Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14069 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien mengeluh nyeri ulu hati dan nyeri perut bagian bawah, mual dan nafsu makan berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan saluran gastrointestinal, ditandai dengan keluhan nyeri ulu hati dan nyeri perut bagian bawah.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa nyeri akut adalah:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
2. Pasien mendemonstrasikan teknik pengurangan nyeri.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik.
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
4. Pantau tanda-tanda vital pasien. -
Article No. 14070 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien mengeluh nyeri ulu hati dan nyeri perut bagian bawah, mual dan nafsu makan berkurang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dideskripsikan, yaitu nyeri ulu hati, nyeri perut bagian bawah, mual, dan nafsu makan berkurang, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.1
- Deskripsi: Nyeri perut bagian atas
2. Kode ICD-10:
- Kode: R10.4
- Deskripsi: Nyeri perut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
3. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual
4. Kode ICD-10:
- Kode: R63.0
- Deskripsi: Anoreksia
Berdasarkan gejala-gejala tersebut, pasien dapat didiagnosis dengan nyeri ulu hati, nyeri perut bagian bawah, mual, dan anoreksia. Tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan mengelola kondisi ini dapat mencakup:
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.13
- Deskripsi: Endoskopi atas (esofagoskopi, gastroduodenoskopi, dengan atau tanpa biopsi)
Endoskopi atas dapat dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan penyebab gejala-gejala yang dialami pasien, seperti penyakit refluks gastroesofageal, gastritis, atau kondisi lainnya.
- Kode: 88.76
- Deskripsi: Tes diagnostik: Analisis darah, kimia klinis
Tes diagnostik darah dapat dilakukan untuk mengevaluasi parameter biokimia yang dapat membantu mengidentifikasi penyebab gejala-gejala yang dialami pasien.
Dalam menentukan diagnosis dan rencana penatalaksanaan yang tepat, dokter atau perekam medis akan mempertimbangkan hasil pemeriksaan fisik, riwayat medis pasien, dan temuan dari pemeriksaan diagnostik yang dilakukan. -
Article No. 14071 | 14 Mar 2025
Klinis : hiponatremia atau hipernatremia: ketidakseimbangan kadar natrum yang memengaruhi fungsi tubuh bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan Hiponatremia atau Hipernatremia
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit adalah keadaan di mana terjadi perubahan dalam komposisi atau distribusi cairan intravaskular, interstisial, atau intrasellular. Hiponatremia atau hipernatremia dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh bayi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah:
1. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit: Natrium dalam batas normal
2. Tanda-tanda Vital: Stabil
3. Status Neurologi: Baik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitoring Cairan dan Elektrolit
2. Pemberian Cairan dan Elektrolit sesuai Kebutuhan
3. Manajemen Hiponatremia atau Hipernatremia
4. Edukasi kepada Keluarga tentang Pemantauan Tanda dan Gejala Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pemantauan ketat dan pemberian intervensi yang tepat untuk mengatasi kondisi hiponatremia atau hipernatremia pada bayi, guna mencegah komplikasi yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh bayi secara keseluruhan. -
Article No. 14072 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang perempuan, 26 tahun, dirawat di RSJ sejak 7 hari yang lalu, karena mengurung diri di kamar sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan dirinya merasa malu karena sering mengalami penyakit kulit. Hasil pemeriksaan: pakaian tidak rapi, malas berinteraksi dengan orang lain, suara terdengar pelan saat bicara, kontak mata kurang. Pasien meyakini dirinya perempuan yang sial dan tidak berguna. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis yang komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kasus yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah "Isolasi Sosial". Hal ini didasarkan pada gejala-gejala yang ditunjukkan, seperti mengurung diri di kamar, malas berinteraksi dengan orang lain, dan kontak mata yang kurang. Pasien juga merasa malu dan meyakini dirinya sebagai perempuan yang sial dan tidak berguna, yang mengarah pada perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Interaksi Sosial
- Pasien dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial dengan orang lain.
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya secara terbuka.
- Pasien dapat membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
2. Peningkatan Harga Diri
- Pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan dirinya.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan penerimaan diri.
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.
3. Penurunan Kecemasan
- Pasien dapat mengenali dan mengungkapkan perasaan cemas yang dialami.
