Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14256 | 16 Mar 2025
Klinis : tentukan diagnosis yang terjadi pada hari ke 16 pada kasus Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai. • Hari 17: Insulin aspart ditingkatkan menjadi 10 unit tiga kali sehari. • Hari 18-24: Insulin aspart ditingkatkan menjadi 15 unit tiga kali sehari, sementara insulin detemir dititrasi hingga 60 unit dua kali sehari untuk mengontrol kadar glukosa darah yang tetap tinggi. Setelah kondisi stabil, pasien dipindahkan kembali ke psikiatri rawat inap dan memulai ziprasidone sebagai pengganti olanzapine. Pada hari ke-24, kadar glukosa darah puasanya 159 mg/dL, dan ia dipulangkan dengan terapi insulin yang masih berlanjut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada hari ke-16 adalah:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kadar glukosa darah tinggi
Berdasarkan SDKI:
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi:
- Kadar glukosa darah >200 mg/dL
- Poliuria
- Polidipsia
2. Intoleransi aktivitas
Berdasarkan SDKI:
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Karakteristik Definisi:
- Melemahnya kekuatan, daya tahan, atau toleransi terhadap aktivitas.
- Peningkatan kelelahan pada saat beraktivitas.
3. Ansietas
Berdasarkan SDKI:
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang sumbernya tidak spesifik atau tidak diketahui.
Karakteristik Definisi:
- Peningkatan ketegangan otot.
- Peningkatan frekuensi jantung.
- Perasaan tidak tenang.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran/hasil keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Ketiga standar ini menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar. -
Article No. 14153 | 15 Mar 2025
Klinis : Keluhan lemas badan pegal pegal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi dengan keluhan lemas dan badan pegal-pegal.
Diagnosa Keperawatan:
1. Fatigue (Kelelahan)
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami kekurangan energi dan keterbatasan kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Istirahat yang adekuat
- Aktivitas terjadwal
- Manajemen energi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Asesmen tingkat kelelahan
- Manajemen aktivitas
- Promosi tidur
- Konseling manajemen energi
Penjelasan singkat:
Fatigue atau kelelahan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, pola tidur yang tidak adekuat, atau aktivitas fisik yang berlebihan. Perawat akan melakukan asesmen untuk mengetahui tingkat kelelahan pasien dan kemudian memberikan intervensi yang sesuai, seperti membantu pasien mengatur aktivitas, memfasilitasi istirahat yang cukup, dan memberikan konseling tentang manajemen energi. Tujuannya adalah untuk membantu pasien memulihkan energinya dan mencegah terjadinya komplikasi akibat kelelahan yang berkelanjutan.
Saya harap penjelasan singkat ini dapat membantu Anda memahami kondisi yang Anda alami. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14154 | 15 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluh sakit perut, pusing, dan sesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan pasien yaitu sakit perut, pusing, dan sesak, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
2. Pusing
3. Gangguan pola napas
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, pemberian analgesik, dan kompres hangat.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah memonitor karakteristik nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis mengatasi nyeri, dan melakukan kolaborasi pemberian analgesik.
2. Pusing
- SDKI: Pusing adalah sensasi berputar, goyang, atau tidak seimbang yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen lingkungan, manajemen hidrasi, dan manajemen aktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah memonitor tanda-tanda vital, mengelola aktivitas, dan memberikan edukasi tentang penyebab dan manajemen pusing.
3. Gangguan Pola Napas
- SDKI: Gangguan pola napas adalah ketidakmampuan mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen oksigen, manajemen jalan napas, dan manajemen pernapasan.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah memonitor pernapasan, mengatur posisi yang memudahkan pernapasan, dan memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
Catatan: Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat di atas berdasarkan pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Penanganan lebih lanjut perlu disesuaikan dengan kondisi klinis pasien dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. -
Article No. 14156 | 15 Mar 2025
Klinis : sesak nafas mulai semalam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang memadai untuk mendukung kehidupan.
Karakteristik Definisi: Sesak napas, irama napas tidak teratur, pergerakan dinding dada tidak efektif.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia. Dalam kasus sesak napas, diagnosis keperawatan "Ketidakefektifan Pola Napas" sesuai dengan kriteria yang ada dalam SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI merupakan standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. Dalam kasus sesak napas, luaran yang diharapkan adalah "Pola Napas Efektif", meliputi indikator seperti frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, dan pergerakan dinding dada efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi "Ketidakefektifan Pola Napas" meliputi pengaturan posisi, pemberian oksigen, latihan pernapasan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lanjut.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi perawat di Indonesia yang berperan dalam pengembangan dan pembaharuan standar praktik keperawatan, termasuk SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 14157 | 15 Mar 2025
Klinis : resiko infeksi ulkus diabetikum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko infeksi ulkus diabetikum dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Ulkus Diabetikum
Definisi:
Risiko Infeksi Ulkus Diabetikum adalah kerentanan individu terhadap masuknya agen patogen ke dalam jaringan tubuh yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi normal, yang disebabkan oleh diabetes melitus.
