Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14542 | 20 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit perut, nyeri ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Kondisi medis yang menyebabkan nyeri pada perut dan ulu hati, seperti gastritis, ulkus peptikum, atau gangguan gastrointestinal lainnya.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri
- Definisi: Pengalaman subyektif dan kompleks yang mencakup respons sensorik, emosional, perilaku, dan fisiologis terhadap stimulus yang dirasakan mengganggu atau mengancam integritas seseorang.
- Penyebab: Nyeri yang dirasakan oleh pasien akibat kondisi medis yang sedang dialami.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI merupakan pedoman resmi yang digunakan oleh perawat di Indonesia dalam mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis keperawatan.
- Diagnosis keperawatan yang dirumuskan berdasarkan SDKI mencakup masalah kesehatan, kebutuhan, dan potensi yang dapat ditangani oleh perawat.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI adalah pedoman yang berisi luaran (outcome) keperawatan yang dapat dicapai oleh pasien setelah menerima intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan dalam SLKI mencakup status kesehatan, perilaku, dan persepsi pasien.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI adalah pedoman yang berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan dalam SIKI mencakup aktivitas yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dalam mencapai luaran keperawatan yang optimal.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan sesuai dengan kebutuhan pasien, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. -
Article No. 14543 | 20 Mar 2025
Klinis : perdarahan di kepala, na 125,2, kalium 3,34, chlorida 90,2, penurunan kesadaran, TD 170/100 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, tampak luka di kepala, motorik hemiparesa sinistra, kekuatan otot ekstremitas kanan 4, kekuatan otot ekstremitas kiri 2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak yang dapat mengancam fungsi serebral.
Tanda dan gejala: Perdarahan di kepala, penurunan kesadaran, hemiparesis sinistra, kekuatan otot ekstremitas kiri menurun.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
Definisi: Perubahan dalam kadar elektrolit tubuh, dalam hal ini hiponatremia (Na 125,2 mEq/L) dan hipokalemia (K 3,34 mEq/L).
Tanda dan gejala: Perubahan laboratorium (Na, K, Cl), penurunan kesadaran.
3. Hipertensi
Definisi: Tekanan darah sistolik dan/atau diastolik melebihi nilai normal (TD 170/100 mmHg).
Tanda dan gejala: Peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi meningkat.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif:
- Perfusi jaringan serebral membaik
- Tidak terjadi penurunan lebih lanjut pada fungsi neurologis
- Tanda-tanda vital stabil
2. Ketidakseimbangan Elektrolit:
- Kadar elektrolit (Na, K, Cl) kembali normal
- Tidak terjadi perburukan kondisi akibat ketidakseimbangan elektrolit
- Tidak terjadi komplikasi yang mengancam jiwa
3. Hipertensi:
- Tekanan darah kembali dalam batas normal
- Tidak terjadi komplikasi akibat hipertensi
- Tanda-tanda vital stabil
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala
- Pemberian oksigen dan pengaturan posisi untuk memaksimalkan perfusi serebral
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologi (misalnya antihipertensi, antikonvulsan)
- Pengkajian dan perawatan luka di kepala
- Mobilisasi dan rehabilitasi sesuai kondisi pasien
2. Ketidakseimbangan Elektrolit:
- Pemantauan kadar elektrolit (Na, K, Cl) secara berkala
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi penggantian elektrolit (misalnya infus NaCl, KCl)
- Pemberian diet sesuai kebutuhan elektrolit
- Evaluasi status cairan dan nutrisi pasien
3. Hipertensi:
- Pemantauan tekanan darah secara berkala
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antihipertensi
- Pengaturan aktivitas dan istirahat pasien
- Edukasi pasien dan keluarga tentang hipertensi dan penanganannya
Penjelasan rinci dan terperinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia). Diagnosa tersebut meliputi Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif, Ketidakseimbangan Elektrolit, dan Hipertensi.
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif didasarkan pada adanya perdarahan di kepala, penurunan kesadaran, hemiparesis sinistra, dan penurunan kekuatan otot ekstremitas kiri. Kondisi ini menunjukkan adanya gangguan perfusi darah ke otak yang dapat mengancam fungsi serebral.
