Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13903 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien batuk dan sesak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan kondisi batuk dan sesak napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengalami batuk dan sesak napas adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini mengacu pada ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas, sehingga mengakibatkan perubahan pada pola napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Pasien dapat bernafas dengan irama normal
- Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi atau retensi sekret di saluran napas
2. Status Pernafasan
- Pasien dapat mempertahankan frekuensi napas dalam batas normal
- Pasien dapat mempertahankan kedalaman napas yang adekuat
- Pasien dapat mempertahankan irama napas yang teratur
3. Bebas Komplikasi
- Pasien tidak mengalami komplikasi, seperti pneumonia atau atelektasis
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan gangguan bersihan jalan napas
- Posisikan pasien sesuai kebutuhan (misal semi-fowler) untuk memfasilitasi ventilasi
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika diperlukan
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai instruksi dokter
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
2. Manajemen Oksigenasi
- Pantau status oksigenasi pasien (saturasi oksigen, frekuensi napas, kedalaman napas)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
- Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan untuk membantu pengeluaran sekret
3. Manajemen Risiko
- Lakukan observasi tanda-tanda komplikasi, seperti pneumonia atau atelektasis
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait kondisi pasien, manajemen perawatan, dan pencegahan komplikasi
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi batuk dan sesak napas. Jangan ragu untuk menanyakan jika ada hal yang kurang jelas. -
Article No. 13907 | 13 Mar 2025
Klinis : gatal gatal kecil kcil seluruh badan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Halo, saya adalah seorang perawat profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu gatal-gatal kecil di seluruh badan, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosis Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh perasaan tidak nyaman atau kurangnya energi. Dalam kasus gatal-gatal kecil di seluruh badan, pasien dapat mengalami ketidaknyamanan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Hasil yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
2. Pasien dapat mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas.
3. Pasien dapat menggunakan strategi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat toleransinya.
2. Manajemen Gejala: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengelola gejala gatal-gatal yang mengganggu.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyebab, pencegahan, dan penanganan gatal-gatal.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. -
Article No. 13908 | 13 Mar 2025
Klinis : gatal gatal kecil kcil seluruh badan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu gatal-gatal kecil di seluruh badan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L29.9
- Deskripsi: Pruritus, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Pruritus adalah istilah medis untuk gatal-gatal, dan kode L29.9 mencakup kondisi gatal-gatal yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.99
- Deskripsi: Prosedur lain, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Jika pasien memerlukan tindakan medis untuk mengatasi gatal-gatal, seperti pemberian obat topikal atau sistemik, maka prosedur tersebut dapat dikodekan dengan kode 99.99, yang mencakup tindakan medis yang tidak dapat diklasifikasikan secara spesifik.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 L29.9 digunakan untuk mengkode kondisi gatal-gatal kecil di seluruh badan yang tidak dapat diklasifikasikan secara spesifik ke kode lain dalam klasifikasi ICD-10.
- Jika pasien memerlukan tindakan medis untuk mengatasi gatal-gatal, seperti pemberian obat topikal atau sistemik, maka prosedur tersebut dapat dikodekan dengan kode ICD-9-CM 99.99, yang mencakup tindakan medis yang tidak dapat diklasifikasikan secara spesifik.
- Penggunaan kode yang tepat sangat penting dalam dokumentasi medis untuk memastikan perawatan yang sesuai dan penagihan yang akurat. -
Article No. 13911 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien lemas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang lemas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang lemas adalah "Intoleransi Aktivitas" (SDKI 2017). Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Pasien yang lemas umumnya mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat keterbatasan energi dan kelelahan.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai dengan kemampuannya (SLKI 2019).
2. Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas yang dilakukan (SLKI 2019).
3. Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan tingkat energi yang dimiliki (SLKI 2019).
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Energi
- Identifikasi tingkat aktivitas dan toleransi pasien terhadap aktivitas.
- Bantu pasien mengatur jadwal aktivitas dan istirahat untuk mengoptimalkan energi.
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi, seperti menghemat tenaga saat melakukan aktivitas.
- Berikan dukungan psikologis untuk menumbuhkan motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
2. Peningkatan Mobilitas
- Evaluasi kemampuan mobilitas pasien dan identifikasi hambatan yang ada.
- Berikan latihan fisik sesuai dengan kemampuan pasien, seperti latihan ROM, latihan ambulasi bertahap, dan latihan peningkatan kekuatan otot.
- Berikan alat bantu mobilitas jika diperlukan, seperti kursi roda atau walker.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya mobilisasi dan latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Manajemen Nutrisi
- Evaluasi status nutrisi pasien dan identifikasi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tenaga gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dan mencukupi kebutuhan energi pasien.
