Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21420 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. A yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Diagnosa Utama:
Intoleransi aktivitas (SDKI: 00092)
Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan dan dibutuhkan, yang disebabkan oleh rasa tidak nyaman atau kelelahan.
b. Diagnosa Terkait:
1) Kerusakan integritas kulit (SDKI: 00046)
Definisi: Kerusakan epidermis dan/atau dermis.
2) Gangguan pola tidur (SDKI: 00198)
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu fungsi sehari-hari.
3) Kecemasan (SDKI: 00146)
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
2. Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. Intoleransi aktivitas (SDKI: 00092)
- SLKI: Toleransi aktivitas (SLKI: 0036)
- SIKI: Manajemen intoleransi aktivitas (SIKI: I-0092)
b. Kerusakan integritas kulit (SDKI: 00046)
- SLKI: Integritas kulit (SLKI: 0025)
- SIKI: Perawatan luka (SIKI: I-0046)
c. Gangguan pola tidur (SDKI: 00198)
- SLKI: Pola tidur (SLKI: 0067)
- SIKI: Manajemen gangguan tidur (SIKI: I-0198)
d. Kecemasan (SDKI: 00146)
- SLKI: Tingkat kecemasan (SLKI: 0032)
- SIKI: Manajemen kecemasan (SIKI: I-0146)
Kode dan definisi masing-masing diagnosa dan luaran/intervensi dapat ditemukan dalam buku SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 21421 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kondisi pasien Tn. A yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perasaan tidak nyaman akibat gatal dan kemerahan pada kulit.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik (kemerahan dan kerusakan kulit).
3. Gangguan tidur berhubungan dengan gatal dan rasa panas di kulit.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi aktivitas meningkat, ditandai dengan pasien dapat beraktivitas tanpa merasa tidak nyaman akibat keluhan kulit.
2. Citra tubuh positif, ditandai dengan pasien merasa percaya diri dengan kondisi kulitnya dan tidak merasa malu.
3. Pola tidur membaik, ditandai dengan pasien dapat tidur nyenyak tanpa sering terbangun akibat gatal dan rasa panas di kulit.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi aktivitas:
a. Kaji aktivitas harian dan kapasitas pasien.
b. Anjurkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan istirahat yang cukup.
c. Ajarkan teknik pengelolaan gejala (mengatasi gatal dan kemerahan) agar tidak mengganggu aktivitas.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan kondisi kulit.
2. Gangguan citra tubuh:
a. Kaji persepsi pasien terhadap perubahannya.
b. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya terkait perubahan penampilan.
c. Berikan dukungan positif dan bantu pasien mengidentifikasi kelebihan diri.
d. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan kepada pasien.
3. Gangguan tidur:
a. Kaji pola tidur dan faktor yang mempengaruhi.
b. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi gatal dan rasa panas di kulit.
c. Atur lingkungan yang nyaman untuk tidur (suhu, pencahayaan, dll).
d. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis keluhan kulit.
Penjelasan di atas mencakup analisis komprehensif terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengelola kondisi Tn. A secara holistik. Saya berharap penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas dan rinci sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 21422 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: {\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\lang1057\f0\fs24\par
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN\b0\par
\b Gangguan Integritas Kulit\b0 b.d. paparan iritan (debu semen) dan respons inflamasi\par
Kode: 00044 (SDKI)\par
\par
\b PENJELASAN SDKI, SLKI, dan SIKI\b0\par
\par
\b 1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): 00044 - Gangguan Integritas Kulit\b0\par
\i Definisi:\i0 Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.\par
\i Faktor terkait:\i0 Pada kasus Tn. A, faktor terkait adalah paparan terhadap iritan fisik (debu semen) yang telah dikonfirmasi melalui patch test, serta respons inflamasi yang ditandai dengan gatal, kemerahan (eritema), dan penggarukan (ekskoriasi). Kondisi ini diperburuk oleh faktor lingkungan kerja (banyak keringat) dan kurangnya pengetahuan mengenai perawatan dan pencegahan.\par
\par
\b 2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): 1101 - Penyembuhan Luka: Tingkat 2\b0\par
\i Definisi:\i0 Tingkat penyembuhan luka pada kulit dan jaringan lunak.\par
\i Indikator Luaran yang Diharapkan:\i0\par
