Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14506 | 19 Mar 2025
Klinis : M.N., usia 40 tahun, dirawat dengan kolesistitis akut. Setelah menjalani kolesistektomi terbuka, ia dirawat di lantai bedah. Dia memiliki selang nasogastrik untuk penyedotan dinding rendah secara terus menerus, infus oneperifer, dan balutan perut yang besar. M.N berkata ia merasakan nyeri skala 7 (dari 1-10), dibagian post operasi rasanya seperti ditusuk tusuk. Intruksi dokter adalah sebagai berikut: Diet rendah lemak sesuai toleransi, D5 ½ NS dengan 40 mEq KCl pada 125 mL/jam. Tekanan darah 148/82 mmHg, Denyut jantung 118 kali/menit, Frekuensi nafas 24 kali/menit, Suhu 101° F (38,3°C), SaO2 88%.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K81.0
- Deskripsi: Kolesistitis akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 51.22
- Deskripsi: Kolesistektomi terbuka
Penjelasan detail:
Pasien M.N., usia 40 tahun, dirawat dengan diagnosis kolesistitis akut (K81.0). Setelah menjalani prosedur kolesistektomi terbuka (51.22), ia dirawat di lantai bedah.
Saat ini, pasien M.N. memiliki:
- Selang nasogastrik untuk penyedotan dinding lambung secara terus-menerus
- Infus oneperifer
- Balutan perut yang besar
Pasien mengeluhkan nyeri pascaoperasi dengan skala 7 dari 10, yang dirasakan seperti tusukan di bagian perut.
Instruksi dokter:
- Diet rendah lemak sesuai toleransi
- Cairan infus D5 ½ NS dengan 40 mEq KCl pada laju 125 mL/jam
- Tanda-tanda vital:
- Tekanan darah 148/82 mmHg
- Denyut jantung 118 kali/menit
- Frekuensi napas 24 kali/menit
- Suhu 101°F (38,3°C)
- SaO2 88%
Secara keseluruhan, pasien M.N. dirawat dengan diagnosis kolesistitis akut (K81.0) dan telah menjalani prosedur kolesistektomi terbuka (51.22). Saat ini, pasien mendapatkan perawatan pascaoperasi yang sesuai dengan kondisinya. -
Article No. 14359 | 18 Mar 2025
Klinis : defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi defisit nutrisi.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Nutrisi
Definisi:
Keadaan di mana individu mengalami asupan makanan dan/atau cairan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor Terkait:
- Ketidakmampuan menelan
- Anoreksia
- Mual dan muntah
- Malabsorpsi
- Kemiskinan
- Keterbatasan akses terhadap makanan
Karakteristik Definisi:
- Penurunan berat badan
- Asupan makanan kurang dari kebutuhan
- Perubahan komposisi tubuh
- Kelemahan
- Perubahan tanda-tanda vital
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Status Nutrisi Membaik
2. Tidak Terjadi Komplikasi akibat Defisit Nutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi
2. Pemantauan Nutrisi
3. Pemberian Nutrisi
Secara umum, diagnosa keperawatan Defisit Nutrisi menggambarkan kondisi di mana individu mengalami kekurangan asupan makanan dan/atau cairan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketidakmampuan menelan, anoreksia, mual dan muntah, malabsorpsi, kemiskinan, atau keterbatasan akses terhadap makanan. Luaran yang diharapkan adalah status nutrisi yang membaik dan tidak terjadi komplikasi akibat defisit nutrisi, yang dicapai melalui intervensi keperawatan seperti manajemen nutrisi, pemantauan nutrisi, dan pemberian nutrisi yang tepat. -
Article No. 14360 | 18 Mar 2025
Klinis : ada diagnosa apa saja yang penyebabnya itu kerena kecemasan?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memaparkan dengan tone akademis dan persona sebagai perawat profesional.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan yang dapat disebabkan oleh kecemasan:
1. Ansietas
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan terkait dengan sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
- Faktor penyebab: Stres, perubahan status kesehatan, lingkungan yang tidak mendukung, dan kurangnya pengetahuan.
2. Takut
- Definisi: Respon emosional terhadap ancaman yang diidentifikasi, baik ancaman yang nyata maupun yang dibayangkan.
- Faktor penyebab: Pengalaman buruk di masa lalu, perubahan status kesehatan, dan kurangnya informasi.
3. Cemas Situasional
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan terkait dengan situasi atau peristiwa tertentu.
- Faktor penyebab: Perubahan status kesehatan, lingkungan yang tidak mendukung, dan kurangnya pengetahuan.
4. Panik
- Definisi: Respon emosional yang luar biasa akibat adanya ancaman, bahaya, atau peristiwa yang dirasakan sebagai traumatis.
- Faktor penyebab: Pengalaman buruk di masa lalu, perubahan status kesehatan, dan kurangnya dukungan sosial.
Pada setiap diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan kecemasan, perawat harus melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan luaran keperawatan yang sesuai, dan merencanakan intervensi yang tepat untuk membantu pasien mengatasi kecemasan yang dialami. -
Article No. 14361 | 18 Mar 2025
Klinis : ada diagnosa apa saja yang penyebabnya itu kerena detak jantung cepat atau palpitasi?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi dengan detak jantung cepat atau palpitasi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Palpitasi
Palpitasi didefinisikan sebagai sensasi jantung berdebar, berdetak kuat, atau tidak teratur yang disadari oleh pasien. Palpitasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cemas/stres, aktivitas fisik, konsumsi kafein atau stimulan, anemia, dan gangguan irama jantung.
2. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak
Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak adalah diagnosis keperawatan yang mengacu pada risiko penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jantung, yang dapat terjadi akibat irama jantung yang tidak normal, termasuk palpitasi.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak adalah diagnosis keperawatan yang mencerminkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jantung, yang dapat terjadi akibat palpitasi atau irama jantung yang tidak normal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
Luaran ini mengindikasikan bahwa pasien akan mencapai stabilitas tanda-tanda vital, termasuk denyut nadi yang normal dan stabil.
2. Pengendalian Gejala
Luaran ini menunjukkan bahwa pasien dapat mengendalikan atau mengurangi gejala palpitasi yang dialami.
3. Perfusi Jaringan Kardiak yang Efektif
Luaran ini mengindikasikan bahwa pasien dapat mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat ke jantung.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital
Intervensi ini bertujuan untuk memantau tanda-tanda vital, termasuk denyut nadi, untuk mendeteksi dan mengelola palpitasi.
2. Manajemen Irama Jantung
Intervensi ini melibatkan tindakan-tindakan untuk membantu mengendalikan atau memperbaiki irama jantung yang tidak normal, seperti pemberian obat-obatan, terapi relaksasi, atau tindakan medis.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
Intervensi ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada pasien dan keluarga tentang palpitasi, penyebabnya, dan cara mengelolanya.
4. Manajemen Stres dan Kecemasan
Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mengelola stres dan kecemasan, yang dapat memicu atau memperburuk palpitasi.
5. Pemantauan Perfusi Jaringan Kardiak
Intervensi ini dilakukan untuk memantau tanda-tanda adanya gangguan perfusi jaringan kardiak, seperti perubahan EKG, untuk memastikan efektivitas perfusi jantung.
Dengan mengimplementasikan intervensi-intervensi ini, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu stabilitas hemodinamik, pengendalian gejala, dan perfusi jaringan kardiak yang efektif. -
Article No. 14365 | 18 Mar 2025
Klinis : keluhan lemas, TD 150/90 mmHg, ureum 116, kreatinin 12,4, Hb 9,4
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang ditampilkan, yaitu keluhan lemas, tekanan darah 150/90 mmHg, nilai ureum 116, kreatinin 12,4, dan hemoglobin 9,4, maka diagnosa keperawatan yang sesuai menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
a. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Definisi: Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara input dan output cairan dan/atau elektrolit tubuh.
Faktor yang Berhubungan: Penyakit ginjal kronis, disfungsi ginjal.
Karakteristik Mayor: Edema, berat badan berubah, tekanan darah abnormal, nilai laboratorium abnormal (ureum, kreatinin, elektrolit).
Penjelasan: Pasien mengalami keluhan lemas, tekanan darah tinggi, serta nilai ureum, kreatinin, dan hemoglobin yang menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal. Hal ini mengindikasikan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
a. Mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
b. Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
c. Menunjukkan nilai laboratorium (ureum, kreatinin, Hb) dalam batas normal.
d. Melaporkan tidak adanya keluhan lemas.
Penjelasan: Luaran yang diharapkan adalah tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit, tanda-tanda vital normal, nilai laboratorium dalam batas normal, serta hilangnya keluhan lemas. Hal ini menunjukkan pemulihan fungsi ginjal dan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
a. Pemantauan Cairan
- Kaji intake dan output cairan
- Kaji berat badan harian
- Kaji edema
- Kolaborasi pemberian cairan/elektrolit sesuai kebutuhan
b. Manajemen Ginjal
- Kaji fungsi ginjal melalui pemeriksaan laboratorium
- Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengatasi gangguan ginjal
- Edukasi pasien dan keluarga terkait perawatan ginjal
c. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien
- Kolaborasi pemberian diet sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi jika diperlukan
Penjelasan: Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan cairan, manajemen ginjal, dan manajemen nutrisi. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, memulihkan fungsi ginjal, serta memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, juga diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal.
Harap diperhatikan bahwa penjelasan ini bersifat akademis dan disampaikan dengan persona pakar/perawat. Jika ada hal yang perlu diklarifikasi atau ditambahkan, silakan sampaikan. -
Article No. 14366 | 18 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri akut (SDKI 2.13.084) berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif (SDKI 2.02.024) berhubungan dengan sesak napas, ditandai dengan pasien mengalami sesak napas.
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI 2.08.091) berhubungan dengan mual, ditandai dengan pasien mengalami mual.
4. Intoleransi aktivitas (SDKI 2.07.057) berhubungan dengan kelemahan dan keterbatasan aktivitas, ditandai dengan pasien mengalami keringat dingin.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri terkontrol (SLKI 1.13.004): Pasien melaporkan nyeri dengan tingkat keparahan 2-3 dari skala 0-10, tidak mengganggu aktivitas.
2. Jalan napas efektif (SLKI 1.02.005): Pasien dapat bernapas dengan mudah tanpa tanda-tanda sesak napas.
3. Status nutrisi membaik (SLKI 1.08.004): Pasien tidak lagi mengalami mual dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.
4. Toleransi aktivitas membaik (SLKI 1.07.004): Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen nyeri (SIKI 3.13.011):
- Identifikasi karakteristik nyeri, faktor-faktor pemicu, dan metode pengobatan yang efektif.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologis, seperti relaksasi dan distraksi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai.
2. Manajemen jalan napas (SIKI 3.02.017):
- Pantau status pernapasan dan oksigenasi.
- Anjurkan posisi yang memfasilitasi ekspansi dada.
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan batuk efektif.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi oksigen atau ventilasi mekanis jika diperlukan.
3. Manajemen nutrisi (SIKI 3.08.026):
- Evaluasi status nutrisi dan kebutuhan kalori/nutrisi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang tepat.
- Pantau asupan nutrisi dan cairan pasien.
- Ajarkan teknik mengatasi mual, seperti makan sedikit tapi sering.
4. Peningkatan toleransi aktivitas (SIKI 3.07.022):
- Evaluasi tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Rencanakan program aktivitas secara bertahap sesuai kemampuan pasien.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang sesuai.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah saya berikan dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat. Jika Anda membutuhkan informasi tambahan, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14367 | 18 Mar 2025
Klinis : nyeri tekan epigastrik tekanan darah 133/80
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis di abdomen.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Terkait dengan proses patologis di abdomen: Kondisi yang ditandai dengan nyeri tekan pada epigastrium, yang dapat menunjukkan adanya masalah pencernaan atau organ abdomen lainnya.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengurangan Nyeri: Kemampuan untuk mengurangi atau mengendalikan rasa nyeri yang dirasakan.
- Manajemen Nyeri: Kemampuan untuk menggunakan teknik-teknik untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien.
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Tindakan untuk memantau status kesehatan klien melalui pengukuran tanda-tanda vital.
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, klien mengalami nyeri tekan pada epigastrium dengan tekanan darah 133/80 mmHg. Hal ini kemungkinan besar terkait dengan proses patologis di abdomen, sehingga intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri dan pemantauan tanda-tanda vital. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh klien. -
Article No. 14368 | 18 Mar 2025
Klinis : wanita usia 48 tahun mengeluhsakit kepala, leher terasa kencang. Tekanan darah 182/117, nadi 80 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI)
Penjelasan: Adanya perubahan dalam kedalaman, irama, atau usaha pernapasan yang menyebabkan pertukaran gas tidak optimal.
2. Kecemasan (SDKI)
Penjelasan: Kekhawatiran, ketakutan, atau keprihatinan yang tidak sesuai atau tidak proposional terhadap sumber inisiasi.
3. Hipertensi (SIKI)
Penjelasan: Peningkatan tekanan darah di atas nilai normal, yang dapat menyebabkan komplikasi pada organ vital.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Mempertahankan Pola Napas Efektif
- Monitor tanda-tanda vital
- Anjurkan klien untuk bernapas dalam dan lambat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian oksigen, jika diperlukan
2. Mengurangi Kecemasan
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang kondisi klien
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional
3. Mengendalikan Hipertensi
- Monitor tekanan darah secara berkala
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian terapi antihipertensi
- Anjurkan klien untuk menerapkan gaya hidup sehat (diet rendah garam, aktivitas fisik, manajemen stres)
Catatan:
Tone = akademis, persona = pakar, nurse, menunjukkan bahwa informasi yang diberikan adalah berdasarkan standar praktik keperawatan yang diakui secara profesional. -
Article No. 14369 | 18 Mar 2025
Klinis : Benjolan diperut bagian kiri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi benjolan di perut bagian kiri:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R19.0
- Deskripsi: Massa atau benjolan di abdomen
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.0
- Deskripsi: Laparotomi eksplorasi, insisi abdomen
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R19.0 (Massa atau benjolan di abdomen) merupakan kode yang sesuai untuk menggambarkan kondisi benjolan di perut bagian kiri. Kode ini mencakup berbagai jenis benjolan atau massa di abdomen, termasuk yang terjadi di kuadran kiri perut.
2. Kode ICD-9-CM 54.0 (Laparotomi eksplorasi, insisi abdomen) adalah kode yang mungkin dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk menangani kondisi benjolan di perut. Laparotomi eksplorasi adalah pembedahan untuk memeriksa dan mengevaluasi isi rongga abdomen secara langsung, yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan menangani berbagai kondisi, termasuk benjolan di perut.
Catatan: Penentuan kode yang tepat akan bergantung pada hasil pemeriksaan medis lebih lanjut, penyebab benjolan, dan jenis tindakan medis yang dilakukan. Disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional medis yang menangani kasus tersebut untuk memastikan kode yang paling sesuai. -
Article No. 14370 | 18 Mar 2025
Klinis : luka lecet
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Integritas Kulit Terganggu
Definisi:
Gangguan struktur dan fungsi kulit yang disebabkan luka lecet.
Penyebab:
- Gesekan, benturan, atau trauma pada kulit.
Gejala dan Tanda:
- Adanya luka pada permukaan kulit.
- Nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di area luka.
Prioritas Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Luka
2. Manajemen Nyeri
3. Edukasi Perawatan Luka
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Gangguan struktur dan fungsi kulit yang disebabkan oleh luka lecet.
Karakteristik Definisi: Luka pada permukaan kulit, nyeri, kemerahan, pembengkakan.
Faktor Berhubungan: Gesekan, benturan, trauma.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas Kulit: Luka berangsur membaik.
2. Nyeri: Terkontrol.
3. Pengetahuan Pasien tentang Perawatan Luka: Adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Luka:
- Membersihkan luka
- Mengaplikasikan balutan luka
- Memantau perkembangan luka
2. Manajemen Nyeri:
- Memberikan analgesik sesuai indikasi
- Menggunakan teknik nonfarmakologis
3. Edukasi Perawatan Luka:
- Menjelaskan proses penyembuhan luka
- Mengajarkan teknik perawatan luka
Dalam pendekatan akademis dan sebagai seorang pakar perawat, saya telah memberikan penjelasan diagnosis keperawatan dan standar praktik keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) yang sesuai untuk kondisi luka lecet. Harapannya, informasi ini dapat membantu dalam memahami dan mengelola kondisi tersebut secara komprehensif.