Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14331 | 17 Mar 2025
Klinis : Gatal gatal di bagian wajah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi gatal-gatal di bagian wajah, dengan penjelasan yang terstruktur sesuai format yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: L20.9
- Deskripsi: Dermatitis atopik, tidak spesifik
Penjelasan:
Kondisi gatal-gatal di bagian wajah dapat diklasifikasikan sebagai dermatitis atopik, yang merupakan jenis peradangan kulit kronis yang ditandai dengan gejala seperti gatal, kemerahan, dan iritasi pada kulit. Kode ICD-10 L20.9 digunakan untuk menggambarkan dermatitis atopik yang tidak diklasifikasikan secara spesifik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada prosedur/tindakan medis yang dilaporkan untuk kondisi gatal-gatal di wajah, kecuali perawatan gejala dan pengobatan simptomatik.
Penjelasan:
Untuk kondisi gatal-gatal di wajah yang disebabkan oleh dermatitis atopik, tidak ada prosedur atau tindakan medis yang secara khusus dilaporkan dalam sistem ICD-9-CM. Pada umumnya, manajemen kondisi ini melibatkan perawatan simptomatis, seperti penggunaan obat-obatan topikal, antihistamin, dan tindakan untuk mengurangi gejala. -
Article No. 14332 | 17 Mar 2025
Klinis : Gatal gatal di bagian wajah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gatal-gatal di bagian wajah:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi aktivitas (SDKI) - Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh adanya sensasi gatal di wajah.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh adanya sensasi gatal di wajah yang dapat mengganggu aktifitas sehari-hari pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman tanpa adanya gangguan gatal di wajah.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen gejala: Mengidentifikasi dan mengelola gejala gatal di wajah, misalnya dengan pemberian obat anti-gatal, kompres air dingin, atau penggunaan pelembab.
2. Edukasi manajemen diri: Mengajarkan pasien cara mengelola gejala gatal secara mandiri, seperti menghindari iritan, menjaga kelembapan kulit, dan menerapkan teknik relaksasi.
3. Konseling: Memberikan dukungan psikologis dan membantu pasien mengatasi dampak psikologis akibat gejala gatal di wajah.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai standar SDKI-SLKI-SIKI, diharapkan pasien dapat mengatasi gejala gatal di wajah dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman. -
Article No. 14333 | 17 Mar 2025
Klinis : Gatal gatal di bagian wajah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi gatal-gatal di bagian wajah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi gatal-gatal di bagian wajah adalah Intoleransi Aktivitas. Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan, disebabkan oleh perasaan tidak nyaman atau kelelahan.
Dalam kasus gatal-gatal di wajah, gejala gatal dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pasien, sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal. Pasien mungkin kesulitan berkonsentrasi, tidur, atau melakukan aktivitas rutin karena terganggu oleh rasa gatal yang dialami.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Penurunan Rasa Gatal: Pasien melaporkan penurunan tingkat keparahan rasa gatal di wajah.
b. Peningkatan Kemampuan Melakukan Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik tanpa gangguan rasa gatal.
c. Peningkatan Kualitas Tidur: Pasien dapat tidur dengan lebih nyenyak tanpa terganggu oleh rasa gatal.
d. Penurunan Kecemasan: Pasien menunjukkan penurunan tingkat kecemasan yang disebabkan oleh gatal-gatal di wajah.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Gejala:
- Identifikasi faktor pemicu gatal di wajah, seperti alergi, iritasi kulit, atau kondisi lainnya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, apoteker) untuk menentukan pengobatan yang sesuai, seperti pemberian obat topikal, antihistamin, atau kortikosteroid.
- Anjurkan pasien untuk menghindari iritan dan menjaga kebersihan wajah.
- Ajarkan teknik manajemen gatal, seperti penggunaan kompres dingin, penerapan pelembab kulit, dan relaksasi.
b. Manajemen Aktivitas:
- Identifikasi aktivitas yang terganggu akibat gatal-gatal di wajah.
- Bantu pasien dalam merencanakan dan melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap.
- Ajarkan teknik manajemen energi dan konservasi energi untuk membantu pasien mengelola aktivitas.
- Berikan dukungan dan motivasi untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas.
c. Manajemen Tidur:
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur pasien, seperti gatal-gatal di wajah.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu pasien tidur lebih nyenyak.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, apoteker) untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai, jika diperlukan.
- Berikan lingkungan tidur yang nyaman dan mendukung.
d. Manajemen Kecemasan:
- Identifikasi penyebab kecemasan pasien, seperti kekhawatiran akan gatal-gatal di wajah.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengurangi kecemasan.