Faktor Risiko:
1. Gangguan integritas kulit
2. Gangguan sirkulasi
3. Gangguan sistem imun
4. Riwayat infeksi sebelumnya
5. Higiene personal yang buruk
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Monitoring tanda-tanda infeksi
2. Perawatan luka ulkus diabetikum
3. Manajemen nutrisi
4. Edukasi perawatan kaki diabetik
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Integritas kulit: Luka terbuka
2. Respon infeksi: Risiko tinggi
3. Mobilitas: Terbatas
4. Pengetahuan: Perawatan kaki diabetik
5. Perilaku kesehatan: Patuh
Dengan pemahaman yang baik tentang Diagnosa Keperawatan, intervensi, dan luaran, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mengelola risiko infeksi ulkus diabetikum pada pasien. -
Article No. 14158 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki berusia 54 tahun ( RM 35-4418) pada tanggal 13 Desember 2019, dirawat di ruang rawat penyakit dalam. Hasil pemeriksaan TD 160/120 mmHg, RR 24 X/mnt, Sh 36 C, HR 78 X/mnt, BB 120 kg, TB 150 cm. Hasil rontgen thorax terdapat kardiomegali 63 %, terdapat edema pada kedua tungkai bawah. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 8 tahun lalu, tidak memiliki riwayat DM. Pasien mengeluh batuk tidak berdahak, mudah lelah, tidak bisa kekamar mandi, ADL di tempat tidur. Dilakukan pemeriksaan EKG ST everted. Posisi pasien semi fowler, terdapat luka dekubitus grade 2, dan pasien mengatakan nyeri grade 4. Edema pada ekstremitas atas dan bawah. Hasil lab saat ini : Hb : 11.8 , Ht : 35.7, Leukosit 9.400, trombosit : 198000, GDS : 372, SGPT : 27, Ureum : 29, creatinin : 1,23 , pH : 7.43, pO2 : 101 , PCO2 : 32.2, BE : 0.2, Na : 145, K : 3.5, APTT : 35.4/32.4, PT : 10.6 / 11.7 Hasil radiologi : 12/12/2019 rontgen dada, kesan jantung cardiomegali 63%, paru corakan hilus kasar bilateral. Terapi yang didapat : NaCl 0.9 % 500 cc/12 jam, insulin 3 X 10 iu SC, Nifedipine 3X10 mg PO, Furosemide 3 X 10 mg IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertensi Tidak Terkontrol
- SDKI: Pola Sirkulasi Tidak Efektif
- SLKI: Kontrol Hipertensi
- SIKI: Manajemen Hipertensi
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Intoleransi Aktivitas
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Peningkatan Mobilitas
- SIKI: Manajemen Gangguan Mobilitas Fisik
4. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
5. Risiko Dekubitus
- SDKI: Risiko Gangguan Integritas Kulit
- SLKI: Peningkatan Integritas Kulit
- SIKI: Manajemen Risiko Dekubitus
Penjelasan Singkat:
1. Hipertensi Tidak Terkontrol:
- Pola Sirkulasi Tidak Efektif: Ketidakmampuan sistem kardiovaskular untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan.
- Kontrol Hipertensi: Kemampuan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi.
- Manajemen Hipertensi: Intervensi untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Peningkatan Toleransi Aktivitas: Kemampuan untuk meningkatkan toleransi dan kinerja dalam melakukan aktivitas.
- Manajemen Intoleransi Aktivitas: Intervensi untuk meningkatkan toleransi dan kinerja dalam aktivitas.
3. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Gangguan Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
- Peningkatan Mobilitas: Kemampuan untuk meningkatkan pergerakan fisik.
- Manajemen Gangguan Mobilitas Fisik: Intervensi untuk meningkatkan pergerakan fisik.
4. Nyeri Akut:
- Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
- Manajemen Nyeri: Kemampuan untuk mengendalikan rasa nyeri.
- Manajemen Nyeri: Intervensi untuk mengurangi rasa nyeri.
5. Risiko Dekubitus:
- Risiko Gangguan Integritas Kulit: Kemungkinan terjadinya kerusakan pada lapisan kulit.
- Peningkatan Integritas Kulit: Kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan kulit.
- Manajemen Risiko Dekubitus: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya luka dekubitus. -
Article No. 14159 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki berusia 54 tahun ( RM 35-4418) pada tanggal 13 Desember 2019, dirawat di ruang rawat penyakit dalam. Hasil pemeriksaan TD 160/120 mmHg, RR 24 X/mnt, Sh 36 C, HR 78 X/mnt, BB 120 kg, TB 150 cm. Hasil rontgen thorax terdapat kardiomegali 63 %, terdapat edema pada kedua tungkai bawah. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 8 tahun lalu, tidak memiliki riwayat DM. Pasien mengeluh batuk tidak berdahak, mudah lelah, tidak bisa kekamar mandi, ADL di tempat tidur. Dilakukan pemeriksaan EKG ST everted. Posisi pasien semi fowler, terdapat luka dekubitus grade 2, dan pasien mengatakan nyeri grade 4. Edema pada ekstremitas atas dan bawah. Hasil lab saat ini : Hb : 11.8 , Ht : 35.7, Leukosit 9.400, trombosit : 198000, GDS : 372, SGPT : 27, Ureum : 29, creatinin : 1,23 , pH : 7.43, pO2 : 101 , PCO2 : 32.2, BE : 0.2, Na : 145, K : 3.5, APTT : 35.4/32.4, PT : 10.6 / 11.7 Hasil radiologi : 12/12/2019 rontgen dada, kesan jantung cardiomegali 63%, paru corakan hilus kasar bilateral. Terapi yang didapat : NaCl 0.9 % 500 cc/12 jam, insulin 3 X 10 iu SC, Nifedipine 3X10 mg PO, Furosemide 3 X 10 mg IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Resiko cedera berhubungan dengan imobilitas
4. Nyeri akut berhubungan dengan edema ekstremitas
5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan aktivitas
6. Risiko infeksi berhubungan dengan luka dekubitus
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan
- SDKI: Pola napas yang tidak efektif untuk mempertahankan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Meningkatkan ventilasi paru, mengelola jalan napas, dan mengurangi kelelahan.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, oksigenasi, dan fisik pernapasan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
- SDKI: Asupan makanan dan cairan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Manajemen nutrisi, monitoring status nutrisi, dan edukasi diet.
- SIKI: Pengkajian status nutrisi, pemberian nutrisi enteral/parenteral, dan konseling gizi.
3. Resiko cedera berhubungan dengan imobilitas
- SDKI: Peningkatan kerentanan terhadap luka, kerusakan jaringan, atau disfungsi fisik.
- SLKI: Manajemen aktivitas, perawatan kulit, dan pencegahan komplikasi imobilitas.
- SIKI: Mobilisasi, perawatan kulit, dan manajemen risiko jatuh.
4. Nyeri akut berhubungan dengan edema ekstremitas
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
- SLKI: Manajemen nyeri, relaksasi, dan terapi komplementer.
- SIKI: Pengkajian nyeri, pemberian analgesik, dan teknik nonfarmakologis.
5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan aktivitas
- SDKI: Penurunan kekuatan dan daya tahan otot.
- SLKI: Peningkatan aktivitas, rehabilitasi, dan konseling.
- SIKI: Latihan fisik, perawatan mandiri, dan pemberian bantuan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan luka dekubitus
- SDKI: Peningkatan rentan terhadap serangan organisme patogen.
- SLKI: Manajemen luka, pencegahan infeksi, dan perawatan kulit.
- SIKI: Perawatan luka, pemberian antibiotik, dan edukasi pencegahan infeksi. -
Article No. 14160 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki berusia 54 tahun ( RM 35-4418) pada tanggal 13 Desember 2019, dirawat di ruang rawat penyakit dalam. Hasil pemeriksaan TD 160/120 mmHg, RR 24 X/mnt, Sh 36 C, HR 78 X/mnt, BB 120 kg, TB 150 cm. Hasil rontgen thorax terdapat kardiomegali 63 %, terdapat edema pada kedua tungkai bawah. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 8 tahun lalu, tidak memiliki riwayat DM. Pasien mengeluh batuk tidak berdahak, mudah lelah, tidak bisa kekamar mandi, ADL di tempat tidur. Dilakukan pemeriksaan EKG ST everted. Posisi pasien semi fowler, terdapat luka dekubitus grade 2, dan pasien mengatakan nyeri grade 4. Edema pada ekstremitas atas dan bawah. Hasil lab saat ini : Hb : 11.8 , Ht : 35.7, Leukosit 9.400, trombosit : 198000, GDS : 372, SGPT : 27, Ureum : 29, creatinin : 1,23 , pH : 7.43, pO2 : 101 , PCO2 : 32.2, BE : 0.2, Na : 145, K : 3.5, APTT : 35.4/32.4, PT : 10.6 / 11.7 Hasil radiologi : 12/12/2019 rontgen dada, kesan jantung cardiomegali 63%, paru corakan hilus kasar bilateral. Terapi yang didapat : NaCl 0.9 % 500 cc/12 jam, insulin 3 X 10 iu SC, Nifedipine 3X10 mg PO, Furosemide 3 X 10 mg IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan cairan.
