Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14193 | 15 Mar 2025
Klinis : sakit pinggang bagian belakang saat membungkukkan badan, air minum sudah cukup
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Punggung Bawah
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri Punggung Bawah adalah "Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan aktual atau potensial pada struktur punggung bawah".
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mengendalikan nyeri yang dialami.
- Mobilitas Fisik: Kemampuan individu untuk bergerak secara independen.
- Kualitas Hidup: Persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka hidup.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengurangi atau mengendalikan nyeri yang dialami individu.
- Terapi Modalitas: Penggunaan terapi komplementer dan alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan.
- Peningkatan Mobilitas: Tindakan untuk memfasilitasi pergerakan individu secara mandiri.
Dalam kasus ini, pasien mengalami sakit pinggang bagian belakang saat membungkukkan badan, namun air minum sudah cukup. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Punggung Bawah, dengan fokus intervensi pada Manajemen Nyeri, Terapi Modalitas, dan Peningkatan Mobilitas untuk membantu pasien mengelola nyeri dan meningkatkan mobilitas. -
Article No. 14194 | 15 Mar 2025
Klinis : sakit pinggang bagian belakang saat membungkukkan badan, air minum sudah cukup
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu sakit pinggang bagian belakang saat membungkukkan badan dengan air minum yang sudah cukup, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut (SDKI)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain/IASP, 1994).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri menurun
2. Melaporkan strategi koping yang efektif
3. Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Mobilisasi
3. Edukasi kesehatan
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Penjelasan: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah "Nyeri akut" karena Anda mengalami rasa sakit pada bagian pinggang belakang saat membungkukkan badan. Standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang digunakan berasal dari PPNI, yang merupakan organisasi profesi perawat di Indonesia. Saya sebagai pakar perawat akan memberikan penjelasan singkat mengenai masing-masing komponen tersebut. -
Article No. 14195 | 15 Mar 2025
Klinis : sakit pinggang bagian belakang saat membungkukkan badan, air minum sudah cukup
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu sakit pinggang bagian belakang saat membungkukkan badan, dengan air minum yang sudah cukup, maka diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan adalah:
1. Nyeri Muskuloskeletal
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan muskuloskeletal, baik aktual maupun potensial.
- Faktor yang Berhubungan: Aktivitas fisik, postur tubuh yang buruk, immobilisasi.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut:
SDKI:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan muskuloskeletal, baik aktual maupun potensial.
- Faktor yang Berhubungan: Aktivitas fisik, postur tubuh yang buruk, immobilisasi.
SLKI:
- Luaran yang Diharapkan: Klien melaporkan penurunan rasa nyeri, klien dapat beraktivitas sesuai kemampuan, klien menunjukkan perilaku mengatasi nyeri.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, terapi modalitas fisik, edukasi manajemen nyeri, dan kolaborasi terapi farmakologis.
Jadi, berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Muskuloskeletal, dengan intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen nyeri, terapi modalitas fisik, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi nyeri yang dialami. -
Article No. 14196 | 15 Mar 2025
Klinis : sering pusing secara tiba”, pusing tidak berulang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pusing Akut
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pusing Akut didefinisikan sebagai sensasi subyektif pergerakan atau rotasi lingkungan atau diri sendiri yang berlangsung dalam waktu singkat. Pusing akut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan tekanan darah, perubahan posisi tubuh, gangguan vestibular, atau kondisi medis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Pusing Akut antara lain:
1. Pasien dapat mengidentifikasi faktor penyebab pusing.
2. Pasien dapat melakukan manajemen pusing dengan efektif.
3. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan dan koordinasi.
4. Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan tanpa mengalami pusing.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Pusing Akut, antara lain:
1. Identifikasi penyebab pusing.
2. Atur posisi tubuh sesuai toleransi pasien.
3. Ajarkan teknik manajemen pusing (istirahat, hidrasi, dll).
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan medis.
