Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21430 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2–3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam 1 minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen. Ia merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. Ia percaya dengan pengobatan medis dan doa, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik ? Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. ? Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. ? Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka ±15–20% TBSA. ? Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. ? Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. ? Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang ? Darah rutin: Leukosit 13.000/?L (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. ? Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K 3,2 mmol/L (menurun). ? Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL ? tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. ? Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. ? Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. ? Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan kornea.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, nyeri kulit, dan gangguan tidur.
2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit, mukosa, dan kornea.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan rusaknya integritas kulit dan mukosa.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
5. Kecemasan berhubungan dengan kondisi kesehatan dan perubahan penampilan.
6. Defisit volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri hebat dan kecemasan.
8. Risiko gangguan fungsi cornea berhubungan dengan konjungtivitis berat.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- Pasien dapat mempertahankan kebugaran sesuai kemampuan.
- Pasien dapat beradaptasi dengan pembatasan aktivitas.
2. Nyeri akut:
- Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri hingga level yang dapat ditoleransi.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
- Pasien dapat mempertahankan istirahat yang adekuat.
3. Risiko infeksi:
- Tidak terjadi infeksi sekunder pada kulit, mukosa, atau mata.
- Tanda-tanda infeksi dapat dikendalikan.
- Pasien dapat merawat luka dengan benar.
4. Gangguan citra tubuh:
- Pasien dapat menerima perubahan penampilan fisik.
- Pasien dapat mengidentifikasi strategi untuk menghadapi perubahan penampilan.
- Pasien dapat mempertahankan harga diri.
5. Kecemasan:
- Pasien dapat mengidentifikasi sumber kecemasan dan mekanisme koping yang efektif.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
- Pasien dapat mempertahankan mood yang tenang dan terkendali.
6. Defisit volume cairan:
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Tidak terjadi dehidrasi atau gangguan fungsi ginjal.
- Pasien dapat meningkatkan asupan cairan sesuai kebutuhan.
7. Gangguan pola tidur:
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri dan relaksasi untuk meningkatkan kualitas tidur.
- Pasien dapat beristirahat secara optimal.
8. Risiko gangguan fungsi cornea:
- Tidak terjadi kerusakan kornea.
- Tanda-tanda infeksi dan peradangan pada mata dapat dikendalikan.
- Pasien dapat merawat mata dengan benar.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Rencanakan aktivitas sesuai kemampuan pasien.
- Ajarkan teknik menghemat energi dan melakukan aktivitas secara bertahap.
- Bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
2. Nyeri akut:
- Kaji karakteristik, lokasi, dan intensitas nyeri.
- Berikan analgesik sesuai resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologis (kompres dingin, distraksi, relaksasi).
- Lakukan perawatan kulit dan mukosa untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengelolaan nyeri yang komprehensif.
3. Risiko infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi pada kulit, mukosa, dan mata.
- Lakukan perawatan luka dan mukosa secara aseptik.
- Berikan antibiotik dan antiviral sesuai resep dokter.
- Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka dan mukosa yang benar.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemantauan infeksi dan pemberian terapi.
4. Gangguan citra tubuh:
- Kaji persepsi dan reaksi pasien terhadap perubahan penampilan.
- Berikan dukungan emosional dan bantu pasien menerima perubahan.
- Ajarkan strategi untuk mengatasi perubahan penampilan (penggunaan pakaian, kosmetik).
- Dorong pasien untuk tetap aktif dan berinteraksi dengan orang lain.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan.
5. Kecemasan:
- Kaji tingkat kecemasan dan penyebabnya.
- Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, dan visualisasi positif.
- Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait perawatan.
- Berikan informasi yang jelas dan realistis tentang kondisi dan prognosis.
- Dukung pasien untuk menggunakan mekanisme koping yang efektif.
6. Defisit volume cairan:
- Kaji intake dan output cairan serta tanda-tanda dehidrasi.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan.
- Bantu pasien meningkatkan asupan oral sesuai toleransi.
- Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi cairan.
7. Gangguan pola tidur:
- Kaji pola dan kualitas tidur pasien.
- Terapkan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen nyeri untuk memfasilitasi tidur.
- Berikan obat tidur sesuai resep dokter, jika perlu.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi gangguan tidur.
8. Risiko gangguan fungsi kornea:
- Kaji tanda-tanda infeksi dan peradangan pada mata.
- Berikan tetes mata sesuai resep dokter.
- Ajarkan pasien dan keluarga cara merawat mata yang benar.
- Pantau fungsi penglihatan pasien secara berkala.
- Kolaborasi dengan dokter oftalmologi untuk pengelolaan komprehensif.