SDKI:
Kelebihan volume cairan didefinisikan sebagai keadaan di mana individu mengalami akumulasi cairan dalam kompartemen tubuh. Tanda dan gejala yang muncul antara lain edema, takikardia, hipertensi, dan batuk.
SLKI:
Luaran yang diharapkan adalah klien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat, dengan indikator seperti tekanan darah dalam batas normal, tidak ada edema, dan tidak ada tanda-tanda kelebihan cairan.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau tanda-tanda vital, mengatur intake dan output cairan, memberikan diuretik sesuai resep, dan mengajarkan klien serta keluarga manajemen cairan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan mempertahankan aktivitas.
SDKI:
Intoleransi aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan. Tanda dan gejala yang muncul antara lain kelelahan, sesak napas, dan tidak mampu melakukan aktivitas.
SLKI:
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, dengan indikator seperti mampu melakukan aktivitas tanpa kelelahan berlebih dan tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengatur aktivitas dan istirahat, membatasi aktivitas yang melelahkan, dan mengajarkan teknik-teknik penghematan energi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan.
SDKI:
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tanda dan gejala yang muncul antara lain keluhan nyeri, ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri, dan perilaku verbal maupun non-verbal.
SLKI:
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mengendalikan nyeri, dengan indikator seperti nyeri terkontrol, tidak ada keluhan nyeri, dan mampu menggunakan teknik manajemen nyeri.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memberikan analgesik sesuai resep, mengajarkan teknik manajemen nyeri, dan memantau efektivitas intervensi. -
Article No. 14161 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki berusia 54 tahun ( RM 35-4418) pada tanggal 13 Desember 2019, dirawat di ruang rawat penyakit dalam. Hasil pemeriksaan TD 160/120 mmHg, RR 24 X/mnt, Sh 36 C, HR 78 X/mnt, BB 120 kg, TB 150 cm. Hasil rontgen thorax terdapat kardiomegali 63 %, terdapat edema pada kedua tungkai bawah. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 8 tahun lalu, tidak memiliki riwayat DM. Pasien mengeluh batuk tidak berdahak, mudah lelah, tidak bisa kekamar mandi, ADL di tempat tidur. Dilakukan pemeriksaan EKG ST everted. Posisi pasien semi fowler, terdapat luka dekubitus grade 2, dan pasien mengatakan nyeri grade 4. Edema pada ekstremitas atas dan bawah. Hasil lab saat ini : Hb : 11.8 , Ht : 35.7, Leukosit 9.400, trombosit : 198000, GDS : 372, SGPT : 27, Ureum : 29, creatinin : 1,23 , pH : 7.43, pO2 : 101 , PCO2 : 32.2, BE : 0.2, Na : 145, K : 3.5, APTT : 35.4/32.4, PT : 10.6 / 11.7 Hasil radiologi : 12/12/2019 rontgen dada, kesan jantung cardiomegali 63%, paru corakan hilus kasar bilateral. Terapi yang didapat : NaCl 0.9 % 500 cc/12 jam, insulin 3 X 10 iu SC, Nifedipine 3X10 mg PO, Furosemide 3 X 10 mg IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan cardiomegali dan hipertensi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan dan stamina.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka dekubitus grade 2.
4. Nyeri akut berhubungan dengan luka dekubitus.
5. Edema berhubungan dengan hipertensi dan gagal jantung.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan jantung.
2. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
3. Risiko infeksi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
4. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
5. Edema: Akumulasi cairan di dalam jaringan interstisial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi jantung yang efektif, gejala jantung berkurang, status kardiovaskular stabil.
2. Toleransi aktivitas meningkat, mampu melakukan aktivitas tanpa kelelahan berlebih.
3. Tidak terjadi infeksi, tidak ada tanda-tanda infeksi.
4. Nyeri terkontrol, skala nyeri menurun, tidak ada tanda-tanda infeksi.
5. Edema berkurang, tidak ada akumulasi cairan yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat-obatan, edukasi manajemen hipertensi.
2. Manajemen aktivitas, peningkatan toleransi aktivitas, latihan fisik.
3. Perawatan luka, pemantauan tanda infeksi, edukasi perawatan luka.
4. Manajemen nyeri, pemberian analgesik, kompres hangat/dingin.
5. Pemantauan edema, manajemen cairan, pemberian diuretik.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Memantau tanda-tanda vital secara berkala, memastikan pemberian obat-obatan sesuai terapi, dan memberikan edukasi mengenai manajemen hipertensi.
2. Merencanakan aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien, melakukan latihan fisik secara bertahap untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Melakukan perawatan luka dekubitus secara rutin, memantau tanda-tanda infeksi, dan memberikan edukasi mengenai perawatan luka.
4. Mengelola nyeri dengan pemberian analgesik dan kompres hangat/dingin, serta mengkaji efektivitas intervensi.
5. Memantau edema, mengelola cairan dan pemberian diuretik sesuai terapi. -
Article No. 14162 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang pria, usia 30 tahun, dirawat di RS setelah mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai motor tanpa helm. Pasien mengalami benturan keras pada punggung akibat terjatuh ke aspal. Setelah kecelakaan, pasien tidak dapat menggerakkan kedua kakinya dan mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil serta buang air besar. Data pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 15 (E4V5M6), Tekanan darah: 100/70 mmHg, HR: 68x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 36,8°C. Pemeriksaan neurologis: Paraplegia (kekuatan otot ekstremitas bawah 0/5), Refleks tendon patela dan Achilles menurun, Sensasi nyeri dan suhu hilang mulai dari area perut ke bawah, Tonus otot ekstremitas bawah menurun (flasid), Tes Babinski bilateral (+). Pemeriksaan kandung kemih: Retensi urin (+), distensi kandung kemih teraba. Hasil Pemeriksaan Penunjang: X-ray (Rontgen) Tulang Belakang: Fraktur kompresi pada vertebra torakalis T10-T11. CT-Scan Lumbal-Torakal: Dislokasi minimal pada T10-T11 dengan kemungkinan adanya hematoma epidural. MRI Tulang Belakang: Cedera medula spinalis pars torakalis dengan edema dan kompresi saraf. EMG (Elektromiografi): Tidak ada aktivitas motorik pada ekstremitas bawah. Pasien dirawat di ruang perawatan dengan pemasangan kateter urin untuk mengatasi retensi urin dan pemantauan ketat tanda-tanda vital. Rencana terapi meliputi pemberian kortikosteroid, fisioterapi, serta pertimbangan operasi dekompresi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Cedera Medula Spinalis Pars Torakalis
2. Inkontinensia Urine Terkait Disfungsi Neurologi
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit Terkait Imobilitas
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Cedera Medula Spinalis Pars Torakalis
- SDKI: Mobilitas Fisik Terganggu
- SLKI: Peningkatan Kemampuan Mobilitas
- SIKI: Terapi Latihan Motorik, Terapi Manajemen Nyeri, Terapi Manajemen Spastisitas
2. Inkontinensia Urine Terkait Disfungsi Neurologi
- SDKI: Inkontinensia Urine
- SLKI: Kontrol Berkemih
- SIKI: Terapi Latihan Berkemih, Kateterisasi Urine, Edukasi Inkontinensia Urine
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit Terkait Imobilitas
- SDKI: Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- SLKI: Integritas Kulit
- SIKI: Perawatan Kulit, Terapi Posisi, Edukasi Pencegahan Luka Tekan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Cedera Medula Spinalis Pars Torakalis:
Pasien mengalami paraplegia (kelumpuhan pada kedua ekstremitas bawah) akibat cedera medula spinalis di bagian torakal. Ini menyebabkan gangguan mobilitas fisik yang perlu diatasi melalui terapi latihan motorik, manajemen nyeri, dan manajemen spastisitas.
2. Inkontinensia Urine Terkait Disfungsi Neurologi:
Pasien mengalami retensi urin dan distensi kandung kemih akibat disfungsi neurologis. Intervensi keperawatan yang dibutuhkan meliputi terapi latihan berkemih, kateterisasi urin, dan edukasi inkontinensia urin.
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit Terkait Imobilitas:
Pasien berisiko mengalami kerusakan integritas kulit seperti luka tekan akibat imobilitas yang lama. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah perawatan kulit, terapi posisi, dan edukasi pencegahan luka tekan.
Penanganan keperawatan yang komprehensif, meliputi aspek fisik, fungsional, dan edukasi, sangat penting untuk meningkatkan outcome pasien dengan kondisi ini.