5. Monitoring tanda-tanda vital dan gejala pusing.
Dalam menangani kondisi ini, perawat berperan penting dalam mengidentifikasi penyebab, memantau kondisi pasien, dan mengajarkan manajemen pusing yang efektif sehingga pasien dapat beraktivitas dengan aman. -
Article No. 14197 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki dengan usia 53 tahun dengan diagnose medis Diabetes Melitus Tipe 2 selama 7 tahun. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, TD: 160/110 mmHg, N: 84 x/menit, RR: 18x/menit, GDA high (>500) mg/dl. BB: 70 kg, TB: 170 cm. Pasien memiliki luka pada kaki. Pasien mengeluhkan gula darah yang tidak stabil walaupun sudah mengonsumsi OAD (Obat Anti Diabetes). Pada kasus tersebut, dokter merencanakan pemberian terapi insulin. Pertanyaan: Tentukan masalah keperawatan dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Prodi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dalam kasus pasien laki-laki usia 53 tahun dengan diagnosis medis Diabetes Melitus Tipe 2 selama 7 tahun ini, berikut adalah beberapa masalah keperawatan dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1. Resiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
- Berhubungan dengan ketidakefektifan penggunaan obat anti diabetes
- Ditandai dengan gula darah yang tidak stabil meskipun sudah mengonsumsi OAD
2. Intoleransi Aktivitas
- Berhubungan dengan kelemahan fisik umum
- Ditandai dengan keadaan umum lemah
3. Risiko Komplikasi Diabetes (Luka Kaki)
- Berhubungan dengan neuropati diabetik dan perubahan sirkulasi
- Ditandai dengan adanya luka pada kaki
4. Hipertensi
- Berhubungan dengan komplikasi diabetes
- Ditandai dengan tekanan darah tinggi (160/110 mmHg)
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Resiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
2. Intoleransi Aktivitas
3. Risiko Komplikasi Diabetes (Luka Kaki)
4. Hipertensi
Penjelasan singkat masing-masing diagnosa:
1. Resiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah: Keadaan di mana individu berisiko mengalami fluktuasi kadar gula darah di luar rentang normal, yang dapat menimbulkan komplikasi.
2. Intoleransi Aktivitas: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau yang dibutuhkan, akibat kelelahan, kelemahan, atau kurangnya energi.
3. Risiko Komplikasi Diabetes (Luka Kaki): Keadaan di mana individu rentan mengalami komplikasi diabetes, seperti luka pada kaki, akibat perubahan neuropatik dan vaskuler.
4. Hipertensi: Keadaan di mana individu memiliki tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang melebihi batas normal, yang dapat memicu komplikasi kesehatan. -
Article No. 14198 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki dengan usia 53 tahun dengan diagnose medis Diabetes Melitus Tipe 2 selama 7 tahun. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, TD: 160/110 mmHg, N: 84 x/menit, RR: 18x/menit, GDA high (>500) mg/dl. BB: 70 kg, TB: 170 cm. Pasien memiliki luka pada kaki. Pasien mengeluhkan gula darah yang tidak stabil walaupun sudah mengonsumsi OAD (Obat Anti Diabetes). Pada kasus tersebut, dokter merencanakan pemberian terapi insulin. Pertanyaan: Tentukan masalah keperawatan dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Prodi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis berdasarkan kasus yang diberikan, serta menentukan masalah keperawatan dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian insulin
Berdasarkan kasus tersebut, beberapa masalah keperawatan dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
Masalah Keperawatan:
1. Ketidakstabilan kadar gula darah yang ditandai dengan gula darah puasa >500 mg/dL, meskipun pasien telah mengonsumsi obat antidiabetes.
2. Risiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus, seperti hipertensi (TD 160/110 mmHg) dan luka pada kaki.
3. Kelemahan umum yang diindikasikan oleh keadaan umum lemah.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan tidak efektifnya pengobatan oral antidiabetes, ditandai dengan gula darah puasa >500 mg/dL.
2. Risiko komplikasi diabetes mellitus berhubungan dengan tidak terkontrolnya kadar gula darah, ditandai dengan hipertensi dan adanya luka pada kaki.
3. Kelemahan berhubungan dengan kondisi umum yang lemah.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E11.9 menggambarkan diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 tanpa komplikasi yang diderita oleh pasien selama 7 tahun.
2. Kode ICD-9-CM 99.15 menunjukkan rencana pemberian terapi insulin oleh dokter untuk mengatasi ketidakstabilan kadar gula darah pasien.
