Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14281 | 17 Mar 2025
Klinis : 35. Seorang anak usia 4 tahun dibawa dengan keluhan lemah dan pucat. Hasil pemeriksaan: frekuensi nadi 80 x/m, RR 45 x/menit, bibir sianosis, clubbing fingers, CRT > 3 menit, anak sering lelah saat beraktifitas. SPO2 88 %. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? a. Tidak efektif bersihan jalan nafas b. Penurunan curah jantung c. Gangguan pertukaran gas d. Intoleransi aktifitas e. Keletihan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan SDKI yang tepat untuk kondisi tersebut adalah:
c. Gangguan Pertukaran Gas
Penjelasan:
Kondisi pasien anak usia 4 tahun dengan keluhan lemah, pucat, frekuensi napas cepat (45x/menit), bibir sianosis, clubbing fingers, capillary refill time (CRT) lambat (>3 menit), sering merasa lelah saat beraktivitas, dan saturasi oksigen rendah (88%) menunjukkan adanya gangguan pada pertukaran gas. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit kardiovaskular atau pulmoner yang mengakibatkan penurunan kemampuan paru-paru untuk melakukan oksigenasi dan mengeluarkan karbon dioksida secara efektif.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pertukaran Gas: Pertukaran gas yang efektif dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
2. Status Respirasi: Pola pernapasan yang efektif dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
3. Perfusi Jaringan: Perfusi jaringan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Respirasi
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
- Pantau tanda-tanda distres pernapasan (sianosis, retraksi, penggunaan otot bantu pernapasan)
- Pantau saturasi oksigen dan berikan terapi oksigen jika diperlukan
2. Manajemen Oksigenasi
- Atur posisi yang memfasilitasi ventilasi dan perfusi yang adekuat
- Berikan terapi oksigen sesuai dengan kondisi pasien
- Pertahankan jalan napas yang bebas
3. Manajemen Sirkulasi
- Pantau tanda-tanda vital termasuk frekuensi nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi perfusi jaringan
- Berikan intervensi untuk meningkatkan perfusi jaringan jika diperlukan
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan kondisi pasien dan penyebab gangguan pertukaran gas
- Ajarkan teknik-teknik untuk memfasilitasi pertukaran gas yang efektif
- Beri edukasi tentang tanda-tanda distres pernapasan dan pentingnya memantau kondisi pasien
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu pertukaran gas yang efektif, status respirasi yang stabil, dan perfusi jaringan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik pasien. -
Article No. 14282 | 17 Mar 2025
Klinis : 25. Seorang anak usia 4 tahun dirawat dengan keluhan lemas dan mudah lelah. Hasil pemeriksaan: konjungtiva anemis, akral dingin, kulit tampak pucat, riwayat mendapat transfusi darah PRC 1x/ bulan, Hb 6 gr/dl. Perawat merumuskan masalah perfusi perifer tidak efektif dengan tujuan perfusi jaringan dapat dipertahankan. Apa kriteria hasil yang paling tepat pada kasus tersebut? a. Mukosa mulut kering b. Frekuensi nafas normal c. Tidak ada tanda dehidrasi d. Pengisian kapiler < 3 detik e. Warna kulit pucat menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak yang saya hormati. Berdasarkan kasus yang diberikan, saya akan memberikan penjelasan yang rinci mengenai diagnosis keperawatan, kriteria hasil, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pada kasus ini adalah "Perfusi Perifer Tidak Efektif" dengan definisi "Penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan".
2. Kriteria Hasil yang Paling Tepat:
Berdasarkan kasus yang diberikan, kriteria hasil yang paling tepat adalah:
d. Pengisian kapiler < 3 detik
Hal ini dikarenakan pengisian kapiler yang lambat (<3 detik) menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer yang tidak efektif.
3. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah "Perfusi Jaringan: Perifer" dengan definisi "Sirkulasi darah ke ekstremitas yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan".
Kriteria hasil yang dapat digunakan:
a. Ekstremitas hangat
b. Warna kulit normal
c. Pengisian kapiler < 3 detik
d. Tidak ada tanda-tanda sianosis
e. Tidak ada tanda-tanda edema
4. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan luaran "Perfusi Jaringan: Perifer" adalah:
a. Pemantauan Sirkulasi
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau warna, suhu, dan pengisian kapiler ekstremitas
- Pantau status hemodinamik
b. Manajemen Aktivitas
- Batasi aktivitas sesuai toleransi
- Atur posisi ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi
c. Manajemen Nutrisi
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan untuk meningkatkan perfusi
- Pantau status nutrisi
d. Terapi Oksigen
- Berikan oksigen sesuai indikasi untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
e. Terapi Infus
- Berikan cairan infus sesuai indikasi untuk mempertahankan volume cairan
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Perfusi Perifer Tidak Efektif" dipilih karena sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas, ditandai dengan konjungtiva anemis, akral dingin, kulit pucat, dan riwayat transfusi darah. Kriteria hasil "Pengisian kapiler < 3 detik" adalah yang paling tepat karena menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer.
Luaran yang diharapkan adalah "Perfusi Jaringan: Perifer" dengan kriteria hasil yang mencerminkan perbaikan sirkulasi darah ke ekstremitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan sirkulasi, manajemen aktivitas, manajemen nutrisi, terapi oksigen, dan terapi infus untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan. Terima kasih. -
Article No. 14283 | 17 Mar 2025
Klinis : eorang perawat memberikan asuhan keperawatan pada anak yang akan menjalani operasi 3 hari lagi. Perawat memberikan edukasi preoperasi pada ibu dan anak, meminta ibu selalu mendampingi anaknya hingga ke instalasi bedah. Perawat juga melakukan teknik distraksi pada anak melalui video game untuk mengatasi kecemasan anak. Apakah rasionalisasi tindakan perawat tersebut bagi anak? a. Memicu timbulnya perilaku maladaptive b. Mencegah delirium pasca anestesi c. Memperatahankan nyeri post operatif d. Membantu mengurangi kecemasan orangtua e. Mengurangi penggunaan terapi anestesi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI: Kecemasan
Rasionalisasi tindakan perawat tersebut bagi anak adalah:
d. Membantu mengurangi kecemasan orangtua
Ketika anak akan menjalani operasi, kecemasan orang tua dapat mempengaruhi kecemasan anak. Dengan meminta ibu selalu mendampingi anak hingga ke instalasi bedah, perawat dapat membantu mengurangi kecemasan orang tua, yang selanjutnya dapat membantu mengurangi kecemasan anak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Kemampuan mengontrol kecemasan meningkat
3. Perilaku kooperatif meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi kecemasan anak
2. Berikan edukasi preoperasi pada anak dan orang tua untuk mengurangi kecemasan
3. Gunakan teknik distraksi, seperti video game, untuk mengalihkan perhatian anak dari prosedur operasi
4. Anjurkan orang tua untuk selalu mendampingi anak selama di rumah sakit
5. Kolaborasi dengan tim terkait (dokter, ahli anestesi) untuk memastikan penanganan kecemasan anak yang optimal
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Kecemasan" dipilih karena anak akan menjalani operasi, yang dapat menimbulkan rasa cemas pada anak. Perawat telah melakukan tindakan yang tepat, seperti memberikan edukasi preoperasi, meminta ibu untuk mendampingi anak, dan menggunakan teknik distraksi. Tindakan-tindakan tersebut bertujuan untuk membantu mengurangi kecemasan anak dan orang tua, serta meningkatkan kemampuan anak dalam mengontrol kecemasan. Luaran yang diharapkan adalah penurunan tingkat kecemasan, peningkatan kemampuan mengontrol kecemasan, dan peningkatan perilaku kooperatif anak. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi kecemasan, pemberian edukasi, penggunaan teknik distraksi, dan kolaborasi dengan tim terkait untuk memastikan penanganan kecemasan yang optimal. -
Article No. 14284 | 17 Mar 2025
Klinis : 35. Seorang anak usia 4 tahun dibawa dengan keluhan lemah dan pucat. Hasil pemeriksaan: frekuensi nadi 80 x/m, RR 45 x/menit, bibir sianosis, clubbing fingers, CRT > 3 menit, anak sering lelah saat beraktifitas. SPO2 88 %. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? a. Tidak efektif bersihan jalan nafas b. Penurunan curah jantung c. Gangguan pertukaran gas d. Intoleransi aktifitas e. Keletihan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat untuk kasus tersebut adalah:
Diagnosis Keperawatan SDKI: Gangguan pertukaran gas
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan gangguan pertukaran gas, yaitu:
- Frekuensi napas yang cepat (45 x/menit)
- Bibir sianosis dan clubbing fingers yang menunjukkan adanya hipoksemia
- Saturasi oksigen yang rendah (88%)
- Keletihan saat beraktivitas
Kondisi ini dapat disebabkan oleh gangguan pada fungsi paru-paru yang menghambat proses pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keefektifan pertukaran gas
- Indikator: Frekuensi napas membaik, bibir tidak sianosis, saturasi oksigen membaik, tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas
- Bersihkan jalan napas dengan suction atau perawatan lain sesuai indikasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
2. Manajemen ventilasi
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengaturan ventilasi mekanik jika diperlukan
3. Manajemen kelelahan
- Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi kelelahan
- Berikan istirahat yang cukup
- Ajarkan teknik manajemen energi dan manajemen aktivitas
Penjelasan rinci:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi gangguan pertukaran gas pada pasien ini meliputi manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen kelelahan. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pertukaran gas yang efektif, sehingga pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami kelelahan berlebih.