- \i Warna kulit membaik (kemerahan berkurang hingga hilang).\i0\par
- \i Integritas kulit membaik (kulit tidak pecah-pecah, lecet menutup).\i0\par
- \i Rasa gatal berkurang hingga hilang.\i0\par
- \i Rasa tidak nyaman (panas) pada kulit berkurang hingga hilang.\i0\par
- \i Tidak ada lesi baru.\i0\par
\par
\b 3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): 3530 - Perawatan Kulit\b0\par
\i Definisi:\i0 Pemberian perawatan pada kulit yang rusak atau berisiko rusak.\par
\i Aktivitas Keperawatan (Intervensi):\i0\par
- \i Kaji kondisi kulit (warna, kelembaban, suhu, tekstur, adanya lesi) setiap shift.\i0\par
- \i Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menghindari menggaruk area yang gatal (misalnya dengan menggunting kuku, menggunakan pakaian longgar).\i0\par
- \i Anjurkan untuk membersihkan kulit setelah terpapar iritan (debu semen) dengan air mengalir dan sabun pH netral.\i0\par
- \i Anjurkan untuk segera mengganti pakaian yang basah oleh keringat.\i0\par
- \i Kolaborasi pemberian terapi topikal (salep/krim kortikosteroid, emolien) sesuai resep dokter.\i0\par
- \i Ajarkan teknik aplikasi obat topikal yang benar.\i0\par
- \i Monitor respons terapi dan efek samping pengobatan.\i0\par
\par
\b Kode Intervensi Tambahan yang Relevan:\b0\par
- \b 5610 - Edukasi Kesehatan:\b0 Memberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan kekambuhan, identifikasi dan penghindaran iritan, serta pentingnya pemeriksaan kesehatan.\par
- \b 5240 - Dukungan Emosional:\b0 Memberikan dukungan untuk mengatasi perasaan malu dan stres yang dialami pasien.\par
\par
} -
Article No. 21423 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L23.9
- Deskripsi: Dermatitis alergi kontak, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Pasien memenuhi kriteria untuk diagnosis dermatitis alergi kontak, yaitu terdapat gejala kemerahan, papul kecil, eksoriasi, dan kulit kering pada lengan bawah dan betis yang muncul setelah terpapar debu semen di tempat kerja. Hasil tes alergi kulit juga menunjukkan reaksi positif terhadap bahan semen, menegaskan diagnosis dermatitis alergi kontak. Kode ICD-10 yang sesuai adalah L23.9 (Dermatitis alergi kontak, tidak terspesifikasi).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.12
- Deskripsi: Aplikasi topikal obat lainnya pada kulit dan membran mukosa
Penjelasan:
Pada kasus ini, pasien telah mencoba menggunakan bedak salisilat yang tidak banyak membantu. Kemungkinan akan dilakukan terapi topikal lain, seperti pemberian salep atau krim kortikosteroid untuk mengatasi gejala dermatitis. Kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 95.12 (Aplikasi topikal obat lainnya pada kulit dan membran mukosa). -
Article No. 21424 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
Penyebab: Pajanan terhadap iritan, cedera fisik, penyakit sistemik.
Tanda dan gejala: Eritema, papul, ekskoriasi, kulit kering, dan perubahan warna kulit.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Kelemahan, kelelahan, dan gangguan tidur.
Tanda dan gejala: Kelelahan saat beraktivitas, gangguan pola tidur, dan perubahan gaya hidup.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit Membaik
- Kriteria hasil: Tidak ada eritema, papul, atau ekskoriasi; kulit lembab dan elastis.
- Intervensi keperawatan: Manajemen Kulit, Edukasi Perawatan Kulit, Manajemen Nyeri.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kriteria hasil: Pasien dapat menyelesaikan aktivitas sehari-hari dengan mudah, pola tidur membaik.
- Intervensi keperawatan: Manajemen Energi, Peningkatan Tidur, Edukasi Manajemen Stres.
Penjelasan rinci:
1. Gangguan Integritas Kulit
- Penyebab: Pajanan terhadap iritan (semen) yang menyebabkan reaksi alergi pada kulit pasien.
- Tanda dan gejala: Eritema, papul, ekskoriasi, kulit kering, dan perubahan warna kulit yang diperparah saat berkeringat dan terkena debu semen.
- Intervensi keperawatan:
a. Manajemen Kulit: Identifikasi dan hindari faktor pencetus, aplikasi emolien, dan perawatan kulit lembab.
b. Edukasi Perawatan Kulit: Ajarkan pasien cara perawatan kulit yang benar, menghindari faktor pemicu, dan penggunaan emolien.
c. Manajemen Nyeri: Berikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi rasa gatal dan nyeri pada kulit.
2. Intoleransi Aktivitas
- Penyebab: Gangguan tidur akibat rasa gatal dan panas pada kulit, serta stres psikologis karena kondisi kulit yang memburuk.
- Tanda dan gejala: Kelelahan saat beraktivitas, gangguan pola tidur, dan perubahan gaya hidup.