Saya telah memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Jika ada yang kurang jelas, silakan tanyakan kembali. -
Article No. 21431 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, laki-laki berusia 28 tahun, dirawat dengan keluhan nyeri hebat dan kulit melepuh pada lengan kanan dan sebagian dada setelah terkena air panas saat bekerja di dapur rumah makan tempat ia bekerja. Pasien mengatakan kejadian berlangsung sekitar 2 jam yang lalu, ketika ia tidak sengaja menumpahkan panci berisi kuah panas ke tubuh bagian atasnya. Sejak itu ia merasakan nyeri menusuk dan perih di daerah luka, serta kesulitan menggerakkan lengan karena rasa sakit. Saat pemeriksaan awal, tampak kulit lengan kanan bagian anterior kemerahan luas dengan beberapa bula (lepuhan) berisi cairan jernih, dan sebagian dada kanan tampak eritema. Perawat menilai luka bakar meliputi ±15% luas permukaan tubuh (TBSA) dengan derajat II (superficial partial thickness). Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit kulit sebelumnya. Pasien belum pernah mengalami luka bakar sebelumnya. Riwayat alergi obat maupun makanan tidak pernah ada. Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi, ibu sehat. Tidak ada riwayat penyakit kulit atau alergi dalam keluarga. Pasien menganggap dirinya biasanya sehat, jarang berobat, dan lebih memilih pengobatan tradisional untuk keluhan ringan. Tidak ada kebiasaan khusus menjaga kesehatan kulit. Nafsu makan pasien sebelumnya baik, namun sejak kejadian luka bakar ia merasa mual dan tidak berselera makan. Asupan cairan sejak kejadian berkurang. Saat ini pasien mengeluhkan rasa haus. Kulit di sekitar luka tampak kemerahan dan melepuh, tanda adanya kerusakan integritas kulit. Sebelum kejadian, pola BAB 1x/hari dengan konsistensi normal, BAK 5–6x/hari. Setelah kejadian, pasien baru sekali BAK, urin agak pekat dan sedikit. Pasien sehari-hari bekerja sebagai juru masak, aktivitas fisik cukup tinggi. Saat ini aktivitas terbatas karena nyeri, terutama gerakan lengan kanan. Pasien biasanya tidur 6–7 jam per malam. Namun sejak luka bakar, ia sulit tidur karena nyeri yang terus-menerus. Pasien sadar penuh (compos mentis), orientasi baik. Skala nyeri 8/10, nyeri bertambah saat bergerak atau menyentuh luka. Sensasi terbakar dan perih jelas dirasakan di daerah luka. Pasien merasa khawatir akan kondisi kulitnya yang rusak dan takut meninggalkan bekas luka. Ia merasa citra dirinya akan menurun bila luka tidak sembuh sempurna. Pasien adalah tulang punggung keluarga, tinggal bersama istri dan seorang anak. Ia merasa cemas tidak dapat bekerja sementara waktu sehingga berpengaruh pada ekonomi keluarga. Tidak ada keluhan dalam fungsi reproduksi. Namun pasien mengungkapkan kekhawatiran terhadap daya tarik fisiknya di mata pasangan karena luka bakar ini. Pasien mengaku merasa stres, cemas, dan takut dengan proses penyembuhan. Ia berusaha menenangkan diri dengan berdoa, namun kadang tampak gelisah. Pasien meyakini sakit sebagai ujian dari Tuhan. Ia percaya kesembuhan dapat dicapai dengan usaha pengobatan yang tepat serta doa. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan data: • Keadaan umum: Tampak kesakitan, compos mentis. • Tanda vital: TD 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22x/menit, Suhu 37,5°C. • Kulit: Lengan kanan bagian anterior tampak eritema luas, terdapat bula berisi cairan, sebagian pecah, kulit terasa panas dan nyeri bila disentuh. Daerah dada kanan tampak eritema difus. Luas luka diperkirakan 15% TBSA. • Mukosa mulut: Lembab. • Ekstremitas: Gerakan terbatas karena nyeri. Pemeriksaan Penunjang pada pasien Laboratorium: • Hb: 14 g/dL • Leukosit: 11.000/µL (sedikit meningkat, tanda stres/inflamasi) • Elektrolit: Na 132 mmol/L (sedikit menurun), K 3,8 mmol/L • Ht: 48% (sedikit meningkat, tanda hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan) • Foto luka: mendukung diagnosa luka bakar derajat II superficial partial thickness. • Uji fungsi ginjal: ureum/creat dalam batas normal, namun pemantauan lanjutan diperlukan karena risiko gangguan akibat dehidrasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat diterapkan untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
- SDKI: Kerusakan pada struktur dan fungsi kulit yang merupakan respons tubuh terhadap ancaman kesehatan.
- SLKI: Pemulihan kondisi integritas kulit yang rusak akibat luka bakar.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memulihkan integritas kulit.
2. Nyeri Akut (00132)
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat dan intensitas ringan hingga berat.
- SLKI: Manajemen nyeri akibat luka bakar.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengurangi dan mengendalikan rasa nyeri.
3. Kecemasan (00146)
- SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- SLKI: Manajemen kecemasan akibat kondisi kesehatan yang dialami.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi penurunan tingkat kecemasan.
4. Risiko Gangguan Cairan dan Elektrolit (00028)
- SDKI: Peningkatan atau penurunan satu atau lebih cairan dan/atau elektrolit tubuh yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Pemantauan dan stabilisasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Risiko Gangguan Integritas Kulit (00047)
- SDKI: Rentan terhadap kerusakan pada struktur dan fungsi kulit yang merupakan respons tubuh terhadap ancaman kesehatan.
- SLKI: Pemulihan kondisi integritas kulit yang rusak akibat luka bakar.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memulihkan integritas kulit.
Penjelasan singkat:
1. Kerusakan Integritas Kulit: Terjadi kerusakan pada struktur dan fungsi kulit akibat luka bakar, dengan gejala seperti eritema, bula, dan nyeri. Perlu tindakan untuk mempertahankan dan memulihkan integritas kulit.
2. Nyeri Akut: Pasien mengalami nyeri hebat dan perih di area luka bakar, dengan skala nyeri 8/10. Perlu tindakan untuk mengurangi dan mengendalikan rasa nyeri.
3. Kecemasan: Pasien mengalami kecemasan, stres, dan ketakutan terkait kondisi lukanya, proses penyembuhan, dan dampak pada pekerjaan dan keluarga. Perlu tindakan untuk memfasilitasi penurunan tingkat kecemasan.
4. Risiko Gangguan Cairan dan Elektrolit: Pasien mengalami gejala dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui luka bakar. Perlu pemantauan dan stabilisasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Risiko Gangguan Integritas Kulit: Pasien rentan terhadap kerusakan kulit lebih lanjut akibat luka bakar. Perlu tindakan untuk mempertahankan dan memulihkan integritas kulit. -
Article No. 21432 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, laki-laki berusia 28 tahun, dirawat dengan keluhan nyeri hebat dan kulit melepuh pada lengan kanan dan sebagian dada setelah terkena air panas saat bekerja di dapur rumah makan tempat ia bekerja. Pasien mengatakan kejadian berlangsung sekitar 2 jam yang lalu, ketika ia tidak sengaja menumpahkan panci berisi kuah panas ke tubuh bagian atasnya. Sejak itu ia merasakan nyeri menusuk dan perih di daerah luka, serta kesulitan menggerakkan lengan karena rasa sakit. Saat pemeriksaan awal, tampak kulit lengan kanan bagian anterior kemerahan luas dengan beberapa bula (lepuhan) berisi cairan jernih, dan sebagian dada kanan tampak eritema. Perawat menilai luka bakar meliputi ±15% luas permukaan tubuh (TBSA) dengan derajat II (superficial partial thickness). Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit kulit sebelumnya. Pasien belum pernah mengalami luka bakar sebelumnya. Riwayat alergi obat maupun makanan tidak pernah ada. Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi, ibu sehat. Tidak ada riwayat penyakit kulit atau alergi dalam keluarga. Pasien menganggap dirinya biasanya sehat, jarang berobat, dan lebih memilih pengobatan tradisional untuk keluhan ringan. Tidak ada kebiasaan khusus menjaga kesehatan kulit. Nafsu makan pasien sebelumnya baik, namun sejak kejadian luka bakar ia merasa mual dan tidak berselera makan. Asupan cairan sejak kejadian berkurang. Saat ini pasien mengeluhkan rasa haus. Kulit di sekitar luka tampak kemerahan dan melepuh, tanda adanya kerusakan integritas kulit. Sebelum kejadian, pola BAB 1x/hari dengan konsistensi normal, BAK 5–6x/hari. Setelah kejadian, pasien baru sekali BAK, urin agak pekat dan sedikit. Pasien sehari-hari bekerja sebagai juru masak, aktivitas fisik cukup tinggi. Saat ini aktivitas terbatas karena nyeri, terutama gerakan lengan kanan. Pasien biasanya tidur 6–7 jam per malam. Namun sejak luka bakar, ia sulit tidur karena nyeri yang terus-menerus. Pasien sadar penuh (compos mentis), orientasi baik. Skala nyeri 8/10, nyeri bertambah saat bergerak atau menyentuh luka. Sensasi terbakar dan perih jelas dirasakan di daerah luka. Pasien merasa khawatir akan kondisi kulitnya yang rusak dan takut meninggalkan bekas luka. Ia merasa citra dirinya akan menurun bila luka tidak sembuh sempurna. Pasien adalah tulang punggung keluarga, tinggal bersama istri dan seorang anak. Ia merasa cemas tidak dapat bekerja sementara waktu sehingga berpengaruh pada ekonomi keluarga. Tidak ada keluhan dalam fungsi reproduksi. Namun pasien mengungkapkan kekhawatiran terhadap daya tarik fisiknya di mata pasangan karena luka bakar ini. Pasien mengaku merasa stres, cemas, dan takut dengan proses penyembuhan. Ia berusaha menenangkan diri dengan berdoa, namun kadang tampak gelisah. Pasien meyakini sakit sebagai ujian dari Tuhan. Ia percaya kesembuhan dapat dicapai dengan usaha pengobatan yang tepat serta doa. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan data: • Keadaan umum: Tampak kesakitan, compos mentis. • Tanda vital: TD 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22x/menit, Suhu 37,5°C. • Kulit: Lengan kanan bagian anterior tampak eritema luas, terdapat bula berisi cairan, sebagian pecah, kulit terasa panas dan nyeri bila disentuh. Daerah dada kanan tampak eritema difus. Luas luka diperkirakan 15% TBSA. • Mukosa mulut: Lembab. • Ekstremitas: Gerakan terbatas karena nyeri. Pemeriksaan Penunjang pada pasien Laboratorium: • Hb: 14 g/dL • Leukosit: 11.000/µL (sedikit meningkat, tanda stres/inflamasi) • Elektrolit: Na 132 mmol/L (sedikit menurun), K 3,8 mmol/L • Ht: 48% (sedikit meningkat, tanda hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan) • Foto luka: mendukung diagnosa luka bakar derajat II superficial partial thickness. • Uji fungsi ginjal: ureum/creat dalam batas normal, namun pemantauan lanjutan diperlukan karena risiko gangguan akibat dehidrasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang telah dijabarkan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kerusakan Integritas Kulit (Impaired Skin Integrity) berhubungan dengan luka bakar derajat II superficial partial thickness.
2. Nyeri Akut (Acute Pain) berhubungan dengan luka bakar.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (Risk for Fluid Imbalance) berhubungan dengan kehilangan cairan melalui luka bakar.
4. Ansietas (Anxiety) berhubungan dengan perubahan citra tubuh akibat luka bakar.
5. Gangguan Pola Tidur (Disturbed Sleep Pattern) berhubungan dengan nyeri.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Penyembuhan Luka (Wound Healing: Primary Intention)
- Kriteria hasil: Luka bakar menunjukkan penyembuhan yang baik, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada komplikasi, dan tidak ada keterbatasan fungsi.
2. Manajemen Nyeri (Pain Management)
- Kriteria hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang hingga di bawah skala 4, dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman.
3. Keseimbangan Cairan (Fluid Balance)
- Kriteria hasil: Pasien mempertahankan status hidrasi yang adekuat, intake dan output cairan seimbang, tanda-tanda vital dalam batas normal.
4. Citra Tubuh (Body Image)
- Kriteria hasil: Pasien menerima perubahan pada kulit dan menunjukkan penerimaan diri yang baik.
5. Pola Tidur (Sleep Pattern)
- Kriteria hasil: Pasien dapat tidur dengan nyaman selama 6-8 jam per malam.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Luka (Wound Management)
- Bersihkan dan lakukan perawatan luka secara aseptik
- Aplikasikan salep/dressing yang sesuai untuk luka bakar
- Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan luka
2. Manajemen Nyeri (Pain Management)
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter
- Gunakan pendekatan non-farmakologis seperti distraksi, relaksasi, dan terapi kompres dingin
- Anjurkan posisi yang nyaman dan minimalkan pergerakan yang menyebabkan nyeri
- Evaluasi efektivitas intervensi nyeri
3. Manajemen Cairan (Fluid Management)
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang
- Pantau tanda-tanda dehidrasi dan hemokonsentrasi
- Anjurkan asupan cairan oral yang adekuat
4. Peningkatan Citra Tubuh (Body Image Enhancement)
- Berikan dukungan psikologis dan bantu pasien menerima perubahan pada kulit
- Libatkan keluarga dalam mendukung penerimaan diri pasien
- Berikan informasi tentang perawatan dan prognosis luka bakar
- Dorong pasien untuk tetap aktif dan melakukan aktivitas yang membantu meningkatkan citra diri
5. Peningkatan Tidur (Sleep Enhancement)
- Berikan analgesik dan terapi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk tidur
- Anjurkan teknik relaksasi dan atur pola tidur-bangun pasien
- Pantau kualitas dan durasi tidur pasien
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan dengan tone akademis dan persona pakar/perawat. -
Article No. 21433 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, laki-laki berusia 28 tahun, dirawat dengan keluhan nyeri hebat dan kulit melepuh pada lengan kanan dan sebagian dada setelah terkena air panas saat bekerja di dapur rumah makan tempat ia bekerja. Pasien mengatakan kejadian berlangsung sekitar 2 jam yang lalu, ketika ia tidak sengaja menumpahkan panci berisi kuah panas ke tubuh bagian atasnya. Sejak itu ia merasakan nyeri menusuk dan perih di daerah luka, serta kesulitan menggerakkan lengan karena rasa sakit. Saat pemeriksaan awal, tampak kulit lengan kanan bagian anterior kemerahan luas dengan beberapa bula (lepuhan) berisi cairan jernih, dan sebagian dada kanan tampak eritema. Perawat menilai luka bakar meliputi ±15% luas permukaan tubuh (TBSA) dengan derajat II (superficial partial thickness). Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit kulit sebelumnya. Pasien belum pernah mengalami luka bakar sebelumnya. Riwayat alergi obat maupun makanan tidak pernah ada. Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi, ibu sehat. Tidak ada riwayat penyakit kulit atau alergi dalam keluarga. Pasien menganggap dirinya biasanya sehat, jarang berobat, dan lebih memilih pengobatan tradisional untuk keluhan ringan. Tidak ada kebiasaan khusus menjaga kesehatan kulit. Nafsu makan pasien sebelumnya baik, namun sejak kejadian luka bakar ia merasa mual dan tidak berselera makan. Asupan cairan sejak kejadian berkurang. Saat ini pasien mengeluhkan rasa haus. Kulit di sekitar luka tampak kemerahan dan melepuh, tanda adanya kerusakan integritas kulit. Sebelum kejadian, pola BAB 1x/hari dengan konsistensi normal, BAK 5–6x/hari. Setelah kejadian, pasien baru sekali BAK, urin agak pekat dan sedikit. Pasien sehari-hari bekerja sebagai juru masak, aktivitas fisik cukup tinggi. Saat ini aktivitas terbatas karena nyeri, terutama gerakan lengan kanan. Pasien biasanya tidur 6–7 jam per malam. Namun sejak luka bakar, ia sulit tidur karena nyeri yang terus-menerus. Pasien sadar penuh (compos mentis), orientasi baik. Skala nyeri 8/10, nyeri bertambah saat bergerak atau menyentuh luka. Sensasi terbakar dan perih jelas dirasakan di daerah luka. Pasien merasa khawatir akan kondisi kulitnya yang rusak dan takut meninggalkan bekas luka. Ia merasa citra dirinya akan menurun bila luka tidak sembuh sempurna. Pasien adalah tulang punggung keluarga, tinggal bersama istri dan seorang anak. Ia merasa cemas tidak dapat bekerja sementara waktu sehingga berpengaruh pada ekonomi keluarga. Tidak ada keluhan dalam fungsi reproduksi. Namun pasien mengungkapkan kekhawatiran terhadap daya tarik fisiknya di mata pasangan karena luka bakar ini. Pasien mengaku merasa stres, cemas, dan takut dengan proses penyembuhan. Ia berusaha menenangkan diri dengan berdoa, namun kadang tampak gelisah. Pasien meyakini sakit sebagai ujian dari Tuhan. Ia percaya kesembuhan dapat dicapai dengan usaha pengobatan yang tepat serta doa. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan data: • Keadaan umum: Tampak kesakitan, compos mentis. • Tanda vital: TD 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22x/menit, Suhu 37,5°C. • Kulit: Lengan kanan bagian anterior tampak eritema luas, terdapat bula berisi cairan, sebagian pecah, kulit terasa panas dan nyeri bila disentuh. Daerah dada kanan tampak eritema difus. Luas luka diperkirakan 15% TBSA. • Mukosa mulut: Lembab. • Ekstremitas: Gerakan terbatas karena nyeri. Pemeriksaan Penunjang pada pasien Laboratorium: • Hb: 14 g/dL • Leukosit: 11.000/µL (sedikit meningkat, tanda stres/inflamasi) • Elektrolit: Na 132 mmol/L (sedikit menurun), K 3,8 mmol/L • Ht: 48% (sedikit meningkat, tanda hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan) • Foto luka: mendukung diagnosa luka bakar derajat II superficial partial thickness. • Uji fungsi ginjal: ureum/creat dalam batas normal, namun pemantauan lanjutan diperlukan karena risiko gangguan akibat dehidrasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko infeksi
- Luas luka bakar sekitar 15% TBSA yang merupakan risiko infeksi.
- Tampak kulit kemerahan, bula, dan pecah yang menyebabkan kerusakan integritas kulit sebagai portal masuk infeksi.
2. Gangguan integritas kulit
- Luka bakar derajat II superficial partial thickness pada lengan kanan dan dada kanan.
- Tampak kulit kemerahan luas, bula berisi cairan, dan sebagian kulit pecah.
3. Nyeri akut
- Pasien mengeluhkan nyeri hebat dan perih di daerah luka dengan skala nyeri 8/10.
- Nyeri bertambah saat bergerak atau menyentuh luka.
4. Ansietas
- Pasien merasa khawatir akan kondisi kulitnya yang rusak dan takut meninggalkan bekas luka.
- Pasien merasa cemas tidak dapat bekerja sementara waktu sehingga berpengaruh pada ekonomi keluarga.
- Pasien mengungkapkan kekhawatiran terhadap daya tarik fisiknya di mata pasangan.
5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- Pasien mengeluhkan mual, tidak berselera makan, dan asupan cairan berkurang sejak kejadian.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya tanda hemokonsentrasi (Ht meningkat).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko infeksi:
- Tidak terjadi infeksi pada luka bakar.
- Tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, edema, eritema, nyeri, drainase purulent) tidak ada.
2. Integritas kulit:
- Terjadi penyembuhan luka bakar secara progresif.
- Tidak terjadi komplikasi pada luka (infeksi, kontraktur, jaringan parut).
3. Kontrol nyeri:
- Nyeri terkontrol dengan skala nyeri ? 4.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa dibatasi oleh nyeri.
4. Tingkat kecemasan:
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Pasien dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan.
5. Status nutrisi:
- Asupan nutrisi dan cairan sesuai kebutuhan.
- Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi atau malnutrisi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko infeksi:
- Lakukan perawatan luka bakar secara aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi secara berkala.
- Berikan antibiotik sesuai indikasi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
2. Integritas kulit:
- Lakukan perawatan luka bakar sesuai standar.
- Berikan perawatan kulit di sekitar luka (pelembab, salep).
- Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka di rumah.
- Pantau perkembangan penyembuhan luka secara berkala.
3. Kontrol nyeri:
- Berikan analgesik sesuai indikasi.
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan posisi elevasi ekstremitas.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi).
- Evaluasi efektivitas pengelolaan nyeri secara berkala.
4. Tingkat kecemasan:
- Identifikasi penyebab kecemasan pasien.
- Berikan informasi dan klarifikasi tentang kondisi dan proses perawatan.
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas spiritual/keagamaan.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis.
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan (relaksasi, visualisasi).
5. Status nutrisi:
- Anjurkan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat.
- Pantau asupan dan output cairan pasien.
- Berikan suplemen nutrisi sesuai kebutuhan.
- Konsultasikan ke ahli gizi jika diperlukan.
Catatan: Intervensi keperawatan di atas harus disesuaikan dengan kondisi pasien, standar praktik keperawatan, dan kebijakan institusi. -
Article No. 21434 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2–3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam 1 minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen. Ia merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. Ia percaya dengan pengobatan medis dan doa, ia bisa sembuh.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan fisik dan nyeri kulit yang hebat.
2. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan lepuhan, luka, dan kerusakan kulit yang luas.
3. Nyeri akut berhubungan dengan luka pada kulit dan mukosa.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kesulitan makan dan menelan akibat luka di mulut dan tenggorokan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri hebat pada kulit dan mukosa.
6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan citra tubuh dan ketakutan akan kerusakan permanen pada kulit.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas dasar dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan dan daya tahan fisik.
- Pasien melaporkan penurunan tingkat kelelahan.
2. Integritas Kulit:
- Luka pada kulit dan mukosa menunjukkan perbaikan dan penyembuhan.
- Tidak terjadi komplikasi lanjutan seperti infeksi atau disfungsi organ.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan merawat kulit.
3. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri pada kulit dan mukosa.
- Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan mengatasi nyeri.
4. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi:
- Pasien dapat makan dan minum secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
- Berat badan pasien stabil atau meningkat.
- Pasien tidak mengalami dehidrasi atau komplikasi terkait nutrisi.
5. Pola Tidur:
- Pasien dapat tidur dengan nyaman selama 6-8 jam per malam.
- Pasien merasa terpulihkan setelah tidur.
- Pasien menunjukkan peningkatan energi dan aktivitas.
6. Kecemasan:
- Pasien dapat mengelola kecemasan dengan baik.
- Pasien merasa tenang dan yakin dengan proses penyembuhan.
- Pasien menunjukkan peningkatan citra diri dan semangat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Evaluasi status fisik dan kemampuan pasien melakukan aktivitas.
- Atur aktivitas dan istirahat secara seimbang.
- Berikan bantuan dan alat bantu sesuai kebutuhan pasien.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk rehabilitasi dan terapi fisik.
2. Integritas Kulit:
- Lakukan perawatan luka dan kulit secara komprehensif.
- Cegah infeksi dengan menerapkan prinsip asepsis.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi topikal dan sistemik.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kulit yang benar.
3. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri yang dapat dilakukan pasien.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian analgesik yang tepat.
4. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi:
- Evaluasi status nutrisi dan cairan pasien.
- Berikan diet lunak atau cair sesuai toleransi pasien.
- Pertimbangkan pemberian nutrisi enteral atau parenteral jika perlu.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang adekuat.
5. Pola Tidur:
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur pasien.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk meningkatkan kualitas tidur.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi farmakologis jika perlu.
6. Kecemasan:
- Lakukan pengkajian kecemasan secara komprehensif.
- Berikan dukungan emosional dan bina hubungan saling percaya.
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan dan distraksi.
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan psikologis.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk intervensi terapeutik jika diperlukan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien. Jangan ragu untuk menanyakan hal-hal lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 21435 | 03 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal di tangan dan daerah selangkangan sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami keluhan gatal di tangan dan daerah selangkangan selama 1 minggu adalah "Intoleransi Aktivitas" (00092). Kondisi ini dapat disebabkan oleh gejala gatal-gatal yang mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Toleransi Aktivitas (0005): Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman tanpa hambatan yang disebabkan oleh gejala gatal-gatal.
2. Kontrol Gejala (1608): Pasien dapat mengendalikan dan mengelola gejala gatal-gatal yang dialami.
3. Manajemen Diri: Efektivitas (1603): Pasien dapat secara efektif mengelola gejala gatal-gatal dan melakukan perawatan diri yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Gejala (3450):
- Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi gejala gatal-gatal.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk menentukan intervensi yang sesuai, seperti pemberian obat topikal atau antihistamin.
- Edukasi pasien tentang strategi mengurangi gejala, seperti penggunaan pelembab, menghindari iritasi, dan menjaga kebersihan kulit.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
2. Peningkatan Kenyamanan Fisik (1400):
- Identifikasi sumber dan tingkat ketidaknyamanan pasien akibat gatal-gatal.
- Berikan intervensi untuk mengurangi gejala gatal-gatal, seperti penggunaan losion atau krim penghilang gatal.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi sensasi gatal.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk menentukan pengobatan yang tepat.
3. Manajemen Aktivitas (0200):
- Identifikasi aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat gejala gatal-gatal.
- Buat perencanaan aktivitas yang realistis sesuai dengan toleransi pasien.
- Ajarkan teknik manajemen aktivitas, seperti penjadwalan, pengaturan istirahat, dan penggunaan alat bantu.
- Evaluasi kemajuan pasien dan lakukan modifikasi intervensi jika diperlukan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengelola gejala gatal-gatal dengan baik, meningkatkan toleransi aktivitas, dan kembali melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman. -
Article No. 21436 | 03 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan bibir pecah-pecah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan bibir pecah-pecah.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan keluhan bibir pecah-pecah, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Diagnosa Keperawatan: Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Karakteristik Utama: Adanya perubahan pada struktur dan fungsi kulit, seperti pecah-pecah pada bibir.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan tercapai luaran/output sebagai berikut:
Luaran Keperawatan: Integritas Kulit
Definisi: Pemeliharaan struktur dan fungsi kulit yang optimal.
Kriteria Hasil:
a. Tidak ada kerusakan pada kulit.
b. Kulit tetap utuh dan terlindungi.
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
d. Tidak ada rasa sakit/nyeri pada kulit.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang perlu dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
a. Perawatan Kulit
- Lakukan inspeksi kulit secara teratur untuk mendeteksi perubahan.
- Bersihkan kulit dengan lembut menggunakan sabun pH netral dan air hangat.
- Berikan pelembab/pelindung kulit yang sesuai untuk menjaga kelembapan dan integritas kulit.
- Hindari faktor-faktor yang dapat memperburuk kondisi kulit, seperti paparan sinar matahari berlebih.
b. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab dan faktor risiko terjadinya integritas kulit terganggu.
- Ajarkan teknik perawatan kulit yang tepat, termasuk penggunaan pelembab dan pelindung kulit.
- Dorong pasien untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan mengonsumsi makanan bergizi.
- Anjurkan pasien untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memperburuk kondisi kulit.
c. Manajemen Nyeri
- Identifikasi tingkat nyeri yang dialami pasien.
- Berikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi rasa nyeri pada kulit.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi dan kompres hangat.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran keperawatan yang optimal, yaitu integritas kulit yang terpelihara dengan baik, sehingga keluhan bibir pecah-pecah dapat teratasi. -
Article No. 21437 | 03 Sep 2025
Klinis : trombositopeni
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci sebagai seorang perawat pakar mengenai diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi trombositopenia.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Trombositopenia:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi trombositopenia adalah "Risiko Perdarahan" (SDKI 2019). Trombositopenia adalah kondisi medis dengan jumlah trombosit (keping darah) yang rendah, sehingga meningkatkan risiko perdarahan. Pasien dengan trombositopenia dapat mengalami gejala seperti mudah memar, mimisan, perdarahan gusi, perdarahan menstruasi yang berlebihan, dan perdarahan dari luka. Oleh karena itu, diagnosa "Risiko Perdarahan" menjadi tepat untuk menggambarkan kerentanan pasien terhadap komplikasi perdarahan.
Luaran/Output Keperawatan (SLKI) yang Diharapkan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Tidak terjadi perdarahan (SLKI 2019). Indikator keberhasilan ini menunjukkan bahwa pasien dapat mempertahankan integritas pembuluh darah dan sistem pembekuan darah yang adekuat, sehingga tidak mengalami episode perdarahan.
2. Kadar trombosit dalam batas normal (SLKI 2019). Indikator ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan dapat membantu meningkatkan atau mempertahankan jumlah trombosit dalam rentang normal, sehingga meminimalkan risiko perdarahan.
3. Pasien mampu mengenali tanda-tanda perdarahan (SLKI 2019). Indikator ini menunjukkan bahwa pasien dapat secara mandiri mengidentifikasi gejala dini perdarahan, sehingga dapat segera melakukan tindakan yang tepat.
Intervensi Keperawatan (SIKI) yang Diperlukan:
Untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan perdarahan (SIKI 2019). Perawat perlu melakukan pemantauan rutin terkait tekanan darah, nadi, respirasi, suhu, serta tanda-tanda perdarahan seperti memar, perdarahan gusi, atau perdarahan lainnya.
2. Manajemen pemberian obat (SIKI 2019). Perawat berperan dalam mengatur pemberian obat-obatan yang dapat mempengaruhi pembekuan darah, seperti pemberian trombosit, vitamin K, atau obat-obatan lain yang diresepkan.
3. Edukasi kesehatan (SIKI 2019). Perawat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, risiko, serta cara mengenali dan mengatasi perdarahan akibat trombositopenia.
4. Pencegahan cedera (SIKI 2019). Perawat mengidentifikasi dan meminimalkan risiko cedera atau trauma yang dapat memicu perdarahan pada pasien.
5. Kolaborasi interprofesional (SIKI 2019). Perawat berkoordinasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, ahli hematologi, atau ahli nutrisi, untuk memastikan penanganan trombositopenia yang komprehensif.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan trombositopenia, perawat harus menerapkan intervensi-intervensi tersebut secara sistematis dan berkelanjutan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, yaitu tidak terjadi perdarahan, kadar trombosit dalam batas normal, dan pasien mampu mengenali tanda-tanda perdarahan. -
Article No. 21438 | 03 Sep 2025
Klinis : Data Subjekif: Pasien dikeluhkan sesak sudah 2 bulan, riwayat penyakit hipertensi, tidak rutin minum obat, kedua kaki bengkak sudah 2 bulan. Pasien juga dikeluhkan merasa dada berat seperti tertindih dan engap, untuk berjalan sedikit saja sudah sesak (dari kamar ke kamar mandi di rumah), tidur lebih nyaman miring ke kiri. Data Objektif: - TD 90/60 mmHg - HR 149x/menit - RR 35x/menit - SpO2 88% (RA) - Hasil EKG: AF RVR - Hasil Echo: EF 28% - ETT no. 7.5 batas 22cm - NGT no.16 - CPV 3L Subelavisa Sinistra - Kateter urine - LAB Hb: 14.4 WBC :6.000 GDS :140
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Pola napas tidak efektif, kode 00032
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
2. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, kode 00031
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer, kode 00203
- Definisi: Pengurangan sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat mengancam kesehatan.
4. Diagnosa Keperawatan: Kurang Volume Cairan
- SDKI: Kurang Volume Cairan, kode 00027
- Definisi: Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
5. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
- SDKI: Kelebihan Volume Cairan, kode 00026
- Definisi: Jumlah cairan yang berlebihan dalam satu atau lebih kompartemen cairan tubuh.
6. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Irama Jantung
- SDKI: Gangguan Irama Jantung, kode 00204
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, irama, atau denyut nadi yang mengganggu suplai darah ke seluruh tubuh.
7. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
- SDKI: Penurunan Curah Jantung, kode 00029
- Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Penjelasan singkat SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk masing-masing diagnosa keperawatan dapat diberikan secara terperinci jika dibutuhkan. -
Article No. 21439 | 03 Sep 2025
Klinis : kaki bengkak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi klinis yang disampaikan, yaitu \i kaki bengkak\i0 , berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0 \par
\b Kode:\b0 D.0016 \b \- Gangguan Pertukaran Gas\b0 \par
\b Definisi:\b0 Kondisi di mana individu mengalami ketidakefektifan pertukaran oksigen dan/atau karbon dioksida antara alveoli dan sistem vaskular, yang dapat menyebabkan penumpukan cairan (edema), termasuk pada ekstremitas bawah seperti kaki bengkak. Kondisi ini sering terkait dengan gangguan kardiovaskular, ginjal, atau sistemik lainnya.\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\b0 \par
\b Kode:\b0 L.14016 \b \- Status Sirkulasi: Perifer\b0 \par
\b Definisi:\b0 Pengukuran tingkat keadekuatan aliran darah ke ekstremitas. Luaran yang diharapkan termasuk penurunan edema (bengkak), pemulihan warna kulit normal, dan tidak adanya nyeri atau ketidaknyamanan pada kaki.\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0 \par
\b Kode:\b0 I.11260 \b \- Manajemen Edema\b0 \par
\b Definisi:\b0 Tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan penumpukan cairan interstisial. Intervensi meliputi pemantauan tanda-tanda edema, elevasi ekstremitas yang terkena, pembatasan asupan cairan dan natrium sesuai indikasi, serta kolaborasi dengan tim kesehatan untuk terapi farmakologis jika diperlukan.\par
\b Penjelasan Singkat:\b0 \par
Kaki bengkak (edema) sering kali merupakan manifestasi dari gangguan pertukaran gas atau gangguan sirkulasi sistemik, seperti pada gagal jantung kongestif, gangguan ginjal, atau kondisi lain yang memengaruhi keseimbangan cairan. Diagnosa D.0016 dipilih karena edema perifer dapat terkait dengan ketidakefektifan pertukaran gas akibat peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan tekanan onkotik. Luaran L.14016 berfokus pada pemulihan sirkulasi perifer dan pengurangan edema, sementara intervensi I.11260 memberikan panduan untuk mengelola edema melalui tindakan konservatif dan kolaboratif. Pendekatan ini didukung oleh evidence-based practice dalam keperawatan medis-bedah dan manajemen gejala.\par
}