Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14371 | 18 Mar 2025
Klinis : Risiko berat badan kebih
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci terkait kondisi risiko berat badan lebih, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko berat badan lebih adalah "Risiko Obesitas". Risiko Obesitas didefinisikan sebagai "Berisiko mengalami peningkatan berat badan secara berlebihan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan". Kondisi ini ditandai dengan adanya faktor risiko seperti pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, serta faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Berat badan pasien terkendali: Pasien mampu mempertahankan berat badan dalam batas normal sesuai dengan indeks masa tubuh (IMT) yang sehat.
2. Pola makan sehat: Pasien mampu menerapkan pola makan yang seimbang dan sehat, dengan porsi yang terkontrol.
3. Aktivitas fisik meningkat: Pasien mampu melakukan aktivitas fisik secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi.
4. Pengetahuan tentang obesitas meningkat: Pasien memahami risiko dan dampak obesitas serta cara pencegahan dan penanganannya.
5. Motivasi untuk mencapai berat badan ideal: Pasien termotivasi untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi:
1. Edukasi gizi: Memberikan edukasi tentang pola makan sehat, jumlah kalori yang dibutuhkan, dan cara memilih makanan yang bergizi.
2. Perencanaan dan pemantauan diet: Membantu pasien menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan dan memantau kepatuhannya.
3. Fasilitasi aktivitas fisik: Membantu pasien merencanakan dan melaksanakan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi, serta memantau kemajuannya.
4. Konseling perubahan gaya hidup: Memberikan konseling untuk memotivasi pasien dalam mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat.
5. Monitoring dan evaluasi: Melakukan pemantauan rutin terkait berat badan, pola makan, dan aktivitas fisik pasien, serta mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti ahli gizi dan dokter, serta melibatkan keluarga atau significant others untuk mendukung keberhasilan intervensi. Selain itu, perawat juga harus mempertimbangkan faktor-faktor individu, sosial, dan budaya yang dapat mempengaruhi kondisi pasien. -
Article No. 14372 | 18 Mar 2025
Klinis : nyeri pada saat hubungan seksual, keputihanbanyak dan berbau,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Seksual (Sexual Pain)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan aktivitas seksual.
Penyebab: Infeksi vagina, vaginismus, endometriosis, vulvodinia, dll.
2. Inkontinensia Urine (Urinary Incontinence)
Definisi: Ketidakmampuan menahan urin yang menyebabkan kebocoran urin.
Penyebab: Infeksi saluran kemih, kelemahan otot dasar panggul, gangguan neurologis, dll.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan pedoman standar diagnosis keperawatan yang dirumuskan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Diagnosa keperawatan di atas telah sesuai dengan SDKI dan mencakup definisi, penyebab, karakteristik umum, dan faktor yang berhubungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah pedoman standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. Dalam kasus ini, luaran yang diharapkan adalah pengurangan nyeri seksual, peningkatan kontrol urinasi, dan pemulihan kondisi kesehatan reproduksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah pedoman standar intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan. Intervensi yang sesuai untuk kasus ini mencakup manajemen nyeri, edukasi kesehatan reproduksi, latihan otot dasar panggul, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan.
Sebagai perawat, saya akan menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk membantu Anda mengatasi kondisi yang Anda alami. Jangan ragu untuk menanyakan hal-hal lebih lanjut. -
Article No. 14373 | 18 Mar 2025
Klinis : Tuan A berumur 47 tahun datang ke UGD mengeluh kesulitan bernafas pemeriksaan lainya td 110/70mmhg suhu 36,3 nad 100 respirasi 20 sebutkan diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tuan A:
Berdasarkan gejala yang dialami Tuan A, yaitu kesulitan bernafas, tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,3°C, nadi 100 kali per menit, dan respirasi 20 kali per menit, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pembersihan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab yang mungkin: Kekurangan pengetahuan tentang teknik pembersihan jalan napas, kelelahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan jalan napas yang terbuka selama 24 jam.
2. Pasien menunjukkan pola napas yang efektif selama 24 jam.
3. Pasien melaporkan tidak ada kesulitan bernapas selama 24 jam.
4. Pasien menunjukkan saturasi oksigen dalam batas normal selama 24 jam.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji status pernapasan pasien (frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu pernapasan).
2. Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya bunyi napas tambahan.
3. Tingkatkan masukan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Lakukan fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sekret.
