Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14173 | 15 Mar 2025
Klinis : Irama napas: Dangkal, Cepat Pola napas: Cepat Reaksi otot dara : ada Sesak napas: Ada Respirasi : 145 kali per menit Detensi vena jagularis: ada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Pola napas yang tidak sesuai dengan kebutuhan oksigenasi, yang ditandai dengan perubahan frekuensi, kedalaman, dan irama napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Ventilasi Efektif
2. Perfusi Jaringan Perifer Membaik
3. Status Respirasi Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Respirasi
2. Manajemen Jalan Napas
3. Terapi Oksigen
4. Manajemen Sesak Napas
Penjelasan Singkat:
Kondisi yang Anda paparkan menunjukkan adanya pola napas yang tidak efektif, yaitu napas yang dangkal, cepat, dengan reaksi otot dada, dan sesak napas. Respirasi yang mencapai 145 kali per menit juga mengindikasikan adanya pola napas yang tidak efektif. Dengan diagnosa keperawatan Pola Napas Tidak Efektif, perawat dapat melakukan intervensi keperawatan seperti pemantauan respirasi, manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan manajemen sesak napas untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, yaitu ventilasi efektif, perfusi jaringan perifer yang membaik, dan status respirasi yang membaik. -
Article No. 14174 | 15 Mar 2025
Klinis : Nadi: teraba kuat CRT: kurang dari 2 detik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda kemukakan, yaitu nadi teraba kuat dan CRT (Capillary Refill Time) kurang dari 2 detik, maka diagnosis keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Manajemen Perfusi Perifer Efektif
2. Penjelasan singkat:
- Manajemen Perfusi Perifer Efektif: Kemampuan individu untuk mempertahankan sistem sirkulasi perifer yang adekuat.
- Kriteria hasil (SLKI):
- Nadi perifer teraba.
- Waktu pengisian kapiler (CRT) kurang dari 2 detik.
- Ekstremitas hangat.
- Tidak ada edema.
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Kaji tanda-tanda vital, termasuk nadi perifer dan waktu pengisian kapiler.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perfusi perifer, seperti aktivitas, posisi, suhu lingkungan, dan penggunaan obat-obatan.
- Posisikan pasien sesuai kebutuhan untuk meningkatkan perfusi perifer.
- Pertahankan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan perfusi perifer.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola kondisi yang memengaruhi perfusi perifer.
Dalam konteks ini, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, penjelasan singkat tersebut dapat diberikan untuk menggambarkan diagnosis keperawatan dan intervensi yang sesuai dengan kondisi yang Anda kemukakan. -
Article No. 14175 | 15 Mar 2025
Klinis : Ny. M umur 20 tahun mengeluh bahwa sesak nafas, dan batuk berdahak pemeriksaan lainnya TD : 110/70 mmHg, N : 80x / menit, S : 36°c, Rr : 20 x/ menit sebutkan diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi Ny. M.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan Ny. M yaitu sesak napas dan batuk berdahak, serta hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Diagnosa ini didasarkan pada gejala sesak napas dan batuk berdahak yang menunjukkan adanya hambatan dalam membersihkan jalan napas secara efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan Ny. M dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Mempertahankan Jalan Napas Terbuka: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka tanpa menggunakan alat bantu.
2. Pengeluaran Sekret: Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan mudah tanpa kesulitan.
3. Pola Napas: Pasien menunjukkan pola napas yang normal dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membantu mengeluarkan sekret
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ventilasi
- Monitor tanda-tanda vital dan status pernapasan secara berkala
2. Manajemen Batuk
- Kaji tipe, frekuensi, dan karakteristik batuk
- Berikan obat ekspektoran atau mukolitik sesuai resep
- Ajarkan teknik batuk efektif dan penggunaan alat bantu jika diperlukan
3. Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri yang dirasakan pasien terkait batuk
- Berikan analgesik sesuai resep untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena Ny. M mengeluhkan sesak napas dan batuk berdahak, yang menunjukkan adanya hambatan dalam membersihkan jalan napas secara efektif. Luaran/output yang diharapkan adalah agar pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, dapat mengeluarkan sekret dengan mudah, dan menunjukkan pola napas yang normal. Intervensi keperawatan yang diberikan berfokus pada manajemen jalan napas, manajemen batuk, dan manajemen nyeri untuk mencapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 14176 | 15 Mar 2025
Klinis : stress
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi stres.