Ketidakseimbangan Elektrolit ditandai dengan adanya hiponatremia (Na 125,2 mEq/L) dan hipokalemia (K 3,34 mEq/L). Perubahan kadar elektrolit ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan perubahan status neurologis.
Hipertensi didasarkan pada tekanan darah yang meningkat (170/100 mmHg) serta adanya peningkatan frekuensi nadi. Kondisi hipertensi ini dapat menyebabkan komplikasi pada sistem kardiovaskular dan serebrovaskular.
Luaran/output yang diharapkan (SLKI) setelah pemberian asuhan keperawatan meliputi:
1. Perbaikan perfusi serebral, stabilitas tanda-tanda vital, dan tidak terjadi penurunan fungsi neurologis lebih lanjut.
2. Normalisasi kadar elektrolit (Na, K, Cl) dan tidak terjadi komplikasi akibat ketidakseimbangan elektrolit.
3. Tekanan darah kembali normal, tidak terjadi komplikasi akibat hipertensi, dan stabilitas tanda-tanda vital.
Intervensi keperawatan (SIKI) yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status neurologis, pemberian oksigen, perawatan luka, serta kolaborasi dengan dokter untuk terapi farmakologi.
2. Pemantauan kadar elektrolit, pemberian terapi penggantian elektrolit, pengaturan diet, dan evaluasi status cairan dan nutrisi.
3. Pemantauan tekanan darah, pemberian terapi antihipertensi, pengaturan aktivitas dan istirahat, serta edukasi pasien dan keluarga.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lain diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan dan memperbaiki kondisi pasien. -
Article No. 14544 | 20 Mar 2025
Klinis : Hiperkalemi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hiperkalemi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit: Hiperkalemi
Penjelasan:
Hiperkalemi adalah kondisi di mana kadar kalium dalam darah melebihi nilai normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan fungsi ginjal, penggunaan obat-obatan tertentu, atau masalah pada saluran pencernaan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit: Hiperkalemi didefinisikan sebagai "Keadaan rentan mengalami perubahan kadar kalium dalam cairan tubuh melebihi batas normal".
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hiperkalemi adalah Keseimbangan Cairan Elektrolit yang Membaik, dengan indikator seperti stabilnya kadar kalium dalam batas normal, tidak terjadi komplikasi, dan status hemodinamik yang stabil.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Pemantauan Kadar Elektrolit, Pemberian Terapi Farmakologis, Manajemen Diet, serta Edukasi Pasien dan Keluarga. Tujuannya adalah untuk mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien.
Dalam penanganan hiperkalemi, peran perawat sangat penting dalam melakukan pengkajian, pemantauan, dan pemberian intervensi yang tepat sesuai dengan kondisi pasien. Kolaborasi yang baik dengan tim kesehatan lainnya juga diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 14545 | 20 Mar 2025
Klinis : Hiperkalemi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI untuk kondisi hiperkalemi sebagai seorang pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Hiperkalemi:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hiperkalemi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakseimbangan Elektrolit: Hiperkalemi". Kondisi hiperkalemi atau peningkatan kadar kalium dalam darah dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang serius, sehingga perlu diidentifikasi dan ditangani dengan segera.
Definisi:
Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan konsentrasi normal kalium dalam darah dan cairan tubuh lainnya.
Karakteristik utama:
1. Kadar kalium serum meningkat (>5,5 mEq/L)
2. Aritmia jantung
3. Perubahan pada EKG (misalnya, gelombang T tinggi, kompleks QRS lebar)
4. Kelemahan otot, kram, dan/atau paralisis
5. Perubahan dalam status mental, seperti kebingungan, letargi, atau koma
Faktor yang berhubungan:
1. Peningkatan asupan kalium
2. Gangguan ekskresi kalium (misalnya, gagal ginjal, obstruksi saluran kemih)
3. Pergeseran kalium intraseluler (misalnya, asidosis, lisis sel)
4. Penggunaan obat-obatan yang meningkatkan kadar kalium (misalnya, ACE inhibitor, ARB, NSAID)
2. Luaran/Output SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) untuk Hiperkalemi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan hiperkalemi dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kadar Kalium Serum dalam Rentang Normal
- Definisi: Pasien menunjukkan kadar kalium serum dalam batas normal (3,5-5,5 mEq/L).
- Indikator:
a. Kadar kalium serum menurun hingga dalam batas normal.
b. Tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan hiperkalemi.
2. Tidak Ada Tanda-Tanda Hiperkalemi
- Definisi: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda hiperkalemi, seperti aritmia jantung, perubahan EKG, kelemahan otot, atau perubahan status mental.
- Indikator:
a. Irama jantung teratur.
b. Hasil EKG normal.
c. Tidak ada kelemahan otot atau paralisis.
d. Tidak ada perubahan status mental (misalnya, kebingungan, letargi, atau koma).
3. Pasien Menunjukkan Kemampuan Merawat Diri Terkait Hiperkalemi
- Definisi: Pasien mampu menunjukkan perilaku yang tepat untuk mengelola hiperkalemi, seperti mematuhi diet rendah kalium, minum obat sesuai resep, dan melakukan pemantauan.
- Indikator:
a. Pasien dapat menjelaskan penyebab, tanda, dan bahaya hiperkalemi.
b. Pasien dapat menjelaskan diet yang dianjurkan untuk mengelola hiperkalemi.
c. Pasien dapat menjelaskan penggunaan obat-obatan yang tepat untuk menangani hiperkalemi.
d. Pasien dapat menjelaskan pemantauan yang perlu dilakukan terkait hiperkalemi.
3. Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk Hiperkalemi:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan hiperkalemi, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan SIKI:
1. Pemantauan Keadaan Umum
- Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data terkait status kesehatan pasien secara komprehensif.
- Aktivitas:
a. Memantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu).
b. Memantau status neurologis (tingkat kesadaran, reflexes, orientasi).
c. Memantau kadar elektrolit (terutama kalium) secara berkala.
d. Memantau hasil pemeriksaan EKG.
2. Manajemen Elektrolit
- Definisi: Mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
- Aktivitas:
a. Mengidentifikasi penyebab hiperkalemi.
b. Memberikan intervensi farmakologis untuk menurunkan kadar kalium (misalnya, diuretik, penukar resin, insulin, dan glukosa).
c. Mengatur asupan cairan dan diet rendah kalium.
d. Memantau keseimbangan cairan dan elektrolit secara ketat.
3. Manajemen Obat
- Definisi: Memfasilitasi penggunaan obat-obatan yang aman dan efektif.
- Aktivitas:
a. Mengidentifikasi obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kalium.
b. Menghentikan atau mengganti obat-obatan yang dapat menyebabkan hiperkalemi.
c. Memantau respons pasien terhadap pengobatan.
d. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan obat-obatan.
4. Edukasi Kesehatan
- Definisi: Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan pasien dalam merawat diri.
- Aktivitas:
a. Menjelaskan penyebab, tanda, dan bahaya hiperkalemi.
b. Menjelaskan diet yang dianjurkan untuk mengelola hiperkalemi.
c. Menjelaskan penggunaan obat-obatan yang tepat untuk menangani hiperkalemi.
d. Menjelaskan pentingnya pemantauan kadar elektrolit dan tanda-tanda hiperkalemi.
Dengan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hiperkalemi dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kadar kalium serum dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda hiperkalemi, dan pasien menunjukkan kemampuan merawat diri terkait hiperkalemi. -
Article No. 14546 | 20 Mar 2025
Klinis : Curah jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Curah Jantung.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), kondisi Curah Jantung dapat dikategorikan sebagai "Penurunan Curah Jantung". Penurunan Curah Jantung adalah kondisi di mana jumlah darah yang dipompa oleh jantung per menit menurun, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan jaringan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Curah Jantung adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi di mana jumlah darah yang dipompa oleh jantung per menit menurun, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Penurunan Curah Jantung adalah peningkatan curah jantung, stabilisasi tanda-tanda vital, dan tidak adanya komplikasi lanjutan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Penurunan Curah Jantung antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan, pemberian oksigen, dan rehabilitasi kardiovaskular.
Sebagai seorang perawat, kami akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan pasien mendapatkan penanganan yang optimal dan dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14547 | 20 Mar 2025
Klinis : Curah jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi curah jantung.
Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Curah Jantung:
Diagnosis Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
Definisi: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu.
Diagnosis ini sesuai karena pasien dengan kondisi curah jantung mengalami penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan fungsi kontraktilitas jantung, gangguan isi sekuncup, gangguan denyut jantung, atau gangguan volume darah yang kembali ke jantung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
- Kriteria Hasil:
- Tekanan darah dalam batas normal
- Frekuensi nadi dalam batas normal
- Curah jantung dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda perubahan perfusi jaringan
2. Perfusi Jaringan
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah ke seluruh tubuh.
- Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda hipoperfusi (seperti dingin, pucat, sianosis, dan lain-lain)
- Tidak ada tanda-tanda edema
- Tidak ada keluhan seperti nyeri dada, sesak napas, dan lain-lain
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hemodinamik
- Tujuan: Mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
- Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur (tekanan darah, frekuensi nadi, respirasi, suhu)
- Pantau curah jantung dan volume darah
- Berikan terapi cairan dan obat-obatan sesuai indikasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
- Lakukan intervensi untuk mengatasi penyebab penurunan curah jantung (misalnya pemberian oksigen, pemasangan alat bantu jantung, dan lain-lain)
2. Manajemen Perfusi
- Tujuan: Mempertahankan aliran darah yang adekuat ke seluruh tubuh.
- Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda perfusi jaringan (kapiler refill, warna kulit, suhu ekstremitas, dan lain-lain)
- Posisikan pasien untuk meningkatkan aliran darah ke organ vital
- Berikan oksigen sesuai indikasi untuk meningkatkan saturasi oksigen
- Lakukan aktivitas untuk meningkatkan aliran darah (misalnya mobilisasi, latihan pernapasan, dan lain-lain)
Dengan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan dapat membantu dalam mengelola kondisi curah jantung pasien secara komprehensif dan meningkatkan outcome yang diharapkan. -
Article No. 14548 | 20 Mar 2025
Klinis : Bapak J (35 tahun) dirawat di RS dengan keluhan utama demam. Hasil anamnesa didapatkan hasil Bapak Jojo sudah mengalami demam sejak 2 hari yang lalu, demam terus menerus sepanjang hari dan hanya turun beberapa jam setelah diberi parasetamol yang dibeli di apotik. Oleh karena demamnya tidak turun-turun, Bapak Jojo lalu memeriksakan diri ke Puskesmas dan langsung dirujuk ke RS untuk rawat inap dan observasi lebih lanjut. Bapak Jojo juga mengeluh selama sakit, kepalanya sering terasa nyeri, bagian tengkuk leher juga terasa berat, tidak bisa tidur di malam hari atau hanya tidur sekitar 4 jam serta badan terasa lemas/tidak bertenaga. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan data tekanan darah (TD) 145/100 mmHg, nadi 90 kali/menit, suhu tubuh 390 Celcius dan RR 20 kali/menit. Hasil pemeriksaan fisik dan observasi didapatkan data kulit teraba hangat, wajah pasien tampak lesu dan tampak lingkaran mata hitam, pasien tampak tidak banyak bergerak di tempat tidur serta lebih menyukai posisi semi fowler rendah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Bapak Jojo.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan suhu tubuh 39°C, kulit teraba hangat, dan keluhan demam terus-menerus.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala penyakit, ditandai dengan keluhan sulit tidur di malam hari dan hanya tidur sekitar 4 jam.
3. Nyeri akut berhubungan dengan gejala penyakit, ditandai dengan keluhan nyeri kepala dan rasa berat di tengkuk leher.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan pasien tampak tidak banyak bergerak di tempat tidur dan lebih menyukai posisi semi fowler rendah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Hipertermia:
- Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C)
- Tidak ada tanda dan gejala hipertermia
- Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan umum
2. Pola Tidur:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per malam
- Pasien melaporkan merasa segar setelah bangun tidur
- Pasien dapat beristirahat dengan baik
3. Nyeri:
- Nyeri berkurang atau hilang
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa rasa nyeri
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
4. Toleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
- Pasien dapat berpartisipasi dalam program rehabilitasi
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan dan energi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Hipertermia:
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Berikan terapi penurun demam (misalnya parasetamol)
- Berikan kompres dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Anjurkan pasien minum banyak cairan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia
2. Gangguan Pola Tidur:
- Evaluasi faktor-faktor yang mengganggu tidur
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Anjurkan teknik relaksasi (misalnya napas dalam, visualisasi)
- Atur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang
- Berikan edukasi tentang pentingnya pola tidur yang baik
3. Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab nyeri
- Berikan kenyamanan dan dukungan emosional
4. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital saat aktivitas
- Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kapasitasnya
- Berikan aktivitas yang sesuai dengan toleransi dan kemampuan pasien
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk program latihan
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi Bapak Jojo secara komprehensif. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 14549 | 20 Mar 2025
Klinis : Bapak Jojo (35 tahun) dirawat di RS dengan keluhan utama demam. Hasil anamnesa didapatkan hasil Bapak Jojo sudah mengalami demam sejak 2 hari yang lalu, demam terus menerus sepanjang hari dan hanya turun beberapa jam setelah diberi parasetamol yang dibeli di apotik. Oleh karena demamnya tidak turun-turun, Bapak Jojo lalu memeriksakan diri ke Puskesmas dan langsung dirujuk ke RS untuk rawat inap dan observasi lebih lanjut. Bapak Jojo juga mengeluh selama sakit, kepalanya sering terasa nyeri, bagian tengkuk leher juga terasa berat, tidak bisa tidur di malam hari atau hanya tidur sekitar 4 jam serta badan terasa lemas/tidak bertenaga. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan data tekanan darah (TD) 145/100 mmHg, nadi 90 kali/menit, suhu tubuh 390 Celcius dan RR 20 kali/menit. Hasil pemeriksaan fisik dan observasi didapatkan data kulit teraba hangat, wajah pasien tampak lesu dan tampak lingkaran mata hitam, pasien tampak tidak banyak bergerak di tempat tidur serta lebih menyukai posisi semi fowler rendah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi terkait kondisi Bapak Jojo berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, sebagaimana tampak pada kasus Bapak Jojo yang mengalami demam terus-menerus dengan suhu tubuh 39°C. Tanda dan gejala yang muncul meliputi peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, dan rasa tidak nyaman.
2. Gangguan Pola Tidur
Gangguan Pola Tidur ditandai dengan perubahan kuantitas dan kualitas tidur, sebagaimana dialami Bapak Jojo yang hanya tidur sekitar 4 jam per malam dan sulit untuk tidur.
3. Intoleransi Aktivitas
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari akibat keterbatasan energi, sebagaimana dialami Bapak Jojo yang merasa lemas dan tidak bertenaga.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia
- Suhu tubuh kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Gangguan Pola Tidur
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per malam
- Pasien merasa segar saat bangun tidur
3. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa kelelahan
- Pasien memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia
- Monitoring tanda-tanda vital secara rutin
- Memberikan obat antipiretik sesuai instruksi dokter
- Mengompres hangat pada pasien untuk menurunkan suhu
- Menjaga asupan cairan yang adekuat
- Mengevaluasi penyebab infeksi dan memberikan penanganan yang sesuai
2. Gangguan Pola Tidur
- Mengkaji pola tidur pasien
- Memberikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Mengatur pemberian obat dan nutrisi yang dapat membantu tidur
- Melakukan relaksasi dan terapi komplementer untuk meningkatkan kualitas tidur
3. Intoleransi Aktivitas
- Mengkaji tingkat aktivitas dan kemampuan pasien
- Menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien
- Memberikan bantuan dan alat bantu jika diperlukan
- Melakukan latihan fisik yang teratur untuk meningkatkan kapasitas fisik
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 14434 | 19 Mar 2025
Klinis : pasien hhd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami retensi cairan dan elektrolit yang melebihi kebutuhan tubuh.
- Tanda dan gejala: Edema, peningkatan berat badan, dispnea, takikardia.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau melakukan aktivitas sehari-hari.
- Tanda dan gejala: Kelelahan, kelemahan, dispnea saat beraktivitas.
3. Risiko Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Berisiko mengalami hambatan dalam pembersihan sekret atau obstruksi jalan napas.
- Tanda dan gejala: Dispnea, produksi sekret yang berlebihan, perubahan bunyi napas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan panduan resmi yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk standarisasi diagnosis keperawatan di Indonesia. Setiap diagnosis keperawatan memiliki definisi, batasan karakteristik, faktor berhubungan/risiko, dan intervensi keperawatan yang terstandar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah panduan yang berisi luaran (hasil) keperawatan yang diharapkan tercapai setelah intervensi keperawatan dilakukan. Luaran keperawatan ini disusun secara terstruktur dan terstandar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah panduan yang berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. Intervensi keperawatan disusun secara terstruktur dan terstandar.
Dengan adanya SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien secara komprehensif dan terstandar. -
Article No. 14435 | 19 Mar 2025
Klinis : pasien hhd
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien hemodialisis (HHD):
Berdasarkan kondisi pasien yang menjalani hemodialisis (HHD), diagnosa keperawatan yang sesuai mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Gangguan Keseimbangan Cairan: Penurunan Volume Cairan Terkait dengan Proses Dialisis.
Kondisi ini terjadi karena pasien HHD mengalami kehilangan cairan yang signifikan selama proses dialisis, sehingga perlu diidentifikasi dan ditangani dengan tepat.
b. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Terkait dengan Penurunan Volume Cairan.
Pasien HHD berisiko mengalami penurunan perfusi jaringan perifer akibat perubahan volume cairan, yang dapat berdampak pada fungsi organ.
c. Intoleransi Aktivitas Terkait dengan Penurunan Energi.
Pasien HHD seringkali mengalami kelelahan dan penurunan energi sebagai akibat dari proses dialisis, sehingga memerlukan intervensi keperawatan yang tepat.
Penjelasan rinci: Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi diatas merupakan kondisi umum yang sering ditemui pada pasien HHD. Masing-masing diagnosa memiliki karakteristik spesifik yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan dan implementasi asuhan keperawatan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Keseimbangan Cairan Terpelihara.
Diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal sesuai dengan kondisi individualnya.
b. Perfusi Jaringan Perifer Membaik.
Setelah intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan terjadi peningkatan perfusi jaringan perifer pada pasien HHD.
c. Toleransi Aktivitas Meningkat.
Melalui asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya dan mengurangi kelelahan.
Penjelasan rinci: Luaran/output yang diharapkan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah diidentifikasi. Pencapaian luaran ini akan menunjukkan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien HHD.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Untuk Diagnosa Gangguan Keseimbangan Cairan: Penurunan Volume Cairan Terkait dengan Proses Dialisis:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait dalam menentukan berat badan kering pasien.
- Pemantauan intake dan output cairan secara ketat.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pengaturan asupan cairan.
- Pemberian obat diuretik atau pembatasan cairan sesuai indikasi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi jika diperlukan.
b. Untuk Diagnosa Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Terkait dengan Penurunan Volume Cairan:
- Pemantauan tanda-tanda vital, status sirkulasi, dan perfusi perifer.
- Pengaturan posisi pasien untuk meningkatkan aliran darah.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait dalam pemberian cairan atau obat-obatan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga perfusi jaringan.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi jika diperlukan.
c. Untuk Diagnosa Intoleransi Aktivitas Terkait dengan Penurunan Energi:
- Penilaian tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Perencanaan dan pemberian aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien.
- Pemberian nutrisi dan suplemen yang adekuat.
- Manajemen kelelahan melalui teknik relaksasi dan istirahat yang cukup.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya aktivitas dan manajemen energi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi jika diperlukan.
Penjelasan rinci: Intervensi keperawatan yang diuraikan di atas merupakan contoh intervensi yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien HHD. Intervensi ini harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan dilakukan secara kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya.