Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14271 | 17 Mar 2025
Klinis : Seorang anak usia 1 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan bila jalan sering menabrak benda didepannya. Perawat mencurigai retinoblastoma. Perawat melakukan pemeriksaan pada mata, memberi sinar menggunakan penlight. Hasil observasi manakah dari pemeriksaan tersebut yang mengindikasikan retinoblastoma ? Kemerahan pada kelopak mata dan keluhan gatal Terdapat bintik putih pada mata (cat eye) Mata memancarkan warna kemerahan Terdapat pembesaran bola mata Tampak ukuran pupil membesar
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Penglihatan Berhubungan Dengan Retinoblastoma". Retinoblastoma adalah tumor ganas pada retina yang sering terjadi pada anak-anak.
Hasil observasi yang mengindikasikan retinoblastoma:
Terdapat bintik putih pada mata (cat eye)
Mata memancarkan warna kemerahan
Terdapat pembesaran bola mata
Penjelasan:
1. Bintik putih pada mata (cat eye) merupakan salah satu tanda khas retinoblastoma, yang disebabkan oleh refleksi cahaya dari tumor di retina.
2. Mata yang memancarkan warna kemerahan (leukokoria) juga merupakan tanda klasik retinoblastoma, akibat tumor yang memantulkan cahaya.
3. Pembesaran bola mata (buftalmia) dapat terjadi karena ukuran tumor yang semakin besar.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penglihatan anak dalam batas normal
2. Tidak ada komplikasi akibat retinoblastoma
3. Anak dan keluarga dapat beradaptasi dengan kondisi retinoblastoma
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status neurologis anak secara berkala
2. Kolaborasi dengan dokter mata untuk pemeriksaan dan penanganan retinoblastoma
3. Edukasi kepada keluarga mengenai retinoblastoma, penatalaksanaannya, dan cara merawat anak
4. Dukungan psikologis bagi anak dan keluarga dalam menghadapi kondisi retinoblastoma
5. Koordinasi dengan tim multidisiplin (dokter, perawat, konselor, dll) untuk perawatan komprehensif
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memantau kondisi anak, mengatasi masalah penglihatan, mencegah komplikasi, dan memberikan dukungan psikologis bagi anak serta keluarganya. Kolaborasi dengan dokter mata, edukasi, dan koordinasi tim multidisiplin sangat penting untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14272 | 17 Mar 2025
Klinis : Keluhan merasa sedih, kehilangan minat dalam aktivitas, kesulitan tidur,dan merasa lelah sepanjang waktu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Depresi
Penjelasan:
Depresi adalah gangguan suasana hati ditandai dengan perasaan sedih, kehilangan minat atau kesenangan dalam melakukan aktivitas, kesulitan tidur, dan kelelahan yang berlangsung terus-menerus. Kondisi ini dapat berdampak signifikan pada fungsi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual individu.
SDKI:
Kode: 10001
Definisi: Gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih, kehilangan minat atau kesenangan dalam melakukan aktivitas, kesulitan tidur, dan kelelahan yang berlangsung terus-menerus.
SLKI:
Kode: 10001
Hasil yang Diharapkan:
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi depresi.
2. Klien dapat mengelola emosi dan perilaku yang sesuai.
3. Klien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
SIKI:
Kode: 10001
Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi depresi.
2. Kaji tanda dan gejala depresi.
3. Berikan dukungan emosional dan motivasi.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan yang komprehensif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar asuhan keperawatan untuk kondisi depresi. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 14273 | 17 Mar 2025
Klinis : 42. Anak laki-laki usia 12 tahun dirawat di ruang isolasi dengan diagnosis leukemia dengan program kemoterapi. Hasil laboratorium: leukosit < 4000/ul, Hb 9 gr/dl. Perawat merumuskan diagnosis risiko infeksi. Apa intervensi yang paling tepat dilakukan pada kasus tersebut? a. Memberikan tranfusi darah b. Memberikan antibiotic c. Memonitor jumlah Hb d. Menerapkan teknik septik aseptic e. Memonitor jumlah leukosit pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah Risiko Infeksi.