Manajemen jalan napas dilakukan untuk memastikan jalan napas pasien bebas dari sekret atau obstruksi lain yang dapat menghambat pertukaran gas. Pemberian oksigen juga penting untuk meningkatkan suplai oksigen ke jaringan.
Manajemen ventilasi bertujuan untuk memperbaiki pola napas pasien agar dapat memaksimalkan pertukaran gas. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter spesialis paru, dapat dilakukan jika diperlukan pengaturan ventilasi mekanik.
Manajemen kelelahan difokuskan pada identifikasi penyebab kelelahan dan pemberian intervensi yang dapat membantu mengurangi kelelahan, seperti istirahat yang cukup dan teknik manajemen energi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran/output berupa peningkatan keefektifan pertukaran gas pada pasien. -
Article No. 14285 | 17 Mar 2025
Klinis : FAM
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: G40.311
- Deskripsi: Epilepsi fokal idiopatik dengan serangan kejang-kejang parsial sederhana, tidak terkendali, tanpa status epileptikus.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Elektroensefalografi (EEG), rutin.
Penjelasan:
Diagnosis FAM (Fokus Awal Mioklonik) termasuk dalam kategori G40.311 pada Klasifikasi International dari Penyakit (ICD-10). Ini merupakan jenis epilepsi fokal idiopatik yang ditandai dengan serangan kejang-kejang parsial sederhana, tidak terkendali, dan tanpa status epileptikus.
Untuk menunjang diagnosis, pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) rutin (kode ICD-9-CM 89.14) dapat dilakukan. Prosedur ini membantu mengidentifikasi aktivitas elektrik abnormal di otak yang dapat menjadi petunjuk adanya epilepsi fokal.
Pemeriksaan EEG rutin mencakup perekaman aktivitas listrik otak menggunakan elektroda yang ditempatkan pada kulit kepala pasien. Hasil rekaman EEG dapat membantu dokter menentukan pola dan lokasi serta tipe dari aktivitas epileptiform, sehingga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis dan memilih terapi yang sesuai. -
Article No. 14286 | 17 Mar 2025
Klinis : benjolan dipayudara
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi benjolan di payudara:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N63
- Deskripsi: Benjolan di payudara, tidak ditentukan apakah jinak atau ganas
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 85.12
- Deskripsi: Biopsi jarum halus pada masa payudara
Penjelasan:
Kode ICD-10 N63 (Benjolan di payudara, tidak ditentukan apakah jinak atau ganas) digunakan untuk mengkodekan kondisi pasien yang mengalami benjolan di payudara, tetapi belum ditentukan apakah benjolan tersebut merupakan lesi jinak atau ganas. Hal ini biasanya terjadi saat pasien pertama kali datang dengan keluhan benjolan di payudara dan belum menjalani pemeriksaan lanjutan untuk menentukan jenis lesinya.
Jika pasien kemudian menjalani biopsi jarum halus pada massa payudara untuk mengetahui sifat dari benjolan tersebut, maka akan dikodekan dengan kode ICD-9-CM 85.12 (Biopsi jarum halus pada masa payudara). Prosedur ini bertujuan untuk mengambil sampel jaringan dari benjolan untuk diperiksa secara histologis dan menentukan apakah benjolan tersebut jinak atau ganas.
Pemilihan kode yang tepat sangat penting dalam dokumentasi medis, karena akan memengaruhi proses perawatan, tindakan, serta pembayaran klaim asuransi pasien. -
Article No. 14287 | 17 Mar 2025
Klinis : Keperawatan komunitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Keperawatan Komunitas:
1. Risiko Masalah Kesehatan Masyarakat
- Definisi: Kerentanan terhadap ancaman yang mungkin terjadi pada masyarakat yang dapat memengaruhi status kesehatan.
- Penyebab: Faktor lingkungan, sosial, ekonomi, dan gaya hidup yang tidak mendukung kesehatan masyarakat.
- Intervensi: Pengkajian kesehatan masyarakat, identifikasi faktor risiko, perencanaan program promotif dan preventif, serta kolaborasi dengan pemangku kepentingan.
2. Ketidakberdayaan Masyarakat
- Definisi: Ketidakmampuan masyarakat untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal.
- Penyebab: Kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan.
- Intervensi: Pemberdayaan masyarakat, pendidikan kesehatan, dan pengembangan kapasitas masyarakat.
3. Respon Komunitas Tidak Efektif
- Definisi: Kegagalan masyarakat dalam merespons secara efektif terhadap ancaman atau masalah kesehatan.
- Penyebab: Kurangnya partisipasi, komunikasi, dan koordinasi masyarakat.
- Intervensi: Pengembangan strategi komunikasi, peningkatan partisipasi masyarakat, dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu praktik keperawatan di Indonesia.
SDKI berfokus pada pengidentifikasian masalah dan diagnosis keperawatan, SLKI pada penentuan hasil atau luaran yang diharapkan, dan SIKI pada perencanaan dan implementasi intervensi keperawatan. Penggunaan ketiga standar ini secara terintegrasi dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas, terutama dalam konteks keperawatan komunitas. -
Article No. 14288 | 17 Mar 2025
Klinis : Keperawatan komunitas Promosi perilaku pada kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Kurang Pengetahuan Tentang Perilaku Sehat
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Kurang Pengetahuan Tentang Perilaku Sehat adalah keterbatasan informasi kognitif yang dibutuhkan untuk mempromosikan dan mempertahankan perilaku sehat.
Hal ini dapat terjadi pada keperawatan komunitas dalam konteks promosi perilaku pada kesehatan, dimana anggota komunitas mungkin memiliki pengetahuan yang terbatas tentang perilaku sehat yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menjabarkan luaran yang dapat dicapai untuk mengatasi diagnosa ini, yaitu Perilaku Sehat Meningkat. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian luaran ini antara lain:
1. Kemampuan menjelaskan perilaku sehat
2. Kemampuan melakukan perilaku sehat
3. Kemauan berkomitmen terhadap perilaku sehat
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi-intervensi yang dapat dilakukan perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan, seperti:
1. Promosi Kesehatan
2. Edukasi Kesehatan
3. Bimbingan Perilaku Sehat
Melalui intervensi-intervensi ini, perawat dapat membantu anggota komunitas meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam berperilaku sehat, sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. -
Article No. 14289 | 17 Mar 2025
Klinis : 33. Seorang anak laki-laki usi 5 hari dibawa ibunya dengan keluhan sering muntah 3-4 x/hari. Hasil pemeriksaan: distensi abdomen, bising usus tidak ada, akral hangat, tidak ada lubang anus, BB lahir 3 kg, BB sekarang 2,9 kg, terdapat kloaka. Menurut ibu selama ini urin tidak jernih, flatus dan feses keluar melalui meatus uretra sejak lahir. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut: a. Inkontinensia fekal b. Konstipasi c. Ikterik d. Deficit nutrisi e. Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Berdasarkan kasus yang diberikan, masalah keperawatan utama yang paling sesuai adalah:
a. Deficit nutrisi
Penjelasan:
Pada kasus ini, anak laki-laki usia 5 hari mengalami penurunan berat badan dari 3 kg saat lahir menjadi 2,9 kg saat ini. Hal ini mengindikasikan adanya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu, adanya keluhan sering muntah 3-4 kali per hari juga dapat menyebabkan ketidakmampuan tubuh untuk menyerap nutrisi secara optimal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak membaik
2. Berat badan anak meningkat sesuai usia
3. Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji status nutrisi anak (asupan, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala)
2. Berikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan anak (ASI atau susu formula)
3. Pantau intake dan output cairan anak
4. Berikan promosi kesehatan terkait perawatan nutrisi pada anak
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penanganan lebih lanjut
Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab utama dari keluhan sering muntah pada anak, seperti kemungkinan adanya kelainan bawaan pada saluran pencernaan (kloaka). Hal ini akan membantu dalam menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah keperawatan secara komprehensif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lain, silakan ditanyakan kembali. Wassalamualaikum. -
Article No. 14290 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan Batuk sudah sebulan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Batuk Kronis
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Batuk Kronis didefinisikan sebagai batuk yang berlangsung selama lebih dari 4 minggu yang disebabkan oleh berbagai etiologi seperti infeksi, penyakit kronis, atau kondisi lainnya. Gejala utama yang muncul adalah batuk yang terus-menerus, kelelahan, dan perubahan suara.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Batuk Kronis adalah pasien dapat mengenali penyebab batuk, mampu melakukan teknik batuk efektif, bebas dari komplikasi, dan merasa nyaman dengan kondisinya.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Batuk Kronis meliputi:
a. Manajemen Jalan Napas: memantau pola napas, mengajarkan teknik batuk efektif, mengatur posisi tubuh yang nyaman.
b. Manajemen Gejala: memberikan obat-obatan sesuai indikasi, mengatur intake cairan, dan mengajarkan relaksasi.
c. Edukasi Kesehatan: menjelaskan penyebab, prognosis, dan strategi penanganan batuk kronis.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll) untuk penanganan komprehensif.
Dalam konteks pasien dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, pendekatan yang dapat dilakukan adalah memberikan informasi dan edukasi secara rinci dan ilmiah, serta melibatkan pasien dalam perencanaan dan pengambilan keputusan terkait penanganan batuk kronis.