5. Ajarkan teknik pernapasan dalam dan batuk efektif kepada pasien.
6. Pantau dan catat intake dan output cairan pasien.
7. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi tambahan jika diperlukan.
Penjelasan lebih rinci:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena pasien mengeluhkan kesulitan bernapas, yang mengindikasikan adanya masalah pada jalan napas. Penyebab yang mungkin adalah kekurangan pengetahuan tentang teknik pembersihan jalan napas, kelelahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah agar pasien menunjukkan jalan napas yang terbuka, pola napas yang efektif, tidak ada kesulitan bernapas, dan saturasi oksigen dalam batas normal selama 24 jam. Ini merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas yang tidak efektif.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian status pernapasan, auskultasi suara napas, pemberian oksigen, fisioterapi dada, edukasi teknik pernapasan, pemantauan intake dan output cairan, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Tujuan dari intervensi-intervensi ini adalah untuk membantu membuka dan mempertahankan jalan napas yang efektif sehingga pasien dapat bernapas dengan baik. -
Article No. 14374 | 18 Mar 2025
Klinis : ijin brtnya tmn2 apakah diagnosa hhd harus dengan penunjangnya ?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R69
- Deskripsi: Penyebab tidak diketahui dan tidak diklasifikasikan di tempat lain
Dalam kasus ini, tidak ada diagnosis yang spesifik yang dapat ditetapkan hanya dengan informasi "ijin brtnya tmn2 apakah diagnosa hhd harus dengan penunjangnya?". Hal ini karena penyebab dari kondisi tersebut tidak jelas. Kode R69 digunakan untuk mengindikasikan bahwa penyebab dari kondisi tersebut tidak diketahui dan tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Untuk menetapkan diagnosis yang lebih spesifik, diperlukan informasi tambahan seperti hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, pencitraan, dll.) serta gejala dan tanda-tanda klinis yang dirasakan oleh pasien. Dengan informasi yang lebih lengkap, dokter dapat melakukan evaluasi yang lebih komprehensif dan menetapkan diagnosis yang sesuai.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada
- Deskripsi: Tidak ada
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan atau prosedur medis yang dapat dikodekan menggunakan ICD-9-CM, karena informasi yang diberikan tidak mencakup rincian terkait tindakan atau prosedur yang dilakukan.
Secara umum, kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis akan ditentukan berdasarkan jenis tindakan atau prosedur yang dilakukan, seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, pembedahan, atau intervensi lainnya. -
Article No. 14375 | 18 Mar 2025
Klinis : Keluhan Utama : Nyeri abdomen tidak tertahankan • Kapan :akhir juni • Lokasi : abdomen • Pasien On Hemodialisa 2x/minggu. Pasien di diagnosa ca rectal, chronic kidney disease, terpasang NGT, terpasang condom catheter. Pasien rencana operasi hidronefrostomi bilateral. Terpasang catheter double lumen (CDL), infus di tangankanan. • Pasienmengeluhperutbegah, sesak napas. Tidak BAB sejaktanggal 6 juli 2024. Perut tampakmembesar, distensi abdomen Riwayat Keluhan Utama • Mulai timbulnya keluhan : awalnya nyeri hilang timbul pada bagian abdomen, namun menjadi Tidak tertahankan pada akhir juni. • Sifat keluhan : menetap • Lokasi : abdomen • Keluhan lain yang menyertai : begah • Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : susah buang air besar • Apakah keluhan bertambah/berkurang pada saat-saat tertentu (saat-saat mana) beraktivitas • Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah Kesehatan :berbaring 3. Riwayat PenyakitSebelumnya • Riwayat penyakit yang pernah diderita : Kanker sejak 2 tahun yang lalu. Tidak ada keluarga yang sakitkanker. Pasientelahberobatsebelumnya. • Riwayat Alergi Tidak ada • Riwayat Operasi Pembuatan colostomy tahunlalu. 4. Kebiasaan • Merokok o Merokok pada saatmuda • Minumalkohol o Tidak • Minum kopi : o 2 kali/harisejakmuda
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan dan riwayat pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi saluran pencernaan sekunder akibat kanker rektum.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah terjadinya kerusakan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan nyeri terkendali, skala nyeri menurun, kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri meningkat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen nyeri, termasuk pemberian analgetik, terapi relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi, dan edukasi pasien.
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi saluran pencernaan sekunder akibat kanker rektum.