- Pasien dapat menerapkan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang tenang dan rileks.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Peningkatan Interaksi Sosial:
- Fasilitasi Interaksi Sosial
- Terapi Kelompok
- Terapi Aktivitas Kelompok
2. Intervensi untuk Peningkatan Harga Diri:
- Diskusi Harga Diri
- Afirmasi Diri
- Terapi Reminisens
3. Intervensi untuk Penurunan Kecemasan:
- Manajemen Kecemasan
- Terapi Relaksasi
- Terapi Kognitif
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Isolasi Sosial" didasarkan pada gejala-gejala yang ditunjukkan pasien, seperti mengurung diri di kamar, malas berinteraksi dengan orang lain, dan kontak mata yang kurang. Pasien juga merasa malu dan meyakini dirinya sebagai perempuan yang sial dan tidak berguna, yang mengarah pada perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan berfokus pada peningkatan interaksi sosial, peningkatan harga diri, dan penurunan kecemasan. Peningkatan interaksi sosial akan membantu pasien untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mengungkapkan perasaan dan pemikirannya secara terbuka, serta membangun hubungan positif dengan orang lain. Peningkatan harga diri akan membantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan dirinya, menunjukkan penerimaan diri, serta mengekspresikan perasaan positif terhadap dirinya sendiri. Penurunan kecemasan akan membantu pasien untuk mengenali dan mengungkapkan perasaan cemas yang dialami, menerapkan teknik relaksasi, serta menunjukkan perilaku yang tenang dan rileks.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi fasilitasi interaksi sosial, terapi kelompok, terapi aktivitas kelompok, diskusi harga diri, afirmasi diri, terapi reminisens, manajemen kecemasan, terapi relaksasi, dan terapi kognitif. Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan pasien dapat mencapai peningkatan interaksi sosial, peningkatan harga diri, dan penurunan kecemasan, sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 14073 | 14 Mar 2025
Klinis : IKTIOSIS: kelainan kulit bawaan yang menyebab kan kulit sangat kering dan bersisik pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Iktiosis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Keterbatasan Mobilitas Fisik akibat Iktiosis.
Penjelasan:
Iktiosis adalah kelainan kulit bawaan yang menyebabkan kulit menjadi sangat kering, bersisik, dan kaku. Kondisi ini dapat menyebabkan keterbatasan mobilitas fisik dan intoleransi terhadap aktivitas pada pasien. Pasien dapat mengalami kelelahan dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik, psikologis, perkembangan, atau lingkungan.
- Faktor Berhubungan: Keterbatasan mobilitas fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang baik.
- Kriteria Hasil: Peningkatan toleransi terhadap aktivitas, peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Aktivitas, Latihan Mobilitas, Perawatan Kulit.
- Tujuan Intervensi: Meningkatkan toleransi aktivitas, meningkatkan kemampuan mobilitas, dan menjaga integritas kulit.
Dalam penanganan pasien dengan Iktiosis, perawat perlu memperhatikan keterbatasan mobilitas fisik yang dialami pasien dan memberikan intervensi yang sesuai untuk meningkatkan toleransi aktivitas, mobilitas, dan perawatan kulit secara optimal. -
Article No. 14074 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien mengeluh nyeri ulu hati dan nyeri perut bagian bawah, mual dan nafsu makan berkurang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K30
- Deskripsi: Dispepsia
Dispepsia adalah kondisi yang ditandai dengan nyeri atau ketidaknyamanan di area ulu hati, yang dapat disertai dengan gejala lain seperti mual, muntah, dan penurunan nafsu makan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi bakteri Helicobacter pylori, obat-obatan, stres, atau kondisi medis lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 44.13
- Deskripsi: Endoskopi lambung dengan biopsi
Jika diperlukan, prosedur endoskopi lambung dengan biopsi dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyebab dispepsia yang dialami pasien, seperti infeksi bakteri Helicobacter pylori atau kelainan lainnya pada lambung.
Evaluasi dan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter akan diperlukan untuk menentukan penyebab yang spesifik dan memberikan penanganan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 14075 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien mengeluh nyeri ulu hati dan nyeri perut bagian bawah, mual dan nafsu makan berkurang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, maka:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K30
- Deskripsi: Dispepsia
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati, nyeri perut bagian bawah, mual, dan nafsu makan berkurang. Gejala-gejala ini sesuai dengan sindrom dispepsia, yang didefinisikan sebagai keluhan atau rasa tidak nyaman di bagian atas abdomen. Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi H. pylori, penggunaan obat-obatan tertentu, atau penyakit lain pada saluran pencernaan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode spesifik
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang spesifik disebutkan dalam kasus ini. Penanganan awal dapat berupa pemeriksaan fisik, pengambilan riwayat pasien, dan pemeriksaan penunjang seperti endoskopi atau pemeriksaan laboratorium untuk menentukan penyebab dispepsia.