Intervensi yang paling tepat dilakukan pada kasus tersebut adalah:
e. Memonitor jumlah leukosit pasien
Penjelasan:
Pada kasus anak laki-laki usia 12 tahun dengan diagnosis leukemia dan menjalani kemoterapi, hasil laboratorium menunjukkan leukosit kurang dari 4000/ul yang mengindikasikan adanya penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia). Leukopenia meningkatkan risiko infeksi pada pasien. Oleh karena itu, intervensi yang paling tepat adalah memonitor jumlah leukosit pasien secara berkala untuk mendeteksi penurunan jumlah leukosit dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah infeksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi Terkendali
Kriteria hasil:
- Tidak terjadi infeksi selama perawatan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Kondisi Pasien
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Pantau jumlah leukosit pasien secara berkala
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium
2. Pencegahan Infeksi
- Terapkan teknik aseptik saat perawatan
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencegah infeksi
3. Manajemen Obat
- Berikan obat-obatan sesuai dengan resep dokter, termasuk antibiotik jika diperlukan
- Pantau efek samping dan interaksi obat-obatan
4. Peningkatan Daya Tahan Tubuh
- Berikan nutrisi yang adekuat
- Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi
- Berikan dukungan psikologis dan spiritual
Penjelasan rinci:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan adalah pemantauan kondisi pasien, pencegahan infeksi, manajemen obat, dan peningkatan daya tahan tubuh. Pemantauan kondisi pasien mencakup pemantauan tanda-tanda vital, jumlah leukosit, dan hasil pemeriksaan laboratorium. Pencegahan infeksi meliputi penerapan teknik aseptik, edukasi kepada pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Manajemen obat termasuk pemberian obat-obatan sesuai resep dokter, termasuk antibiotik jika diperlukan, serta pemantauan efek samping dan interaksi obat-obatan. Peningkatan daya tahan tubuh dapat dilakukan dengan pemberian nutrisi yang adekuat, anjuran aktivitas fisik sesuai toleransi, serta pemberian dukungan psikologis dan spiritual. -
Article No. 14274 | 17 Mar 2025
Klinis : 7. Salah satu tujuan penatalaksanaan terapi pada anak dengan sindrom nefrotik adalah mengurangi retensi cairan dalam jaringan. Apakah tindakan mandiri perawat untuk menjalankan tujuan terapi tersebut? a. Memberikan furosemid oral 1-2 mg/kg setiap 4 jam b. Mengontrol kadar elektrolit dan fungsi ginjal c. Monitor balance cairan dan pembatasan cairan d. Memonitor tingkat creatinine e. Memberikan diet rendah garam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban rinci untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu tujuan penatalaksanaan terapi pada anak dengan sindrom nefrotik adalah mengurangi retensi cairan dalam jaringan, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan Volume Cairan Berhubungan Dengan Retensi Cairan Sekunder Akibat Sindrom Nefrotik
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan Terpelihara
- Indikator:
a. Pasien menunjukkan intake dan output cairan seimbang
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Pasien menunjukkan berat badan stabil
d. Pasien menunjukkan tidak ada edema
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitor Keseimbangan Cairan
- Kaji intake dan output cairan secara akurat
- Monitor tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
- Timbang berat badan pasien secara berkala
- Identifikasi adanya edema
2. Manajemen Cairan
- Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan
- Berikan diuretik sesuai resep, misalnya furosemid oral 1-2 mg/kg setiap 4 jam
- Monitor kadar elektrolit dan fungsi ginjal secara berkala
3. Pengaturan Diet
- Anjurkan diet rendah garam untuk mengurangi retensi cairan
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Gangguan Volume Cairan Berhubungan Dengan Retensi Cairan Sekunder Akibat Sindrom Nefrotik" dipilih karena kondisi anak dengan sindrom nefrotik menunjukkan retensi cairan dalam jaringan yang perlu diatasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah "Keseimbangan Cairan Terpelihara", dengan indikator-indikator yang menunjukkan keseimbangan cairan yang terjaga, seperti intake dan output cairan seimbang, tanda-tanda vital dalam batas normal, berat badan stabil, dan tidak ada edema.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi:
1. Monitor Keseimbangan Cairan: Untuk memantau dan mengidentifikasi adanya gangguan cairan.
2. Manajemen Cairan: Memberikan diuretik sesuai resep, membatasi asupan cairan, dan memantau kadar elektrolit serta fungsi ginjal.
3. Pengaturan Diet: Menganjurkan diet rendah garam untuk mengurangi retensi cairan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu Keseimbangan Cairan Terpelihara. -
Article No. 14275 | 17 Mar 2025
Klinis : 11. Seorang anak usia 2 tahun dibawa ibunya ke posyandu untuk kunjungan rutin. Hasil pemeriksaan perkembangan: anak berdiri dan berjalan dengan jari kaki, tangan dikepal, kurang minat dengan lingkungan sekitar. Riwayat dirawat dengan cerebral palsi. Perawat merumuskan diagnosis keperawatan gangguan tumbuh kembang. Apakah tindakan keperawatan utama untuk masalah keperawatan tersebut? a. Ajarkan orangtua stimulasi perkembangan b. Anjurkan memberikan diet yang sesuai c. Rujuk anak ke rumah sakit d. Anjurkan memberi mainan yang disukai anak e. Lakukan penimbangan berat badan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi anak usia 2 tahun dengan riwayat cerebral palsy yang dideskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan Tumbuh Kembang" (Growth and Development Disturbance). Hal ini didasarkan pada gejala yang ditunjukkan anak, yaitu berdiri dan berjalan dengan jari kaki, tangan dikepal, serta kurang minat dengan lingkungan sekitar. Kondisi ini menunjukkan adanya penyimpangan atau gangguan pada proses tumbuh kembang anak, yang dapat disebabkan oleh riwayat cerebral palsy.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Perkembangan Motorik Kasar: Anak dapat berdiri dan berjalan dengan postur tubuh yang lebih baik, serta menunjukkan kemampuan motorik kasar yang sesuai dengan usianya.
2. Peningkatan Interaksi Sosial: Anak menunjukkan minat dan keterlibatan yang lebih baik dengan lingkungan sekitar.
3. Peningkatan Fungsi Psikososial: Anak dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari dan menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitarnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ajarkan orangtua stimulasi perkembangan:
- Instruksikan orangtua untuk melakukan aktivitas stimulasi perkembangan motorik kasar, seperti melatih berdiri, berjalan, dan menggenggam.
- Beri edukasi tentang stimulasi perkembangan sosial dan emosional, seperti melibatkan anak dalam kegiatan bermain dan interaksi.
- Evaluasi kemajuan perkembangan anak secara berkala dan berikan umpan balik kepada orangtua.
2. Anjurkan memberikan diet yang sesuai:
- Evaluasi status gizi anak dan berikan rekomendasi diet yang tepat untuk mendukung tumbuh kembang.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan anak.
- Pantau asupan nutrisi anak dan lakukan evaluasi berkala.
3. Rujuk anak ke rumah sakit:
- Koordinasi dengan dokter spesialis anak untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan menentukan rencana perawatan yang komprehensif.
- Berikan dukungan dan edukasi kepada orangtua tentang proses rujukan dan perawatan selanjutnya di rumah sakit.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan kontinuitas perawatan anak.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat, kolaborasi dengan tim kesehatan, serta dukungan yang komprehensif bagi orangtua diharapkan dapat membantu meningkatkan tumbuh kembang anak dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14276 | 17 Mar 2025
Klinis : Perawat sedang merawat seorang anak usia 5 tahun dengan diagnosis cerebral palsy. Hasil pemeriksaan ditemukan terdapat spastisitas pada otot karena gangguan motoric pada fungsi saraf.yang ditunjukkan dengan kekakuan otot gerak tangan dan kaki, kekakuan menelan dan bicara. Terapi manakah yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah pada kasus tersebut? Terapi diit Fisioterapi Rawat inap Terapi tradisional Terapi pengobatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Keterbatasan Gerak Akibat Spastisitas otot pada Cerebral Palsy.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, anak usia 5 tahun dengan diagnosis cerebral palsy mengalami spastisitas atau kekakuan otot yang mempengaruhi mobilitas fisik, khususnya pada tangan, kaki, menelan, dan berbicara. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Keterbatasan Gerak Akibat Spastisitas otot pada Cerebral Palsy".
Terapi yang Paling Tepat:
Fisioterapi
Penjelasan:
Terapi yang paling tepat untuk mengatasi masalah pada kasus ini adalah Fisioterapi. Fisioterapi bertujuan untuk meningkatkan fungsi fisik, mengurangi spastisitas, dan memaksimalkan kemampuan gerak anak dengan cerebral palsy. Intervensi fisioterapi dapat meliputi latihan peregangan, latihan kekuatan otot, latihan koordinasi, dan penggunaan alat bantu mobilitas jika diperlukan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Membaik
- Kriteria hasil: Anak dapat melakukan pergerakan bebas tanpa bantuan, rentang gerak sendi normal, tonus otot menurun, dan kemampuan aktivitas sehari-hari meningkat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Spastisitas
- Identifikasi derajat spastisitas
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk terapi latihan fisik yang tepat
- Ajarkan teknik relaksasi otot
- Pertahankan posisi tubuh yang nyaman
- Pantau tanda-tanda komplikasi
2. Peningkatan Mobilitas
- Latihan rentang gerak sendi
- Latihan kekuatan otot
- Latihan koordinasi gerakan
- Ajarkan penggunaan alat bantu mobilitas jika diperlukan
- Evaluasi kemajuan dan modifikasi intervensi sesuai kebutuhan
3. Manajemen Perawatan Diri
- Ajarkan teknik makan, minum, dan berbicara yang aman
- Bantu dan dampingi saat aktivitas sehari-hari
- Libatkan keluarga dalam perawatan
Penjelasan rinci:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan meliputi manajemen spastisitas, peningkatan mobilitas, dan manajemen perawatan diri. Intervensi tersebut bertujuan untuk mengurangi spastisitas, meningkatkan rentang gerak, kekuatan otot, koordinasi, serta membantu anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Kolaborasi dengan fisioterapis sangat penting dalam memberikan terapi yang tepat. Pelibatan keluarga juga diperlukan dalam proses perawatan dan rehabilitasi anak. -
Article No. 14277 | 17 Mar 2025
Klinis : 33. Seorang anak laki-laki usi 5 hari dibawa ibunya dengan keluhan sering muntah 3-4 x/hari. Hasil pemeriksaan: distensi abdomen, bising usus tidak ada, akral hangat, tidak ada lubang anus, BB lahir 3 kg, BB sekarang 2,9 kg, terdapat kloaka. Menurut ibu selama ini urin tidak jernih, flatus dan feses keluar melalui meatus uretra sejak lahir. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut: a. Inkontinensia fekal b. Konstipasi c. Ikterik d. Deficit nutrisi e. Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, masalah keperawatan utama pada kasus tersebut adalah:
d. Deficit nutrisi
Penjelasan:
Pada kasus ini, terdapat beberapa indikasi yang mengarah pada masalah defisit nutrisi, yaitu:
- Berat badan bayi saat ini 2,9 kg, menurun dari berat lahir 3 kg. Hal ini menunjukkan adanya penurunan berat badan yang dapat disebabkan oleh masalah nutrisi.
- Keluhan sering muntah 3-4 kali per hari dapat mengakibatkan gangguan asupan nutrisi dan cairan.
- Distensi abdomen dan tidak adanya bising usus dapat mengindikasikan adanya obstruksi saluran cerna yang dapat menghambat penyerapan nutrisi.
- Kondisi kloaka dengan urin, flatus, dan feses yang keluar melalui meatus uretra sejak lahir dapat menyebabkan gangguan pada asupan dan penyerapan nutrisi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (Kriteria hasil: Turgor kulit baik, output urin adekuat, akral hangat)
2. Tidak ada penurunan berat badan (Kriteria hasil: Berat badan sesuai dengan usia atau meningkat sesuai kurva pertumbuhan)
3. Asupan nutrisi adekuat (Kriteria hasil: Konsumsi kalori dan nutrisi sesuai kebutuhan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan status nutrisi
- Timbang berat badan bayi secara teratur
- Evaluasi asupan nutrisi per oral
- Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, output urin, suhu akral)
2. Pemberian nutrisi parenteral
- Berikan cairan dan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda komplikasi pemberian nutrisi parenteral
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi bayi
- Kolaborasi dalam penyusunan rencana pemberian nutrisi yang adekuat
4. Edukasi kepada orang tua
- Jelaskan kondisi bayi dan pentingnya nutrisi yang adekuat
- Ajarkan teknik pemberian makan yang aman dan tepat
- Beri dukungan dan motivasi kepada orang tua
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi masalah defisit nutrisi pada bayi. -
Article No. 14278 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien laki-laki usia 50 tahun keluhan mual muntah, Tekanan darah 150/90 mmHg, Heart rate 90 x/menit, ureum 160, creatinin 12,9
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci sesuai dengan permintaan Anda:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan mual muntah, tekanan darah 150/90 mmHg, heart rate 90 x/menit, ureum 160, dan creatinin 12,9 adalah:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis berlebih, ditandai dengan mual muntah, tekanan darah tinggi, dan derajat ureum dan creatinin yang tinggi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit: Menunjukkan tanda-tanda cairan dan elektrolit dalam batas normal, ditandai dengan penurunan mual muntah, tekanan darah mendekati nilai normal, dan penurunan kadar ureum dan creatinin dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen cairan:
a. Kaji status cairan pasien, termasuk tanda-tanda dehidrasi atau overload.
b. Monitor intake dan output cairan, serta tanda-tanda ketidakseimbangan cairan.
c. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang akibat diuresis berlebih.
d. Pantau elektrolit serum dan sesuaikan pemberian cairan berdasarkan hasil pemeriksaan.
2. Manajemen elektrolit:
a. Kaji status elektrolit pasien, terutama kadar natrium, kalium, dan klorida.
b. Berikan suplemen elektrolit sesuai kebutuhan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit.
c. Monitor kadar elektrolit serum secara berkala dan sesuaikan pemberian suplemen elektrolit.
3. Manajemen penyakit ginjal:
a. Kaji fungsi ginjal pasien berdasarkan pemeriksaan laboratorium, seperti ureum dan creatinin.
b. Berikan intervensi sesuai dengan kondisi penyakit ginjal, misalnya pembatasan asupan cairan dan natrium.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan tatalaksana yang tepat.
4. Manajemen tanda dan gejala:
a. Kaji tanda dan gejala mual muntah yang dialami pasien.
b. Berikan antiemetik sesuai resep dokter untuk mengurangi mual muntah.
c. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang mudah dicerna.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pengelolaan cairan, elektrolit, fungsi ginjal, serta penanganan tanda dan gejala, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit, serta perbaikan kondisi klinis secara keseluruhan. -
Article No. 14279 | 17 Mar 2025
Klinis : diagnosis pada kasus Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kasus yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek obat antipsikotik dan gejala psikosis akut.
2. Risiko hiperglikemia berhubungan dengan efek samping obat antipsikotik (olanzapine).
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala psikosis akut.
Penjelasan:
1. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek obat antipsikotik dan gejala psikosis akut:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi
Pasien mengalami agitasi berat yang membutuhkan pemberian obat antipsikotik dan antidepresan. Efek samping obat-obatan ini dapat menyebabkan penurunan toleransi aktivitas. Selain itu, gejala psikosis akut juga dapat mempengaruhi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Risiko hiperglikemia berhubungan dengan efek samping obat antipsikotik (olanzapine):
- SDKI: Risiko Hiperglikemia
- SLKI: Kontrol Glukosa Darah
- SIKI: Manajemen Diabetes
Pasien mengalami hiperglikemia saat mendapatkan terapi olanzapine. Olanzapine diketahui dapat memicu peningkatan kadar glukosa darah. Pemantauan dan penatalaksanaan glukosa darah yang tepat diperlukan untuk mencegah komplikasi.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala psikosis akut:
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- SLKI: Kemandirian Perawatan Diri
- SIKI: Asuhan Mandiri
Gejala psikosis akut seperti halusinasi, delusi, dan gangguan proses pikir dapat menyebabkan penurunan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri. Intervensi keperawatan diperlukan untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Secara umum, pendekatan keperawatan yang holistik, kolaboratif, dan berpusat pada pasien diperlukan untuk mengelola kondisi ini. Penggunaan terapi farmakologis dan non-farmakologis, edukasi, serta dukungan psikososial menjadi penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 14280 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien laki-laki usia 50 tahun keluhan mual muntah, Tekanan darah 150/90 mmHg, Heart rate 90 x/menit, ureum 160, creatinin 12,9
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan mual, muntah, hipertensi, dan gangguan keseimbangan elektrolit (ureum 160, kreatinin 12,9).
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami gangguan ginjal yang ditandai dengan peningkatan ureum dan kreatinin. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, seperti mual, muntah, dan hipertensi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nama diagnosis: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Kode diagnosis: 00025
Definisi: Kondisi di mana terjadi perubahan dalam volume dan komposisi cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Cairan dan elektrolit dalam batas normal
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan cairan dan elektrolit
2. Manajemen cairan
3. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi
4. Edukasi terkait manajemen cairan dan diet