- Berikan supplementasi nutrisi jika diperlukan untuk meningkatkan asupan kalori dan protein.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan energi dan toleransi aktivitas.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga pasien dapat meningkatkan kemampuan aktivitas sehari-hari dan toleransi terhadap aktivitas. -
Article No. 13912 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien muntah muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan muntah-muntah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan muntah-muntah adalah "Mual" (SDKI 2017). Mual didefinisikan sebagai sensasi ketidaknyamanan di perut yang dapat mengakibatkan dorongan untuk muntah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Mual: Pasien dapat mengendalikan rasa mual yang dialami.
2. Tidak ada Muntah: Pasien tidak mengalami episode muntah selama perawatan.
3. Integritas Mukosa Oral Terjaga: Membran mukosa oral pasien tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan.
4. Hidrasi Adekuat: Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang baik, seperti turgor kulit yang baik, membran mukosa yang lembab, dan produksi urin yang cukup.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual:
a. Identifikasi faktor pencetus mual, seperti obat-obatan, makanan, atau kondisi medis.
b. Berikan antiemetik sesuai resep dokter untuk mengurangi rasa mual.
c. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang dapat memperparah mual.
d. Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk mengurangi rasa mual.
2. Manajemen Muntah:
a. Berikan tempat untuk muntah yang mudah dijangkau dan bersih.
b. Bersihkan mulut pasien setelah muntah untuk menjaga integritas mukosa oral.
c. Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk mencegah dehidrasi.
d. Pantau tanda-tanda dehidrasi, seperti turgor kulit, membran mukosa, dan produksi urin.
3. Perawatan Mulut:
a. Bersihkan mulut pasien secara teratur untuk menjaga kebersihan dan mencegah infeksi.
b. Berikan pelembab bibir untuk mencegah kekeringan.
c. Pantau integritas mukosa oral dan lakukan perawatan sesuai kebutuhan.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Mual" dipilih karena pasien mengalami sensasi ketidaknyamanan di perut yang dapat memicu dorongan untuk muntah. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan rasa mual, tidak mengalami muntah, menjaga integritas mukosa oral, dan tetap terhidrasi dengan baik. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen mual, manajemen muntah, dan perawatan mulut untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13913 | 13 Mar 2025
Klinis : Kasus 7 (penginderaan) Seorang laki-laki berusia 18 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri hebat di belakang telinga kanan, yang disertai demam tinggi sejak 3 hari terakhir. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami infeksi telinga tengah berulang sejak kecil, dan sebelumnya telah mengalami otitis media akut sekitar 2 minggu lalu, tetapi tidak mendapatkan pengobatan antibiotik secara tuntas. Sejak dua hari terakhir, orang tua pasien juga memperhatikan bahwa telinga kanan anak terlihat menonjol, dan ada pembengkakan serta kemerahan di belakang telinga. Anak juga mengeluhkan sakit kepala dan penurunan nafsu makan. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Tampak lemah, menangis karena nyeri. Tanda vital: Tekanan darah: 100/70 mmHg. HR: 110x/menit. RR: 24x/menit. Suhu: 39,2°C. Telinga kanan: Pinna telinga terdorong ke depan. Pembengkakan dan kemerahan (+) di daerah mastoid. Nyeri tekan mastoid (+). Otorrhea purulen (+) dari liang telinga. Neurologis: Tidak ditemukan tanda-tanda defisit neurologis saat ini. Hasil Pemeriksaan Penunjang Otoscopic Examination (Pemeriksaan Otoskopi): Membran timpani tampak menonjol, berwarna merah, dan tidak dapat bergerak, Adanya cairan purulen dalam liang telinga. Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Leukositosis (15.500/μL) → indikasi infeksi, CRP meningkat (>10 mg/L)→ indikasi inflamasi aktif, LED meningkat (45 mm/jam) indikasi infeksi atau inflamasi. Kultur cairan telinga: Pertumbuhan bakteri (Streptococcus pneumoniae /Staphylococcus aureus) (+). Pemeriksaan Radiologi: X-ray Mastoid: Tampak pemusnahan trabekula tulang mastoid yang mengindikasikan mastoiditis. CT-Scan Temporal Bone: Efusi cairan purulen dalam rongga mastoid, Erosi tulang mastoid (+), Tidak ditemukan abses intrakranial atau komplikasi lainnya. Diagnosis Medis: Mastoiditis akut akibat otitis media supuratif kronik. Pasien direncanakan untuk mendapatkan terapi antibiotik IV, analgesik, serta evaluasi pembedahan (mastoidectomy) jika tidak ada perbaikan dalam 48 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Nyeri akut (SDKI: 13055) berhubungan dengan infeksi telinga tengah.
