Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14411 | 18 Mar 2025
Klinis : preeklamsia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi preeklamsia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan edema, peningkatan berat badan, dan hipertensi.
2. Risiko syok berhubungan dengan penurunan curah jantung dan hipovolemia.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan dan ketidaknyamanan akibat gejala preeklamsia.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Standar diagnosis keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan intervensi yang tepat.
- Dalam kasus preeklamsia, diagnosis keperawatan yang muncul terkait dengan gangguan cairan dan elektrolit, gangguan kardiovaskular, serta gangguan tidur dan istirahat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Standar yang menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Pada pasien dengan preeklamsia, luaran yang diharapkan mencakup stabilitas tanda-tanda vital, tidak terjadi komplikasi, serta tercapainya pola tidur yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Standar yang menggambarkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan pada pasien preeklamsia dapat meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan dan elektrolit secara hati-hati, pengaturan lingkungan untuk mendukung tidur, serta pemberian edukasi dan dukungan psikologis.
Secara akademis, standar-standar ini merupakan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar, khususnya dalam penanganan pasien dengan kondisi preeklamsia. -
Article No. 14412 | 18 Mar 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi demam.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi demam adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, penyakit, atau paparan lingkungan. Pada kondisi ini, terjadi peningkatan suhu tubuh yang melebihi batas normal, yang dapat menimbulkan gejala-gejala seperti rasa tidak nyaman, kelemahan, dan dehidrasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh menurun dan berada dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C).
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.
3. Pasien menunjukkan peningkatan level kesadaran dan aktivitas.
4. Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat, seperti turgor kulit yang baik dan mukosa yang lembab.
5. Pasien melaporkan adanya penurunan rasa tidak nyaman atau gejala yang terkait dengan demam.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Mengukur suhu tubuh pasien secara berkala (misalnya setiap 4 jam) untuk memantau perkembangan suhu.
- Memantau tanda-tanda vital lainnya, seperti nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.
2. Manajemen Demam
- Memberikan kompres hangat atau dingin pada area tubuh pasien untuk membantu menurunkan suhu.
- Memberikan obat penurun demam (antipiretik) sesuai dengan resep dokter.
- Memastikan pasien mengonsumsi cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang akibat demam.
3. Manajemen Kenyamanan
- Membantu pasien untuk beristirahat dan mengurangi aktivitas fisik.
- Memberikan lingkungan yang nyaman, tenang, dan sejuk untuk mendukung penurunan suhu tubuh.
- Memantau tanda-tanda ketidaknyamanan atau gejala lain yang mungkin muncul dan mengelolanya secara efektif.
4. Edukasi dan Dukungan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan manajemen demam.
- Mendorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan dan pemantauan kondisi.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga selama proses pemulihan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan pulih dari kondisi demam secara optimal. -
Article No. 14413 | 18 Mar 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi demam.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Definisi:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Faktor Terkait:
- Infeksi
- Dehidrasi
- Gangguan sistem termoregulasi
- Cedera otak
- Obat-obatan
Gejala dan Tanda:
- Peningkatan suhu tubuh
- Kulit terasa panas
- Wajah kemerahan
- Gemetar
- Sakit kepala
- Malaise
Luaran Keperawatan (SLKI):
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Tidak terjadi komplikasi akibat hipertermia
- Pasien mampu menjaga suhu tubuh dalam rentang normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pemantauan suhu tubuh
- Pengaturan lingkungan untuk menurunkan suhu
- Pemberian cairan dan elektrolit
- Manajemen nyeri
- Pemberian obat penurun demam, jika perlu
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen demam
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, menentukan diagnosa keperawatan yang tepat, menetapkan luaran yang diharapkan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi kondisi hipertermia pada pasien. Tujuan utamanya adalah untuk menurunkan suhu tubuh, mencegah komplikasi, dan memastikan pemulihan pasien. -
Article No. 14414 | 18 Mar 2025
Klinis : ibu hamil G3P0A2 minggu ke 35 dengan tekanan darah 151/107mmHg berat badan 94,01kg dengan keluhan kaki dan tangan bengkak dan kebas dan merasa sesak, nyeri pada bagian perut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi ibu hamil yang Anda sampaikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Risiko Preeklampsia Tinggi
- Definisi: Kondisi peningkatan tekanan darah, protein dalam urin, dan edema yang terjadi pada ibu hamil setelah usia kehamilan 20 minggu.
- Karakteristik Definisi: Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg, disertai proteinuria dan/atau edema.
- Faktor Risiko: Usia ibu ≥35 tahun, primigravida, riwayat preeklampsia, kehamilan ganda, penyakit ginjal, diabetes, hipertensi kronis, obesitas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Tekanan Darah Terkendali
- Definisi: Tekanan darah dalam batas normal sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan.
- Kriteria Hasil:
1) Tekanan darah sistolik 120-140 mmHg
2) Tekanan darah diastolik 80-90 mmHg
b. Edema Berkurang
- Definisi: Pengurangan pembengkakan cairan pada jaringan tubuh.
- Kriteria Hasil:
1) Pengurangan pembengkakan pada tungkai dan ekstremitas
2) Pengurangan rasa kebas pada tungkai dan ekstremitas
c. Nyeri Perut Terkontrol
- Definisi: Pengurangan sensasi ketidaknyamanan yang dirasakan di area perut.
- Kriteria Hasil:
1) Skala nyeri ≤3 (0-10 skala)
2) Pasien dapat mengendalikan nyeri melalui intervensi yang efektif
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Tekanan Darah
- Definisi: Kegiatan pengukuran dan evaluasi tekanan darah pasien.
- Tujuan: Mengidentifikasi perubahan tekanan darah, memantau efektivitas intervensi.
- Aktivitas:
1) Mengukur tekanan darah secara teratur
2) Mencatat hasil pengukuran tekanan darah
3) Mengevaluasi tren tekanan darah
b. Manajemen Edema
- Definisi: Intervensi untuk mengurangi pembengkakan cairan pada jaringan tubuh.
- Tujuan: Mengurangi edema pada ekstremitas.
- Aktivitas:
1) Menganjurkan elevasi ekstremitas
2) Menganjurkan istirahat yang cukup
3) Memberikan kompres dingin pada area yang bengkak
c. Manajemen Nyeri
- Definisi: Intervensi untuk mengurangi sensasi ketidaknyamanan yang dirasakan.
- Tujuan: Mengurangi nyeri perut yang dirasakan.
- Aktivitas:
1) Mengkaji karakteristik nyeri
2) Memberikan analgesik sesuai instruksi medis
3) Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri
Berdasarkan kondisi yang disampaikan, ibu hamil tersebut memiliki risiko preeklampsia tinggi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, edema, dan nyeri perut. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tekanan darah, manajemen edema, dan manajemen nyeri untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu tekanan darah terkendali, edema berkurang, dan nyeri perut terkontrol. -
Article No. 14415 | 18 Mar 2025
Klinis : ibu hamil G3P0A2 minggu ke 35 dengan tekanan darah 151/107mmHg berat badan 94,01kg dengan keluhan kaki dan tangan bengkak dan kebas dan merasa sesak, nyeri pada bagian perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif
- SDKI: Penurunan kemampuan pengiriman oksigen dan nutrisi ke otak yang dapat menimbulkan kerusakan otak
- SLKI: Meningkatkan fungsi serebral, memantau tekanan darah, mencegah komplikasi serebrovaskular
- SIKI: Manajemen Hipertensi, Pemantauan Neurologi, Manajemen Edema
2. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas harian
- SLKI: Meningkatkan toleransi aktivitas, mengurangi kelelahan, mengelola aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, Perawatan Diri: Aktivitas/Latihan
3. Nyeri akut
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
- SLKI: Mengurangi rasa nyeri, meningkatkan kemampuan koping, memantau tanda-tanda vital
- SIKI: Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, Terapi Komplementer
Penjelasan Singkat:
1. Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif:
- Pasien memiliki tekanan darah tinggi (151/107 mmHg) yang dapat menyebabkan penurunan aliran darah dan oksigenasi ke otak.