Diagnosa Keperawatan:
Koping Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Koping Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengadaptasi secara konstruktif terhadap stresor yang mengancam kesejahteraan.
- Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien dengan Koping Tidak Efektif antara lain: cemas, takut, mudah marah, perilaku tidak adaptif, hingga depresi.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Beberapa luaran yang dapat ditargetkan untuk pasien dengan Koping Tidak Efektif, seperti: Manajemen Stres, Kontrol Emosi, Koping Efektif, dan Kesejahteraan Emosional.
- Melalui intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran tersebut dan mampu beradaptasi secara konstruktif terhadap stresor yang dihadapi.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi Koping Tidak Efektif, antara lain: Terapi Relaksasi, Terapi Kognitif, Manajemen Stres, Konseling, dan Terapi Kelompok.
- Melalui intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat meningkatkan kemampuan koping, mengelola emosi dengan baik, dan mencapai kesejahteraan emosional yang optimal.
Sebagai perawat, saya berkomitmen untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, dengan mempertimbangkan standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 14177 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragam islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi: Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3-0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, nyeri dirasakan seperti ditekan, intensitas 8 dari 10, disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, mual, dan berkeringat dingin.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan adanya perubahan hasil EKG, suara jantung dengan S3, tekanan darah tinggi, nadi tidak teratur, dan saturasi oksigen rendah.
3. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang mengancam, ditandai dengan klien tampak cemas dan gelisah.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan stamina dan kekuatan, ditandai dengan klien tampak lemas dan kulit pucat.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien, yang mencakup domain, kelas, dan diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tujuan atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dapat diterapkan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar kepada Tn. A. -
Article No. 14178 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragam islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi: Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3-0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kondisi Tn. A berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (infark miokard) ditandai dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, nyeri uluh hati, intensitas nyeri 8 dari 10, dan pasien tampak meringis kesakitan.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri dada dan kecemasan ditandai dengan keluhan sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan saturasi oksigen 90% tanpa oksigen.
3. Risiko ketidakstabilan hemodinamik berhubungan dengan gangguan fungsi jantung (infark miokard) ditandai dengan tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 112x/menit tidak teratur, dan suara jantung S3.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol: Pasien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri ≤4, dan tampak rileks.
2. Pola Napas Efektif: Pasien tidak mengalami sesak napas, saturasi oksigen ≥95% dengan oksigen, dan tidak menggunakan otot bantu napas.
3. Stabilitas Hemodinamik: Pasien mempertahankan tekanan darah, nadi, dan irama jantung dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan intervensi farmakologis sesuai indikasi (nitrogliserin sublingual).
c. Ajarkan teknik non-farmakologis (relaksasi, distraksi).
d. Monitor respons terhadap intervensi.
2. Manajemen Jalan Napas:
a. Kaji status pernapasan secara komprehensif.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen ≥95%.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi tambahan (bronkodilator, diuretik).
d. Ajarkan teknik pernapasan efektif.
3. Manajemen Kardiovaskular:
a. Kaji tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan terapi farmakologis sesuai indikasi (beta-blocker, statin).
c. Pantau irama jantung dan elektrokardiogram.
d. Identifikasi faktor risiko kardiovaskular dan lakukan intervensi yang sesuai.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan Tn. A dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu nyeri terkontrol, pola napas efektif, dan stabilitas hemodinamik yang optimal. -
Article No. 14179 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragam islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi: Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3-0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, terima kasih telah menyediakan informasi yang rinci tentang kondisi pasien Tn. A. Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung koroner yang ditandai dengan keluhan nyeri dada menjalar ke lengan kiri, skala nyeri 8/10.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan disfungsi neuromuskular yang ditandai dengan sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan saturasi oksigen 90%.