Penjelasan:
Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis spesifik yang disebutkan. Penanganan awal yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fisik, pengambilan riwayat pasien, dan pemeriksaan penunjang seperti endoskopi atau pemeriksaan laboratorium untuk menentukan penyebab dispepsia yang dialami oleh pasien. Tindakan medis lebih lanjut akan ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan evaluasi kondisi pasien. -
Article No. 14076 | 14 Mar 2025
Klinis : muka dan kaki bengkak karena konsumsi obat herbal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T78.3
- Deskripsi: Angioedema, tidak diklasifikasi di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk kasus ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami pembengkakan pada wajah dan kaki akibat konsumsi obat herbal. Kondisi ini dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 T78.3 (Angioedema, tidak diklasifikasi di tempat lain).
Angioedema adalah pembengkakan yang terjadi di lapisan kulit yang lebih dalam (dermis dan subkutis) dan dapat menyebabkan pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, atau organ tubuh lainnya. Dalam kasus ini, angioedema disebabkan oleh reaksi yang dikaitkan dengan konsumsi obat herbal.
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kasus ini, karena penanganan yang dilakukan akan bergantung pada kondisi pasien dan tindakan medis yang diperlukan, seperti pemberian obat antihistamin, kortikosteroid, atau dukungan lainnya.
Dokter atau perekam medik harus mempertimbangkan semua gejala, riwayat medis, dan hasil pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis yang tepat dan menentukan tindakan medis yang sesuai. -
Article No. 14077 | 14 Mar 2025
Klinis : jaundice (ikterus neonatal): Kadar bilirubin tinggi yang menyebab kan kulit dan mata bayi menguning pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi jaundice (ikterus neonatal) pada bayi dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan atau penurunan cairan dan elektrolit yang dapat mengganggu fungsi tubuh.
- Faktor Risiko: Peningkatan kadar bilirubin pada bayi dengan jaundice dapat menyebabkan risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, output urin adekuat, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, intake dan output cairan, pemeriksaan laboratorium (kadar bilirubin, elektrolit), edukasi kepada keluarga tentang tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, serta pemberian terapi sesuai dengan kondisi pasien.
Dalam menangani kasus jaundice (ikterus neonatal) pada bayi, perawat berperan penting dalam memantau dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat peningkatan kadar bilirubin. -
Article No. 14078 | 14 Mar 2025
Klinis : gagal tumbuh (falluer to thriue):bayi tidak mencapai pertumbuhan yang sesuai usia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gagal Tumbuh (Failure to Thrive)
Definisi:
Gagal tumbuh (Failure to Thrive) adalah kondisi di mana bayi atau anak-anak tidak mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti malnutrisi, penyakit kronis, atau kondisi psikososial.
Etiologi:
- Malnutrisi (asupan nutrisi yang tidak adekuat)
- Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi)
- Penyakit kronis (seperti penyakit jantung, ginjal, atau gangguan endokrin)
- Faktor psikososial (penelantaran, deprivasi emosional, atau stres berat)
Tanda dan Gejala:
- Berat badan dan tinggi badan di bawah persentil yang sesuai untuk usia dan jenis kelamin
- Perkembangan motorik dan mental yang terlambat
- Perubahan perilaku (apatis, tidak responsif, atau sulit makan)
- Riwayat penyakit atau malnutrisi sebelumnya
Intervensi Keperawatan:
1. Asuhan Gizi
- Evaluasi status nutrisi dan kebutuhan kalori/protein
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Edukasi dan dukungan keluarga untuk meningkatkan asupan nutrisi
2. Pemantauan Pertumbuhan
- Pengukuran berat badan, tinggi badan, dan parameter pertumbuhan lainnya secara teratur
- Evaluasi perkembangan motorik dan mental
3. Manajemen Penyakit Dasar
- Identifikasi dan penatalaksanaan penyakit atau kondisi yang mendasari
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, dll.)
4. Dukungan Psikososial
- Identifikasi faktor psikososial yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
- Edukasi dan konseling keluarga untuk meningkatkan keterlibatan dan interaksi
- Rujukan ke layanan konseling atau psikologi, jika diperlukan
Hasil yang Diharapkan:
- Bayi/anak mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin
- Perkembangan motorik dan mental yang sesuai
- Peningkatan asupan nutrisi dan status gizi yang optimal
- Keluarga mampu merawat dan mendukung proses tumbuh kembang anak
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mengatasi kondisi gagal tumbuh pada bayi dan anak-anak.