- Perlu pemantauan tekanan darah, tanda-tanda neurologis, dan pencegahan komplikasi serebrovaskular.
2. Intoleransi aktivitas:
- Pasien mengalami gejala seperti bengkak pada kaki dan tangan serta sesak napas, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Perlu manajemen aktivitas dan energi untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan mengurangi kelelahan.
3. Nyeri akut:
- Pasien mengalami nyeri pada bagian perut, yang dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis selama kehamilan.
- Perlu manajemen nyeri yang tepat, terapi relaksasi, dan terapi komplementer untuk mengurangi rasa nyeri.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, saya telah memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. -
Article No. 14416 | 18 Mar 2025
Klinis : ibu hamil G3P0A3 kehamilan 35 minggu dengan tekanan darah 151/107mmHg, berat badan 94kg, dengan keluhan tangan dan kaki bengkak, merasa sesak dan nyeri pada abdomen
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensisecara patologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kelebihan volume cairan: Keadaan di mana individu mengalami peningkatan volume cairan tubuh, yang dapat mengganggu fungsi fisiologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hidrasi Cairan Tubuh Membaik
2. Tekanan Darah Terkendali
3. Nyeri Berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Cairan
2. Manajemen Hipertensi
3. Manajemen Nyeri
Penjelasan Singkat:
Ibu hamil dengan usia kehamilan 35 minggu mengalami tanda-tanda kelebihan volume cairan, seperti bengkak pada tangan dan kaki, serta sesak napas. Tekanan darah yang tinggi (151/107 mmHg) dan berat badan yang meningkat (94 kg) juga mengindikasikan adanya retensi cairan secara patologis. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi secara patologis. Tujuan keperawatan yang ingin dicapai adalah hidrasi cairan tubuh membaik, tekanan darah terkendali, dan nyeri berkurang. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan cairan, manajemen hipertensi, dan manajemen nyeri. -
Article No. 14417 | 18 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 58 tahun dengan riwayat merokok seratus pak selama setahun, riwayat Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Sekitar dua tahun yang lalu lidah pasien sudah mulai nampak ada warna merah dan hitam namun tidak segera mencari pertolongan medis. Ia terus merokok. Sekitar enam bulan yang lalu pasien berobat setelah muncul tanda dan gejala seperti berikut ini: Perasaan bahwa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan. Kesulitan mengunyah atau menelan. Kesulitan menggerakkan lidah. Kesulitan mengartikulasikan kata Lidah mati rasa. Hasil pemeriksaan menunjukkan karsinoma skuamosa oral dari dua pertiga anterior lidah dan lantai mulut yang telah menyebar ke kelenjar getah bening servikal. Ia diobati dengan reseksi bedah pada lidah reseksi luas tulang dan jaringan lunak. Keganasan tumbuh: Keganasan berkembang dengan cepat meskipun pengobatan telah didapatkan dan menghasilkan nekrosis jaringan luas yang mengakibatkan gejala tambahan. Komunikasi sudah tidak dapat dipahami dengan baik Kehilangan gigi secara ekstensif disertai dengan rusaknya lidah sehingga sangat sulit untuk menelan Cacat wajah yang parah Nyeri ulkus non-nekrotik yang tinggi. Sakit wajah. Pengobatan yang diberikan: Metadon (50 mg tiga kali sehari) Morfin sulfat (50 mg setiap empat jam) untuk nyeri Haloperidol (0,5 mg setiap enam jam) untuk mual dan muntah Lorazepam (0,5 mg setiap empat jam) untuk kegelisahan Kondisi pasien semakin parah sehingga mendapatkan terapi tambahan: Konversi dari metadon oral ke infus morfin (6 mg/jam) Anestesi terkontrol pasien (PCA) infus morfin sulfat 2 mg setiap 15 menit sesuai kebutuhan Lorazepam (0,5 mg setiap 4 jam) Gel metronidazol yang dioleskan ke jaringan ulserasi pada wajah (untuk mengendalikan infeksi lokal dan dengan demikian bau busuknya) Oksigen melalui kanula hidung; dan Kipas angin dengan lembut meniup wajahnya Gejala memburuk: Pasien sangat menderita dan ini menyebabkan penderitaan yang parah bagi istri tercintanya dan anak-anak yang tidak tahan melihatnya menderita dengan cara ini. Karena rasa sakit yang tidak dapat diatasi dan refrakter terhadap seu tindakan paliatif, sedasi paliatif diajukan sebagai pendekatan manusiawi dan welas asih untuk menghilangkan penderitaannya. Setelah penjelasan prosedurnya, dia dan keluarganya dengan mudah menyetujui sedasi paliatif yang dalam dan terus-menerus. Dokumen informed consent ditandatangani dan sebuah catatan yang menjelaskan indikasi dan rencana untuk sedasi paliatif dicatat di tabel pasien. Bolus midazolam 4-mg kemudian diberikan, dilanjutkan dengan infus subkutan terus menerus sebesar 1.5 mg midazolam per jam. Skala Sedasi Ramsay digunakan untuk memantau kedalaman sedasi, dan dosis midazolam dititrasi ke atas untuk mempertahankan tingkat sedasi yang dalam (bolus 4 mg setiap 30-60 menit, sesuai kebutuhan, digunakan, dengan infus terus menerus meningkat. dengan 0,5 mg / jam setelah setiap bolus). Ia dibius dalam waktu 10 menit, namun setelah 30 menit ia masih terangsang dengan stimulasi verbal dan mengeluhkan rasa sakit. Jadi bolus kedua midazolam diberikan dan infusnya meningkat menjadi 2 mg / jam. Titrasi berlanjut selama beberapa jam berikutnya sampai dia sangat terbius, dengan dosis 5 mg / jam yang dibutuhkan untuk mempertahankan obat penenang dalam dan terus-menerus. Dia meninggal 4 hari kemudian
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan pertumbuhan tumor dan nekrosis jaringan.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan struktur lidah dan wajah.
3. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan.
4. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan cacat wajah.
5. Kelelahan berhubungan dengan penyakit kronis dan efek samping pengobatan.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Gangguan Komunikasi Verbal:
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol yang bermakna dalam komunikasi verbal.
- SLKI: Manajemen Komunikasi
- SIKI: Terapi Wicara
3. Risiko Aspirasi:
- SDKI: Rentan terhadap masuknya cairan, makanan, dan benda asing ke dalam saluran pernapasan.
- SLKI: Manajemen Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Nutrisi
4. Perubahan Citra Tubuh:
- SDKI: Perubahan persepsi atau gambaran mental tentang penampilan fisik diri sendiri.
- SLKI: Manajemen Citra Tubuh
- SIKI: Konseling Citra Tubuh
5. Kelelahan:
- SDKI: Kurangnya energi dan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
- SLKI: Manajemen Energi
- SIKI: Manajemen Kelelahan
Dalam kasus ini, perawat perlu memberikan intervensi yang komprehensif untuk mengelola nyeri, memfasilitasi komunikasi, mencegah aspirasi, mendukung penerimaan citra tubuh, dan menangani kelelahan pasien. Kolaborasi dengan tim medis, terapi wicara, dan bantuan psikologis sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 14418 | 18 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien, laki-laki, usia 65 tahun, pekerjaan pensiunan, dirawat di rumah sakit dengan keluhan sulit buang air kecil sejak 6 bulan terakhir. Pengkajian lebih lanjut pada pasien yaitu: sering buang air kecil di malam hari (nokturia), aliran urin lemah dan terputus-putus, perasaan tidak lampias setelah buang air kecil, harus mengejan saat berkemih, kadang-kadang ada episode retensi urin akut, frekuensi buang air kecil meningkat, terutama pada malam hari menyebabkan tidur terganggu. Akibatnya pasien sering merasa mengantuk di siang hari. Pasien tidak memiliki keluhan demam, nyeri pinggang, atau hematuria. Riwayat Penyakit terdahulu hipertensi terkontrol, tidak ada riwayat diabetes atau penyakit ginjal, tetapi tidak memiliki kebiasaan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan prostat sebelumnya serta edukasi tentang BPH dan pengobatannya. Pasien tidak ada mengalami konstipasi atau diare. Saat dirumah bafsu makan normal, tidak ada perubahan berat badan yang signifikan. Pasien mengonsumsi makanan tinggi protein dan lemak, kurang serat, serta sering minum teh/kopi di malam hari. Asupan cairan cukup, tetapi pasien sering menahan buang air kecil karena kesulitan berkemih. Selam aini pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, tidak ada aktivitas olahraga rutin, namun sering merasa lelah karena gangguan tidur akibat nocturia. Saat dikaji pasien menjawab pertanyaan dengan benar, namun selalu khawatir dan takut mungkinkah akan mengalami kanker prostat serta takut menjalani tindakan medis invasif seperti operasi prostat. Pasien merasa cemas dan malu karena sering ke kamar mandi, dan mengeluh menurunnya kualitas hidup karena keterbatasan dalam aktivitas sosial akibat gangguan berkemih. Saat ini pasien tinggal bersama istri dan anak-anaknya Pasien tidak memiliki mekanisme koping yang jelas, tetapi mendapatkan dukungan dari istri. Tidak ada konflik dalam keluarga, tetapi pasien merasa kurang nyaman ketika harus sering ke toilet saat berkumpul dengan keluarga. Pasien mengatakan tidak ada riwayat disfungsi ereksi yang jelas atau riwayat penyakit menular seksual atau masalah reproduksi lainnya, tetapi pasien merasa kurang percaya diri dalam hubungan seksual karena masalah BPH. Untuk mengurangi kecemasan pasien memiliki keyakinan agama yang kuat dan mengandalkan doa dan menganggap penyakitnya adalah proses penuaan. Pada pemeriksaan fisik tidak tampak tanda infeksi atau nyeri spontan, pada palpasi abdomen ditemukan distensi kandung kemih (+), pemeriksaan Digital Rektal (DRE) ditemukan prostat teraba membesar, berbatas jelas, kenyal, tanpa nodul atau nyeri tekan. Pasien didiagnosa Benigna Hipertrofi Prostat (BPH) dengan Retensi Urin Parsial. Pasien direncanakan untuk operasi Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Pemeriksaan Laboratorium ✔ Urinalisis: • Leukosit sedikit meningkat • Eritrosit (-) • Bakteri (-) ✔ Darah Lengkap: • Hb: 14 g/dL • Leukosit: 7.500/mm³ • Trombosit: 250.000/mm³ ✔ Fungsi Ginjal: • Kreatinin: 1,2 mg/dL ✔ Prostate-Specific Antigen (PSA): • PSA total: 4,5 ng/mL. Pemeriksaan Radiologi & Penunjang Lainnya ✔ USG Prostat & Kandung Kemih: Volume prostat: 45 mL. Sisa urin setelah berkemih (post-void residual volume): 150 mL. Tidak ada batu atau massa dalam kandung kemih. ✔ Uroflowmetri: Aliran urin lambat (Qmax: 8 mL/detik). Waktu berkemih lebih lama. ✔ Sistoskopi (jika perlu): Menunjukkan obstruksi leher kandung kemih akibat prostat yang membesar. Buatlah diagnosa keperawatan sesuai dengan analisa data pada kasus tersebut.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kasus pasien laki-laki usia 65 tahun dengan Benigna Hipertrofi Prostat (BPH) dengan Retensi Urin Parsial:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Berkemih berhubungan dengan obstruksi saluran kemih sekunder akibat pembesaran prostat.
2. Cemas berhubungan dengan kekhawatiran tentang kemungkinan kanker prostat dan prosedur medis invasif.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan gangguan pola tidur akibat nokturia.
4. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi kemih dan penurunan kepercayaan diri dalam hubungan seksual.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Berkemih:
- Pasien dapat berkemih dengan lancar.
- Pasien dapat mengontrol frekuensi berkemih.
- Pasien dapat mengurangi residual urin.
2. Cemas:
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Pasien dapat mendemonstrasikan strategi koping untuk mengatasi kecemasan.
- Pasien dapat merasakan perasaan tenang dan nyaman.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
4. Gangguan Citra Tubuh:
- Pasien dapat menerima perubahan dalam fungsi kemih.
- Pasien dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam hubungan seksual.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Berkemih:
- Kaji pola berkemih dan catat jumlah, warna, dan karakteristik urin.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk melakukan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi obstruksi saluran kemih.
- Ajarkan latihan Kegel untuk meningkatkan kontrol berkemih.
- Fasilitasi pasien untuk melakukan perawatan diri terkait eliminasi.
2. Cemas:
- Kaji tingkat kecemasan dan faktor penyebabnya.
- Berikan informasi yang akurat tentang BPH, tindakan medis, dan prognosis.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji pola tidur dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Berikan edukasi tentang manajemen nokturia dan strategi untuk meningkatkan kualitas tidur.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik ringan secara teratur.
- Berikan rekomendasi untuk mengatur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang.
4. Gangguan Citra Tubuh:
- Kaji persepsi pasien tentang citra tubuh dan dampaknya terhadap hubungan seksual.
- Berikan informasi dan edukasi tentang BPH dan dampaknya terhadap fungsi seksual.
- Dukung pasien untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya terkait citra tubuh.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan fungsi seksual pasien.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang dijabarkan di atas sesuai dengan kondisi pasien laki-laki usia 65 tahun dengan Benigna Hipertrofi Prostat (BPH) dengan Retensi Urin Parsial. Setiap poin dijelaskan secara rinci dan terperinci untuk memberikan panduan komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 14419 | 18 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengatakan mual:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Mual". Mual merupakan sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping pengobatan, infeksi, gangguan pencernaan, atau stres emosional.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan mual adalah:
a. Kontrol Mual: Pasien dapat mengendalikan sensasi mual yang dirasakan.
b. Kenyamanan: Pasien merasakan kenyamanan secara umum.
c. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala mual yang dialami.
d. Pemulihan: Pasien dapat kembali ke kondisi sebelum mengalami mual.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan mual adalah:
a. Manajemen Mual:
- Identifikasi faktor penyebab mual, seperti efek samping obat, infeksi, atau gangguan pencernaan.
- Berikan intervensi sesuai dengan penyebab, misalnya antiemetik, terapi nutrisi, atau manajemen stres.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi sensasi mual.
- Monitor tanda-tanda vital dan intake/output cairan pasien.
b. Manajemen Nutrisi:
- Beri diet yang mudah dicerna dan makanan kecil yang sering.
- Hindari makanan yang dapat memperparah mual, seperti makanan berlemak atau berbau menyengat.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
c. Manajemen Kenyamanan:
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi pasien.
- Berikan terapi non-farmakologis, seperti terapi musik atau pijat, untuk meningkatkan kenyamanan.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol mual, peningkatan kenyamanan, manajemen gejala yang efektif, dan pemulihan kondisi secara keseluruhan. -
Article No. 14420 | 18 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam menanggapi kondisi pasien yang mengeluhkan mual, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah penjelasan singkatnya:
Diagnosa Keperawatan: Mual
Definisi: Perasaan tidak nyaman dan dorongan untuk muntah.
Penjelasan singkat:
SDKI: Mual adalah diagnosa keperawatan dengan karakteristik utama berupa perasaan tidak nyaman dan dorongan untuk muntah. Faktor yang dapat mempengaruhi munculnya mual antara lain efek samping pengobatan, gangguan gastrointestinal, infeksi, kecemasan, dan lain-lain.
SLKI: Luaran yang diharapkan dari penanganan mual adalah pasien dapat mengendalikan mual, menunjukkan rasa nyaman, dan tidak terjadi komplikasi seperti dehidrasi atau malnutrisi.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual antara lain manajemen mual, terapi komplementer, edukasi terkait faktor penyebab dan strategi penanganan, serta evaluasi efektivitas intervensi.
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat
Dalam menjelaskan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi terkait mual, saya berusaha menggunakan bahasa yang formal dan ilmiah, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi profesi keperawatan di Indonesia, yaitu PPNI.