3. Masalah keperawatan dan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi berdasarkan data klinis yang diberikan, seperti ketidakstabilan kadar gula darah, risiko komplikasi diabetes, dan kelemahan umum. -
Article No. 14199 | 15 Mar 2025
Klinis : 78 % remaja merokok sampai saat ini; 15% sudah pernah mencoba menghirup lem aibon, 36,2% pernah minum alkohol. Hasil wawancara 20 remaja: 19.6 pernah terlibat perkelahian, 18,3 pernah mendapatkan perlakuan pelecehan sex dan 32,5% pernah mengalami perilaku kekerasan. Data Fokus A. Status Kesehatan Kebersihan: Anak jalanan memiliki status kebersihan tubuh yang terbilang kurang, dikarenakan hygiene dan tata cara yang mereka lakukan tidak sesuai standar kebersihan pada umumnya Kebersihan makanan yang mereka makan juga masih tergolong rendah, mereka tidak mengetahui tata cara mencuci tangan yang benar sebelum makan Masalah Kesehatan: Masalah kesehatan yang sering timbul pada kelompok anak jalanan biasanya adalah masalah pada kulit, dikarenakan kondisi hygiene dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung Masalah selanjutnya ada pada sistem pencernaan, dikarenakan kondisi hygiene yang kurang, biasanya makanan yang dimakan juga akan bermasalah dan menyebabkan penyakit saluran pencernaan seperti diare Perilaku Kesehatan: 78% remaja merokok 15% sudah pernah mencoba menghirup lem aibon 36,2% pernah meminum alkohol 18,3% sudah pernah mendapatkan pelecehan seksual 32,5% pernah mengalami perilaku kekerasan B. Lingkungan Fisik: Tinggal di rumah singgah dengan alasan rumah sempit Terkadang tidak mempunyai tempat tinggal dan harus bersinggah di tempat umum Sosial: Anak jalanan biasa hidup bersosial dalam berkelompok, jumlah nya tidak menentu tergantung pada kelompok tersebut Cara bersosialisasi mereka masih dekat dan sering berbagi alat pribadi bersama, dimana hal tersebut dapat meningkatkan persentase penularan penyakit C. Perilaku Pola Makan: Kebersihan makanan kurang diawasi, hygiene sebelum makan kurang diperhatikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS): Kondisi hygiene tubuh kurang diperhatikan, dan rentan terkena masalah kulit. D. Sumber Daya Anak jalanan tidak mempunyai sumber fasilitas kesehatan yang diandalkan, hal ini mengacu antara kurangnya diperhatikan, ataupun kesulitan akses untuk mendapatkan layanan kesehatan E. Potensi Risiko Risiko penyakit menular yang tinggi akibat kondisi lingkungan serta keselamatan yang tidak terjamin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana keperawatan yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan Remaja Terkait Paparan Zat Adiktif (Merokok, Menghirup Lem, Minum Alkohol)
2. Risiko Tinggi Kekerasan dan Pelecehan Seksual Pada Remaja Anak Jalanan
3. Risiko Infeksi Terkait Kondisi Higiene dan Sanitasi Lingkungan yang Buruk
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan Remaja Terkait Paparan Zat Adiktif:
- Definisi: Pola perilaku kesehatan individu yang tidak sesuai dengan rekomendasi profesional kesehatan terkait penggunaan zat adiktif.
- Karakteristik: Mengonsumsi rokok, menghirup lem, dan minum alkohol.
2. Risiko Tinggi Kekerasan dan Pelecehan Seksual Pada Remaja Anak Jalanan:
- Definisi: Keadaan yang rentan terhadap tindakan yang dapat menyebabkan cedera fisik, psikologis, seksual, atau kematian.
- Karakteristik: Terlibat dalam perkelahian, pernah mendapatkan perlakuan pelecehan seksual, dan mengalami perilaku kekerasan.
3. Risiko Infeksi Terkait Kondisi Higiene dan Sanitasi Lingkungan yang Buruk:
- Definisi: Keadaan yang rentan terhadap masuknya agen infeksi ke dalam tubuh dari lingkungan yang buruk.
- Karakteristik: Kebersihan tubuh yang kurang, kebersihan makanan yang rendah, dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perilaku Sehat: Tingkat kemampuan individu untuk melakukan aktivitas yang mendukung kesehatan.
2. Integritas Kulit: Tingkat keutuhan dan kesehatan kulit.
3. Kontrol Infeksi: Tingkat kemampuan individu untuk mencegah atau mengendalikan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Edukasi Pencegahan Risiko Perilaku Tidak Sehat
2. Peningkatan Kebersihan Diri
3. Manajemen Lingkungan
4. Pencegahan Penularan Infeksi
Rencana Keperawatan:
1. Edukasi tentang bahaya dan dampak buruk penggunaan zat adiktif (merokok, menghirup lem, minum alkohol) serta promosi gaya hidup sehat.
2. Peningkatan keterampilan personal hygiene dan sanitasi lingkungan yang baik.
3. Identifikasi risiko dan faktor penyebab kekerasan serta pelecehan seksual, serta intervensi pencegahan.
4. Kolaborasi dengan pihak terkait (petugas kesehatan, sosial, penegak hukum) untuk memfasilitasi akses layanan kesehatan, perlindungan, dan pemberdayaan remaja anak jalanan. -
Article No. 14200 | 15 Mar 2025
Klinis : 78 % remaja merokok sampai saat ini; 15% sudah pernah mencoba menghirup lem aibon, 36,2% pernah minum alkohol. Hasil wawancara 20 remaja: 19.6 pernah terlibat perkelahian, 18,3 pernah mendapatkan perlakuan pelecehan sex dan 32,5% pernah mengalami perilaku kekerasan. Data Fokus A. Status Kesehatan Kebersihan: Anak jalanan memiliki status kebersihan tubuh yang terbilang kurang, dikarenakan hygiene dan tata cara yang mereka lakukan tidak sesuai standar kebersihan pada umumnya Kebersihan makanan yang mereka makan juga masih tergolong rendah, mereka tidak mengetahui tata cara mencuci tangan yang benar sebelum makan Masalah Kesehatan: Masalah kesehatan yang sering timbul pada kelompok anak jalanan biasanya adalah masalah pada kulit, dikarenakan kondisi hygiene dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung Masalah selanjutnya ada pada sistem pencernaan, dikarenakan kondisi hygiene yang kurang, biasanya makanan yang dimakan juga akan bermasalah dan menyebabkan penyakit saluran pencernaan seperti diare Perilaku Kesehatan: 78% remaja merokok 15% sudah pernah mencoba menghirup lem aibon 36,2% pernah meminum alkohol 18,3% sudah pernah mendapatkan pelecehan seksual 32,5% pernah mengalami perilaku kekerasan B. Lingkungan Fisik: Tinggal di rumah singgah dengan alasan rumah sempit Terkadang tidak mempunyai tempat tinggal dan harus bersinggah di tempat umum Sosial: Anak jalanan biasa hidup bersosial dalam berkelompok, jumlah nya tidak menentu tergantung pada kelompok tersebut Cara bersosialisasi mereka masih dekat dan sering berbagi alat pribadi bersama, dimana hal tersebut dapat meningkatkan persentase penularan penyakit C. Perilaku Pola Makan: Kebersihan makanan kurang diawasi, hygiene sebelum makan kurang diperhatikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS): Kondisi hygiene tubuh kurang diperhatikan, dan rentan terkena masalah kulit. D. Sumber Daya Anak jalanan tidak mempunyai sumber fasilitas kesehatan yang diandalkan, hal ini mengacu antara kurangnya diperhatikan, ataupun kesulitan akses untuk mendapatkan layanan kesehatan E. Potensi Risiko Risiko penyakit menular yang tinggi akibat kondisi lingkungan serta keselamatan yang tidak terjamin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI terkait kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Risiko Penyalahgunaan Zat
3. Risiko Infeksi
4. Gangguan Citra Tubuh
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Potensi untuk melakukan tindakan berbahaya yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
- SLKI: Peningkatan kemampuan mengontrol perilaku agresif dan impulsif.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen perilaku, terapi kognitif, dan pemberian dukungan.
2. Risiko Penyalahgunaan Zat
- SDKI: Potensi untuk menggunakan zat-zat yang dapat menyebabkan ketergantungan dan berdampak negatif.
- SLKI: Peningkatan kemampuan menolak penggunaan zat-zat terlarang dan pemantauan gejala putus zat.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah konseling, terapi kelompok, dan pengawasan penggunaan zat.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Potensi untuk terkena transmisi penyakit yang disebabkan oleh agen patogen.
- SLKI: Peningkatan kemampuan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah edukasi, perawatan luka, dan pencegahan infeksi.
4. Gangguan Citra Tubuh
- SDKI: Persepsi negatif terhadap bagian atau fungsi tubuh.
- SLKI: Peningkatan kemampuan menerima dan menghargai kondisi tubuh.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah terapi kelompok, konseling, dan peningkatan harga diri.
Dalam penerapannya, diagnosa keperawatan dan intervensi tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi spesifik setiap individu dan kelompok anak jalanan. Pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan berbagai pihak terkait sangat diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan efektif. -
Article No. 14080 | 14 Mar 2025
Klinis : gangguan perkembangan neorobehauioral: seperti keterlambatan bicara atau gangguan motorik pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perkembangan Neurobehavioral
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Perkembangan Neurobehavioral adalah kondisi di mana terdapat penyimpangan atau keterlambatan dalam perkembangan fungsi motorik, sensorik, kognitif, komunikasi, perilaku, dan/atau interaksi sosial pada bayi atau anak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bayi/anak dapat menunjukkan perkembangan fungsi motorik, sensorik, kognitif, komunikasi, perilaku, dan/atau interaksi sosial yang sesuai dengan tahapan usianya.
- Keluarga dapat memahami dan mendukung perkembangan bayi/anak.
- Bayi/anak dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan tahapan usianya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Stimulasi perkembangan: Memberikan stimulasi yang sesuai dengan tahapan perkembangan bayi/anak untuk meningkatkan perkembangan fungsi motorik, sensorik, kognitif, komunikasi, perilaku, dan/atau interaksi sosial.
- Edukasi kepada keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai perkembangan bayi/anak, cara melakukan stimulasi, dan pentingnya dukungan keluarga.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, terapis, dan ahli gizi, untuk mendapatkan intervensi yang komprehensif.
Sebagai perawat, saya akan melakukan assessment menyeluruh, menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai, dan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk membantu bayi/anak mencapai perkembangan yang optimal. -
Article No. 14081 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang perempuan, 26 tahun, dirawat di RSJ sejak 7 hari yang lalu, karena mengurung diri di kamar sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan dirinya merasa malu karena sering mengalami penyakit kulit. Hasil pemeriksaan: pakaian tidak rapi, malas berinteraksi dengan orang lain, suara terdengar pelan saat bicara, kontak mata kuraSeorang pasien mengatakan dirinya takut tidak akan sembuh meskipun sudah menjalani operasi. Ia juga cenderung menolak untuk berbicara tentang prosedur operasi dan menolak penjelasan dari dokter. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah..
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Isolasi Sosial: Kesepian
Penjelasan: Pasien menunjukkan gejala isolasi sosial seperti mengurung diri di kamar, malas berinteraksi dengan orang lain, dan suara pelan saat berbicara. Hal ini menggambarkan pasien merasa kesepian dan terisolasi dari lingkungan sosialnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Partisipasi Sosial Meningkat
Pasien dapat berpartisipasi dalam interaksi sosial dan aktivitas rekreasi yang sesuai.
2. Kenyamanan Psikologis Membaik
Pasien dapat mengekspresikan perasaan dan kebutuhan secara terbuka, serta merasa aman dan nyaman dalam hubungan interpersonal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Kelompok
Memfasilitasi pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok terapeutik, seperti diskusi kelompok, permainan, atau kerajinan tangan, untuk meningkatkan keterampilan sosial dan menurunkan isolasi.
2. Terapi Sosialisasi
Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial yang sesuai, seperti pertemuan dengan keluarga atau teman, kunjungan ke komunitas, atau kegiatan rekreasi, untuk meningkatkan interaksi dan koneksi sosial.
3. Manajemen Stres
Mengajarkan pasien teknik-teknik manajemen stres, seperti relaksasi, visualisasi, atau aktivitas yang menyenangkan, untuk membantu pasien mengelola perasaan malu dan cemas yang menghambat interaksi sosial.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Isolasi Sosial: Kesepian" dipilih karena pasien menunjukkan gejala-gejala isolasi sosial, seperti mengurung diri di kamar, malas berinteraksi dengan orang lain, dan suara pelan saat berbicara. Hal ini menunjukkan bahwa pasien merasa terisolasi dan kesepian. Luaran/Output yang diharapkan adalah meningkatnya partisipasi sosial pasien dan membebaskan perasaan psikologis yang negatif, seperti rasa malu dan cemas. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup terapi kelompok untuk meningkatkan keterampilan sosial, terapi sosialisasi untuk mendorong partisipasi dalam aktivitas sosial, dan manajemen stres untuk membantu pasien mengelola perasaan negatif yang menghambat interaksi sosial.