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang diperlukan untuk mengurangi kecemasan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (psikolog, konselor) jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan rasa gatal, peningkatan kemampuan melakukan aktivitas, peningkatan kualitas tidur, dan penurunan kecemasan. -
Article No. 14334 | 17 Mar 2025
Klinis : subkategori eliminasi urin tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas permintaan Anda. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi tersebut.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "subkategori eliminasi urin tidak efektif" adalah "Inkontinensia Urin". Inkontinensia Urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menahan/mengontrol pengeluaran urin secara sukarela.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
a. Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urin yang efektif.
b. Pasien dapat melakukan program latihan otot dasar panggul (Kegel) secara mandiri.
c. Pasien dapat menggunakan alat bantu/produk inkontinensia sesuai kebutuhan.
d. Pasien dan keluarga dapat mengelola inkontinensia urin dengan baik.
e. Pasien dapat mempertahankan integritas kulit area perianal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Asesmen komprehensif terkait inkontinensia urin, seperti riwayat eliminasi, pola, frekuensi, volume, dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
b. Identifikasi penyebab dan tipe inkontinensia urin (stres, urgensi, overflow, dll).
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll) untuk menentukan intervensi yang tepat.
d. Edukasi dan latihan otot dasar panggul (Kegel) kepada pasien.
e. Pengaturan pola eliminasi urin, seperti terjadwal, double voiding, dan bladder training.
f. Penggunaan alat bantu/produk inkontinensia yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
g. Perawatan kulit area perianal untuk mencegah iritasi dan infeksi.
h. Monitoring dan evaluasi respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.
i. Edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga dalam mengelola inkontinensia urin.
Penjelasan rinci di atas didasarkan pada praktik keperawatan berbasis bukti dan panduan yang berlaku. Sebagai perawat, saya siap memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi kondisi inkontinensia urin pada pasien. -
Article No. 14335 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien anemis, hb 8.4, capilari refill > 3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
- Pasien mengalami anemia dengan kadar hemoglobin (Hb) 8,4 g/dL, yang menunjukkan kekurangan nutrisi, khususnya zat besi.
- Tanda-tanda seperti capillary refill time > 3 detik dan nadi yang akademis (tidak dapat dijelaskan) juga mengindikasikan adanya gangguan perfusi jaringan terkait anemia.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi
- Kelas: Asupan
- Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi
- Kelas: Asupan Nutrisi
- Luaran Keperawatan: Keseimbangan Nutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi
- Kelas: Manajemen Nutrisi
- Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan Status Nutrisi
2. Terapi Nutrisi
3. Edukasi Nutrisi
Sebagai perawat dengan persona pakar, dapat memberikan intervensi yang komprehensif untuk mengatasi masalah anemia pada pasien, termasuk pemantauan status nutrisi, pemberian terapi nutrisi yang sesuai, serta edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya asupan nutrisi yang adekuat. -
Article No. 14201 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama demam yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Selain itu, ia mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta eritema malar yang memburuk akibat fotosensitivitas. Orang tua pasien melaporkan bahwa anaknya sering mengeluh lemas, mengalami rambut rontok, dan nafsu makannya menurun. Sebelum keluhan ini muncul, pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang. Saat diperiksa, ditemukan ruam malar, efusi pada kedua sendi lutut, serta petekie yang tidak menghilang dengan tekanan. Anak juga mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam dan mengalami sariawan berulang. Hasil laboratorium awal menunjukkan: Hb: 9,5 g/dL (rendah), Leukosit: 3.200/mm³ (rendah, Trombosit: 110.000/mm³ (rendah), LED: meningkat, Proteinuria: (+2), Tes ANA: (+). Riwayat keluarga pasien tidak menunjukkan adanya lupus, tetapi ada anggota keluarga dengan riwayat rematik. diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus tersebut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang paling mungkin muncul adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M32.10
- Deskripsi: Lupus eritematosus sistemik dengan gangguan organ atau sistem
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala-gejala yang khas dengan lupus eritematosus sistemik (SLE), termasuk demam yang berkepanjangan, artralgia migratori, eritema malar, fotosensitivitas, kelelahan, dan rambut rontok.
- Hasil pemeriksaan laboratorium juga mendukung diagnosis SLE, dengan adanya anemia, leukopenia, trombositopenia, peningkatan laju endap darah (LED), dan hasil positif pada tes ANA.
- Riwayat keluarga dengan penyakit rematik juga dapat mendukung diagnosis SLE, karena penyakit ini memiliki komponen genetik yang kuat.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.23
- Deskripsi: Pemeriksaan dan evaluasi medis rutin
Penjelasan:
- Pada kasus ini, tidak disebutkan adanya tindakan medis spesifik yang dilakukan. Namun, pasien akan memerlukan evaluasi dan pemeriksaan rutin untuk memantau perkembangan penyakitnya dan menentukan pengobatan yang sesuai.
Secara keseluruhan, kasus ini menunjukkan gambaran klinis yang sangat khas dengan lupus eritematosus sistemik (SLE) pada anak perempuan usia 11 tahun. Pemantauan dan pengobatan yang tepat akan sangat penting untuk mengelola penyakit ini dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 14202 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama demam yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Selain itu, ia mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta eritema malar yang memburuk akibat fotosensitivitas. Orang tua pasien melaporkan bahwa anaknya sering mengeluh lemas, mengalami rambut rontok, dan nafsu makannya menurun. Sebelum keluhan ini muncul, pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang. Saat diperiksa, ditemukan ruam malar, efusi pada kedua sendi lutut, serta petekie yang tidak menghilang dengan tekanan. Anak juga mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam dan mengalami sariawan berulang. Hasil laboratorium awal menunjukkan: Hb: 9,5 g/dL (rendah), Leukosit: 3.200/mm³ (rendah, Trombosit: 110.000/mm³ (rendah), LED: meningkat, Proteinuria: (+2), Tes ANA: (+). Riwayat keluarga pasien tidak menunjukkan adanya lupus, tetapi ada anggota keluarga dengan riwayat rematik. diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan temuan klinis yang dijelaskan dalam kasus tersebut, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Risiko Infeksi
Penjelasan: Pasien mengalami demam yang tidak kunjung sembuh selama 3 minggu, yang dapat mengindikasikan adanya proses infeksi. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
2. Nyeri Akut
Penjelasan: Pasien mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta nyeri dada ringan saat menarik napas dalam, yang dapat menimbulkan nyeri akut.
3. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Penjelasan: Hasil laboratorium menunjukkan adanya anemia (Hb rendah), leukopenia (Leukosit rendah), dan trombositopenia (Trombosit rendah), yang dapat mengindikasikan adanya gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Gangguan Perfusi Jaringan
Penjelasan: Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan laju endap darah (LED) dan proteinuria (+2), yang dapat mengindikasikan adanya gangguan perfusi jaringan.
5. Kelemahan
Penjelasan: Pasien mengeluhkan merasa lemas, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk anemia, malnutrisi, atau proses penyakit yang sedang berlangsung.
Berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan format SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Perawat dapat menggunakan format tersebut untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 14203 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama demam yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Selain itu, ia mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta eritema malar yang memburuk akibat fotosensitivitas. Orang tua pasien melaporkan bahwa anaknya sering mengeluh lemas, mengalami rambut rontok, dan nafsu makannya menurun. Sebelum keluhan ini muncul, pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang. Saat diperiksa, ditemukan ruam malar, efusi pada kedua sendi lutut, serta petekie yang tidak menghilang dengan tekanan. Anak juga mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam dan mengalami sariawan berulang. Hasil laboratorium awal menunjukkan: Hb: 9,5 g/dL (rendah), Leukosit: 3.200/mm³ (rendah, Trombosit: 110.000/mm³ (rendah), LED: meningkat, Proteinuria: (+2), Tes ANA: (+). Riwayat keluarga pasien tidak menunjukkan adanya lupus, tetapi ada anggota keluarga dengan riwayat rematik. diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan pemaparan kasus tersebut, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi, ditandai dengan keluhan nyeri pada sendi pergelangan tangan dan lutut.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan status fungsional, ditandai dengan keluhan lemas dan penurunan nafsu makan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia, ditandai dengan kadar hemoglobin yang rendah.
5. Gangguan pembuangan urin berhubungan dengan keterlibatan ginjal, ditandai dengan adanya proteinuria.
Berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi, ditandai dengan keluhan nyeri pada sendi pergelangan tangan dan lutut.
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Penurunan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan status fungsional, ditandai dengan keluhan lemas dan penurunan nafsu makan.
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang.
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Pencegahan Infeksi
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia, ditandai dengan kadar hemoglobin yang rendah.
- SDKI: Perubahan Perfusi Jaringan
- SLKI: Perbaikan Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Perfusi Jaringan
5. Gangguan pembuangan urin berhubungan dengan keterlibatan ginjal, ditandai dengan adanya proteinuria.
- SDKI: Gangguan Pembuangan Urin
- SLKI: Perbaikan Pembuangan Urin
- SIKI: Manajemen Pembuangan Urin
Diagnosa-diagnosa keperawatan tersebut membutuhkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif. -
Article No. 14204 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama demam yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Selain itu, ia mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta eritema malar yang memburuk akibat fotosensitivitas. Orang tua pasien melaporkan bahwa anaknya sering mengeluh lemas, mengalami rambut rontok, dan nafsu makannya menurun. Sebelum keluhan ini muncul, pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang. Saat diperiksa, ditemukan ruam malar, efusi pada kedua sendi lutut, serta petekie yang tidak menghilang dengan tekanan. Anak juga mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam dan mengalami sariawan berulang. Hasil laboratorium awal menunjukkan: Hb: 9,5 g/dL (rendah), Leukosit: 3.200/mm³ (rendah, Trombosit: 110.000/mm³ (rendah), LED: meningkat, Proteinuria: (+2), Tes ANA: (+). Riwayat keluarga pasien tidak menunjukkan adanya lupus, tetapi ada anggota keluarga dengan riwayat rematik. diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu demam yang berkepanjangan, artralgia migratori, eritema malar, fotosensitivitas, kelelahan, penurunan nafsu makan, sariawan berulang, serta hasil laboratorium yang menunjukkan anemia, leukopenia, trombositopenia, peningkatan laju endap darah (LED), proteinuria, dan hasil tes ANA positif, maka diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus ini adalah:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI: Resiko Infeksi Sistemik Berhubungan dengan Penurunan Sistem Imun.
Penjelasan: Pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada penurunan sistem imun, seperti demam yang berkepanjangan, artralgia, dan penurunan kadar sel darah. Hal ini meningkatkan risiko pasien untuk mengalami infeksi sistemik.
2. Diagnosis Keperawatan SLKI: Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelelahan.
Penjelasan: Pasien mengeluhkan kelelahan dan penurunan nafsu makan, yang dapat menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas sehari-hari.
3. Diagnosis Keperawatan SIKI: Nyeri Akut Berhubungan dengan Inflamasi Sendi.
Penjelasan: Pasien mengalami artralgia migratori yang dominan pada sendi pergelangan tangan dan lutut, serta nyeri dada ringan saat menarik napas dalam, yang menunjukkan adanya inflamasi sendi dan menyebabkan nyeri akut.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus ini adalah Resiko Infeksi Sistemik, Intoleransi Aktivitas, dan Nyeri Akut. -
Article No. 14205 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama demam yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Selain itu, ia mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta eritema malar yang memburuk akibat fotosensitivitas. Orang tua pasien melaporkan bahwa anaknya sering mengeluh lemas, mengalami rambut rontok, dan nafsu makannya menurun. Sebelum keluhan ini muncul, pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang. Saat diperiksa, ditemukan ruam malar, efusi pada kedua sendi lutut, serta petekie yang tidak menghilang dengan tekanan. Anak juga mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam dan mengalami sariawan berulang. Hasil laboratorium awal menunjukkan: Hb: 9,5 g/dL (rendah), Leukosit: 3.200/mm³ (rendah, Trombosit: 110.000/mm³ (rendah), LED: meningkat, Proteinuria: (+2), Tes ANA: (+). Riwayat keluarga pasien tidak menunjukkan adanya lupus, tetapi ada anggota keluarga dengan riwayat rematik. diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Setelah mengevaluasi informasi yang diberikan, saya menyimpulkan bahwa kasus tersebut kemungkinan besar merupakan Lupus Eritematosus Sistemik (LES) pada anak perempuan berusia 11 tahun.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
b. Nyeri Akut
c. Intoleransi Aktivitas
d. Risiko Infeksi
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Stabilitas Tanda-Tanda Vital
b. Kontrol Rasa Nyeri
c. Toleransi Aktivitas Meningkat
d. Tidak Terjadi Infeksi
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
b. Manajemen Nyeri
c. Manajemen Energi
d. Pencegahan Infeksi
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital: Pasien mengalami demam, yang merupakan salah satu tanda-tanda vital yang tidak stabil.
b. Nyeri Akut: Pasien mengalami artralgia migratori pada pergelangan tangan dan lutut, serta nyeri dada ringan saat menarik napas dalam.
c. Intoleransi Aktivitas: Pasien sering mengeluh lemas dan mengalami penurunan nafsu makan, yang menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
d. Risiko Infeksi: Pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang, menunjukkan adanya risiko infeksi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Stabilitas Tanda-Tanda Vital: Diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, tanda-tanda vital pasien akan stabil, terutama suhu tubuh.
b. Kontrol Rasa Nyeri: Diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien dapat mengontrol rasa nyeri pada sendi dan dada.
c. Toleransi Aktivitas Meningkat: Diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas dan mengatasi keluhan kelelahan.
d. Tidak Terjadi Infeksi: Diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien tidak mengalami infeksi lebih lanjut.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan suhu tubuh, denyut nadi, dan tanda-tanda vital lainnya secara berkala.
b. Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri, memberikan analgesik sesuai indikasi, dan mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
c. Manajemen Energi: Mengatur aktivitas dan istirahat pasien, memberikan nutrisi yang sesuai, dan membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Pencegahan Infeksi: Melakukan cuci tangan, menggunakan alat pelindung diri, dan memantau tanda-tanda infeksi.
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang paling mungkin adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES) pada anak perempuan. Upaya keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengelola kondisi pasien, memantau perkembangan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.