Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14421 | 18 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien, laki-laki, usia 65 tahun, pekerjaan pensiunan, dirawat di rumah sakit dengan keluhan sulit buang air kecil sejak 6 bulan terakhir. Pengkajian lebih lanjut pada pasien yaitu: sering buang air kecil di malam hari (nokturia), aliran urin lemah dan terputus-putus, perasaan tidak lampias setelah buang air kecil, harus mengejan saat berkemih, kadang-kadang ada episode retensi urin akut, frekuensi buang air kecil meningkat, terutama pada malam hari menyebabkan tidur terganggu. Akibatnya pasien sering merasa mengantuk di siang hari. Pasien tidak memiliki keluhan demam, nyeri pinggang, atau hematuria. Riwayat Penyakit terdahulu hipertensi terkontrol, tidak ada riwayat diabetes atau penyakit ginjal, tetapi tidak memiliki kebiasaan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan prostat sebelumnya serta edukasi tentang BPH dan pengobatannya. Pasien tidak ada mengalami konstipasi atau diare. Saat dirumah bafsu makan normal, tidak ada perubahan berat badan yang signifikan. Pasien mengonsumsi makanan tinggi protein dan lemak, kurang serat, serta sering minum teh/kopi di malam hari. Asupan cairan cukup, tetapi pasien sering menahan buang air kecil karena kesulitan berkemih. Selam aini pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, tidak ada aktivitas olahraga rutin, namun sering merasa lelah karena gangguan tidur akibat nocturia. Saat dikaji pasien menjawab pertanyaan dengan benar, namun selalu khawatir dan takut mungkinkah akan mengalami kanker prostat serta takut menjalani tindakan medis invasif seperti operasi prostat. Pasien merasa cemas dan malu karena sering ke kamar mandi, dan mengeluh menurunnya kualitas hidup karena keterbatasan dalam aktivitas sosial akibat gangguan berkemih. Saat ini pasien tinggal bersama istri dan anak-anaknya Pasien tidak memiliki mekanisme koping yang jelas, tetapi mendapatkan dukungan dari istri. Tidak ada konflik dalam keluarga, tetapi pasien merasa kurang nyaman ketika harus sering ke toilet saat berkumpul dengan keluarga. Pasien mengatakan tidak ada riwayat disfungsi ereksi yang jelas atau riwayat penyakit menular seksual atau masalah reproduksi lainnya, tetapi pasien merasa kurang percaya diri dalam hubungan seksual karena masalah BPH. Untuk mengurangi kecemasan pasien memiliki keyakinan agama yang kuat dan mengandalkan doa dan menganggap penyakitnya adalah proses penuaan. Pada pemeriksaan fisik tidak tampak tanda infeksi atau nyeri spontan, pada palpasi abdomen ditemukan distensi kandung kemih (+), pemeriksaan Digital Rektal (DRE) ditemukan prostat teraba membesar, berbatas jelas, kenyal, tanpa nodul atau nyeri tekan. Pasien didiagnosa Benigna Hipertrofi Prostat (BPH) dengan Retensi Urin Parsial. Pasien direncanakan untuk operasi Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Pemeriksaan Laboratorium ✔ Urinalisis: • Leukosit sedikit meningkat • Eritrosit (-) • Bakteri (-) ✔ Darah Lengkap: • Hb: 14 g/dL • Leukosit: 7.500/mm³ • Trombosit: 250.000/mm³ ✔ Fungsi Ginjal: • Kreatinin: 1,2 mg/dL ✔ Prostate-Specific Antigen (PSA): • PSA total: 4,5 ng/mL. Pemeriksaan Radiologi & Penunjang Lainnya ✔ USG Prostat & Kandung Kemih: Volume prostat: 45 mL. Sisa urin setelah berkemih (post-void residual volume): 150 mL. Tidak ada batu atau massa dalam kandung kemih. ✔ Uroflowmetri: Aliran urin lambat (Qmax: 8 mL/detik). Waktu berkemih lebih lama. ✔ Sistoskopi (jika perlu): Menunjukkan obstruksi leher kandung kemih akibat prostat yang membesar. Buatlah diagnosa keperawatan sesuai dengan analisa data pada kasus tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Berkemih berhubungan dengan Hipertrofi Prostat Jinak (BPH) yang ditandai dengan nokturia, aliran urin lemah dan terputus-putus, perasaan tidak lega setelah berkemih, mengejan saat berkemih, dan retensi urin akut.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan gangguan tidur akibat nokturia yang menyebabkan pasien sering merasa mengantuk di siang hari.
3. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran akan kemungkinan kanker prostat dan ketakutan terhadap tindakan medis invasif.
4. Perubahan Citra Tubuh berhubungan dengan perasaan malu dan menurunnya kualitas hidup akibat keterbatasan aktivitas sosial karena gangguan berkemih.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Berkemih berhubungan dengan Hipertrofi Prostat Jinak (BPH):
- Gejala yang dialami pasien, seperti nokturia, aliran urin lemah dan terputus-putus, perasaan tidak lega setelah berkemih, dan retensi urin akut, merupakan manifestasi klinis dari BPH.
- BPH adalah pembesaran kelenjar prostat yang menyebabkan obstruksi pada saluran kemih.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan gangguan tidur akibat nokturia:
- Nokturia, yaitu frekuensi berkemih yang meningkat terutama pada malam hari, menyebabkan gangguan tidur bagi pasien.
- Gangguan tidur ini dapat menyebabkan kelelahan dan mengantuk di siang hari, sehingga pasien memiliki intoleransi aktivitas.
3. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran akan kemungkinan kanker prostat dan ketakutan terhadap tindakan medis invasif:
- Pasien merasa khawatir dan takut bahwa kondisinya mungkin kanker prostat, serta takut menjalani tindakan medis invasif seperti operasi prostat.
- Kecemasan ini dapat mempengaruhi proses pengobatan dan pemulihan pasien.
4. Perubahan Citra Tubuh berhubungan dengan perasaan malu dan menurunnya kualitas hidup akibat keterbatasan aktivitas sosial karena gangguan berkemih:
- Sering ke kamar mandi menyebabkan pasien merasa malu dan tidak nyaman saat berkumpul dengan keluarga.
- Keterbatasan aktivitas sosial akibat gangguan berkemih dapat menurunkan kualitas hidup pasien.
Dalam perencanaan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan. -
Article No. 14422 | 18 Mar 2025
Klinis : diagnosa medis mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi mual berdasarkan panduan standar keperawatan di Indonesia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Mual:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi mual berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Mual" (Nausea). Mual didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman di lambung yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping pengobatan, kelainan gastrointestinal, atau kondisi lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Kontrol Mual: Pasien dapat mengendalikan sensasi mual yang dirasakan.
2. Tidak Terjadi Muntah: Pasien tidak mengalami episode muntah selama asuhan keperawatan.
3. Kenyamanan Terjaga: Pasien merasakan kenyamanan fisik dan psikologis selama proses perawatan.
4. Pengetahuan Peningkatan: Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik terkait strategi manajemen mual.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Mual:
- Identifikasi penyebab mual dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis yang tepat.
- Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, dan manajemen stres untuk mengatasi mual.
- Berikan kenyamanan fisik, seperti posisi semi-fowler, kompres dingin, dan pemberian antiemetik.
2. Edukasi Manajemen Mual:
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan strategi pengelolaan mual.
- Berikan informasi tentang obat-obatan dan efek sampingnya.
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan.
3. Monitoring dan Evaluasi:
- Pantau tanda-tanda vital, intake-output, dan frekuensi episode mual/muntah.
- Evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengevaluasi kemajuan kondisi pasien.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol mual yang baik, tidak terjadi muntah, kenyamanan terjaga, serta peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga dalam mengelola kondisi mual. -
Article No. 14423 | 18 Mar 2025
Klinis : diagnosa medis mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai hal-hal yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Mual:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi mual berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Mual". Mual adalah sensasi ketidaknyamanan di epigastrium yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah. Kondisi ini sering terjadi sebagai respons terhadap berbagai penyebab, seperti efek samping obat, infeksi, atau kondisi medis tertentu.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai beberapa luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Mual: Pasien dapat mengendalikan dan mengurangi sensasi mual yang dirasakan.
2. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan kenyamanan dan kepuasan selama masa perawatan.
3. Pengetahuan: Pasien dan keluarga memahami faktor penyebab, pencegahan, dan penanganan mual.
4. Partisipasi dalam Perawatan: Pasien dan keluarga terlibat aktif dalam proses perawatan dan pengambilan keputusan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Mual:
- Identifikasi faktor penyebab mual, seperti efek samping obat, infeksi, atau kondisi medis lainnya.
- Berikan antiemetik sesuai resep dokter untuk mengurangi sensasi mual.
- Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, dan visualisasi positif untuk mengatasi mual.
- Modifikasi diet dengan makanan/minuman yang dapat mengurangi mual.
2. Manajemen Kenyamanan:
- Tingkatkan kenyamanan pasien dengan pengaturan posisi yang tepat, pemberian bantalan, dan manajemen gejala lainnya.
- Hindari stimulasi yang dapat memperburuk mual, seperti bau-bauan atau suara bising.
- Berikan dukungan emosional dan komunikasi yang efektif untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, pencegahan, dan penanganan mual.
- Ajarkan teknik manajemen mual yang dapat dilakukan mandiri oleh pasien.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan.
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain:
- Lakukan kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain untuk menentukan penanganan yang komprehensif.
- Koordinasikan pemberian obat, diet, dan intervensi lain secara terpadu.
Dengan memperhatikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu mengatasi kondisi mual pada pasien secara efektif. -
Article No. 14424 | 18 Mar 2025
Klinis : diagnosa medis mual
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis mual dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual
Penjelasan:
Kode ICD-10 R11.0 merupakan kode untuk diagnosis mual. Mual adalah gejala yang umum terjadi dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gangguan gastrointestinal, efek samping obat, kehamilan, atau kondisi lainnya. Pengkodean menggunakan kode ICD-10 ini membantu dalam dokumentasi dan pengelolaan data klinis terkait kondisi mual.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk mual.
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang secara spesifik dikaitkan dengan diagnosis mual dalam klasifikasi ICD-9-CM. Penanganan mual biasanya dilakukan melalui terapi farmakologis, seperti pemberian antiemetik, atau melalui intervensi non-farmakologis, seperti modifikasi gaya hidup dan diet.
Dalam konteks pengkodean, diagnosis mual (R11.0) akan tercatat dalam rekam medis pasien, sedangkan tindakan atau prosedur yang dilakukan untuk menangani mual akan direpresentasikan oleh kode-kode ICD-9-CM yang sesuai dengan jenis intervensi yang diberikan, misalnya pemberian antiemetik atau intervensi lainnya. -
Article No. 14425 | 18 Mar 2025
Klinis : diagnosa medis mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi mual:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi mual berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Mual" (Nausea). Mual didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman di perut yang mengarah pada keinginan untuk muntah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping pengobatan, infeksi, gangguan gastrointestinal, atau kondisi lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi mual adalah:
1. Kontrol Mual: Pasien mampu mengendalikan rasa mual yang dialami.
2. Kenyamanan: Pasien mencapai tingkat kenyamanan yang optimal.
3. Integritas Mukosa Gastrointestinal: Mukosa gastrointestinal pasien tetap utuh dan sehat.
4. Manajemen Nutrisi: Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang optimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada kondisi mual adalah:
1. Manajemen Mual
- Identifikasi penyebab mual
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan mual
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi mual
- Berikan antiemetik sesuai indikasi
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi stimulus yang memicu mual
2. Manajemen Nutrisi
- Evaluasi status nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Berikan makanan dan cairan yang dapat ditoleransi dengan baik
- Ajarkan teknik makan yang dapat mengurangi mual
3. Manajemen Kenyamanan
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu kenyamanan pasien
- Berikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan, seperti posisi yang nyaman, terapi komplementer, dan manajemen nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan masalah kenyamanan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, menyusun rencana asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien, dan melaksanakan intervensi yang sesuai untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 14426 | 18 Mar 2025
Klinis : diagnosa medis mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci untuk menangani kondisi mual berdasarkan standar asuhan keperawatan yang ada.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi mual adalah "Mual (00134)". Mual didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman di ulu hati yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping obat, kimiawi, psikologis, atau bahkan terkait dengan penyakit tertentu.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Kontrol Mual: Pasien mampu mengendalikan sensasi mual yang dirasakan.
2. Tidak Terjadi Muntah: Pasien tidak mengalami episode muntah selama perawatan.
3. Peningkatan Kenyamanan: Pasien merasakan peningkatan kenyamanan secara fisik dan psikologis.
4. Pengetahuan Manajemen Mual: Pasien memiliki pengetahuan yang baik tentang cara mengelola mual.
5. Partisipasi dalam Perawatan: Pasien terlibat aktif dalam proses perawatan dan pengambilan keputusan terkait penanganan mual.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Mual (6740):
- Identifikasi faktor penyebab mual (misalnya obat, makanan, stres, dll.)
- Berikan antiemetik sesuai resep medis
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi sensasi mual
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat membantu mengatasi mual
- Pantau tanda-tanda vital dan status cairan pasien
2. Manajemen Nutrisi (1100):
- Evaluasi status nutrisi pasien
- Berikan makanan dan minuman yang mudah dicerna dan tidak memperparah mual
- Atur jadwal pemberian makan kecil tapi sering
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
3. Manajemen Rasa Nyaman (1400):
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
- Berikan posisi yang nyaman bagi pasien
- Lakukan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi rasa tidak nyaman (misalnya terapi aroma, kompres hangat/dingin)
- Monitor dan atasi keluhan lain yang dapat memengaruhi rasa nyaman
4. Edukasi Manajemen Mual (5602):
- Jelaskan penyebab, gejala, dan manajemen mual kepada pasien dan keluarga
- Ajarkan teknik-teknik untuk mengelola mual di rumah
- Berikan materi edukasi tertulis dan instruksikan pasien untuk mempelajarinya
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi dan perawatan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mampu mengendalikan mual, mencegah muntah, meningkatkan kenyamanan, dan memiliki pengetahuan yang baik untuk mengelola kondisi mualnya. -
Article No. 14427 | 18 Mar 2025
Klinis : Ny. B masuk rumah sakit dengan keluhan merasakan nyeri pinggang sejak 1 hari SMRS. Nyeri pinggang hilang timbul, namun tidak kunjung membaik. Selain itu pasien mengatakan BAK nyeri, nyeri yang dirasakan seperti melilit. Pasien memiliki kebiasaan minum-minuman bersoda dan jarang meminum air putih serta tidak diimbangi dengan kegiatan olah raga rutin. Pengkajian pre operasi: Pasien mengeluh nyeri pinggang kiri, kolik dan disertai hematuria, nyeri dirasakan menjalar hingga ke bagian depan. Pasien juga mengatakan BAK sering tidak tuntas, anyang-anyang, BAK nyeri. Pasien direncanakan untuk tindakan PCNL yang akan dijadwalkan 2 hari mendatang. Pasien sedikit cemas karena akan dilakukan operasi. Ini merupakan operasi yang pertama pasien. Pasien mengatakan mual muntah (+), konjungtiva tidak anemis sklera tidak ikterik. Pasien masih mampu melakukan aktivitas seperti ke kamar mandi meskipun kadang harus menahan nyeri pinggang. Pengkajian post operasi hari pertama pasien mengeluh nyeri hilang timbul, nyeri pinggang kiri, bertambah saat digerakkan, rasa seperti di tusuk-tusuk, skala 4-5 selama 5-10 menit. Terdapat luka post operasi di area PCNL di pinggang kiri yang tertutup verban. Pasien merupakan ibu rumah tangga dengan 2 orang anak. Ketika sakit peran sebagai ibu sedikit terhambat, namun keluarga memberi support penuh untuk kesembuhan klien. Pasien kooperatif saat perawat dan dokter melakukan perawatan dan mendukung tindakan medis dan keperawatan untuk kesembuhan. Hasil pemeriksaan TTV: TD 140/70 mmHg, N 72 x/menit