Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21503 | 04 Sep 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien ini dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.9
- Deskripsi: Infark miokard akut, tidak dinyatakan lain
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala-gejala yang khas untuk infark miokard akut, seperti nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin.
- EKG menunjukkan infark miokard akut, yang mengindikasikan adanya kerusakan pada otot jantung akibat gangguan aliran darah.
- Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular seperti infark miokard akut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.10
- Deskripsi: Prosedur diagnostik jantung, tidak dinyatakan lebih lanjut
- Catatan: Prosedur diagnostik seperti EKG, echokardiografi, atau pemeriksaan angiografi mungkin diperlukan untuk konfirmasi diagnosis dan evaluasi lebih lanjut.
Kesimpulan:
Berdasarkan gejala klinis, hasil pemeriksaan EKG, dan riwayat medis pasien, diagnosis yang tepat untuk kondisi ini adalah infark miokard akut. Prosedur diagnostik lebih lanjut mungkin diperlukan untuk evaluasi dan penanganan yang sesuai. -
Article No. 21411 | 03 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: ? Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. ? Darah rutin: normal. ? IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red255\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\lang1057\f0\fs22\ulnone\b Berdasarkan data pengkajian pada Tn. A, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar PPNI:\b0\par
\par
\cf2\ul\b 1. Diagnosa Keperawatan:\cf1\ulnone\b0\par
\cf1\b Gangguan Integritas Kulit b.d iritan fisik (paparan semen dan debu)\cf0\b0\par
\cf1\ul\b Kode SDKI: 0501\cf0\ulnone\b0\par
\par
\cf2\ul\b 2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\cf1\ulnone\b0\par
\cf1\b Penyembuhan Luka: Tingkat 3 (Ringan)\cf0\b0\par
\cf1\ul\b Kode SLKI: 4301\cf0\ulnone\b0\par
\cf1\i - Kriteria luaran: Penurunan eritema, berkurangnya ekskoriasi, kulit tidak pecah-pecah, dan penurunan keluhan gatal serta rasa panas.\cf0\i0\par
\par
\cf2\ul\b 3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\cf1\ulnone\b0\par
\cf1\b Manajemen Dermatitis\cf0\b0\par
\cf1\ul\b Kode SIKI: 3520\cf0\ulnone\b0\par
\cf1\i - Intervensi: Edukasi penghindaran iritan (semen/debu), penggunaan pelindung kulit (sarung tangan, pakaian panjang), terapi topikal sesuai indikasi, manajemen gatal (kompres dingin, hindari garukan), dan pemantauan tanda infeksi.\cf0\i0\par
\par
\cf2\ul\b Penjelasan Singkat:\cf1\ulnone\b0\par
Diagnosa keperawatan ini ditetapkan berdasarkan temuan eritema, ekskoriasi, dan kulit kering akibat paparan semen (dikonfirmasi patch test positif). SLKI mengarah pada penyembuhan kulit dengan kriteria perbaikan gejala, sedangkan SIKI fokus pada proteksi kulit dan edukasi untuk mencegah kekambuhan. Pendekatan holistik mencakup aspek fisik (perlindungan dari iritan) dan psikososial (penurunan stres akibat kondisi kulit).\par
} -
Article No. 21412 | 03 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien. banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2-3 kali). dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digar?k. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik. dengan asupan cairan 1-1,5 literhari, BAB ix/hari, konsistensi normal, BAK 4-5x/hari, wama kuning jemih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: Tes alergi kulit (patch test); positif terhadap bahan semen. Darah rutin: normal. IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, saya dapat menetapkan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya untuk kondisi dermatitis yang dialami Tn. A.
Diagnosis Keperawatan:
1. Kerusakan integritas kulit (00046)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kerusakan integritas kulit (00046)
Definisi: Perubahan epidermis dan/atau lapisan dermis yang disebabkan oleh faktor internal dan/atau eksternal.
Kode: 00046
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan integritas kulit (1902)
Definisi: Pemulihan struktur dan fungsi kulit.
Kode: 1902
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan luka (3660)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi penyembuhan luka dan mencegah komplikasi.
Kode: 3660
2. Manajemen dermatitis (3590)
Definisi: Tindakan untuk mengontrol reaksi kulit yang disebabkan oleh iritasi atau alergi.
Kode: 3590
Penjelasan singkat:
Tn. A mengalami kerusakan integritas kulit (00046) berupa dermatitis yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, papul kecil, ekskoriasi, dan kulit kering. Kondisi ini disebabkan oleh paparan bahan iritan dari semen di tempat kerja. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah perawatan luka (3660) untuk mengatasi luka lecet akibat garukan serta manajemen dermatitis (3590) untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. -
Article No. 21413 | 03 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien. banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2-3 kali). dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digar?k. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik. dengan asupan cairan 1-1,5 literhari, BAB ix/hari, konsistensi normal, BAK 4-5x/hari, wama kuning jemih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: Tes alergi kulit (patch test); positif terhadap bahan semen. Darah rutin: normal. IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. A yang dideskripsikan, maka dapat ditetapkan diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode: 00087
b. Judul: Intoleransi Aktivitas
c. Definisi: Keterbatasan pada kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 00087
b. Judul: Intoleransi Aktivitas
c. Definisi: Keterbatasan pada kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 1616
b. Judul: Toleransi Aktivitas
c. Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan tanpa menimbulkan gejala yang tidak diinginkan
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 6460
b. Judul: Manajemen Aktivitas
c. Definisi: Pengaturan, pemantauan, dan bantuan pada pasien untuk mencapai aktivitas yang diinginkan
Penjelasan singkat:
Pasien Tn. A mengalami dermatitis yang menyebabkan gejala gatal-gatal, kemerahan, kulit kering, dan pecah-pecah pada lengan bawah dan betis. Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pasien, terutama sebagai tukang bangunan yang banyak berkeringat dan terpapar debu semen. Intoleransi aktivitas terjadi karena keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan akibat gejala dermatitis. Perawat perlu melakukan manajemen aktivitas untuk membantu pasien mencapai aktivitas yang diinginkan dengan mempertimbangkan kondisi dermatitis yang dialami. -
Article No. 21414 | 03 Sep 2025
Klinis : Kasus Dermatitis Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien. banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2-3 kali). dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digar?k. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik. dengan asupan cairan 1-1,5 literhari, BAB ix/hari, konsistensi normal, BAK 4-5x/hari, wama kuning jemih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: Tes alergi kulit (patch test); positif terhadap bahan semen. Darah rutin: normal. IgE serum: sedikit meningkat. Foto lengan bawah pasien saat awal kejadian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan integritas kulit akibat dermatitis ditandai dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis serta tidur terganggu.
Kode SDKI: 00092
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan paparan bahan iritasi (semen) ditandai dengan eritema, papul kecil, ekskoriasi, dan kulit kering.
Kode SDKI: 00046
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat dermatitis ditandai dengan perasaan malu dan stres.
Kode SDKI: 00146
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode 00092 (Intoleransi aktivitas): Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan rutin aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
- Kode 00046 (Kerusakan integritas kulit): Perubahan pada epidermis dan/atau dermis.
- Kode 00146 (Kecemasan): Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan tidak spesifik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Toleransi aktivitas (1616)
- Integritas kulit (1101)
- Tingkat kecemasan (1402)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen aktivitas (0200)
- Perawatan luka (3660)
- Manajemen kecemasan (5820)
Kode dan definisi di atas merupakan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dalam menangani kasus dermatitis pada pasien Tn. A. -
Article No. 21415 | 03 Sep 2025
Klinis : Kasus Steven Johnson Seorang pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat. antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat. terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2-3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam I minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen, la merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. la percaya dengan pengobatan medis dan dou, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka 15-20% TBSA. Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang Darah rutin: Leukosit 13.000/µL (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K. 3.2 mmol/L (menurun). Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan komea.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kerusakan integritas kulit (00046)
- Definisi: Perubahan epidermis dan/atau dermis.
- Kode SDKI: DS-KIK
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
a. Integritas Kulit (30007)
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit yang utuh.
- Kode SLKI: LO-IKT
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Perawatan Luka (I-PRL)
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk memelihara, mempertahankan, dan memperbaiki kondisi luka agar terjadi penyembuhan yang optimal.
b. Manajemen Nyeri (I-MNY)
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengendalikan rasa nyeri yang dialami oleh pasien.
c. Edukasi Perawatan Kulit (I-EPK)
- Definisi: Pemberian informasi terkait cara menjaga dan merawat kulit agar tetap sehat.
d. Terapi Cairan (I-TRC)
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk mempertahankan dan menyeimbangkan volume, komposisi, dan distribusi cairan dalam tubuh.
Penjelasan singkat:
Kasus yang dialami pasien Steven Johnson menunjukkan adanya Sindrom Stevens-Johnson (SSJ), yaitu reaksi obat yang parah dengan gejala utama berupa ruam kulit yang meluas dan lepuhan yang mudah pecah. Diagnosa keperawatan utama yang muncul adalah "Kerusakan integritas kulit" yang ditandai dengan perubahan epidermis dan/atau dermis. Luaran keperawatan yang diharapkan adalah "Integritas Kulit" yang mencerminkan kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit yang utuh. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Perawatan Luka, Manajemen Nyeri, Edukasi Perawatan Kulit, dan Terapi Cairan untuk mengatasi komplikasi yang terjadi. -
Article No. 21416 | 03 Sep 2025
Klinis : Kasus Steven Johnson Seorang pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat. antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat. terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2-3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam I minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen, la merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. la percaya dengan pengobatan medis dan dou, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka 15-20% TBSA. Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang Darah rutin: Leukosit 13.000/µL (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K. 3.2 mmol/L (menurun). Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan komea.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi SDKI, SLKI, SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Steven Johnson Syndrome (SJS):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Kode: 10088
b. Judul: Integritas Kulit Terganggu
c. Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
2. Diagnosa Keperawatan SLKI:
a. Kode: 20007
b. Judul: Pemulihan Integritas Kulit
c. Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kulit yang sehat.
3. Diagnosa Keperawatan SIKI:
a. Kode: 30055
b. Judul: Perawatan Kulit
c. Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kulit yang sehat.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan Sindrom Steven-Johnson (SJS) mengalami kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit yang luas, disertai lepuhan, nyeri, dan komplikasi pada mata, mulut, dan saluran pencernaan. Diagnosa keperawatan utama adalah Integritas Kulit Terganggu, yang menggambarkan kondisi kulit pasien yang mengalami lesi dan kerusakan. Tujuan keperawatan adalah Pemulihan Integritas Kulit, yaitu kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kulit yang sehat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Perawatan Kulit, yaitu tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kulit yang sehat, seperti perawatan luka, pengelolaan nyeri, dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 21417 | 03 Sep 2025
Klinis : Kasus Steven Johnson Seorang pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat. antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat. terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2-3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam I minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen, la merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. la percaya dengan pengobatan medis dan dou, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka 15-20% TBSA. Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang Darah rutin: Leukosit 13.000/µL (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K. 3.2 mmol/L (menurun). Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan komea.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Kasus Steven Johnson:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Intoleransi Aktivitas (00092)
b. Nyeri Akut (00132)
c. Risiko Infeksi (00004)
d. Gangguan Citra Tubuh (00118)
e. Kecemasan (00146)
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kode: 10001
b. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Kode: 10027
c. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
Kode: 10004
d. Gangguan Citra Tubuh (00118)
Definisi: Gangguan pada gambaran mental atau persepsi terhadap penampilan fisik.
Kode: 10020
e. Kecemasan (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Kode: 10025
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Toleransi Aktivitas (0005)
b. Pengendalian Nyeri (1605)
c. Kontrol Infeksi (1840)
d. Citra Tubuh (1200)
e. Tingkat Kecemasan (1211)
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Aktivitas (0200)
b. Manajemen Nyeri (1400)
c. Pencegahan Infeksi (6550)
d. Peningkatan Citra Tubuh (5220)
e. Pengurangan Kecemasan (5820)
Penjelasan singkat:
Kasus ini menggambarkan pasien dengan Sindrom Steven-Johnson, yang merupakan reaksi obat berat dengan gejala utama lesi kulit yang luas, lepuhan, nyeri, dan komplikasi pada mukosa. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan terkait dengan keterbatasan aktivitas, nyeri akut, risiko infeksi, gangguan citra tubuh, dan kecemasan yang dialami pasien. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi manajemen aktivitas, manajemen nyeri, pencegahan infeksi, peningkatan citra tubuh, dan pengurangan kecemasan. -
Article No. 21418 | 03 Sep 2025
Klinis : Laki-laki usia 35 tahun dirawat di ruang bedah dengan luka bakar grade-II. Pasien mengeluh nyeri dan bau pada area luka. Hasil pengkajian: luka bakar pada dada depan, perut depan, dan kedua tangan, perban luka tampak basah kemerahan dan berbau, wajah tampak meringis, skala nyeri 7, diaforesis, sikap melindungi area nyeri, TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 102 x/menit, frekuensi napas 32x/menit, suhu 39oC dan BB 70 kg. Pasien mengalami imobilisasi atau tirah baring di tempat tidur selama 5 hari di ruang rawat inap bedah, kelemahan otot dengan jumlah kekuatan otot 1111, ADL pasien di bantu total oleh keluarga dan perawat,. Pada pemeriksaan skor skala Braden didapatkan hasil kemampuan berespon terhadap ketidaknyaman sangat terbatas, deraja kulit yang terpapar kelembapan sering lembab, derajat aktivitas fisik yaitu berbaring total, pasien immobilitas, nutrisi tidak adekuat yaitu hanya menghabiskan ½ porsi makanan yang disajikan, gesekan bermasalah yaitu setiapkali mengangkat badannya terjadi gesekan, pasien sering merosot dan harus dibantu oleh perawat saat naik ke atas tempat tidur. Keadaan kulit lembap dan terdapat kemerahan di area punggung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka bakar grade II
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Luka bakar grade II pada dada depan, perut depan, dan kedua tangan.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Luka bakar basah, berbau, dan adanya kemerahan.
3. Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan luka bakar
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Faktor yang berhubungan: Luka bakar grade II pada dada depan, perut depan, dan kedua tangan.
4. Mobilitas Fisik Terganggu berhubungan dengan imobilisasi/tirah baring
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja atau tidak disengaja pada satu atau lebih ekstremitas.
- Faktor yang berhubungan: Tirah baring di tempat tidur selama 5 hari.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
2. Resiko Infeksi:
- Tidak terjadi tanda dan gejala infeksi pada luka.
- Kulit tetap utuh dan tidak ada kemerahan.
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
3. Integritas Kulit Terganggu:
- Luka bakar menunjukkan penyembuhan yang progresif.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
- Pasien dapat melakukan perawatan luka secara mandiri.
4. Mobilitas Fisik Terganggu:
- Pasien dapat bergerak secara mandiri di tempat tidur.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Kekuatan otot meningkat dan pasien dapat bergerak dengan baik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, dan beratnya).
- Berikan tindakan farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan pasien teknik pengontrolan nyeri (relaksasi, distraksi, dan kompres hangat).
2. Resiko Infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi luka (kemerahan, pembengkakan, dan drainase).
- Lakukan perawatan luka secara aseptic.
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi.
3. Integritas Kulit Terganggu:
- Lakukan perawatan luka bakar secara rutin dan tepat.
- Pertahankan kelembapan luka dengan balutan yang sesuai.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka.
4. Mobilitas Fisik Terganggu:
- Bantu pasien melakukan mobilisasi di tempat tidur secara bertahap.
- Berikan latihan ROM aktif-pasif untuk mempertahankan kekuatan otot.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik mobilisasi yang aman.
Penjelasan yang rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Tone yang digunakan adalah akademis, dengan persona sebagai pakar perawat. -
Article No. 21419 | 03 Sep 2025
Klinis : pasien datang ingin berkonsultasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien yang datang ingin berkonsultasi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa yang sesuai untuk pasien yang datang ingin berkonsultasi adalah "Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan". Diagnosa ini menggambarkan bahwa pasien memiliki motivasi untuk meningkatkan pengetahuannya terkait kondisi kesehatannya saat ini. Pasien datang untuk berkonsultasi dengan tujuan mendapatkan informasi dan pemahaman yang lebih baik, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola kondisinya.
Luaran/Output SLKI:
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah "Peningkatan Pengetahuan". Luaran ini menggambarkan bahwa pasien mampu mendemonstrasikan pemahaman yang lebih baik terkait kondisi kesehatan, pengobatan, dan tindakan yang perlu dilakukan. Pasien diharapkan dapat mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang dapat diakses, serta mampu menjelaskan kembali informasi yang diberikan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut antara lain:
1. Asesmen Pengetahuan: Menggali dan mengidentifikasi pengetahuan serta pemahaman pasien terkait kondisi kesehatannya saat ini.
2. Pendidikan Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien, menggunakan media yang tepat dan melibatkan partisipasi aktif pasien.
3. Dukungan Pengambilan Keputusan: Memfasilitasi pasien untuk memahami pilihan-pilihan tindakan yang tersedia, serta mempertimbangkan nilai dan preferensi pasien dalam pengambilan keputusan.
4. Konseling: Memberikan bimbingan dan saran yang sesuai dengan kebutuhan pasien, serta membantu pasien mengeksplorasi pemahaman dan perasaannya terkait kondisi kesehatannya.
5. Evaluasi: Menilai peningkatan pengetahuan dan pemahaman pasien setelah intervensi dilakukan, serta mengidentifikasi area yang masih perlu ditingkatkan.
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat memperoleh informasi dan pemahaman yang lebih baik, sehingga dapat mengambil keputusan yang sesuai untuk mengelola kondisi kesehatannya dengan lebih efektif.