Penjelasan:
- SDKI: Konstipasi adalah pengalaman buang air besar yang tidak normal, ditandai dengan pengeluaran feses yang terlalu keras, terlalu sedikit, atau tidak teratur.
- SLKI: Pasien dapat buang air besar secara teratur, konsistensi feses normal, pasien merasa lega setelah buang air besar.
- SIKI: Manajemen konstipasi, termasuk pemberian laksatif, enema, edukasi diet tinggi serat, dan aktivitas fisik.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik sekunder akibat kanker rektum dan tindakan pemasangan NGT, condom catheter, dan kolostomi.
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan citra tubuh adalah pengalaman subyektif individu tentang tubuhnya yang dipengaruhi oleh sejarah hidupnya, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan lingkungan.
- SLKI: Pasien dapat menerima perubahan fisik, pasien mampu beradaptasi dengan perubahan fisik, pasien merasa nyaman dengan citra tubuh.
- SIKI: Terapi modifikasi citra tubuh, konseling, dukungan emosional, dan edukasi. -
Article No. 14376 | 18 Mar 2025
Klinis : Keluhan Utama : Nyeri abdomen tidak tertahankan • Kapan :akhir juni • Lokasi : abdomen • Pasien On Hemodialisa 2x/minggu. Pasien di diagnosa ca rectal, chronic kidney disease, terpasang NGT, terpasang condom catheter. Pasien rencana operasi hidronefrostomi bilateral. Terpasang catheter double lumen (CDL), infus di tangankanan. • Pasienmengeluhperutbegah, sesak napas. Tidak BAB sejaktanggal 6 juli 2024. Perut tampakmembesar, distensi abdomen Riwayat Keluhan Utama • Mulai timbulnya keluhan : awalnya nyeri hilang timbul pada bagian abdomen, namun menjadi Tidak tertahankan pada akhir juni. • Sifat keluhan : menetap • Lokasi : abdomen • Keluhan lain yang menyertai : begah • Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : susah buang air besar • Apakah keluhan bertambah/berkurang pada saat-saat tertentu (saat-saat mana) beraktivitas • Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah Kesehatan :berbaring 3. Riwayat PenyakitSebelumnya • Riwayat penyakit yang pernah diderita : Kanker sejak 2 tahun yang lalu. Tidak ada keluarga yang sakitkanker. Pasientelahberobatsebelumnya. • Riwayat Alergi Tidak ada • Riwayat Operasi Pembuatan colostomy tahunlalu. 4. Kebiasaan • Merokok o Merokok pada saatmuda • Minumalkohol o Tidak • Minum kopi : o 2 kali/harisejakmuda
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (kanker rektal, penyakit ginjal kronis)
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus (tumor rektal, gangguan motilitas usus)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cadangan energi (anemia, gagal ginjal)
4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (NGT, CDL, kateter kondom)
Penjelasan singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (kanker rektal, penyakit ginjal kronis)
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Manajemen nyeri
- SIKI: Manajemen nyeri, Pemberian analgetik
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus (tumor rektal, gangguan motilitas usus)
- SDKI: Konstipasi
- SLKI: Manajemen eliminasi
- SIKI: Manajemen konstipasi, Pemberian laksatif
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cadangan energi (anemia, gagal ginjal)
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas
- SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen energi
4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (NGT, CDL, kateter kondom)
- SDKI: Risiko infeksi
- SLKI: Pencegahan infeksi
- SIKI: Perawatan akses vaskuler, Perawatan kateter urin, Perawatan NGT