3. Kecemasan berhubungan dengan kondisi kesehatan yang kritis yang ditandai dengan tampak cemas, gelisah, dan meringis kesakitan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum yang ditandai dengan keluhan badan terasa lemas dan sulit makan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
- Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri dari 8/10 menjadi 2/10.
- Pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
2. Pola Napas Efektif
- Pasien dapat bernapas dengan irama, frekuensi, dan kedalaman yang normal.
- Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen di atas 95% tanpa bantuan oksigen.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa sesak napas.
3. Tingkat Kecemasan Menurun
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
- Pasien dapat mengatakan perasaan tenang dan nyaman.
4. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa lemas.
- Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan tindakan farmakologis sesuai dengan pemberian obat yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk optimalisasi penanganan nyeri.
2. Manajemen Jalan Napas
- Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi napas dan saturasi oksigen.
- Berikan oksigen sesuai indikasi untuk mempertahankan saturasi oksigen di atas 95%.
- Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk optimalisasi manajemen jalan napas.
3. Manajemen Kecemasan
- Lakukan pengkajian faktor-faktor penyebab kecemasan.
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang dibutuhkan pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, dan visualisasi positif.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan pada pasien.
4. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Lakukan pengkajian tingkat aktivitas pasien.
- Berikan istirahat yang cukup dan nutrisi yang adekuat.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen energi dan aktivitas bertahap.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk optimalisasi rehabilitasi pasien.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien Tn. A. Harap diperhatikan bahwa implementasi asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi terkini pasien dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. -
Article No. 14180 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragam islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi: Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3-0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. A yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut terkait infark miokard (SDKI)
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak terkait infark miokard (SDKI)
3. Intoleransi aktivitas terkait kelelahan (SDKI)
4. Kecemasan terkait kondisi kesehatan yang mengancam jiwa (SDKI)
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut terkait infark miokard:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan jantung yang terjadi secara tiba-tiba.
- SLKI: Manajemen nyeri, relaksasi, pemberian analgetik.
- SIKI: Pengkajian nyeri, intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak terkait infark miokard:
- SDKI: Penurunan suplai oksigen ke jaringan jantung yang disebabkan oleh kerusakan miokard.
- SLKI: Manajemen tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pemantauan EKG.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, terapi vasoaktif, tindakan revaskularisasi.
3. Intoleransi aktivitas terkait kelelahan:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari akibat kelelahan yang dirasakan.
- SLKI: Manajemen aktivitas, teknik relaksasi, edukasi.
- SIKI: Pengkajian tingkat aktivitas, perencanaan aktivitas, pemberian energi, edukasi.
4. Kecemasan terkait kondisi kesehatan yang mengancam jiwa:
- SDKI: Perasaan tidak nyaman dan khawatir yang disebabkan oleh persepsi ancaman terhadap kesehatan.
- SLKI: Manajemen kecemasan, terapi suportif, pemberian obat anxiolitis.
- SIKI: Pengkajian tingkat kecemasan, intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi kecemasan.
Secara umum, diagnosa keperawatan dan intervensi yang direkomendasikan berfokus pada penanganan gejala nyeri dada, penurunan perfusi jantung, manajemen aktivitas, dan penanganan kecemasan yang dialami oleh Tn. A. Hal ini sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 14181 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang pria, Tn. A, 55 tahun seorang pegawai swasta beragam islam, datang ke IGD bersama dengan keluarga nya yakni istri dan kedua putri nya, Klien datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri sejak 3 jam yang lalu disertai dengan sesak napas, nyeri uluh hati, Nyeri dirasakan seperti ditekan, dengan intensitas 8 dari 10 (skala nyeri). Salain itu Tn. N mengatakan merasa mual dan berkeringat dingin beserta badan terasa lemas. Klien tampak lemas dan kulit pucat, klien tampak cemas dan gelisih, tampak sedikit meringis kesakitan, tampak pernapasan cuping hidung. Suara jantung terdapat S3, tidak ada murmur. TTV : TD : 170/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit (tidak teratur), RR : 29 x/menit , S : 37,8°C – Saturasi O2: 90% (Tanpa adanya O2), Adanya perubahan hasil EKG : Recent M1. Riwayat Keluhan Utama: klien masuk dengan keluhan nyeri dada disertai sesak napas, klien mengatakan nyeri pada uluh hati skala nyeri 8, badan terasa lemas dan susah makan, klien kadang batuk berdahak, keluhan dirasakan kurang lebih 2 minggu.Keluarga pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi, keluarga mengatakan ayah klien meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil mata cekung : tidak ada, Turgor kulit : elastis, CRT >3 detik, Diaphoresis : tidak ada, Bibir : tampak kering, dan pucat, Kulit : tampak normal,keriput dan terasa hangat. Disability Drajat kesadaran GCS : kualitatif : Composmentis kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6 Refleks cahaya : Positif, pupil : isokor. Survey sekunder (Meliputi Pemeriksaan head to toe) : kepala tampak simetris, Tampak rambut berwarna putih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan, Mata : tampak tidak ada lesi, tampak penglihatan masih normal. Telinga : Tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Hidung : tidak ada nyeri tekan, hidung tampak tidak ada benjolan dan lesi, Mulut : mukosa bibir tampak kering, tidak ada lesi, dada : tampak pengembangan dada simetris kiri dan kanan, Abdomen : tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak Ada nyeri tekan, Ekstremitas atas : tampak kedua tangan normal jari-jari lengkap 10, tidak ada nyeri Tekan,belum terpasang infus, Ekstremitas bawah : tampak kedua kaki normal jari-jari kaki lengkap 10, terdapat edema pada kaki kanan dan kiri. Selain itu di dapatkan Pemeriksaan AMPLE: Alergi: Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Medikasi: Tidak ada, Past medikal history: Pasien tidak memliki riwayat penyakit masa lalu, Last oral intake: Pasien makan terakhir dengan nasi, kue dan minum air putih. Pasien sudah diberikan terapi Nitrogliserin sublingual: 0,3-0,6 mg, diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 kali saat serangan nyeri. Aspirasi Beta-blocker (metoprolol): 50-100 mg. Atorvastatin : 10-40 mg
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk kondisi Tn. A dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut transmural dinding anterior
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian obat vasodilator, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Tn. A, seorang pria berusia 55 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, sesak napas, nyeri uluh hati, rasa mual, berkeringat dingin, dan badan terasa lemas. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi (170/100 mmHg), nadi cepat (112 x/menit, tidak teratur), respirasi cepat (29 x/menit), dan saturasi oksigen rendah (90% tanpa oksigen). Selain itu, terdapat perubahan pada hasil EKG yang menunjukkan infark miokard akut.
Berdasarkan gejala dan temuan klinis yang diperoleh, diagnosis yang sesuai adalah Infark Miokard Akut Transmural Dinding Anterior (Kode ICD-10: I21.0). Prosedur yang dilakukan adalah pemberian obat vasodilator, yaitu Nitrogliserin sublingual (Kode ICD-9-CM: 93.90).
Penanganan yang diberikan kepada Tn. A sesuai dengan tata laksana standar penanganan infark miokard akut, yaitu pemberian nitrogliserin sublingual untuk membantu mengurangi rasa nyeri dada dan sesak napas, serta pemberian beta-blocker (metoprolol) dan statin (atorvastatin) sebagai terapi tambahan. -
Article No. 14182 | 15 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan sekresi berlebih.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mendemonstrasikan jalan napas yang efektif, bebas dari sumbatan, dan kemampuan batuk yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan status pernapasan, pemberian terapi oksigen, suction, dan latihan batuk efektif.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan.
Penjelasan:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk menahan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena perasaan kelelahan.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen energi, dan latihan aktivitas bertahap.
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan anoreksia.
Penjelasan:
- SDKI: Intake nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang diinginkan dan mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain asuhan nutrisi, pemberian makanan atau suplemen, dan edukasi nutrisi.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya.