Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14572 | 21 Mar 2025
Klinis : demam, nyeri kepala skala 6
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu demam, nyeri kepala skala 6, maka berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (SDKI)
Definisi: Kenaikan suhu tubuh di atas normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
2. Nyeri Akut (SDKI)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia
- Tujuan: Klien akan mencapai suhu tubuh normal dalam rentang waktu yang ditentukan.
- Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, pertahankan suhu lingkungan yang nyaman, berikan kompres hangat/dingin, dan edukasi klien tentang manajemen demam.
2. Nyeri Akut
- Tujuan: Klien akan melaporkan penurunan nyeri hingga berada pada skala yang dapat ditoleransi.
- Intervensi: Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, berikan analgesik sesuai indikasi, ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, dan evaluasi efektivitas intervensi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Demam (SIKI)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas normal.
Aktivitas: Pantau tanda-tanda vital, pertahankan suhu lingkungan yang nyaman, berikan kompres hangat/dingin, dan edukasi klien tentang manajemen demam.
2. Manajemen Nyeri (SIKI)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan rasa sakit yang dialami klien.
Aktivitas: Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, berikan analgesik sesuai indikasi, ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, dan evaluasi efektivitas intervensi.
Dengan tone = akademis dan persona = pakar/nurse, penjelasan ini diberikan dalam bahasa yang lebih formal dan ilmiah, sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 14573 | 21 Mar 2025
Klinis : pasien datng dengan keluhan gatal didubur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yaitu gatal di dubur, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Pruritus (Gatal)
Definisi: Sensasi tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan dorongan untuk menggaruk.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Sensasi tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan dorongan untuk menggaruk.
- Penyebab: Infeksi, iritasi, alergi, penyakit kulit, kekeringan kulit, penyakit sistemik.
- Gejala dan Tanda: Rasa gatal, kemerahan, ekskoariasi, edema, papul, vesikel.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari rasa gatal, kulit tidak tampak lesi, pasien dapat mengatasi rasa gatal tanpa menggaruk.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan berkurangnya rasa gatal, tidak ada kemerahan/lesi pada kulit, pasien dapat mengatasi rasa gatal tanpa menggaruk.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Pruritus, Terapi Topikal, Edukasi Perawatan Kulit.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi penyebab pruritus, aplikasi topikal (emolien, kortikosteroid), anjurkan mandi air hangat, batasi penggunaan sabun, anjurkan penggunaan pakaian berbahan katun, edukasi mengenai pruritus dan perawatan kulit.
Penjelasan singkat:
Pruritus atau rasa gatal di daerah dubur dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, iritasi, alergi, atau penyakit kulit lainnya. Tujuan perawatan adalah menghilangkan rasa gatal, mencegah kerusakan kulit akibat menggaruk, serta mengatasi penyebab utamanya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen pruritus, terapi topikal, dan edukasi perawatan kulit. -
Article No. 14574 | 21 Mar 2025
Klinis : pasien datng dengan keluhan gatal diperineum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan gatal di perineum.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan tingkat kelelahan yang minimal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Manajemen Aktivitas: Mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan dan menyusun rencana aktivitas harian.
b. Manajemen Energi: Mengajarkan teknik-teknik penggunaan energi secara efisien.
c. Peningkatan Mobilitas: Memfasilitasi latihan fisik sesuai dengan kemampuan pasien.
Dalam kondisi pasien dengan keluhan gatal di perineum, diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas dapat menjadi salah satu diagnosa yang relevan. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidaknyamanan dan keterbatasan fisik yang dialami pasien, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang fokus pada manajemen aktivitas, manajemen energi, dan peningkatan mobilitas diharapkan dapat membantu pasien dalam mengelola kondisinya dan meningkatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas. -
Article No. 14575 | 21 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita umur 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk berdahak 3 hari terakhir,dahak susah dikeluarkan,nagas sesak,tidak nafsu makan,rasa mual, berat badan menurun, pernah berobat TBC 5 tahun lalu hasil lab positif tbc,pernafasan 32x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pengeluaran sekret dan mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan bersihan jalan napas yang tidak efektif.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi aktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mencegah masalah kesehatan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse -
Article No. 14576 | 21 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita umur 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk berdahak 3 hari terakhir,dahak susah dikeluarkan,nagas sesak,tidak nafsu makan,rasa mual, berat badan menurun, pernah berobat TBC 5 tahun lalu hasil lab positif tbc,pernafasan 32x/menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum. Baik, berikut adalah pembahasan yang rinci dan terperinci mengenai kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Sekresi yang berlebihan, lemahnya batuk, ketidakmampuan untuk batuk efektif.
Gejala dan Tanda: Batuk berdahak, dahak susah dikeluarkan, napas cepat (32x/menit), riwayat TBC positif.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Kelemahan, kelelahan, sesak napas.
Gejala dan Tanda: Tidak nafsu makan, berat badan menurun, sesak napas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan dahak dengan batuk efektif.
- Frekuensi pernapasan menurun menjadi 12-20x/menit.
- Pasien tidak mengalami sesak napas.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas rutin tanpa kelelahan berlebih.
- Pasien memiliki nafsu makan yang baik dan berat badan stabil.
- Pasien tidak mengalami sesak napas saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Lakukan pengkajian jalan napas secara komprehensif.
b. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
c. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
d. Berikan humidifikasi dan nebulisasi sesuai indikasi.
e. Pertahankan posisi semi-fowler saat beraktivitas.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilator dan mukolitik.
2. Intoleransi Aktivitas
a. Lakukan pengkajian tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
b. Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas.
c. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap.
d. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan nutrisi.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi sesuai kondisi.
Penjelasan lebih lanjut:
Sesuai dengan kondisi pasien yang dideskripsikan, terdapat dua diagnosa keperawatan utama, yaitu Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Intoleransi Aktivitas. Diagnosa ini didasarkan pada gejala dan tanda yang dialami pasien, seperti batuk berdahak, dahak susah dikeluarkan, napas cepat, riwayat TBC, tidak nafsu makan, dan berat badan menurun.
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai Bersihan Jalan Napas Efektif dan Toleransi Aktivitas Meningkat. Hal ini akan ditandai dengan kemampuan pasien untuk mengeluarkan dahak dengan batuk efektif, frekuensi pernapasan yang normal, serta kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin tanpa kelelahan berlebih dan memiliki nafsu makan yang baik.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, meliputi pengkajian, pemberian terapi oksigen, latihan batuk efektif, pemberian humidifikasi dan nebulisasi, serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologi. Selain itu, intervensi terkait manajemen energi, aktivitas, dan nutrisi juga diperlukan untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 14577 | 21 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita umur 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk berdahak 3 hari terakhir,dahak susah dikeluarkan,nagas sesak,tidak nafsu makan,rasa mual, berat badan menurun, pernah berobat TBC 5 tahun lalu hasil lab positif tbc,pernafasan 32x/menit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis sebagai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.0
- Deskripsi: Pneumonia pneumokokal
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan batuk berdahak, dahak susah dikeluarkan, sesak napas, penurunan nafsu makan, mual, dan penurunan berat badan, yang merupakan gejala-gejala khas pneumonia.
- Pasien memiliki riwayat tuberkulosis (TBC) yang pernah diobati 5 tahun lalu, dimana infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) dapat menjadi komplikasi.
- Dengan frekuensi napas 32 kali per menit, pasien mengalami napas cepat yang merupakan tanda adanya gangguan pernapasan akibat pneumonia.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian terapi antibiotik intraveneus
Penjelasan:
- Pasien dengan pneumonia pneumokokal memerlukan pemberian terapi antibiotik intraveneus sebagai pengobatan utama untuk mengatasi infeksi.
- Kode ICD-9-CM 99.15 mengindikasikan tindakan pemberian terapi antibiotik secara intravena, yang biasanya dilakukan untuk pasien dengan pneumonia.
Dalam tatalaksana kasus ini, dokter perlu melakukan evaluasi lebih lanjut, seperti pemeriksaan fisik, tes diagnostik (misalnya pemeriksaan sputum, foto toraks, atau CT scan), dan pemantauan tanda-tanda vital untuk memastikan diagnosis dan menentukan penatalaksanaan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 14578 | 21 Mar 2025
Klinis : nyeri ulu hati, riwayat kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci mengenai kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Ulu Hati
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Karakteristik Definisi: Keluhan nyeri di ulu hati, perubahan tanda-tanda vital, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, perilaku protektif terhadap area yang nyeri.
2. Riwayat Kejang
Diagnosa Keperawatan: Risiko Terjadinya Kejang
Definisi: Kerentanan terhadap pola aktivitas listrik otak yang abnormal dan berulang yang dapat menyebabkan perubahan perilaku yang tidak terkontrol.
Karakteristik Definisi: Riwayat kejang, pola tidur yang terganggu, perubahan kesadaran, perubahan pola aktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Ulu Hati
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan perilaku mengatasi nyeri yang efektif, mendemonstrasikan relaksasi.
- Indikator: Tingkat nyeri menurun, pasien menunjukkan ekspresi wajah yang rileks, pasien mampu melakukan teknik relaksasi.
2. Risiko Terjadinya Kejang
- Kriteria Hasil: Pasien tidak mengalami kejang, mendemonstrasikan perilaku yang meminimalkan risiko kejang, menunjukkan pola tidur yang memadai.
- Indikator: Tidak terjadi kejang selama perawatan, pasien mampu mengenali faktor pemicu kejang dan menghindarinya, pasien tidur dengan pola yang teratur.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Ulu Hati
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, intensitas)
- Nilai nyeri menggunakan skala nyeri yang sesuai
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin)
- Pantau tanda-tanda vital untuk mengevaluasi efektivitas intervensi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan penyebab nyeri dan penanganan yang sesuai
2. Risiko Terjadinya Kejang
- Identifikasi faktor-faktor pemicu kejang (stres, kurang tidur, ketidakseimbangan elektrolit, dll.)
- Pantau pola tidur dan bangun pasien
- Ajarkan teknik manajemen stres dan relaksasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antikonvulsan sesuai indikasi
- Ciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah cedera saat terjadi kejang
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanganan kejang
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terencana, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu penurunan nyeri ulu hati dan pencegahan terjadinya kejang. Evaluasi yang berkelanjutan juga diperlukan untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 14579 | 21 Mar 2025
Klinis : hipoglikemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah pemaparan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi hipoglikemia:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi hipoglikemia:
Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi hipoglikemia berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah" (00179). Diagnosa ini menggambarkan adanya potensi penurunan kadar glukosa darah di bawah normal yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan pasien. Kondisi hipoglikemia menandakan bahwa tubuh pasien mengalami penurunan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol, sehingga perlu adanya pengawasan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hipoglikemia dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah (0800): Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal sesuai dengan kebutuhan fisiologisnya.
2. Pengetahuan: Manajemen Hipoglikemia (1860): Pasien dan/atau keluarga memiliki pengetahuan yang memadai tentang penyebab, tanda-tanda, dan tindakan yang harus dilakukan saat terjadi hipoglikemia.
3. Perilaku Perawatan Diri: Manajemen Diabetes (1601): Pasien dan/atau keluarga mampu melakukan perawatan diri yang efektif untuk mencegah dan mengelola hipoglikemia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan hipoglikemia:
1. Pemantauan Glukosa Darah (6650): Melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara berkala untuk mendeteksi adanya penurunan kadar glukosa darah di bawah normal.
2. Manajemen Hipoglikemia (2130): Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencegah, mengenali, dan mengelola episode hipoglikemia, termasuk pemberian karbohidrat sederhana, pengaturan diet, dan edukasi pasien/keluarga.
3. Edukasi Kesehatan: Manajemen Diabetes (5616): Memberikan edukasi kepada pasien dan/atau keluarga mengenai penyebab, tanda-tanda, dan tindakan yang harus dilakukan saat terjadi hipoglikemia, serta pentingnya mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
4. Bimbingan: Perawatan Diri (5520): Memberikan bimbingan dan dukungan kepada pasien dan/atau keluarga dalam melakukan perawatan diri yang efektif untuk mencegah dan mengelola hipoglikemia, seperti pengaturan diet, olahraga, dan pemantauan kadar glukosa darah.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hipoglikemia dapat mencapai stabilitas kadar glukosa darah, memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen hipoglikemia, dan mampu melakukan perawatan diri yang efektif untuk mencegah dan mengelola kondisi tersebut. -
Article No. 14580 | 21 Mar 2025
Klinis : sesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi sesak napas.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida.
Penyebab:
1. Gangguan mekanis pada sistem pernapasan
2. Kelelahan otot pernapasan
3. Kecemasan atau ketakutan
Gejala dan Tanda:
1. Napas dangkal dan cepat
2. Penggunaan otot bantu pernapasan
3. Sianosis
4. Rasa sesak di dada
Rencana Keperawatan:
1. Kaji tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Latihan pernapasan yang tepat
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang disusun oleh PPNI sebagai panduan untuk menentukan diagnosis keperawatan yang tepat. Dalam SDKI, terdapat definisi, penyebab, dan gejala/tanda dari setiap diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang disusun oleh PPNI untuk mengukur hasil atau luaran dari intervensi keperawatan yang diberikan. SLKI mencakup indikator-indikator untuk mengevaluasi keberhasilan suatu intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang disusun oleh PPNI untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan diagnosis keperawatan. SIKI mencakup deskripsi, tujuan, aktivitas, dan rasional dari setiap intervensi keperawatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI ini sangat penting dalam praktik keperawatan untuk memastikan kualitas dan keseragaman asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 14581 | 21 Mar 2025
Klinis : Kesadaran CM , pernafasan dengan nasal kanul 5 lpm, pasien tidak tampak sesak nafas. RR 18-20 x/menit. Saturasi 94-96%. Terpasang IV line no. 20 di vena metacarpal sinistra (info pasien kondisi tangan kiri lebih bengkak sebelum masuk RS), infus NS 0.9% 5 cc/jam. Terpasang DC no. 16 produksi urine kuning jernih. TTV : TD 107/80 mmhg. HR 89x/menit. RR 18 x/menit.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan melihat kondisi pasien yang telah Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Curah Jantung
Pasien menunjukkan penurunan kesadaran, pemasangan alat bantu nafas, dan terdapat edema di ekstremitas. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan curah jantung.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pasien membutuhkan alat bantu pernapasan berupa nasal kanul, namun tidak tampak sesak nafas. Hal ini mengindikasikan adanya potensi gangguan bersihan jalan napas.
3. Risiko Infeksi
Pasien memiliki akses intravena dan kateter urin yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Penurunan Curah Jantung
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada edema ekstremitas
- Perfusi jaringan adekuat
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pola napas dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda pernapasan tidak efektif
- Saturasi oksigen dalam batas normal
3. Bebas Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada akses intravena dan kateter urin
- Tidak ada peningkatan suhu tubuh
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Penurunan Curah Jantung
- Monitoring tanda-tanda vital secara berkala
- Observasi adanya edema ekstremitas
- Pemberian cairan IV sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi yang sesuai
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pemantauan respirasi dan saturasi oksigen
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan pasien
- Latihan batuk efektif
- Informasi kepada pasien tentang pentingnya mobilisasi dini
3. Risiko Infeksi
- Perawatan akses intravena sesuai prosedur
- Perawatan kateter urin secara aseptik
- Observasi tanda-tanda infeksi secara berkala
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik jika diperlukan
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Curah Jantung
Pasien menunjukkan penurunan kesadaran (CM) yang dapat menjadi indikasi adanya gangguan fungsi jantung dan penurunan curah jantung. Selain itu, adanya edema pada ekstremitas juga dapat menjadi tanda penurunan curah jantung. Kondisi ini perlu dikelola secara tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pasien membutuhkan alat bantu pernapasan berupa nasal kanul 5 lpm, namun tidak tampak sesak napas. Hal ini mengindikasikan adanya potensi gangguan bersihan jalan napas yang perlu dievaluasi dan ditangani. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk memastikan bersihan jalan napas efektif.
3. Risiko Infeksi
Pasien memiliki akses intravena dan kateter urin yang dapat meningkatkan risiko infeksi. Perawatan akses intravena dan kateter urin secara aseptik serta pemantauan tanda-tanda infeksi perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Penurunan Curah Jantung
Indikator yang diharapkan adalah stabilnya tanda-tanda vital, tidak adanya edema ekstremitas, dan perfusi jaringan yang adekuat. Tujuan ini dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang tepat, seperti pemantauan tanda-tanda vital, observasi edema, dan pemberian cairan IV sesuai kebutuhan.
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
Luaran yang diharapkan adalah pola napas dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda pernapasan tidak efektif, dan saturasi oksigen dalam batas normal. Intervensi keperawatan seperti pemantauan respirasi, pemberian oksigen, dan latihan batuk efektif dapat membantu mencapai luaran ini.
3. Bebas Infeksi
Indikator yang diharapkan adalah tidak adanya tanda-tanda infeksi pada akses intravena dan kateter urin, serta tidak ada peningkatan suhu tubuh. Perawatan akses intravena dan kateter urin secara aseptik, observasi tanda-tanda infeksi, dan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik (jika diperlukan) dapat membantu mencapai luaran ini.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Penurunan Curah Jantung
- Monitoring tanda-tanda vital secara berkala: Pemantauan tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu tubuh dapat memberikan informasi tentang fungsi jantung dan sirkulasi.
- Observasi adanya edema ekstremitas: Pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi adanya edema dapat membantu mengidentifikasi penurunan curah jantung.
- Pemberian cairan IV sesuai kebutuhan: Pemberian cairan intravena yang adekuat dapat membantu meningkatkan volume darah dan curah jantung.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi yang sesuai: Kerja sama dengan dokter untuk pemberian terapi obat-obatan atau intervensi lain yang dapat membantu meningkatkan curah jantung.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pemantauan respirasi dan saturasi oksigen: Pemeriksaan frekuensi pernapasan, kedalaman, dan irama serta saturasi oksigen dapat membantu mengevaluasi efektivitas bersihan jalan napas.
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan pasien: Pemberian oksigen melalui nasal kanul dapat membantu mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
- Latihan batuk efektif: Mengajarkan pasien teknik batuk efektif dapat membantu membersihkan jalan napas.
- Informasi kepada pasien tentang pentingnya mobilisasi dini: Edukasi kepada pasien tentang manfaat mobilisasi dini untuk memperlancar bersihan jalan napas.
3. Risiko Infeksi
- Perawatan akses intravena sesuai prosedur: Menjaga kebersihan dan keutuhan akses intravena dapat mencegah risiko infeksi.
- Perawatan kateter urin secara aseptik: Melakukan perawatan kateter urin dengan teknik aseptik dapat mencegah infeksi saluran kemih.
- Observasi tanda-tanda infeksi secara berkala: Pemantauan tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, dan produksi urin yang tidak normal dapat membantu mengidentifikasi adanya infeksi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik jika diperlukan: Kerja sama dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik sesuai hasil pemeriksaan dapat mem