Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14465 | 19 Mar 2025
Klinis : A 45-year-old female presents to the clinic with complaints of fatigue, weight gain, and sensitivity to cold for the past six months. The patient states that she has been feeling increasingly tired despite getting adequate sleep. She has noticed unexplained weight gain of approximately 5 kg over the past few months, even though her diet and activity levels have remained the same. She also reports feeling cold more often than usual, particularly in her hands and feet. Her hair has become brittle and thin, and she has noticed increased dryness of her skin. She occasionally experiences constipation and mild depression. No known history of thyroid disease. Her mother diagnosed with hypothyroidism.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi akibat hipotiroidisme.
Pasien mengeluhkan kelelahan yang semakin meningkat meskipun istirahat cukup, yang merupakan salah satu gejala khas dari hipotiroidisme.
2. Perubahan Nutrisi: Intake Lebih dari Kebutuhan berhubungan dengan penurunan metabolisme akibat hipotiroidisme.
Pasien mengalami peningkatan berat badan secara tidak jelas dalam beberapa bulan terakhir, meskipun pola diet dan aktivitas tetap sama, yang menunjukkan adanya penurunan metabolisme.
3. Intoleransi Dingin berhubungan dengan penurunan produksi hormon tiroid.
Pasien mengeluhkan sering merasa kedinginan, terutama pada tangan dan kaki, yang merupakan gejala khas dari hipotiroidisme.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat meningkatkan aktivitas fisik secara bertahap.
- Pasien dapat mengelola energi dengan baik.
2. Perbaikan Nutrisi: Intake Sesuai Kebutuhan
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal.
- Pasien dapat mengatur pola makan sesuai kebutuhan metabolisme.
- Pasien dapat meningkatkan asupan nutrisi yang sesuai.
3. Peningkatan Toleransi Dingin
- Pasien dapat mengatasi sensitivitas terhadap dingin.
- Pasien dapat beradaptasi dengan lingkungan yang bersuhu dingin.
- Pasien dapat mengelola kenyamanan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Peningkatan Toleransi Aktivitas:
- Evaluasi tingkat energi dan pola istirahat pasien.
- Ajarkan teknik manajemen energi dan penjadwalan aktivitas.
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan pengobatan hipotiroidisme.
- Berikan dukungan dan edukasi untuk meningkatkan motivasi pasien.
2. Perbaikan Nutrisi: Intake Sesuai Kebutuhan:
- Evaluasi pola makan dan asupan nutrisi pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Ajarkan teknik pengaturan porsi dan pemilihan makanan yang bergizi.
- Monitor berat badan dan parameter laboratorium terkait.
3. Peningkatan Toleransi Dingin:
- Evaluasi sensitivitas pasien terhadap dingin dan upaya penanganan yang dilakukan.
- Ajarkan teknik untuk mempertahankan suhu tubuh, seperti penggunaan pakaian hangat.
- Berikan edukasi tentang kondisi hipotiroidisme dan pengaruhnya terhadap intoleransi dingin.
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan pengobatan hipotiroidisme.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan nutrisi sesuai kebutuhan, dan peningkatan toleransi terhadap dingin. Hal ini akan membantu pasien beradaptasi dengan gejala hipotiroidisme dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 14466 | 19 Mar 2025
Klinis : A 45-year-old female presents to the clinic with complaints of fatigue, weight gain, and sensitivity to cold for the past six months. The patient states that she has been feeling increasingly tired despite getting adequate sleep. She has noticed unexplained weight gain of approximately 5 kg over the past few months, even though her diet and activity levels have remained the same. She also reports feeling cold more often than usual, particularly in her hands and feet. Her hair has become brittle and thin, and she has noticed increased dryness of her skin. She occasionally experiences constipation and mild depression. No known history of thyroid disease. Her mother diagnosed with hypothyroidism.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Definisi: Fatigue, peningkatan berat badan, sensitivitas terhadap dingin.
2. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Karakteristik Definisi: Kelelahan meskipun tidur cukup.
3. Gangguan Citra Tubuh
- Definisi: Gangguan persepsi terhadap penampilan fisik.
- Karakteristik Definisi: Rambut yang menjadi rapuh dan tipis, kulit kering.
4. Risiko Gangguan Proses Pikir
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan kemampuan berpikir.
- Karakteristik Definisi: Gejala depresi ringan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Indikator:
- Berat badan sesuai IMT normal
- Tidak ada keluhan fatigue
- Tidak ada sensitivitas terhadap dingin
2. Pola Tidur Terpelihara
- Indikator:
- Pasien tidur dengan kualitas dan kuantitas yang adekuat
- Tidak ada keluhan kelelahan meskipun cukup tidur
3. Citra Tubuh Positif
- Indikator:
- Pasien merasa nyaman dengan penampilan fisiknya
- Rambut dan kulit dalam kondisi baik
4. Proses Pikir Teratasi
- Indikator:
- Tidak ada gejala depresi
- Kemampuan berpikir dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Pengkajian status nutrisi
- Pemberian edukasi tentang gizi seimbang
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang sesuai
2. Manajemen Pola Tidur
- Pengkajian pola tidur
- Pemberian edukasi tentang higiene tidur
- Pemberian terapi relaksasi untuk meningkatkan kualitas tidur
3. Terapi Perilaku: Citra Tubuh
- Pengkajian citra tubuh
- Pemberian edukasi tentang penerimaan diri
- Terapi kelompok atau konseling untuk meningkatkan citra tubuh positif
4. Manajemen Proses Pikir
- Pengkajian fungsi kognitif
- Pemberian edukasi tentang kesehatan mental
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental untuk terapi depresi ringan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai didasarkan pada gejala dan tanda klinis yang dialami oleh pasien, yaitu fatigue, peningkatan berat badan, sensitivitas terhadap dingin, kelelahan meskipun tidur cukup, perubahan pada rambut dan kulit, serta gejala depresi ringan. Luaran yang diharapkan adalah keseimbangan nutrisi, pola tidur yang terpelihara, citra tubuh yang positif, serta proses pikir yang teratasi. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai tujuan tersebut. -
Article No. 14467 | 19 Mar 2025
Klinis : laki-laki usia 59 tahun dengan keluhan nyeri punggung menjalar sampai kaki, beraktivitas dengan bantuan, berjalan dengan tongkat. Tekanan darah 148/96 nadi 74 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kronis Berhubungan dengan Penyakit Muskuloskeletal
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Penyebab: Penyakit muskuloskeletal, cedera, proses penuaan, dll.
- Karakteristik: Nyeri dengan intensitas yang bervariasi, menjalar, menganggu aktivitas, dll.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang Diharapkan: Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, dapat beraktivitas dengan mandiri, dan meningkatkan kualitas hidup.
- Indikator: Pasien dapat mengontrol nyeri, meningkatkan toleransi aktivitas, dan meningkatkan kemampuan fungsional.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, terapi modalitas nyeri, peningkatan mobilitas, edukasi manajemen nyeri kronis, dll.
- Tujuan Intervensi: Menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan kemampuan fungsional, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Berdasarkan kondisi pasien laki-laki usia 59 tahun dengan keluhan nyeri punggung menjalar sampai kaki, beraktivitas dengan bantuan, berjalan dengan tongkat, serta tekanan darah 148/96 dan nadi 74 x/menit, maka diagnosa keperawatan yang tepat adalah Nyeri Kronis Berhubungan dengan Penyakit Muskuloskeletal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, terapi modalitas nyeri, peningkatan mobilitas, dan edukasi manajemen nyeri kronis. -
Article No. 14468 | 19 Mar 2025
Klinis : seorang wanita usia 65 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati, perut perih dan terasa penuh. tekanan darah 133/80 nadi 70 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit gastrointestinal
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (NANDA, 2018).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tingkat nyeri: Tingkat nyeri yang dilaporkan atau teridentifikasi pada pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri.
2. Monitoring tanda-tanda vital: Pemeriksaan dan pencatatan secara berkala mengenai tanda-tanda vital pasien.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu nyeri ulu hati dan perut perih, serta pemeriksaan tanda-tanda vital yang menunjukkan tekanan darah 133/80 mmHg dan nadi 70 x/menit, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah nyeri akut berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi ini adalah SDKI untuk nyeri akut, SLKI untuk tingkat nyeri, dan SIKI untuk manajemen nyeri serta monitoring tanda-tanda vital. -
Article No. 14469 | 19 Mar 2025
Klinis : Tanggal masuk 5 Maret 2025 Tanggal pengkajian : 7 Maret 2025 Seorang ibu Ny B lahir 30 Mei (46 thn) Jakarta, sudah menikah dengan 2 orang anak, (13 thn perempuan dan 10 thn laki – laki) tidak bekerja, suku jawa, Islam, jika dirumah menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa jawa. Pendidikan terakhir SMA, dengan suami Tn B usia 52 thn, bekerja sebagai PNS. Alamat di Sukaraja Bekasi. Pasien sudah dirawat 2 hari yang lalu di ruang rawat inap dengan diagnose medik : Stoke tanpa perdarahan. Pagi ini : pasien tampak kotor, banyak air liur keluar, mulut bau dan kotor, gigi tampak kuning, kuku bersih dan pendek Pasien masuk melalui UGD karena terkena stroke mendadak pada pagi hari sehabis bangun tidur, menurut anak pasien, ibunya kemarin sore mengeluh pusing dan lemas. Pasien minum obat pusing dan tidur malam. Dan pagi ini pasien tidak bangun pagi seperti biasanya, suami pasien membangunkan tetapi tidak bangun – bangun. Lalu suaminya membawa pasien ke rumah sakit. Badan banyak keringat dan berbau, rambut kusut dan berbau, tercium bau obat gosok, kesadaran pasien somnelen dgn GCS : 10 (M4, E4,E2) Keadaan umum tampak sakit berat, terpasang infus RL 20 – 21 tts/mnt, terpasang disebelah kanan pasien. Pada tangan dan kaki kiri tampak mengalami kelemahan dengan kekuatan otot kaki : 2, sedangkan tangan kanan dan kaki kanan 4 ,semua kebutuhan dibantu perawat atau keluarga skala 4 Tanda – tanda vital pagi ini : TD 160/100 mmHg, Suhu : 37,2 C, N : 94 x/mnt, HR : 96 x/mnt RR : 21 x/mnt irama teratur, menggunakan dada Menurut suami dan anak pasien : pasien selalu mandi 2 kali sehari dan rajin menunaikan ibadahnya tidak pernah ditinggalkan. Kramas 3 kali/seminggu, gosok gigi 2 kali sehari, tidak pernah olah raga karena sudah cape mengerjakan kerjaan rumah tangga tidak ada asisten rumah tangga Pasien makan 2 kali sehari, makan siang dan malam, makanan kesukaannya adalah : gorengan dan soto ayam. Setiap makan lengkap ada sayur dan lauk, untuk buah tidak tentu. Berat badan pasien 62 kg dengana tinggi badan : 162 cm. Saat ini pasien terpasang NGT dan Infus, rongga mulut pasien tampak kotor, mulut bau, gigi kotor. BU : 15 x/mnt, tidak teraba masa di abdomen Riwayat Kesehatan 5 tahun yang lalu pasien pernah di ukur tekanan darahnya tinggi dan tidak pernah berobat, karena menurutnya tidak ada masalah, menurut suaminya pernah pusing dan tidak enak badan tapi tidak pernah di bawa ke dokter, karena menurut pasien cukup istirahat juga sembuh dan jika pusingnya tidak hilang maka pasien akan minum obat pusing lalu pusingnya hilang Riwayat persalinan : Pasien melahirkan anak 2 kali dengan persalinan normal, tidak ada masalah dan dibantu oleh bidan, selalu teratur memeriksakan kandungannya di puskesmas, Riwayat keluarga Pasien anak ke 2 dari 4 bersaudara, ayah pasien sudah meninggal dan ibu pasien masih ada dan tinggal di kampung Bersama dengan adiknya yang terkecil. Ayah pasien anak ke 3 dari 7 bersaudara, sedangkan ibu pasien anak pertama dari 3 bersaudara. Ada Riwayat kencing manis yaitu paman dari ayahnya dan adik ibunya ada yang darah tinggi Buat pengkajian Buat Diagnosa Keperawatan Buat rencana Keperawatan : HYD, Rencana Keperawatan dan Rasionalnya utk setiap rencana Tindakan Rencana Tindakan meliputi : - Tindakan mandiri - Tindakan observasi - Tindakan penyuluhan - Tindakan kolaborasi. Kasus Aktivitas 2 Tanggal Masuk : 8 Feb 2025 jam 14.00 Tanggal Operasi : 9 Feb 2025 jam 08.00 Tanggal pengkajian : 11 Februari 2025 jam 08.00 Seorang pemuda (30 tahun) dirawat di ruang bedah dengan diagnose Fraktur pada kaki sebelah kiri, Pasien post operasi hari ke 2. keadaan umum tampak sakit sedang, terpasang gips di kaki sebelah kanan, kesadaran pasien compos mentis (sadar penuh), terpasang infus NaCl 8 jam/kolf dan Amifusin 12 jam/kolf ditangan sebelah kiri. Pada kaki terpasang drain keluar cairan berwarna merah jumlah 30 – 40 cc. Pasien lahir di Jakarta, 30 Juni, belum menikah, tetapi sudah punya teman dekat, pasien sudah bekerja di suatu supermarket dan sorenya dia mengambil kuliah lagi. Agama : Islam dan terkadang tidak menjalankan agamanya dengan baik karena harus kerja dan kuliah. Pasien orang Jakarta, tinggal di daerah Tanah Abang Jakarta Selatan. Bahasa yang digunakan sehari hari adalah Bahasa Indonesia. Pasien masuk melalui IGD karena motornya ditabrak oleh mobil pada saat pasien akan berangkat ke kuliahnya, pada saat di lokasi tabrakan, pasien sempat pingsan karena kaki kirinya sakit luar biasa dan mengeluarkan darah. Pasien dibawa ke RS, dan langsung di bawa ke ruang operasi untuk dioperasi karena ada yang patah pada kaki kirinya, saat ini kaki kirinya di gibs Menurut pasien, pasien mandi setiap hari 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari. dan tiap hari selalu cuci rambut, tetapi sejak kemarin mandinya dibantu oleh perawat dan belum keramas. Saat ini dirasakan rambutnya kotor, untuk gosok gigi dan pakai baju bisa dilakukan sendiri. tetapi utk kakinya masih terasa sakit. Untuk bab belum ada sejak setelah operasi, untuk bak dibantu oleh perawat, urine warna kuning jernih, banyak kurang lebih 300 – 400 cc. sebelum sakit bab setiap pagi 1 x sehari dan bak 4 – 5 kali sehari. Utk makan, kemarin sore sudah diberi makanan lunak dan tidak bisa habis, karena pasien kurang suka, pagi ini pasien makan nasi goreng dan tinggal sedikit lagi. Pola makannya setiap hari 3 kali sehari dan tidak teratur tergantung pekerjaan dan tugas dari kuliahnya. Tapi selalu makan nasi, sayur dan lauk pauk, makanan kesukaannya adalah ikan goreng apalagi kalau diberi sambal. Minum sehari bisa 10 – 12 gelas, air putih, tidak kopi dan merokok ½ bungkus sehari. Tidak minum alcohol, tidak minum obat terlarang. . BU : 17 x/mnt Pasien berangkat kerja dari rumah jam 06 pagi karena agak jauh tempat kerjanya dari rumah, kerja sampai jam 14.00 lalu pergi ke tempat kuliah, masuk kuliah jam 16.00 sampai jam 21.00 lalu pulang ke rumah dan mengerjakan tugas – tugas kuliahnya sampai jam 24.00 terkadang sampai jam 01 pagi. Tidur siang hanya dilakukan pada saat libur kerja saja. Dan tiap minggu ada libur 1 hari, tidak tentu hari minggu. Jika libur kerja dan libur sekolah, pasien biasanya jalan – jalan dengan teman temannya naik gunung atau ke luar kota. Kegiatan saat ini semua kebutuhan dibantu oleh kakak atau ibunya. Makan : 0, mandi 3, berpakaian 2, kerapihan 3, bab 3, bak 2, mobilasiasi : 2, ambulasi tempat tidur, Pemeriksaan fisik Kekuatan otot 5 utk semuanya kecuali kaki kirinya tidak bisa dikaji krn post operasi, nyeri dengan skala 5 – 6, gaya berjalan tdk bisa dikaji, fiksasi : pakai gibs pada kaki kiri. JVP : 5 – 2 cm/H2O, CRT : 2 detik Bentuk dada : datar, tdk ada stridorm sianosis, vocal fremitus sama kiri= kanan, Perkusi dada sonor, batas paru hepar ICS 4, suara nafas vesicular, suara ucap ki = ka, tdk ada suara tambahan, Batas jantung : atas ICS 2, Kanan linea sternum ka, kiri : Linea mid clavicula kiri, bawah ICS 5 IC : tidak tanpak, palpasi ICS 5 mid clavicula kiri , tidak ada suara tambahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana keperawatan untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2. Mobilitas Fisik Terganggu berhubungan dengan kelemahan otot dan pembatasan pergerakan
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas secara efektif untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
- SLKI: Tindakan untuk memudahkan pembersihan jalan nafas dan mencegah komplikasi pernapasan.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas dan mencegah komplikasi pernapasan.
2. Mobilitas Fisik Terganggu
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah untuk berpindah tempat.
- SLKI: Tindakan untuk memfasilitasi mobilitas fisik pasien.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan atau mempertahankan kemampuan mobilitas fisik pasien.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Tindakan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
4. Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- SLKI: Tindakan untuk memfasilitasi atau membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi atau membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
Rencana Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
- Tindakan mandiri: Monitor status pernapasan, lakukan suction jika diperlukan, anjurkan batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Tindakan observasi: Monitor produksi sekret, monitor saturasi oksigen.
- Tindakan penyuluhan: Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan jalan nafas.
- Tindakan kolaborasi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian oksigen, bronkodilator, dan ekspektoran jika diperlukan.
2. Mobilitas Fisik Terganggu
- Tindakan mandiri: Bantu pasien melakukan mobilisasi di tempat tidur, anjurkan senam ROM, bantu latihan berjalan dengan alat bantu.
- Tindakan observasi: Monitor tanda-tanda vital, monitor nyeri, monitor tanda-tanda komplikasi.
- Tindakan penyuluhan: Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya mobilisasi dini.
- Tindakan kolaborasi: Kolaborasi dengan fisioterapis untuk intervensi latihan mobilisasi.
3. Risiko Infeksi
- Tindakan mandiri: Lakukan perawatan luka operasi, monitor tanda-tanda infeksi, pertahankan teknik aseptik.
- Tindakan observasi: Monitor suhu tubuh, monitor status luka operasi.
- Tindakan penyuluhan: Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
- Tindakan kolaborasi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik profilaksis.
4. Defisit Perawatan Diri
- Tindakan mandiri: Bantu pasien dalam aktivitas perawatan diri (mandi, berpakaian, toileting).
- Tindakan observasi: Monitor kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
- Tindakan penyuluhan: Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang strategi untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri.
- Tindakan kolaborasi: Kolaborasi dengan terapis okupasi untuk intervensi peningkatan kemandirian pasien. -
Article No. 14470 | 19 Mar 2025
Klinis : seorang wanita usia 48 tahun dengan keluhan sakit kepala, leher terasa kaku, sulit tidur. tekanan darah 182/117
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
- Penjelasan: Pasien mengalami gangguan kesehatan yang ditandai dengan keluhan sakit kepala, leher terasa kaku, dan sulit tidur. Tekanan darah yang tinggi (182/117) menunjukkan adanya masalah kesehatan yang memerlukan penanganan.
2. Gangguan pola tidur
- Penjelasan: Pasien mengalami kesulitan untuk tidur, yang dapat disebabkan oleh faktor fisik (seperti nyeri kepala dan kekakuan leher) maupun faktor psikologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan manajemen kesehatan: Ketidakmampuan individu, keluarga, atau komunitas untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mengambil tindakan dalam mengatasi masalah kesehatan.
- Gangguan pola tidur: Perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Untuk ketidakefektifan manajemen kesehatan, luaran yang diharapkan adalah peningkatan perilaku kesehatan, pemahaman terhadap kondisi kesehatan, dan kemampuan dalam mengelola masalah kesehatan.
- Untuk gangguan pola tidur, luaran yang diharapkan adalah perbaikan pola tidur, peningkatan kualitas tidur, dan peningkatan fungsi sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi untuk ketidakefektifan manajemen kesehatan: Manajemen kesehatan, Edukasi kesehatan, Konseling.
- Intervensi untuk gangguan pola tidur: Terapi relaksasi, Manajemen lingkungan tidur, Manajemen nyeri.
Dengan kondisi pasien yang ditampilkan (wanita usia 48 tahun dengan keluhan sakit kepala, leher kaku, sulit tidur, dan tekanan darah tinggi), diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan manajemen kesehatan dan Gangguan pola tidur. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berfokus pada edukasi, manajemen kesehatan, manajemen nyeri, dan terapi relaksasi. -
Article No. 14471 | 19 Mar 2025
Klinis : risiko iskemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang Penanya. Sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko iskemia.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan yang tidak diinginkan dalam tekanan darah, denyut nadi, curah jantung, dan/atau resistensi vaskular yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke organ tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Stabilitas Hemodinamik, yang merupakan keadaan di mana individu menunjukkan stabilitas pada tekanan darah, denyut nadi, curah jantung, dan/atau resistensi vaskular yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi organ-organ tubuh.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko ketidakstabilan hemodinamik meliputi: pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, manajemen pemberian obat-obatan, manajemen nyeri, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Dalam kasus risiko iskemia, perawat perlu memantau tanda-tanda vital secara ketat, memastikan adekuasi sirkulasi darah, dan mengelola faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas hemodinamik, seperti pengaturan posisi, manajemen nyeri, dan pemberian obat-obatan yang sesuai.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan perencanaan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI. Jika ada pertanyaan lain, silakan sampaikan. -
Article No. 14472 | 19 Mar 2025
Klinis : diagnosa medis mual dan muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi mual dan muntah.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi mual dan muntah yang dialami pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Kondisi mual dan muntah dapat menyebabkan asupan nutrisi yang tidak adekuat, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara nutrisi yang masuk dengan kebutuhan tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Penurunan berat badan, kehilangan selera makan, mual, dan muntah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien akan mencapai/mempertahankan berat badan yang sesuai.
2. Pasien akan melaporkan peningkatan selera makan.
3. Pasien akan melaporkan penurunan frekuensi mual dan muntah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen mual dan muntah
2. Terapi nutrisi
3. Pemantauan status nutrisi
4. Edukasi terkait nutrisi
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat diharapkan dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi kondisi mual dan muntah pada pasien, sehingga dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal. -
Article No. 14483 | 19 Mar 2025
Klinis : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan hormon tiroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Peningkatan Hormon Tiroid
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan integritas kulit didefinisikan sebagai kerusakan pada epidermis dan/atau dermis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan perubahan metabolisme dan fungsi kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan hormon tiroid adalah: integritas kulit membaik, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi: perawatan kulit, manajemen nutrisi, edukasi terkait perawatan kulit, dan pemantauan tanda-tanda infeksi. Tujuannya adalah untuk memulihkan integritas kulit, mencegah komplikasi, dan memfasilitasi proses penyembuhan.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan assessment yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan dan melaksanakan intervensi yang sesuai, serta melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14484 | 19 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan mengeluhkan tangan yang mengalami tremor dan badan yang selalu merasa kepanasan. Pasien mengatakan gejala tersebut datang saat ia mengalami stres berlebih. Akibatnya ia juga mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam 1 minggu terakhir. Selain itu pasien juga merasakan bahwa jantungnya berdebar-debar dan membuat ia sangat gugup. Gejala yang dirasakan pasien saat awal menyebar di daerah perut karena pasien sebelumnya mengalami sakit diare, namun setelah beberapa hari sakit di perut mulai berkurang sehingga sakit tidak lagi menyebar ke daerah lain karena tingkat keparahan sakit yang dialami pasien sudah tidak terlalu parah. Diagnosis awal adalah hipertiroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Penjelasan: Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam 1 minggu terakhir, tremor pada tangan, dan merasa kepanasan. Hal ini dapat mengganggu kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Ansietas (SDKI)
- Penjelasan: Pasien mengatakan merasakan jantung berdebar-debar dan merasa sangat gugup, yang disebabkan oleh stres berlebih.
3. Nyeri Akut (SDKI)
- Penjelasan: Pasien awalnya mengalami sakit diare, namun setelah beberapa hari, sakit di perut mulai berkurang. Hal ini menunjukkan adanya nyeri akut yang dialami pasien.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital
- Kolaborasi pemberian terapi obat tiroid
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan edukasi terkait manajemen aktivitas
2. Ansietas:
- Lakukan terapi relaksasi
- Berikan dukungan emosional
- Kolaborasi pemberian terapi obat antiansietas
- Berikan edukasi terkait manajemen stres
3. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Dengan diagnosis keperawatan dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mengalami perbaikan kondisi dan meningkatkan kualitas hidupnya.