Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13913 | 13 Mar 2025
Klinis : Kasus 7 (penginderaan) Seorang laki-laki berusia 18 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri hebat di belakang telinga kanan, yang disertai demam tinggi sejak 3 hari terakhir. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami infeksi telinga tengah berulang sejak kecil, dan sebelumnya telah mengalami otitis media akut sekitar 2 minggu lalu, tetapi tidak mendapatkan pengobatan antibiotik secara tuntas. Sejak dua hari terakhir, orang tua pasien juga memperhatikan bahwa telinga kanan anak terlihat menonjol, dan ada pembengkakan serta kemerahan di belakang telinga. Anak juga mengeluhkan sakit kepala dan penurunan nafsu makan. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Tampak lemah, menangis karena nyeri. Tanda vital: Tekanan darah: 100/70 mmHg. HR: 110x/menit. RR: 24x/menit. Suhu: 39,2°C. Telinga kanan: Pinna telinga terdorong ke depan. Pembengkakan dan kemerahan (+) di daerah mastoid. Nyeri tekan mastoid (+). Otorrhea purulen (+) dari liang telinga. Neurologis: Tidak ditemukan tanda-tanda defisit neurologis saat ini. Hasil Pemeriksaan Penunjang Otoscopic Examination (Pemeriksaan Otoskopi): Membran timpani tampak menonjol, berwarna merah, dan tidak dapat bergerak, Adanya cairan purulen dalam liang telinga. Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Leukositosis (15.500/μL) → indikasi infeksi, CRP meningkat (>10 mg/L)→ indikasi inflamasi aktif, LED meningkat (45 mm/jam) indikasi infeksi atau inflamasi. Kultur cairan telinga: Pertumbuhan bakteri (Streptococcus pneumoniae /Staphylococcus aureus) (+). Pemeriksaan Radiologi: X-ray Mastoid: Tampak pemusnahan trabekula tulang mastoid yang mengindikasikan mastoiditis. CT-Scan Temporal Bone: Efusi cairan purulen dalam rongga mastoid, Erosi tulang mastoid (+), Tidak ditemukan abses intrakranial atau komplikasi lainnya. Diagnosis Medis: Mastoiditis akut akibat otitis media supuratif kronik. Pasien direncanakan untuk mendapatkan terapi antibiotik IV, analgesik, serta evaluasi pembedahan (mastoidectomy) jika tidak ada perbaikan dalam 48 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Nyeri akut (SDKI: 13055) berhubungan dengan infeksi telinga tengah.
Penjelasan:
- Pasien mengalami nyeri hebat di belakang telinga kanan, yang disertai demam tinggi.
- Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya pembengkakan dan kemerahan di daerah mastoid, serta nyeri tekan pada mastoid.
- Kondisi ini menunjukkan adanya infeksi telinga tengah yang menyebabkan rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien.
2. Risiko infeksi (SDKI: 13079) berhubungan dengan riwayat infeksi telinga tengah berulang.
Penjelasan:
- Pasien memiliki riwayat infeksi telinga tengah berulang sejak kecil.
- Sebelumnya pasien juga mengalami otitis media akut, tetapi tidak mendapatkan pengobatan antibiotik secara tuntas.
- Kondisi ini meningkatkan risiko pasien untuk mengalami infeksi yang lebih parah, seperti mastoiditis akut.
3. Defisit nutrisi (SDKI: 13025) berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan penurunan nafsu makan.
- Kondisi ini dapat menyebabkan defisit nutrisi jika tidak segera ditangani.
Berdasarkan standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Manajemen nyeri (SIKI: 30017) untuk mengatasi nyeri akut yang dirasakan pasien.
2. Manajemen risiko infeksi (SIKI: 30033) untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih parah.
3. Manajemen nutrisi (SIKI: 30037) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat segera pulih dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 13914 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien mual dan muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang mengalami mual dan muntah.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengalami mual dan muntah adalah "Mual" (SDKI, 2017). Mual didefinisikan sebagai sensasi ketidaknyamanan di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Mual: Pasien dapat mengendalikan rasa mual yang dialami.
2. Toleransi terhadap Makanan: Pasien dapat mentoleransi asupan makanan dan cairan.
3. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala mual dan muntah yang dialami.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Mual:
- Identifikasi faktor-faktor pemicu mual, seperti obat-obatan, iritasi gastrointestinal, atau kecemasan.
- Berikan antiemetik sesuai instruksi dokter untuk mengurangi rasa mual.
- Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat ditoleransi, seperti makanan ringan dan cairan hangat.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk mengurangi rasa mual.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Manajemen Muntah:
- Identifikasi tanda-tanda dan gejala muntah, serta faktor penyebabnya.
- Siapkan peralatan yang diperlukan, seperti wadah untuk muntah dan kain bersih.
- Berikan antiemetik sesuai instruksi dokter untuk menghentikan episode muntah.
- Anjurkan pasien untuk minum cairan secara perlahan setelah muntah untuk mencegah dehidrasi.
- Lakukan perawatan mulut dan oral higiene untuk menjaga kebersihan rongga mulut.
3. Manajemen Nutrisi:
- Pantau asupan dan output cairan pasien untuk mencegah dehidrasi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet yang sesuai dengan kondisi pasien, misalnya diet rendah lemak atau BRAT (Banana, Rice, Applesauce, Toast).
- Berikan makanan dan minuman yang dapat ditoleransi oleh pasien, seperti es batu, jus buah, atau sup krim.
- Lakukan intervensi untuk mengatasi masalah menelan, jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kontrol mual yang baik, toleransi terhadap makanan dan cairan, serta kemampuan untuk mengelola gejala mual dan muntah yang dialami. -
Article No. 13915 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien mual dan muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi mual dan muntah adalah "Intoleransi Makan" (SDKI, 2017). Intoleransi Makan didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk menerima atau mentolerir makanan atau cairan yang dikonsumsi, yang ditandai dengan mual, muntah, diare, atau kembung" (SDKI, 2017).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tanda-tanda Vital Stabil: Diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan, tanda-tanda vital pasien, seperti suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah, dapat terkontrol dalam batas normal.
2. Tidak Terjadi Dehidrasi: Pasien dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat, dengan intake cairan yang cukup dan output urin yang normal.
3. Manajemen Mual dan Muntah Efektif: Pasien dapat mengelola mual dan muntah dengan baik, dengan frekuensi dan durasi yang berkurang.
4. Asupan Nutrisi Adekuat: Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Mual dan Muntah:
a. Identifikasi penyebab, pemicu, dan faktor yang mempengaruhi mual dan muntah.
b. Berikan antiemetik sesuai instruksi medis untuk mengurangi mual dan muntah.
c. Bantu pasien dalam melakukan teknik relaksasi, distraksi, atau imagery untuk mengurangi mual.
d. Atur lingkungan yang nyaman, bersih, dan bebas bau-bauan yang dapat memicu mual.
e. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang mudah dicerna dan bernutrisi tinggi.
f. Pantau intake dan output cairan untuk mencegah dehidrasi.
2. Manajemen Nutrisi:
a. Identifikasi kebutuhan nutrisi pasien berdasarkan keadaan klinis.
b. Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan, jika pasien tidak dapat makan per oral.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
d. Motivasi dan edukasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi.
e. Pantau berat badan dan status nutrisi pasien secara berkala.
3. Manajemen Hidrasi:
a. Pantau intake dan output cairan secara ketat.
b. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang akibat mual dan muntah.
c. Anjurkan pasien untuk minum cairan yang mudah ditoleransi, seperti air putih atau minuman elektrolit.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab dehidrasi.
Penjelasan yang Rinci:
Diagnosa keperawatan "Intoleransi Makan" dipilih karena pasien mengalami gejala mual dan muntah, yang menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk menerima atau mentolerir makanan atau cairan yang dikonsumsi. Mual dan muntah dapat menyebabkan masalah lain, seperti dehidrasi, gangguan nutrisi, dan ketidakstabilan tanda-tanda vital.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup stabilitas tanda-tanda vital, pencegahan dehidrasi, manajemen mual dan muntah yang efektif, serta asupan nutrisi yang adekuat. Tujuan ini penting untuk memulihkan kondisi pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen mual dan muntah, manajemen nutrisi, serta manajemen hidrasi. Intervensi ini bertujuan untuk mengatasi penyebab, mencegah komplikasi, dan memulihkan kondisi pasien secara holistik. Kolaborasi dengan tim medis, seperti dokter dan ahli gizi, juga diperlukan untuk memberikan perawatan yang komprehensif. -
Article No. 13916 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki 56 tahun , di rawat di bangsal dahlia akibat kecelakaan lalu lintas , pasien tersebut mengalami inkontinensia urin, menurut anda rencana keperawatan terkait gangguan eliminasi yang dialami oleh pasien adalah : Select one: a. Tingkatkan cairan b. Meningkatkan tonus otot c. Observasi output d. Kolaboratif antibiotik e. Observasi intake
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang anda berikan, rencana keperawatan yang sesuai terkait gangguan eliminasi yang dialami adalah:
b. Meningkatkan tonus otot
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan: Inkontinensia Urin
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Inkontinensia Urin adalah ketidakmampuan untuk menahan atau mengendalikan pengeluaran urin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Salah satu luaran yang perlu dicapai adalah Peningkatan Tonus Otot, yang didefinisikan sebagai peningkatan kekuatan dan ketegangan otot-otot yang terlibat dalam proses pengeluaran urin.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang sesuai adalah Manajemen Inkontinensia, yang mencakup upaya untuk meningkatkan tonus otot panggul dan kandung kemih, misalnya melalui latihan Kegel.
Jadi, rencana keperawatan yang paling tepat untuk mengatasi inkontinensia urin pada pasien ini adalah meningkatkan tonus otot, khususnya otot-otot panggul dan kandung kemih. -
Article No. 13917 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan kondisi diare.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi diare berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Diare". Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses cair atau tidak terbentuk dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari. Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi, gangguan pencernaan, atau faktor lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan pola eliminasi: Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi feses yang normal dan sehat sesuai dengan kondisi sebelum diare.
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
3. Manajemen gejala: Pasien dapat mengelola gejala-gejala diare, seperti nyeri abdominal, mual, dan kehilangan nafsu makan.
4. Pemulihan status nutrisi: Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat selama dan setelah episode diare.
5. Peningkatan pengetahuan: Pasien dan keluarga memahami penyebab, pencegahan, dan penanganan diare.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital pasien, termasuk suhu tubuh, denyut nadi, respirasi, dan tekanan darah, untuk mendeteksi komplikasi dan memastikan stabilitas kondisi.
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit: Memberikan cairan dan elektrolit yang sesuai, baik secara oral maupun parenteral, untuk mengatasi kehilangan cairan dan menjaga keseimbangan elektrolit.
3. Manajemen Nutrisi: Mengatur asupan nutrisi yang sesuai, termasuk pemberian diet yang mudah dicerna dan kaya nutrisi, untuk mempertahankan status nutrisi pasien.
4. Manajemen Gejala: Memberikan intervensi yang sesuai untuk mengatasi gejala-gejala diare, seperti pemberian obat antidiare, antiemetik, atau analgesik jika diperlukan.
5. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, pencegahan, dan penanganan diare, serta pentingnya menjaga kebersihan dan hidrasi yang adekuat.
6. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk menentukan plan of care yang komprehensif dan efektif.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu pemulihan pola eliminasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, manajemen gejala, pemulihan status nutrisi, serta peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penanganan diare. -
Article No. 13918 | 13 Mar 2025
Klinis : Adalah Seorang pasien wanita 27 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sembelit. Hasil anamnesa : buang air besar tidak teratur, tidak suka makan buah dan sayur serta minum yang kurang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan yang perlu diperhatikan adalah : Select one: a. Pola defekasi b. Warna feses c. Aktivitas d. Distensi abdomen e. Konsistensi feses
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi (SDKI)
Penjelasan:
Konstipasi adalah kondisi di mana pasien mengalami kesulitan buang air besar, dengan frekuensi yang tidak teratur, konsistensi feses yang keras, dan sulit dikeluarkan. Hal ini dapat disebabkan oleh asupan cairan dan serat yang kurang, aktivitas fisik yang rendah, serta faktor psikologis.
Pada kasus ini, pasien mengeluhkan buang air besar yang tidak teratur, tidak suka makan buah dan sayur, serta minum yang kurang. Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah pola defekasi, konsistensi feses, serta distensi abdomen.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI dan SIKI):
1. Manajemen Konstipasi (SLKI)
- Intervensi: Kaji pola defekasi, konsistensi dan warna feses, distensi abdomen (SIKI)
- Tujuan: Pasien dapat buang air besar dengan pola dan konsistensi normal.
2. Edukasi Peningkatan Intake Cairan dan Serat (SLKI)
- Intervensi: Ajarkan pentingnya asupan cairan dan serat yang cukup (SIKI)
- Tujuan: Pasien dapat meningkatkan asupan cairan dan serat dalam diet.
3. Pemberian Laksatif (SLKI)
- Intervensi: Berikan laksatif sesuai indikasi (SIKI)
- Tujuan: Pasien dapat buang air besar dengan konsistensi feses yang normal.
Dengan rencana asuhan keperawatan ini, diharapkan pasien dapat mengatasi masalah konstipasi yang dialaminya. -
Article No. 13919 | 13 Mar 2025
Klinis : Adalah Seorang pasien wanita 27 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sembelit. Hasil anamnesa : buang air besar tidak teratur, tidak suka makan buah dan sayur serta minum yang kurang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan yang perlu diperhatikan adalah : Select one: a. Pola defekasi b. Warna feses c. Aktivitas d. Distensi abdomen e. Konsistensi feses
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi (SDKI)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi adalah kondisi di mana pasien mengalami penurunan frekuensi, kesulitan, atau ketidakmampuan untuk buang air besar secara teratur.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola defekasi kembali normal
2. Tindakan mandiri untuk mencegah konstipasi
3. Tingkat kenyamanan meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen konstipasi
2. Edukasi gizi
3. Terapi cairan dan elektrolit
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, yaitu buang air besar tidak teratur, tidak suka makan buah dan sayur, serta minum yang kurang, maka diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Konstipasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen konstipasi, edukasi gizi, dan terapi cairan dan elektrolit untuk memulihkan pola defekasi pasien dan meningkatkan tingkat kenyamanannya. -
Article No. 13920 | 13 Mar 2025
Klinis : Adalah Seorang pasien wanita 27 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sembelit. Hasil anamnesa : buang air besar tidak teratur, tidak suka makan buah dan sayur serta minum yang kurang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan yang perlu diperhatikan adalah : Select one: a. Pola defekasi b. Warna feses c. Aktivitas d. Distensi abdomen e. Konsistensi feses
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien wanita 27 tahun dengan keluhan sembelit:
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi (00011)
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi adalah pola buang air besar yang tidak teratur, dengan frekuensi kurang dari 3 kali per minggu dan/atau feses yang keras.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola defekasi membaik
2. Frekuensi buang air besar meningkat
3. Konsistensi feses membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen konstipasi
2. Edukasi diet tinggi serat
3. Peningkatan aktivitas
Berdasarkan informasi yang diberikan, fokus pemeriksaan yang perlu diperhatikan adalah:
d. Distensi abdomen
e. Konsistensi feses
Hal ini dikarenakan konstipasi dapat menyebabkan distensi abdomen dan perubahan konsistensi feses menjadi keras. Pemeriksaan pola defekasi, warna feses, dan aktivitas juga penting untuk mendukung diagnosis dan perencanaan intervensi keperawatan yang tepat. -
Article No. 13921 | 13 Mar 2025
Klinis : Adalah Seorang pasien wanita 27 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sembelit. Hasil anamnesa : buang air besar tidak teratur, tidak suka makan buah dan sayur serta minum yang kurang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan yang perlu diperhatikan adalah : Select one: a. Pola defekasi b. Warna feses c. Aktivitas d. Distensi abdomen e. Konsistensi feses
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi (Constipation)
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Konstipasi didefinisikan sebagai penurunan frekuensi, kesulitan, atau rasa tidak nyaman saat buang air besar. Tanda dan gejala yang perlu diperhatikan meliputi:
a. Pola defekasi yang tidak teratur
b. Konsistensi feses yang keras
c. Distensi abdomen
d. Rasa tidak nyaman saat buang air besar
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk pasien dengan konstipasi adalah:
1. Pola defekasi kembali normal
2. Konsistensi feses yang lebih lembut
3. Tidak ada distensi abdomen
4. Pasien merasa nyaman saat buang air besar
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi antara lain:
1. Edukasi tentang pentingnya asupan cairan, serat, dan aktivitas fisik yang cukup
2. Pemberian laksatif sesuai indikasi
3. Pemantauan pola defekasi dan konsistensi feses
4. Masase abdomen untuk merangsang peristaltik usus
5. Latihan Kegel untuk meningkatkan kekuatan otot panggul
Dengan pendekatan SDKI - SLKI - SIKI ini, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah konstipasi pada pasien. -
Article No. 13922 | 13 Mar 2025
Klinis : Adalah Seorang pasien wanita 27 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sembelit. Hasil anamnesa : buang air besar tidak teratur, tidak suka makan buah dan sayur serta minum yang kurang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan yang perlu diperhatikan adalah : Select one: a. Pola defekasi b. Warna feses c. Aktivitas d. Distensi abdomen e. Konsistensi feses
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi pasien yang Anda paparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Konstipasi (00011)
Definisi: Pengalaman buang air besar yang tidak menyenangkan atau tidak efektif, yang ditandai dengan pengeluaran feses yang sulit atau tidak teratur.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Konstipasi termasuk dalam domain eliminasi dengan kelas fungsi gastrointestinal.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang terkait dengan diagnosa konstipasi meliputi eliminasi gastrointestinal, kenyamanan, dan status nutrisi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi antara lain manajemen eliminasi, manajemen nutrisi, dan manajemen kenyamanan.
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, fokus utama pemeriksaan yang perlu diperhatikan adalah:
a. Pola defekasi - untuk mengetahui adanya gangguan eliminasi
d. Distensi abdomen - untuk mendeteksi adanya penumpukan feses
e. Konsistensi feses - untuk menilai tingkat konstipasi yang dialami pasien
Dengan demikian, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah konstipasi, yang memerlukan intervensi terkait manajemen eliminasi, nutrisi, dan kenyamanan.