspresi wajar marah dan kesal Risiko perilaku kekerasan mencederai orang lain dan lingkungan ↑ Gangguan persepsi sensori (halusinasi) pendengaran ↑ Koping individu dan keluarga tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi DS: Pasien mengatakan ia sudah mandi DO: Pasien tampak lesu, tubuh kotor dan bau, rambut berketombe, gigi dan telinga kotor Defisit perawatan diri ↑ Koping individu tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis DS: Pasien mengatakan jika ia ada masalah, ia lebih memilih keluar Bersama teman-temannya dan minum alkohol DO: Penyalahgunaan zat dan perilaku tidak asertif Koping individu tidak efektif ↑ Penyalgunaan zat ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan strategi koping DS: Pasien menanyakan apa yang yang ia alami saat ini DO: Pasien tampak lesu dan bertanya tentang penyakit dan apa yang sedang dialaminya Defisit pengetahuan ↑ Ketidaktahuan tentang penyakit ↑ Gangguan persepsi sensori (halusinasi) pendengaran ↑ Koping individu dan keluarga tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang penyakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta luaran dan intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran
- SDKI: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
- SLKI: Peningkatan Persepsi Sensori
- SIKI: Manajemen Halusinasi
Luaran:
- Klien dapat mengenali tanda dan gejala halusinasi
- Klien dapat mengatasi halusinasi dengan menggunakan strategi koping yang efektif
- Klien dapat melaporkan penurunan frekuensi dan durasi halusinasi
Intervensi:
- Kaji tipe, frekuensi, durasi, dan respons klien terhadap halusinasi
- Bantu klien mengidentifikasi penyebab dan faktor pencetus halusinasi
- Ajarkan teknik manajemen halusinasi (distraksi, realitas orientasi, dll.)
- Libatkan keluarga dalam manajemen halusinasi klien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan farmakologis, jika diperlukan
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
- SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan
- SLKI: Kontrol Perilaku
- SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
Luaran:
- Klien dapat mengenali tanda-tanda perilaku kekerasan
- Klien dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mencegah perilaku kekerasan
- Klien dapat menunjukkan perilaku yang tidak melukai diri sendiri atau orang lain
Intervensi:
- Kaji tanda-tanda perilaku kekerasan dan faktor pencetus
- Ajarkan teknik manajemen marah dan pengendalian diri
- Ciptakan lingkungan yang aman dan mendukung
- Libatkan keluarga dalam manajemen perilaku kekerasan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan farmakologis, jika diperlukan
3. Diagnosa Keperawatan: Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- SLKI: Peningkatan Perawatan Diri
- SIKI: Perawatan Diri
Luaran:
- Klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri
- Klien dapat menjaga kebersihan diri dan berpenampilan rapi
- Klien dapat mempertahankan perawatan diri yang adekuat
Intervensi:
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri
- Ajarkan teknik perawatan diri yang benar
- Sediakan alat bantu perawatan diri, jika diperlukan
- Libatkan keluarga dalam memotivasi klien untuk perawatan diri
- Berikan pujian dan dukungan saat klien melakukan perawatan diri dengan baik
4. Diagnosa Keperawatan: Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan strategi koping
- SDKI: Koping Tidak Efektif
- SLKI: Peningkatan Koping
- SIKI: Terapi Koping
Luaran:
- Klien dapat mengidentifikasi strategi koping yang efektif
- Klien dapat menerapkan strategi koping yang efektif dalam mengatasi masalah
- Klien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan koping
Intervensi:
- Kaji pola koping klien saat menghadapi masalah
- Ajarkan teknik koping yang efektif (relaksasi, manajemen stres, dll.)
- Dorong klien untuk mencoba dan menerapkan strategi koping yang efektif
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan bagi klien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi psikososial, jika diperlukan
5. Diagnosa Keperawatan: Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang penyakit
- SDKI: Defisit Pengetahuan
- SLKI: Peningkatan Pengetahuan
- SIKI: Pendidikan Kesehatan
Luaran:
- Klien dapat menjelaskan tentang penyakit yang dialaminya
- Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala penyakit
- Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengelola penyakitnya
Intervensi:
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit yang dialaminya
- Berikan informasi dan edukasi tentang penyakit, tanda-tanda, dan penatalaksanaannya
- Gunakan media edukasi yang sesuai dengan kemampuan klien
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi agar dapat mendukung klien
- Evaluasi pemahaman klien dan berikan umpan balik yang konstruktif -
Article No. 13827 | 12 Mar 2025
Klinis : buatkan luaran dan intervensi dari seluruh diagnosa ini : Data subjektif dan objektif Etiologi Masalah keperawatan DS: - Pasien mengatakan mendengar suara bisikan yang memanggil namanya dan menyuruhnya untuk kabur - Dalam 1 hari sering muncul ±10 kali bisikan - Bisikan muncul setiap saat dan sering muncul pada siang hari - Pasien mengatakan kesal karena terus mendengar suara bisikan namanya dan menuruti apa yang didengarnya DO: - Pasien tampak berbicara sendiri dengan tembok - Pasien tampak merespon suara yang didengarnya dengan mengomel dan kesal dengan ekspresi yang marah - Pasien pernah mencoba kabur Gangguan persepsi sensori (halusinasi) pendengaran ↑ Penyalahgunaan obat-obatan ↑ Koping individu dan keluarga tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Gangguan persepsi sensori berhbuungan dengan gangguan pendengaran DS: Pasien mengatakan kesal dan ingin memukuli karena suara bisikan yang didengarnya memanggil namanya terus-menerus. DO: - Pasien tampak kesal dan terkadang menendang tembok dan ranjang tidurnya dan merusak lingkungan - Tatapan mata pasien tajam - Bicara lantang dan kencang - Ekspresi wajar marah dan kesal Risiko perilaku kekerasan mencederai orang lain dan lingkungan ↑ Gangguan persepsi sensori (halusinasi) pendengaran ↑ Koping individu dan keluarga tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi DS: Pasien mengatakan ia sudah mandi DO: Pasien tampak lesu, tubuh kotor dan bau, rambut berketombe, gigi dan telinga kotor Defisit perawatan diri ↑ Koping individu tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis DS: Pasien mengatakan jika ia ada masalah, ia lebih memilih keluar Bersama teman-temannya dan minum alkohol DO: Penyalahgunaan zat dan perilaku tidak asertif Koping individu tidak efektif ↑ Penyalgunaan zat ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan strategi koping DS: Pasien menanyakan apa yang yang ia alami saat ini DO: Pasien tampak lesu dan bertanya tentang penyakit dan apa yang sedang dialaminya Defisit pengetahuan ↑ Ketidaktahuan tentang penyakit ↑ Gangguan persepsi sensori (halusinasi) pendengaran ↑ Koping individu dan keluarga tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang penyakit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran atau hasil yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran
Luaran (SLKI):
- Pasien dapat mengidentifikasi halusinasi auditori yang dialami
- Pasien dapat mengontrol halusinasi auditori
- Pasien dapat meningkatkan fungsi kognitif
Intervensi (SIKI):
- Kaji tipe, frekuensi, durasi, dan karakteristik halusinasi auditori
- Bantu pasien mengidentifikasi halusinasi
- Latih pasien untuk mengabaikan atau mengontrol halusinasi
- Berikan terapi psikofarmaka sesuai indikasi
- Terapkan terapi modalitas (terapi okupasi, terapi aktivitas, psikoterapi)
- Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
Luaran (SLKI):
- Pasien dapat mengendalikan dorongan untuk berperilaku agresif
- Pasien dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengelola perilaku kekerasan
- Pasien dapat meningkatkan kemampuan dalam mengelola stres
Intervensi (SIKI):
- Kaji tanda-tanda perilaku kekerasan
- Ciptakan lingkungan yang aman dan terapeutik
- Latih pasien untuk menggunakan teknik relaksasi dan distraksi
- Berikan obat sedatif-hipnotik sesuai indikasi
- Libatkan keluarga dalam pengawasan dan dukungan
- Ajarkan keluarga untuk mengenali tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Diagnosa Keperawatan: Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis
Luaran (SLKI):
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri
- Pasien dapat meningkatkan kebersihan dan penampilan diri
- Pasien dapat mempertahankan perawatan diri yang adekuat
Intervensi (SIKI):
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri yang sulit
- Ajarkan teknik perawatan diri yang benar
- Motivasi pasien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri
- Libatkan keluarga dalam memantau dan membantu perawatan diri pasien
4. Diagnosa Keperawatan: Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan strategi koping
Luaran (SLKI):
- Pasien dapat mengidentifikasi strategi koping yang efektif
- Pasien dapat menerapkan strategi koping yang efektif dalam mengatasi masalah
- Pasien dapat mempertahankan koping yang efektif
Intervensi (SIKI):
- Kaji pola koping pasien dalam menghadapi masalah
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi koping pasien
- Ajarkan teknik koping yang efektif (relaksasi, distraksi, manajemen stres)
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memberikan dukungan psikososial
- Libatkan keluarga dalam membantu pasien mengembangkan koping yang efektif
5. Diagnosa Keperawatan: Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang penyakit
Luaran (SLKI):
- Pasien dapat menjelaskan penyakit dan pengobatannya
- Pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala penyakit
- Pasien dapat menjelaskan peran keluarga dalam perawatan
Intervensi (SIKI):
- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan pengobatannya
- Berikan informasi yang mudah dipahami tentang penyakit, pengobatan, dan perawatan
- Dorong pasien untuk bertanya dan mengungkapkan kekhawatirannya
- Libatkan keluarga dalam pemberian informasi dan edukasi
- Evaluasi pemahaman pasien secara berkala dan berikan umpan balik
Setiap diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diberikan merupakan satu kesatuan yang saling terkait untuk mencapai hasil perawatan yang optimal bagi pasien. Perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik dan melibatkan tim kesehatan lain serta keluarga dalam proses asuhan keperawatan. -
Article No. 13828 | 12 Mar 2025
Klinis : buatkan luaran dan intervensi dari seluruh diagnosa ini : Data subjektif dan objektif Etiologi Masalah keperawatan DS: - Pasien mengatakan mendengar suara bisikan yang memanggil namanya dan menyuruhnya untuk kabur - Dalam 1 hari sering muncul ±10 kali bisikan - Bisikan muncul setiap saat dan sering muncul pada siang hari - Pasien mengatakan kesal karena terus mendengar suara bisikan namanya dan menuruti apa yang didengarnya DO: - Pasien tampak berbicara sendiri dengan tembok - Pasien tampak merespon suara yang didengarnya dengan mengomel dan kesal dengan ekspresi yang marah - Pasien pernah mencoba kabur Gangguan persepsi sensori (halusinasi) pendengaran ↑ Penyalahgunaan obat-obatan ↑ Koping individu dan keluarga tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Gangguan persepsi sensori berhbuungan dengan gangguan pendengaran DS: Pasien mengatakan kesal dan ingin memukuli karena suara bisikan yang didengarnya memanggil namanya terus-menerus. DO: - Pasien tampak kesal dan terkadang menendang tembok dan ranjang tidurnya dan merusak lingkungan - Tatapan mata pasien tajam - Bicara lantang dan kencang - Ekspresi wajar marah dan kesal Risiko perilaku kekerasan mencederai orang lain dan lingkungan ↑ Gangguan persepsi sensori (halusinasi) pendengaran ↑ Koping individu dan keluarga tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi DS: Pasien mengatakan ia sudah mandi DO: Pasien tampak lesu, tubuh kotor dan bau, rambut berketombe, gigi dan telinga kotor Defisit perawatan diri ↑ Koping individu tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis DS: Pasien mengatakan jika ia ada masalah, ia lebih memilih keluar Bersama teman-temannya dan minum alkohol DO: Penyalahgunaan zat dan perilaku tidak asertif Koping individu tidak efektif ↑ Penyalgunaan zat ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan strategi koping DS: Pasien menanyakan apa yang yang ia alami saat ini DO: Pasien tampak lesu dan bertanya tentang penyakit dan apa yang sedang dialaminya Defisit pengetahuan ↑ Ketidaktahuan tentang penyakit ↑ Gangguan persepsi sensori (halusinasi) pendengaran ↑ Koping individu dan keluarga tidak efektif ↑ Faktor predisposisi dan presipitasi Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang penyakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, luaran, dan intervensi untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan 1:
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Gangguan Persepsi Sensori (halusinasi)
SLKI: Peningkatan Persepsi Sensori
SIKI: Manajemen Halusinasi
Luaran:
1. Pasien dapat mengidentifikasi karakteristik halusinasi yang dialami
2. Pasien dapat mengendalikan halusinasi yang muncul
3. Pasien dapat mempertahankan perilaku sosial yang adaptif
Intervensi:
1. Kaji karakteristik halusinasi (frekuensi, durasi, lokasi, isi, dan respon pasien)
2. Berikan orientasi realitas dan klarifikasi persepsi
3. Bantu pasien mengembangkan strategi untuk mengontrol halusinasi
4. Libatkan keluarga dalam manajemen halusinasi
5. Berikan obat anti-psikotik sesuai indikasi
Diagnosa Keperawatan 2:
Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan
SLKI: Kontrol Perilaku
SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
Luaran:
1. Pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang muncul
2. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain secara aman
3. Pasien dapat mempertahankan lingkungan yang aman
Intervensi:
1. Kaji faktor pencetus dan tanda-tanda perilaku kekerasan
2. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien dan orang lain
3. Berikan obat anti-psikotik sesuai indikasi
4. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengendalikan perilaku kekerasan
5. Libatkan keluarga dalam manajemen perilaku kekerasan
Diagnosa Keperawatan 3:
Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Defisit Perawatan Diri
SLKI: Peningkatan Perawatan Diri
SIKI: Perawatan Diri
Luaran:
1. Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
2. Pasien dapat mempertahankan kebersihan dan kerapian diri
3. Pasien dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial
Intervensi:
1. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri
2. Bantu pasien dalam aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
3. Ajarkan dan latih teknik perawatan diri yang benar
4. Berikan motivasi dan dukungan untuk meningkatkan perawatan diri
5. Libatkan keluarga dalam membantu perawatan diri pasien
Diagnosa Keperawatan 4:
Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan strategi koping
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Koping tidak Efektif
SLKI: Peningkatan Koping
SIKI: Terapi Kognitif
Luaran:
1. Pasien dapat mengidentifikasi strategi koping yang efektif
2. Pasien dapat menerapkan strategi koping yang efektif
3. Pasien dapat mempertahankan perilaku yang sesuai dengan norma sosial
Intervensi:
1. Kaji pola koping yang digunakan pasien dalam menghadapi masalah
2. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi koping pasien
3. Ajarkan teknik koping yang efektif (relaksasi, manajemen stres, dll)
4. Bantu pasien mengidentifikasi sumber dukungan sosial
5. Berikan konseling untuk meningkatkan strategi koping yang efektif
Diagnosa Keperawatan 5:
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang penyakit
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Defisit Pengetahuan
SLKI: Peningkatan Pengetahuan
SIKI: Edukasi Kesehatan
Luaran:
1. Pasien dapat menjelaskan penyakit yang dialami dan proses pengobatannya
2. Pasien dapat menjelaskan peran aktif dalam proses perawatannya
3. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengelola penyakitnya
Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan proses pengobatannya
2. Berikan informasi dan edukasi tentang penyakit, pengobatan, dan proses pemulihan
3. Gunakan media edukasi yang sesuai dengan kemampuan pasien
4. Libatkan keluarga dalam proses edukasi
5. Evaluasi pemahaman pasien dan berikan umpan balik yang konstruktif -
Article No. 13829 | 12 Mar 2025
Klinis : Subjektif: pasien mengeluh mual dan terasa ingin muntah, pasien juga mengatakan terasa ingin muntah Objektif: pasien tampak pucat, terdapat diaforesis, takikardia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Mual (NANDA-I)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Mual adalah sensasi tidak nyaman di daerah ulu hati yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien bebas dari mual
2. Pasien mampu mengontrol mual
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen mual
- Identifikasi penyebab mual
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antiemetik
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual
- Sediakan lingkungan yang tenang dan nyaman
2. Pemantauan tanda-tanda vital
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Beri intervensi sesuai kebutuhan pasien
Tone: Akademis
Persona: Pakar (Perawat)