nadi teraba kuat dan teratur, RR 18 x/menit, irama nafas teratur, vesikuler ki =ka. Pemeriksaan Penunjang Pre-Op: Hasil urinalisa (21/6/17): Albumin: +2, kristal kalsium oksalat +. Hasil CT Scan abdomen hidronefrosis grade IV kiri dan hidroureter proximal sampai distal e.c. batu ureter distal ukuran ± 1,26 x 1,79 x 4,21 Hasil laboratotium → Hb = 10 gr/dl, Ht 30%. Data Subjektif: a. Keluhan Nyeri: • Nyeri pinggang sejak 1 hari SMRS. • Nyeri pinggang hilang timbul, tidak kunjung membaik. • Nyeri dirasakan seperti melilit. • Nyeri menjalar hingga ke bagian depan. • Nyeri pinggang kiri, kolik, dan bertambah saat digerakkan. • Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala 4-5 selama 5-10 menit. b. Gejala Lain: • BAK nyeri, sering tidak tuntas, dan anyang-anyangan. • Mual muntah (+). • Pasien cemas karena akan dilakukan operasi (ini merupakan operasi pertama pasien). c. Kebiasaan: • Kebiasaan minum minuman bersoda dan jarang meminum air putih. • Tidak diimbangi dengan kegiatan olahraga rutin. d. Peran dalam Keluarga: • Peran sebagai ibu sedikit terhambat karena sakit, namun keluarga memberi dukungan penuh. Data Objektif: a. Pemeriksaan Fisik: • TTV: o TD: 140/70 mmHg o Nadi: 72 x/menit, teraba kuat dan teratur. o RR: 18 x/menit, irama nafas teratur, vesikuler. • Konjungtiva tidak anemia, sklera tidak ikterik. • Luka post operasi di area PCNL di pinggang kiri yang tertutup verban. b. Pemeriksaan Penunjang Pre-Operasi: • Hasil urinalisa: o Albumin: +2 o Kristal kalsium oksalat: + • Hasil CT Scan abdomen: o Hidronefrosis grade IV kiri dan hidroureter proximal sampai distal e.c. batu ureter distal ukuran ± 1,26 x 1,79 x 4,21. • Hasil laboratorium: o Hb: 10 gr/dl o Ht: 30%. tentukan diagnosa aktual yang dapat diangkat dari kasus diatas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan jaringan.
Faktor yang berhubungan: Agen cedera biologis (batu saluran kemih).
2. Gangguan Eliminasi Urin
Definisi: Perubahan pola berkemih yang mengganggu fungsi fisiologis normal.
Faktor yang berhubungan: Obstruksi (batu saluran kemih).
3. Ansietas
Definisi: Respon emosional dan fisiologis terhadap sumber ancaman atau bahaya yang tidak jelas atau tidak diketahui.
Faktor yang berhubungan: Prosedur pembedahan yang belum pernah dialami sebelumnya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
Kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
c. Pasien mengetahui penyebab dan faktor yang memengaruhi nyeri.
2. Pola Berkemih Kembali Normal
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat buang air kecil dengan lancar.
b. Pasien tidak mengalami nyeri saat buang air kecil.
c. Pasien tidak mengalami infeksi saluran kemih.
3. Tingkat Kecemasan Terkendali
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
c. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor pencetus.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
c. Ajarkan pasien teknik non-farmakologis, seperti kompres hangat, distraksi, dan relaksasi.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
2. Manajemen Eliminasi
a. Pantau tanda-tanda infeksi saluran kemih, seperti nyeri saat berkemih, urine keruh, dan bau urine yang tidak normal.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi sesuai indikasi, seperti antibiotik atau tindakan untuk mengatasi obstruksi.
c. Ajarkan pasien tentang pola minum yang baik, seperti minum air putih yang cukup.
d. Pantau jumlah dan karakteristik urine pasien.
3. Manajemen Kecemasan
a. Kaji tingkat kecemasan pasien dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.
b. Berikan informasi yang jelas dan lengkap tentang prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
c. Ajarkan teknik relaksasi, seperti pernafasan dalam, untuk mengurangi kecemasan.
d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional bagi pasien.
e. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan data yang diberikan adalah Nyeri Akut, Gangguan Eliminasi Urin, dan Ansietas. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan meliputi Nyeri Terkontrol, Pola Berkemih Kembali Normal, dan Tingkat Kecemasan Terkendali. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran mencakup Manajemen Nyeri, Manajemen Eliminasi, dan Manajemen Kecemasan. Setiap poin dijelaskan secara rinci dan terperinci sesuai dengan kebutuhan pasien, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat. -
Article No. 14428 | 18 Mar 2025
Klinis : Pasien sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk menyakiti diri sendiri dan orang lain Pasien sering merasa ada orang yang mengikutinya dan ingin mencelakainya Pasien pernah memukul adiknya karena merasa adiknya bersekongkol untuk mencelakainya Pasien pernah memecahkan kaca jendela rumah dan mencoba membakar kamarnya sendiri Pasien sulit tidur Pasien mulai menggunakan sabu-sabu dan ekstasi sejak usia 22 tahun karena diajak teman-temannya Pasien menggunakan NAPZA untuk merasa lebih percaya diri dan berenergi Dalam lima tahun terakhir, pasien sering mengonsumsi NAPZA dalam jumlah berlebihan, terutama saat merasa stres atau marah. Pasien masih memiliki harapan untuk sembuh dan percaya bahwa tenaga kesehatan dapat membantunya dalam proses pemulihan Pasien masuk ke IGD setelah mengamuk dan mencoba melukai dirinya sendiri dengan pisau Dalam enam bulan terakhir, pasien semakin sering mengamuk tanpa alasan yang jelas Pasien pernah mencoba bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangannya menggunakan pisau Di ruangan perawatan, pasien terlihat gelisah dan sering mondar-mandir. Pasien berbicara sendiri, tertawa tanpa sebab, dan sesekali berteriak marah Pasien sering menatap tajam ke arah orang lain sehingga teman-teman satu ruangan merasa takut mendekatinya Terkadang sulit fokus saat diajak berkomunikasi dengan dokter dan perawat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala-gejala yang Anda jelaskan, dapat ditegakkan diagnosis keperawatan:
1. Halusinasi
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Halusinasi
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemulihan Halusinasi
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Halusinasi
Penjelasan:
Pasien mengalami halusinasi pendengaran yang menyuruhnya untuk menyakiti diri sendiri dan orang lain. Pasien juga mengalami halusinasi penglihatan di mana ia merasa ada orang yang mengikutinya dan ingin mencelakainya.
2. Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan
- SLKI: Pengendalian Perilaku Kekerasan
- SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
Penjelasan:
Pasien telah menunjukkan perilaku kekerasan dengan memukul adiknya dan mencoba melukai dirinya sendiri. Pasien juga sering mengamuk tanpa alasan yang jelas, sehingga berisiko melakukan perilaku kekerasan terhadap diri sendiri maupun orang lain.
3. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Kualitas Tidur Membaik
- SIKI: Manajemen Insomnia
Penjelasan:
Pasien mengalami kesulitan tidur, yang dapat disebabkan oleh gejala halusinasi dan kecemasan yang dialaminya.
4. Penyalahgunaan Zat
- SDKI: Penyalahgunaan Zat
- SLKI: Pemulihan Fungsi
- SIKI: Manajemen Putus Zat
Penjelasan:
Pasien telah menggunakan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) sejak usia 22 tahun, dan semakin sering mengonsumsinya dalam jumlah berlebihan, terutama saat merasa stres atau marah.
Secara umum, pasien ini memerlukan perawatan yang komprehensif, mencakup intervensi keperawatan untuk mengatasi halusinasi, risiko perilaku kekerasan, gangguan pola tidur, dan penyalahgunaan zat. Selain itu, pasien juga perlu mendapatkan dukungan psikologis dan rehabilitasi untuk membantu proses pemulihan. -
Article No. 14429 | 18 Mar 2025
Klinis : manajemen kesehatan termasuk preventif primer, sekunder, atau tersier
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi manajemen kesehatan yang mencakup preventif primer, sekunder, dan tersier.
Diagnosa Keperawatan:
1. Manajemen Kesehatan Primer: Promosi Kesehatan
- Definisi: Kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan yang optimal.
- Tujuan: Mendukung individu, keluarga, dan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup sehat.
- Intervensi Keperawatan: Edukasi gaya hidup sehat, pengembangan keterampilan hidup sehat, dan fasilitasi akses ke sumber daya kesehatan.
2. Manajemen Kesehatan Sekunder: Deteksi Dini
- Definisi: Kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat untuk mengenali tanda dan gejala penyakit secara dini.
- Tujuan: Memfasilitasi individu, keluarga, dan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini.
- Intervensi Keperawatan: Skrining kesehatan, edukasi tanda dan gejala penyakit, dan koordinasi dengan pelayanan kesehatan.
3. Manajemen Kesehatan Tersier: Rehabilitasi
- Definisi: Kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi fisik, mental, dan sosial yang optimal.
- Tujuan: Memfasilitasi individu, keluarga, dan masyarakat dalam proses pemulihan dan peningkatan kualitas hidup.
- Intervensi Keperawatan: Terapi fisik, terapi okupasi, terapi psikologis, dan koordinasi dengan tim rehabilitasi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan panduan yang digunakan oleh perawat dalam mengidentifikasi masalah kesehatan pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengevaluasi hasil dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah panduan yang digunakan perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya memahami bahwa manajemen kesehatan yang komprehensif mencakup tiga level preventif: primer, sekunder, dan tersier. Setiap level memiliki diagnosa keperawatan, tujuan, dan intervensi yang spesifik untuk mendukung individu, keluarga, dan masyarakat dalam mencapai kesehatan optimal. -
Article No. 14430 | 18 Mar 2025
Klinis : M.N., usia 40 tahun, dirawat dengan kolesistitis akut. Setelah menjalani kolesistektomi terbuka, ia dirawat di lantai bedah. Dia memiliki selang nasogastrik untuk penyedotan dinding rendah secara terus menerus, infus oneperifer, dan balutan perut yang besar. M.N berkata ia merasakan nyeri skala 7 (dari 1-10), dibagian post operasi rasanya seperti ditusuk tusuk. Intruksi dokter adalah sebagai berikut: Diet rendah lemak sesuai toleransi, D5 ½ NS dengan 40 mEq KCl pada 125 mL/jam. Tekanan darah 148/82 mmHg, Denyut jantung 118 kali/menit, Frekuensi nafas 24 kali/menit, Suhu 101° F (38,3°C), SaO2 88%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kasus M.N. sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Agen cedera biologis (pembedahan kolesistektomi terbuka).
- Gejala dan tanda mayor: Ekspresi wajah mengernyit, mengeluh nyeri, skala nyeri 7 dari 10.
b. Risiko Perubahan Volume Cairan
- Definisi: Berisiko mengalami perubahan jumlah dan komposisi cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Prosedur pembedahan, pemasangan selang nasogastrik, dan infus.
c. Risiko Infeksi
- Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Pembedahan, pemasangan selang nasogastrik, dan balutan perut yang besar.
2. Penjelasan Singkat:
a. Nyeri Akut:
- SLKI: Tingkat Nyeri Terkontrol
- SIKI: Manajemen Nyeri, Relaksasi, Terapi Sentuhan
b. Risiko Perubahan Volume Cairan:
- SLKI: Keseimbangan Cairan Terkendali
- SIKI: Manajemen Cairan, Terapi Intravena
c. Risiko Infeksi:
- SLKI: Tidak Terjadi Infeksi
- SIKI: Pencegahan Infeksi, Perawatan Luka Operasi
Secara keseluruhan, fokus utama perawatan akan menekankan pada manajemen nyeri, pemantauan dan pengendalian cairan, serta pencegahan infeksi untuk memfasilitasi pemulihan pasca operasi M.N.