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI, seperti manajemen nyeri, manajemen konstipasi, manajemen aktivitas, pencegahan infeksi, dan tindakan lainnya yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 14377 | 18 Mar 2025
Klinis : 1. Keluhan Utama : Nyeri abdomen tidak tertahankan • Kapan :akhirjuni • Lokasi : abdomen • Pasien On Hemodialisa 2x/minggu. Pasiendidiagnosa ca rectal, chronic kidney disease, terpasang NGT, terpasang condom catheter. Pasienrencanaoperasihidronefrostomi bilateral. Terpasang catheter double lumen (CDL), infus di tangankanan. • Pasienmengeluhperutbegah, sesak napas. Tidak BAB sejaktanggal 6 juli 2024. Perut tampakmembesar, distensi abdomen. 2. Riwayat Keluhan Utama • Mulai timbulnya keluhan : awalnya nyeri hilang timbul pada bagian abdomen, namun menjadi Tidak tertahankan pada akhir juni. • Sifat keluhan : menetap • Lokasi : abdomen • Keluhan lain yang menyertai : begah • Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : susah buang air besar • Apakah keluhan bertambah/berkurang pada saat-saat tertentu (saat-saat mana) beraktivitas • Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah Kesehatan :berbaring 3. Riwayat PenyakitSebelumnya • Riwayat penyakit yang pernah diderita : Kanker sejak 2 tahun yang lalu. Tidak ada keluarga yang sakitkanker. Pasientelahberobatsebelumnya. • Riwayat Alergi Tidak ada • Riwayat Operasi Pembuatan colostomy tahunlalu. 4. Kebiasaan • Merokok o Merokok pada saatmuda • Minumalkohol o Tidak • Minum kopi : o 2 kali/harisejakmuda Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram tigagenerasi) : Analisa keadaan kesehatan keluarga dan faktor resiko. tidaksempatterkaji. Tn S memiliki 1 istri dan 3 anak. Istri dan anakdalamkondisisehat. Riwayat orangtua dan saudara/saudari yang kankertidakada. PemeriksaanFisik 1. Tanda – Tanda Vital - Tekanandarah : 161/104 mmHg - Nadi : 116 x/mnt - Pernapasan : 30x/mnt - Suhu badan : 36.5 2. Kepala dan leher • Kepala : Pasienmengeluhkepalaberat. Bentuk, ukuran, posisi normal. Tidak adaluka, lesi, masa. Wajah simetris, tidakadaluka, tidakadapembengkakan, penglihatan normal, konjungtivapucat, sklreatampakagakkuning (icterus). Bibirpucat, kering. - Pendengaran - Gangguanpendengaran :tidak - Hidung - Normal - Tenggorokan dan mulut Tidak adapenggunaangigipalsu. Bibi rkering, pucat. Pasientidakmampuuntukmakansecara oral. Tidak adagangguanbicara 3. SistemKardiovaskuler - Nyeri Dada : tidak - Inspeksi : Kesadaran/ GCS : Alert Bentuk dada : Normal Bibir : pucat, kering Kuku : pucat Capillary Refill : normal Tangan : Edema Kaki : Edema Sendi : Edema - Pembesaranjantung :tidakada - Suara jantung normal 4. SistemRespirasi - Keluhan : sesak - Inspeksi : Jejas : tidak Bentuk Dada : Normal Jenis Pernapasan : Kussmaul denganbunyironchi, wheezing Irama Napas : tidakteratur Retraksiototpernapasan : Ya Penggunaanalatbantupernapasan :Nasalcanule 5 LPM 5. SistemPencernaan Keluhan : tidakadaproduksifeses di colostomy bag, begah. Turgor kulitkering. Bibirkeringpucat. Abdomen distensi, terlihatadapembesaran. 6. SistemPersyarafan Pasientidakkejang, tidaklumpuh, kesulitankoordinasigerakkarena edema ekstremitas. Pasientirah baring, reflekstidakterkaji. 7. Sistem Musculoskeletal Pasien edema ekstremitas bilateral. Reflekssendirtidakterkaji. Kaki kaku, tidakmudahuntukditekuk. kekuatanotot kaki tidakterkaji. Kekuatanotottanganlemah, tidakdapatmenggenggam. 8. SistemIntegumentari Turgor kulitburuk, kulitpasientampakkeringbersisik. 9. SistemPerkemihan Tidak ada keluaran urin. Nyeri tekan, kandung kemih penuh. Scrotum bengkak. Terpasang condom catheter. 10. SistemEndokrin Pasienmemiliki diabetes mellitus (terkajisaat di rumahsakit) 11. SistemReproduksi Terdapatpembesaran scrotum 12. Pola KegiatanSehari-hari (ADL) A. Nutrisi Pasienmemilikinafsumakanbaiksebelumsakit, menyukaimakananjawa, mengonsumsi kopi 2x/hari, rokok, BAB lancarsebelumsakit, saatdikajitidakadaproduksifesessudah 4 hari. Nutrisipasien per NGT. Berat badan pasien 72 Kg dengantinggi badan 172 cm pada saatmasukrumahsakit. Produksiurintidakada. B. Eliminasi 1. Buang air kecil (BAK) a. Kebiasaan Tidak adamasalahsebelumsakit. Namunsetelahsakit, sulituntukberkemih. Produksiurintidakadasaatdikaji. 2. Buang air besar (BAB) a. Sebelumsakit, pasien 2 kali sehari BAB, namunsaatsakit dan dikajitidakadaproduksifeses. C. Olah raga dan Aktivitas - Kegiatanolah raga yang disukai :pasienaktifsebagaipelatihsilat - Selain sebagaipelatihsilat, pasienaktifdalamkegiatan di lingkunganrumah dan masjid D. Istirahat dan tidur - Sejak sakit pasien kesulitan tidur karena nyeri, sesak napas. Sebelum sakit, pasien tidak menemukan kesulitan tidur. Pola InteraksiSosial 1. Siapa orang yang penting/ terdekat :istri 2. Organisasi social yang diikuti : Silat, organisasi masjid 3. Jika mempunyaimasalahapakahdibicarakandengan orang lain yang dipercayai/ terdekat :istri dan anak 4. Bagaimanaandamengatasisuatumasalahdalamkeluarga :dibicarakan 5. Bagaimanainteraksidalamkeluarga :baik KegiatanKeagamaan/ Spiritual 1. Ketaatanmenjalankanibadah :taat 2. Keterlibatandalamorganisasikeagamaan :ya KeadaanPsikologisSelama Sakit 1. Persepsiklienterhadappenyakit yang diderita :pasienmasihingin Kembali sembuh dan aktif. Ingin Kembali melatihsilat dan aktifbersosialisasi. Tidak hanyaterbaring dan tidakdapatberbuatapa-apa. 2. Pola interaksi dengan tenaga kesehatan dan lingkungannya : baik dan kooperatif Data Laboratorium&Diagnostik a. Pemeriksaan Darah No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Tanggal 09/07/24 10/07/24 1 Hemoglobin 13 – 18 g/dL 8.9 2 Leukosit 5.0 -10.0 103/uL 38.64 3 Trombosit 150-440 103/uL 61 4 Eritrosit 4.60 – 6.20 103/uL 2.69 5 Hematokrit 40-54 % 25.5 6 Ureumdarah 16.6-48.5mg/dL 171 7 Kreatinindarah 0.67-1.17 mg/dL 6.2 8 e-GFR >60 ml/min/1.73m2 10.4 9 PT/kontrol 15.6/16.1 10 APTT/Kontrol 24.4/31.8 11 AGD 7.27/21.2/102/12.9/97.5% 12 DPL 8.9/25.5/38.64/61.000 9.4/2990/93.000 13 Natrium 134 14 Prokalsitonin 9.89 15 GDS 06.00 : 203 12.00 : 207 Diagnostik Test 1. Pemeriksaan-pemeriksaankhusus Radiologi : 09/07/2024 • Abdomen 3 posisi :gambaranmeteorismusdisertaitanda peritonitis, dibandingkanfototanggal 30 juni 2024, saatini pre-peritoneal fat line kanankirisuram. Psoas line dan konturkeduaginjaltertutupbayanganudara usus prominen. Tampakdilatasi usus dan colon tanpadisertaipenebalandinding usus. Tidak tampak air fluid level yang signifikan/udarabebasekstralumen. Distribusiudara minimal sampaike pelvis minor. Tulang-tulangintak. • Thorax 02/07/2024 : disbanding foto 30/06/2024, tampak infiltrate di perihilar dan paracardial kanankiriberkurang.. sinus dan diafragmabaik. Aorta dan jantungtaktampakkelainan. Hilus dan plelura normal. Costae taktampakkelainan. Kateterdengan tip proyeksi vena cava superior. Kesimpulan :bronkopneumoniaberkurang. Tidak tampak pneumothorax, pneumomediastinum. Biopsy : Hasil patologianatomi (2022) : • Mucinous adenocarcinoma pada anorectal pT3N2bMx • Invasii tumor perineural ditemukan • Ditemukan 19 buahkelenjargetahbening dan 15 buahdiantaranyamengandung metastasis tumor USG Dopler 10/07/2024 : venoustasiskomuniskanan dan v.poplitea bilateral. Tidak tampak DVT Penatalaksanaan/pengobatan (pembedahan, obat-obatan, dan lain-lain) • Pembedahan Pasca operasi miles dan kolostomitahun 2022 • Obat Riwayat Pasca KT taceral 13 siklus (sept 2023) No Nama obat Jumlah Aturanpakai 1 Meropenem 1 gr Inj 9 1 g/8 jam/ iv 2 Fluimucil 300 Mg/3 ML Inj (N-acetylcisteine) 12 300 mg/8 jam/IV 3 Metoclopramide 5 Mg Inj 12 10 mg/8 jam/IV 4 Vitamin B12 50 MCG tab 12 1 tab/8 jam/PO 5 Furosemide 20 mg/2 ml inj 4.00 20 mg/24 jam/iv 6 Bic nat 500 mg tab 12 500 mg/8jam/PO 7 Clinimix N9G15E 1000 mL (asam amino elektrolit) 4 1000 cc/24 jam/IV 8 Folic acid 1 MG tab 8 1 MG/12 jam PO 9 Osteocal 500 mg tablet kunyah 4 1 tab/24 jam/PO 10 Movibet 400 mg INF (moxifloxacin) 4 400 mg/24 jam/IV 11 Asam tranexamat 500 mg inj 12 500 mg/8 jam/iv 12 Ca gluconas 100 MG/ML Inj 8 1 amp/12 jam/IV 13 Fluconazole 200 MG infus 4 200 MG/24 jam/IV 14 Harnal 0.4 MG ocas tab (tamsulosin) 4 1 tab/24 jam/PO 15 Vitamin K1 10 MG inj (phytomenadion) 12 10 MG/8 jam/IV 16 Ceftazidime 1 gr inj 12 1 gr/8 jam/IV 17 Omeprazole 40 MG inj 8 8 MG/1 jam/IV 18 Asering 500 mL (elektrolit, glukosa, asam amino) 12 500 mL/8jam/IVFD (intravenous fluid drops) 19 Carbazochrome 50 MG/10 ML inj 24 100 MG/8 jam/IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- Faktor yang berhubungan: Agen cedera biologis (kanker, infeksi, obstruksi).
- Karakteristik SLKI: Melaporkan nyeri yang tidak tertahankan, Ekspresi wajah menunjukkan kesakitan, Gelisah, Tidak dapat beristirahat.
- Intervensi SIKI: Manajemen Nyeri, Terapi Komplementer, Terapi Farmakologis.
2. Gangguan Eliminasi Fekal (SDKI)
- Definisi: Gangguan dalam pengeluaran feses.
- Faktor yang berhubungan: Obstruksi usus, Perubahan pola diet, Penurunan motilitas usus.
- Karakteristik SLKI: Peningkatan distress dalam defekasi, Tidak dapat mengeluarkan feses, Distensi abdomen.
- Intervensi SIKI: Manajemen Eliminasi, Terapi Nutrisi, Terapi Cairan.
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan kapasitas.
- Faktor yang berhubungan: Intoleransi fisiologis, Kelemahan anggota gerak.
- Karakteristik SLKI: Mudah lelah, Lemah, Tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas.
- Intervensi SIKI: Manajemen Aktivitas, Terapi Latihan, Perawatan Mandiri.
4. Resiko Infeksi (SDKI)
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Prosedur invasif (NGT, kateter), Penurunan sistem imun.
- Karakteristik SLKI: Peningkatan hitung leukosit, Peningkatan suhu tubuh, Peningkatan tanda-tanda inflamasi.
- Intervensi SIKI: Manajemen Infeksi, Manajemen Terapeutik, Manajemen Cairan.
Penjelasan singkat:
Pasien ini mengalami nyeri abdomen yang tidak tertahankan, disertai gejala seperti begah dan sesak napas. Pasien juga mengalami gangguan eliminasi fekal, intoleransi aktivitas, dan risiko infeksi terkait kondisi medisnya (kanker rektum, penyakit ginjal kronis, dan prosedur invasif). Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup nyeri akut, gangguan eliminasi fekal, intoleransi aktivitas, dan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, manajemen eliminasi, manajemen aktivitas, dan manajemen infeksi, serta terapi komplementer, nutrisi, dan cairan yang sesuai. -
Article No. 14378 | 18 Mar 2025
Klinis : etilogi pada imunosupresi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi imunosupresi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Risiko Infeksi didefinisikan sebagai peningkatan risiko terkena infeksi yang disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh.