Penjelasan:
- Pasien mengalami nyeri hebat di belakang telinga kanan, yang disertai demam tinggi.
- Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya pembengkakan dan kemerahan di daerah mastoid, serta nyeri tekan pada mastoid.
- Kondisi ini menunjukkan adanya infeksi telinga tengah yang menyebabkan rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien.
2. Risiko infeksi (SDKI: 13079) berhubungan dengan riwayat infeksi telinga tengah berulang.
Penjelasan:
- Pasien memiliki riwayat infeksi telinga tengah berulang sejak kecil.
- Sebelumnya pasien juga mengalami otitis media akut, tetapi tidak mendapatkan pengobatan antibiotik secara tuntas.
- Kondisi ini meningkatkan risiko pasien untuk mengalami infeksi yang lebih parah, seperti mastoiditis akut.
3. Defisit nutrisi (SDKI: 13025) berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan penurunan nafsu makan.
- Kondisi ini dapat menyebabkan defisit nutrisi jika tidak segera ditangani.
Berdasarkan standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Manajemen nyeri (SIKI: 30017) untuk mengatasi nyeri akut yang dirasakan pasien.
2. Manajemen risiko infeksi (SIKI: 30033) untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih parah.
3. Manajemen nutrisi (SIKI: 30037) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat segera pulih dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 13914 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien mual dan muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang mengalami mual dan muntah.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengalami mual dan muntah adalah "Mual" (SDKI, 2017). Mual didefinisikan sebagai sensasi ketidaknyamanan di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Mual: Pasien dapat mengendalikan rasa mual yang dialami.
2. Toleransi terhadap Makanan: Pasien dapat mentoleransi asupan makanan dan cairan.
3. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala mual dan muntah yang dialami.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Mual:
- Identifikasi faktor-faktor pemicu mual, seperti obat-obatan, iritasi gastrointestinal, atau kecemasan.
- Berikan antiemetik sesuai instruksi dokter untuk mengurangi rasa mual.
- Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat ditoleransi, seperti makanan ringan dan cairan hangat.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk mengurangi rasa mual.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Manajemen Muntah:
- Identifikasi tanda-tanda dan gejala muntah, serta faktor penyebabnya.
- Siapkan peralatan yang diperlukan, seperti wadah untuk muntah dan kain bersih.
- Berikan antiemetik sesuai instruksi dokter untuk menghentikan episode muntah.
- Anjurkan pasien untuk minum cairan secara perlahan setelah muntah untuk mencegah dehidrasi.
- Lakukan perawatan mulut dan oral higiene untuk menjaga kebersihan rongga mulut.
3. Manajemen Nutrisi:
- Pantau asupan dan output cairan pasien untuk mencegah dehidrasi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet yang sesuai dengan kondisi pasien, misalnya diet rendah lemak atau BRAT (Banana, Rice, Applesauce, Toast).
- Berikan makanan dan minuman yang dapat ditoleransi oleh pasien, seperti es batu, jus buah, atau sup krim.
- Lakukan intervensi untuk mengatasi masalah menelan, jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kontrol mual yang baik, toleransi terhadap makanan dan cairan, serta kemampuan untuk mengelola gejala mual dan muntah yang dialami. -
Article No. 13915 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien mual dan muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi mual dan muntah adalah "Intoleransi Makan" (SDKI, 2017). Intoleransi Makan didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk menerima atau mentolerir makanan atau cairan yang dikonsumsi, yang ditandai dengan mual, muntah, diare, atau kembung" (SDKI, 2017).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tanda-tanda Vital Stabil: Diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan, tanda-tanda vital pasien, seperti suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah, dapat terkontrol dalam batas normal.
2. Tidak Terjadi Dehidrasi: Pasien dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat, dengan intake cairan yang cukup dan output urin yang normal.
3. Manajemen Mual dan Muntah Efektif: Pasien dapat mengelola mual dan muntah dengan baik, dengan frekuensi dan durasi yang berkurang.
4. Asupan Nutrisi Adekuat: Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Mual dan Muntah:
a. Identifikasi penyebab, pemicu, dan faktor yang mempengaruhi mual dan muntah.
b. Berikan antiemetik sesuai instruksi medis untuk mengurangi mual dan muntah.
c. Bantu pasien dalam melakukan teknik relaksasi, distraksi, atau imagery untuk mengurangi mual.
d. Atur lingkungan yang nyaman, bersih, dan bebas bau-bauan yang dapat memicu mual.
e. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang mudah dicerna dan bernutrisi tinggi.
f. Pantau intake dan output cairan untuk mencegah dehidrasi.
2. Manajemen Nutrisi:
a. Identifikasi kebutuhan nutrisi pasien berdasarkan keadaan klinis.
b. Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan, jika pasien tidak dapat makan per oral.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
d. Motivasi dan edukasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi.
e. Pantau berat badan dan status nutrisi pasien secara berkala.
3. Manajemen Hidrasi:
a. Pantau intake dan output cairan secara ketat.
b. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang akibat mual dan muntah.
c. Anjurkan pasien untuk minum cairan yang mudah ditoleransi, seperti air putih atau minuman elektrolit.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab dehidrasi.
Penjelasan yang Rinci:
Diagnosa keperawatan "Intoleransi Makan" dipilih karena pasien mengalami gejala mual dan muntah, yang menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk menerima atau mentolerir makanan atau cairan yang dikonsumsi. Mual dan muntah dapat menyebabkan masalah lain, seperti dehidrasi, gangguan nutrisi, dan ketidakstabilan tanda-tanda vital.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup stabilitas tanda-tanda vital, pencegahan dehidrasi, manajemen mual dan muntah yang efektif, serta asupan nutrisi yang adekuat. Tujuan ini penting untuk memulihkan kondisi pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen mual dan muntah, manajemen nutrisi, serta manajemen hidrasi. Intervensi ini bertujuan untuk mengatasi penyebab, mencegah komplikasi, dan memulihkan kondisi pasien secara holistik. Kolaborasi dengan tim medis, seperti dokter dan ahli gizi, juga diperlukan untuk memberikan perawatan yang komprehensif. -
Article No. 13916 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki 56 tahun , di rawat di bangsal dahlia akibat kecelakaan lalu lintas , pasien tersebut mengalami inkontinensia urin, menurut anda rencana keperawatan terkait gangguan eliminasi yang dialami oleh pasien adalah : Select one: a. Tingkatkan cairan b. Meningkatkan tonus otot c. Observasi output d. Kolaboratif antibiotik e. Observasi intake
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang anda berikan, rencana keperawatan yang sesuai terkait gangguan eliminasi yang dialami adalah:
b. Meningkatkan tonus otot
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan: Inkontinensia Urin
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Inkontinensia Urin adalah ketidakmampuan untuk menahan atau mengendalikan pengeluaran urin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Salah satu luaran yang perlu dicapai adalah Peningkatan Tonus Otot, yang didefinisikan sebagai peningkatan kekuatan dan ketegangan otot-otot yang terlibat dalam proses pengeluaran urin.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang sesuai adalah Manajemen Inkontinensia, yang mencakup upaya untuk meningkatkan tonus otot panggul dan kandung kemih, misalnya melalui latihan Kegel.
Jadi, rencana keperawatan yang paling tepat untuk mengatasi inkontinensia urin pada pasien ini adalah meningkatkan tonus otot, khususnya otot-otot panggul dan kandung kemih. -
Article No. 13917 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan kondisi diare.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi diare berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Diare". Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses cair atau tidak terbentuk dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari. Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi, gangguan pencernaan, atau faktor lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan pola eliminasi: Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi feses yang normal dan sehat sesuai dengan kondisi sebelum diare.
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
3. Manajemen gejala: Pasien dapat mengelola gejala-gejala diare, seperti nyeri abdominal, mual, dan kehilangan nafsu makan.
4. Pemulihan status nutrisi: Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat selama dan setelah episode diare.
5. Peningkatan pengetahuan: Pasien dan keluarga memahami penyebab, pencegahan, dan penanganan diare.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital pasien, termasuk suhu tubuh, denyut nadi, respirasi, dan tekanan darah, untuk mendeteksi komplikasi dan memastikan stabilitas kondisi.
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit: Memberikan cairan dan elektrolit yang sesuai, baik secara oral maupun parenteral, untuk mengatasi kehilangan cairan dan menjaga keseimbangan elektrolit.
3. Manajemen Nutrisi: Mengatur asupan nutrisi yang sesuai, termasuk pemberian diet yang mudah dicerna dan kaya nutrisi, untuk mempertahankan status nutrisi pasien.
4. Manajemen Gejala: Memberikan intervensi yang sesuai untuk mengatasi gejala-gejala diare, seperti pemberian obat antidiare, antiemetik, atau analgesik jika diperlukan.
5. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, pencegahan, dan penanganan diare, serta pentingnya menjaga kebersihan dan hidrasi yang adekuat.
6. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk menentukan plan of care yang komprehensif dan efektif.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu pemulihan pola eliminasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, manajemen gejala, pemulihan status nutrisi, serta peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penanganan diare.