- Intervensi keperawatan:
a. Manajemen Energi: Identifikasi dan kendalikan faktor yang mempengaruhi energi pasien.
b. Peningkatan Tidur: Intervensi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur pasien.
c. Edukasi Manajemen Stres: Ajarkan pasien teknik manajemen stres untuk mengatasi stres akibat kondisi kulitnya.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memulihkan integritas kulit pasien dan meningkatkan toleransi aktivitas sehingga pasien dapat kembali beraktivitas dengan baik dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 21425 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa: Intoleransi aktivitas (kode: 00092)
SDKI:
Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik atau persepsi kesulitan dalam melakukan aktivitas tersebut.
SLKI:
Kode: 00118 - Toleransi Aktivitas
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan tanpa kelelahan yang berlebihan.
SIKI:
Kode: 6460 - Manajemen Aktivitas
Definisi: Upaya untuk mengatur dan memfasilitasi aktivitas individu untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat aktivitas yang optimal.
2. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa: Gangguan integritas kulit (kode: 00046)
SDKI:
Gangguan integritas kulit adalah kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
SLKI:
Kode: 00108 - Integritas Kulit
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit.
SIKI:
Kode: 3584 - Perawatan Kulit
Definisi: Upaya untuk memelihara kesehatan dan integritas kulit.
3. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa: Kecemasan (kode: 00146)
SDKI:
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai respons otonom, perasaan tegang, dan perasaan berdebar-debar yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
SLKI:
Kode: 00137 - Tingkat Kecemasan
Definisi: Tingkat kekhawatiran, keprihatinan, atau ketakutan yang diekspresikan.
SIKI:
Kode: 5820 - Pengurangan Kecemasan
Definisi: Meminimalkan pengalaman rasa takut, kekhawatiran, atau keprihatinan yang dirasakan individu.
Dalam kasus ini, pasien Tn. A mengalami dermatitis kontak akibat paparan semen di tempat kerja, yang menyebabkan gangguan integritas kulit, intoleransi aktivitas, dan kecemasan terkait kondisi kulitnya. Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang diuraikan di atas sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 21426 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat ditetapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit (SIKI: 00046)
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
2. Intoleransi Aktivitas (SIKI: 00030)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
3. Gangguan Pola Tidur (SIKI: 00198)
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Integritas Kulit
Kode: 00046
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas Kulit: Terintegrasi
Kode: 1101
Definisi: Kemampuan mempertahankan struktur dan fungsi kulit.
2. Toleransi Aktivitas
Kode: 0005
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari tanpa rasa lelah yang berlebihan.
3. Pola Tidur
Kode: 0004
Definisi: Pola istirahat dan tidur yang memenuhi kebutuhan individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Luka: Lokal
Kode: 3505
Definisi: Tindakan keperawatan untuk memelihara integritas kulit yang rusak pada area tertentu.
2. Manajemen Aktivitas
Kode: 0200
Definisi: Tindakan untuk membantu pasien mempertahankan dan meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Manajemen Tidur
Kode: 0180
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pola tidur yang adekuat dan istirahat yang efektif. -
Article No. 21427 | 03 Sep 2025
Klinis : Demam, suhu 38.1c
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu demam dengan suhu 38.1°C, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Hipertermia
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00007
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00301
Definisi: Pemulihan suhu tubuh normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00001
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Penjelasan singkat:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan sistem termoregulasi. Tujuan utama penatalaksanaan hipertermia adalah menurunkan suhu tubuh ke dalam batas normal, mempertahankan fungsi vital, dan mencegah komplikasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan suhu tubuh, pemberian kompres dingin, pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan antipiretik sesuai indikasi. -
Article No. 21428 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2–3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam 1 minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen. Ia merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. Ia percaya dengan pengobatan medis dan doa, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik ? Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. ? Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. ? Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka ±15–20% TBSA. ? Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. ? Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. ? Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang ? Darah rutin: Leukosit 13.000/?L (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. ? Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K 3,2 mmol/L (menurun). ? Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL ? tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. ? Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. ? Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. ? Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan kornea.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi di atas:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi obat yang ditandai dengan adanya ruam eritema, lepuhan, dan epidermis yang mudah terkelupas.
2. Nyeri berhubungan dengan reaksi alergi obat yang ditandai dengan adanya lesi kulit dan mukosa yang sangat nyeri.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan reaksi alergi obat yang ditandai dengan adanya nyeri kulit dan mukosa yang hebat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan nyeri yang hebat.
5. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan kondisi kulit yang mudah terluka dan terinfeksi.
6. Risiko gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan asupan cairan yang kurang dan kehilangan cairan melalui kulit yang luas.
7. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit dan mukosa.
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang signifikan.
9. Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akan komplikasi dan dampak jangka panjang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas kulit membaik, ditandai dengan berkurangnya luas area lesi kulit dan mukosa yang melepuh.
2. Nyeri terkontrol, ditandai dengan penurunan skor nyeri dari 9/10 menjadi 4/10.
3. Kenyamanan meningkat, ditandai dengan pasien dapat tidur lebih dari 6 jam per hari.
4. Aktivitas meningkat, ditandai dengan pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
5. Tidak terjadi komplikasi infeksi pada lesi kulit dan mukosa.
6. Keseimbangan cairan terpenuhi, ditandai dengan peningkatan volume urin dan pemulihan elektrolit.
7. Tidak terjadi infeksi sekunder pada lesi kulit dan mukosa.
8. Citra tubuh membaik, ditandai dengan pasien merasa lebih percaya diri dan menerima perubahan penampilan.
9. Kecemasan berkurang, ditandai dengan pasien dapat mengendalikan emosi dan fokus pada proses penyembuhan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan kulit dan mukosa: Lakukan perawatan luka pada area kulit yang melepuh, menggunakan krim dan salep yang sesuai. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah infeksi. Lakukan perawatan mukosa oral dengan obat kumur antiseptik.
2. Manajemen nyeri: Berikan analgesik sesuai resep dokter. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri. Kolaborasi dengan dokter untuk meminimalkan efek samping obat.
3. Peningkatan kenyamanan: Atur posisi tidur yang nyaman, batasi aktivitas, dan bantu pasien saat berpindah tempat. Berikan alas tempat tidur yang lembut dan tidak mengiritasi kulit.
4. Peningkatan aktivitas: Bantu pasien melakukan perawatan diri sederhana sesuai toleransi. Ajarkan latihan gerak pasif pada ekstremitas untuk mencegah kontraktur.
5. Pencegahan infeksi: Terapkan teknik aseptik saat merawat lesi kulit dan mukosa. Pantau tanda-tanda infeksi dan segera laporkan bila ditemukan. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi antibiotik atau antivirus jika perlu.
6. Manajemen cairan dan elektrolit: Berikan asupan cairan yang cukup melalui jalur parenteral atau enteral. Monitor intake-output, elektrolit, dan fungsi ginjal. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan dan elektrolit yang adekuat.
7. Pencegahan komplikasi: Lakukan pemeriksaan penunjang rutin untuk mendeteksi komplikasi dini. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (ahli mata, kulit) untuk mencegah komplikasi.
8. Dukungan psikologis: Berikan empati, dengarkan keluhan pasien, dan bantu pasien untuk tetap optimistis. Fasilitasi komunikasi dengan keluarga untuk memberikan dukungan. Ajarkan teknik manajemen stres yang positif.
9. Edukasi dan konseling: Berikan edukasi tentang alergi obat, pencegahan komplikasi, dan manajemen gejala. Konseling untuk membangun kepercayaan diri dan menerima perubahan fisik.
Saya berharap penjelasan yang rinci ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan kondisi tersebut. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada hal yang belum jelas. -
Article No. 21429 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat. Buatkan do ds
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang dapat ditetapkan untuk Tn. A adalah:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik akibat gatal-gatal dan kemerahan kulit (TKKS-4)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal dan rasa panas pada kulit (TPCT-2)
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan garukan (TKKS-5)
Penjelasan singkat diagnosa berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik akibat gatal-gatal dan kemerahan kulit (TKKS-4)
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Pemulihan aktivitas
- SIKI: Manajemen aktivitas
- Kode: TKKS-4
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal dan rasa panas pada kulit (TPCT-2)
- SDKI: Gangguan pola tidur
- SLKI: Pemulihan pola tidur
- SIKI: Manajemen pola tidur
- Kode: TPCT-2
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan garukan (TKKS-5)
- SDKI: Risiko kerusakan integritas kulit
- SLKI: Pemulihan integritas kulit
- SIKI: Perawatan kulit
- Kode: TKKS-5
Sebagai perawat, saya memahami bahwa diagnosa keperawatan ini berdasarkan pada data yang dikumpulkan dari pengkajian pasien. Diagnosa ini mencerminkan masalah kesehatan yang dialami oleh Tn. A, yaitu keterbatasan aktivitas, gangguan pola tidur, dan risiko kerusakan kulit akibat kondisi dermatitis kontak yang ia alami. Dengan memahami diagnosa ini, saya dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk membantu Tn. A mengatasi masalah kesehatannya.