- Faktor etiologi yang dapat menyebabkan risiko infeksi pada kondisi imunosupresi antara lain: penurunan sistem imun, paparan patogen, dan prosedur invasif.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan pada kasus ini adalah Bebas Infeksi, yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda dan gejala infeksi, tidak ada peningkatan suhu tubuh, dan tidak ada hasil laboratorium yang menunjukkan adanya infeksi.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Infeksi, Pemantauan Tanda Vital, Pemberian Obat, Perawatan Luka, dan Edukasi Pencegahan Infeksi.
- Tujuan intervensi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, memantau tanda-tanda awal infeksi, dan meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan pencegahan infeksi.
Sebagai seorang perawat, saya akan berfokus pada upaya preventif dan pemantauan yang ketat untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien dengan kondisi imunosupresi. Edukasi dan keterlibatan pasien dalam perawatan juga menjadi hal penting untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mencegah infeksi. -
Article No. 14379 | 18 Mar 2025
Klinis : sakit ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sakit ulu hati.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam lambung.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Karakteristik definisi: Terdapat keluhan nyeri di ulu hati, skala nyeri meningkat, dan durasi nyeri kurang dari 3 bulan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat beraktivitas tanpa nyeri, dan pasien dapat mengendalikan nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen nyeri, pemberian antiasida, edukasi tentang diet yang dapat menurunkan asam lambung, dan kolaborasi dengan dokter untuk terapi farmakologis.
Sebagai perawat profesional, saya akan membantu pasien dalam mengelola nyeri ulu hati dengan pendekatan holistik dan berpusat pada pasien. Saya akan bekerja sama dengan pasien untuk mencapai luaran yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 14380 | 18 Mar 2025
Klinis : Ny. B masuk rumah sakit dengan keluhan merasakan nyeri pinggang sejak 1 hari SMRS. Nyeri pinggang hilang timbul, namun tidak kunjung membaik. Selain itu pasien mengatakan BAK nyeri, nyeri yang dirasakan seperti melilit. Pasien memiliki kebiasaan minum-minuman bersoda dan jarang meminum air putih serta tidak diimbangi dengan kegiatan olah raga rutin. Pengkajian pre operasi: Pasien mengeluh nyeri pinggang kiri, kolik dan disertai hematuria, nyeri dirasakan menjalar hingga ke bagian depan. Pasien juga mengatakan BAK sering tidak tuntas, anyang-anyang, BAK nyeri. Pasien direncanakan untuk tindakan PCNL yang akan dijadwalkan 2 hari mendatang. Pasien sedikit cemas karena akan dilakukan operasi. Ini merupakan operasi yang pertama pasien. Pasien mengatakan mual muntah (+), konjungtiva tidak anemis sklera tidak ikterik. Pasien masih mampu melakukan aktivitas seperti ke kamar mandi meskipun kadang harus menahan nyeri pinggang. Pengkajian post operasi hari pertama pasien mengeluh nyeri hilang timbul, nyeri pinggang kiri, bertambah saat digerakkan, rasa seperti di tusuk-tusuk, skala 4-5 selama 5-10 menit. Terdapat luka post operasi di area PCNL di pinggang kiri yang tertutup verban.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan pengkajian yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana asuhan keperawatan untuk Ny. B:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan batu ginjal dan prosedur pembedahan (PCNL)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan (PCNL)
3. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan (PCNL) yang pertama kali dilakukan
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Nyeri akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan.
- SLKI: Mencegah, mengurangi, dan menghilangkan nyeri serta meningkatkan kenyamanan pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri akut, seperti pemberian analgesik, relaksasi, terapi panas/dingin, dan manajemen lingkungan.
2. Risiko infeksi:
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi mikroorganisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Mencegah, mengendalikan, dan menangani infeksi pada pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi, seperti perawatan luka, pemberian antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
3. Cemas:
- SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang dirasakan.
- SLKI: Mengurangi kecemasan dan meningkatkan kemampuan koping pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi kecemasan, seperti pemberian informasi, teknik relaksasi, dan pendampingan selama prosedur.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri).
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter.
- Terapkan intervensi non-farmakologis, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
- Anjurkan pasien untuk melaporkan segera jika nyeri bertambah atau tidak terkontrol.
2. Risiko infeksi:
- Lakukan perawatan luka operasi secara steril.
- Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, eritema, edema, dan drainase).
- Berikan antibiotik sesuai instruksi dokter.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
3. Cemas:
- Lakukan pengkajian kecemasan secara komprehensif.
- Berikan informasi yang jelas dan lengkap tentang prosedur operasi.
- Terapkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk mengurangi kecemasan.
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional.