Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14610 | 22 Mar 2025
Klinis : diagnosa thypoid
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi typhoid dari perspektif keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Typhoid:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat typhoid.
Penjelasan: Pada kondisi typhoid, pasien mengalami penurunan sistem imun yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder. Diagnosa ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mencegah terjadinya infeksi yang mungkin timbul.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan diare akibat typhoid.
Penjelasan: Typhoid sering disertai dengan gejala seperti anoreksia, mual, dan diare yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi pada pasien. Diagnosa ini bertujuan untuk memantau dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan demam dan sakit kepala akibat typhoid.
Penjelasan: Pasien typhoid seringkali mengalami demam tinggi dan sakit kepala yang dapat menimbulkan nyeri akut. Diagnosa ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelola nyeri yang dialami pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi Terkendali
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sekunder yang muncul.
- Pasien dapat melakukan perawatan diri dan hygiene dengan baik.
2. Status Nutrisi Membaik
- Berat badan pasien stabil atau meningkat.
- Pasien mampu mengonsumsi makanan dan cairan yang cukup.
- Hasil laboratorium menunjukkan perbaikan profil nutrisi.
3. Nyeri Terkontrol
- Pasien dapat mengungkapkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Risiko Infeksi Terkendali:
- Monitor tanda-tanda vital secara rutin.
- Identifikasi faktor risiko infeksi.
- Berikan edukasi dan anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik dan terapi lainnya.
- Pantau respons pasien terhadap pengobatan.
2. Intervensi untuk Status Nutrisi Membaik:
- Kaji status nutrisi pasien (asupan, output, berat badan).
- Berikan makanan dan cairan yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang tepat.
- Berikan suplementasi nutrisi jika diperlukan.
- Pantau parameter laboratorium terkait status nutrisi.
3. Intervensi untuk Nyeri Terkontrol:
- Kaji karakteristik dan tingkat nyeri pasien.
- Berikan tindakan farmakologis sesuai dengan anjuran medis.
- Terapkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (kompres hangat, relaksasi, distraksi).
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian pengobatan.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien sangat penting dalam penanganan kondisi typhoid. Dengan melakukan intervensi yang tepat, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 14611 | 22 Mar 2025
Klinis : etiologi thypoid
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi etiologi typhoid, dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi etiologi typhoid:
1. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat berkompromi dengan sistem pertahanan tubuh.
- Etiologi: Kondisi etiologi typhoid memenuhi kriteria ini karena typhoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, yang dapat mengkompromikan sistem pertahanan tubuh.
2. Defisiensi Pengetahuan
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
- Etiologi: Pasien dengan etiologi typhoid mungkin memiliki defisiensi pengetahuan terkait penyakit, pengobatan, dan manajemen diri yang efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi
- Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
- Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan pemahaman tentang proses infeksi dan pencegahannya.
b. Berpartisipasi dalam prosedur pencegahan infeksi.
c. Menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Pengetahuan: Manajemen Penyakit
- Definisi: Pemahaman individu tentang proses penyakit dan pengobatannya.
- Kriteria Hasil:
a. Menjelaskan etiologi, gejala, dan prognosis penyakit.
b. Menjelaskan tujuan dan regimen pengobatan.
c. Menjelaskan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
- Definisi: Memfasilitasi pengobatan dan pemulihan dari infeksi.
- Aktivitas:
a. Kaji tanda dan gejala infeksi.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antibiotik yang tepat.
c. Pantau respons pasien terhadap pengobatan.
d. Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
2. Edukasi Kesehatan
- Definisi: Memberikan informasi yang terstruktur untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait kesehatan.
- Aktivitas:
a. Identifikasi kesenjangan pengetahuan pasien.
b. Berikan informasi tentang etiologi, gejala, dan pengobatan typhoid.
c. Ajarkan pasien tentang pencegahan komplikasi dan manajemen diri yang efektif.
d. Evaluasi pemahaman pasien dan berikan umpan balik.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk pasien dengan etiologi typhoid. -
Article No. 14612 | 22 Mar 2025
Klinis : diagnosa thypoid
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Typhoid:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi typhoid berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Infeksi". Kondisi typhoid merupakan penyakit infeksi bakterial yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, sehingga pasien dengan typhoid memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi lebih lanjut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan typhoid dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Infeksi Efektif
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien tidak mengalami komplikasi infeksi, seperti perdarahan, perforasi usus, atau sepsis.
- Pasien mendemonstrasikan perilaku pencegahan infeksi yang tepat, seperti cuci tangan yang benar.
2. Pengetahuan Manajemen Penyakit Meningkat
- Pasien dapat menjelaskan penyebab, gejala, dan komplikasi typhoid dengan benar.
- Pasien dapat menjelaskan tatalaksana pengobatan dan perawatan yang diperlukan.
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor risiko dan tindakan pencegahan untuk mencegah penularan.
3. Perilaku Perawatan Diri Memadai
- Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri, seperti menjaga kebersihan diri dan konsumsi makanan bergizi.
- Pasien dapat mengelola gejala dan komplikasi penyakit dengan tepat.
- Pasien dapat mematuhi program pengobatan yang diberikan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan typhoid, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien.
- Monitor tanda dan gejala infeksi, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik yang tepat.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, teknik aseptik, dan isolasi.
2. Edukasi Kesehatan
- Berikan informasi tentang penyakit typhoid, meliputi penyebab, gejala, dan komplikasi.
- Jelaskan tatalaksana pengobatan dan perawatan yang diperlukan.
- Identifikasi faktor risiko dan tindakan pencegahan untuk mencegah penularan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan edukasi tentang diet yang tepat.
3. Perawatan Diri
- Bantu pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri, seperti menjaga kebersihan diri dan konsumsi makanan bergizi.
- Ajarkan pasien teknik pengelolaan gejala dan komplikasi penyakit.
- Motivasi pasien untuk mematuhi program pengobatan yang diberikan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan kepatuhan pasien terhadap terapi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dengan typhoid dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol infeksi yang efektif, peningkatan pengetahuan tentang manajemen penyakit, serta perilaku perawatan diri yang memadai. -
Article No. 14613 | 22 Mar 2025
Klinis : PUSING MENCRET MUNTAH DIARE 1 KALI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta penjelasan detail untuk kondisi yang Anda sebutkan: PUSING, MENCRET, MUNTAH, DIARE 1 KALI.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual dan muntah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.19
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kondisi yang Anda sebutkan, yaitu PUSING, MENCRET, MUNTAH, DIARE 1 KALI, dapat diklasifikasikan sebagai gangguan gastrointestinal akut. Dalam ICD-10, kode R11.0 (Mual dan muntah) dapat digunakan untuk menggambarkan gejala muntah yang Anda alami.
Untuk tindakan medis yang mungkin dilakukan, jika pasien mengalami dehidrasi akibat muntah dan diare, pemberian cairan intravena (kode ICD-9-CM 96.19) dapat menjadi salah satu intervensi yang dilakukan untuk mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit.
Penting untuk dicatat bahwa diagnosis dan tindakan medis yang tepat harus ditentukan oleh dokter atau petugas kesehatan yang menangani langsung setelah melakukan pemeriksaan dan evaluasi yang komprehensif. Kode-kode yang saya berikan hanya sebagai referensi awal dan tidak dapat menggantikan penilaian profesional tenaga kesehatan yang berwenang. -
Article No. 14614 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang anak Perempuan usia 7 tahun dibawa ke poli kulit karena keluhan bercak, ruam-ruam dan bengkak pada kulit wajah dan sikunya. Ibu mengatakan bahwa anak tidak mau pergi ke sekolah karena teman temannya selalu mengejek wajahnya sejak dua hari terakhir. Anak mengatakan akan sekolah kembali apabila wajah nya sudah tidak terlalu kemerahan dan iritasi. Hasil anamnesis pada ibu ditemukan bahwa ibu telah membawa anak berobat ke klinik umum sebelumnya selama 6 bulan terakhir. Pengobatan yang diberikan adalah emolien dan pelembab serta krim hidrokortison. Namun karena obat yang kurang efektif dan kurangnya kepatuhan ibu dan anak, ibu kemudian menghentikan penggunaan obat tersebut yang digantikan dengan salep Tacrolimus 0.03%. Saat ini anak menggunakan salep tacrolimus 0.03%, namun ruam dan bengkak pada kulit anak semakin parah dan anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. Ibu menyatakan bahwa anak tidak konsisten mematuhi tentang aturan pengobatan topikalnya karena terkait rasa terbakar yang terkait dengan penggunaan obat tersebut. Gambaran pada kasus: • Bercak, ruam, dan pembengkakan pada kulit wajah dan sikut. • Anak tidak mau pergi ke sekolah karena diejek oleh teman temannya mengenai kondisi wajahnya. • Telah berobat di klinik umum selama 6 bulan dengan pengobatan emolien, pelembab, dan krim hidrokortison yang tidak efektif. 7 • Penggunaan salep Tacrolimus 0.03% menggantikan pengobatan sebelumnya, namun menyebabkan ruam dan bengkak semakin parah. • Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. • Anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. • Anak mengeluhkan rasa terbakar saat menggunakan obat topical
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan reaksi alergi dan iritan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Integritas Kulit didefinisikan sebagai kerusakan pada permukaan kulit dan membran mukosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Integritas Kulit Membaik, dengan kriteria hasil:
- Luka/ruam/bercak pada kulit berkurang
- Rasa terbakar/gatal berkurang
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Manajemen Kulit: Luka/Dermatitis
- Terapi Topikal
- Edukasi Kesehatan Kulit
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Penjelasan:
SDKI:
Gangguan Citra Tubuh didefinisikan sebagai persepsi negatif terhadap penampilan atau fungsi tubuh.
SLKI:
Luaran yang diharapkan adalah Citra Tubuh Membaik, dengan kriteria hasil:
- Ekspresi positif tentang penampilan fisik
- Penerimaan terhadap perubahan penampilan fisik
- Aktif berpartisipasi dalam aktivitas sosial
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Konseling Citra Tubuh
- Terapi Bermain
- Terapi Kelompok
Dengan pendekatan keperawatan yang komprehensif, diharapkan kondisi kulit anak dapat membaik dan menunjang peningkatan citra tubuhnya, sehingga anak dapat kembali bersekolah dan berinteraksi dengan teman-temannya. -
Article No. 14615 | 22 Mar 2025
Klinis : Seorang anak Perempuan usia 7 tahun dibawa ke poli kulit karena keluhan bercak, ruam-ruam dan bengkak pada kulit wajah dan sikunya. Ibu mengatakan bahwa anak tidak mau pergi ke sekolah karena teman temannya selalu mengejek wajahnya sejak dua hari terakhir. Anak mengatakan akan sekolah kembali apabila wajah nya sudah tidak terlalu kemerahan dan iritasi. Hasil anamnesis pada ibu ditemukan bahwa ibu telah membawa anak berobat ke klinik umum sebelumnya selama 6 bulan terakhir. Pengobatan yang diberikan adalah emolien dan pelembab serta krim hidrokortison. Namun karena obat yang kurang efektif dan kurangnya kepatuhan ibu dan anak, ibu kemudian menghentikan penggunaan obat tersebut yang digantikan dengan salep Tacrolimus 0.03%. Saat ini anak menggunakan salep tacrolimus 0.03%, namun ruam dan bengkak pada kulit anak semakin parah dan anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. Ibu menyatakan bahwa anak tidak konsisten mematuhi tentang aturan pengobatan topikalnya karena terkait rasa terbakar yang terkait dengan penggunaan obat tersebut. Gambaran pada kasus: • Bercak, ruam, dan pembengkakan pada kulit wajah dan sikut. • Anak tidak mau pergi ke sekolah karena diejek oleh teman temannya mengenai kondisi wajahnya. • Telah berobat di klinik umum selama 6 bulan dengan pengobatan emolien, pelembab, dan krim hidrokortison yang tidak efektif. 7 • Penggunaan salep Tacrolimus 0.03% menggantikan pengobatan sebelumnya, namun menyebabkan ruam dan bengkak semakin parah. • Ibu mengatakan khawatir tentang penggunaan steroid pada anak dan ingin mencari pilihan pengobatan lainnya. • Anak mengalami kepekaan terhadap suhu panas dan dingin. • Anak mengeluhkan rasa terbakar saat menggunakan obat topical
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang dirasakan.
- Ditandai dengan: anak menolak pergi ke sekolah karena takut diejek teman-temannya.
2. Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik yang dirasakan.
- Ditandai dengan: anak merasa malu dan tidak nyaman dengan kondisi kulit wajah dan sikunya.
3. Gangguan integritas kulit (00046) berhubungan dengan reaksi inflamasi pada kulit.
- Ditandai dengan: bercak, ruam, dan pembengkakan pada kulit wajah dan sikut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Citra tubuh (1200):
- Indikator: Penerimaan diri terhadap penampilan fisik (120005), Ekspresi kepuasan terhadap penampilan fisik (120006).
- Target: Skor meningkat dari saat ini.
2. Toleransi aktivitas (0005):
- Indikator: Partisipasi dalam aktivitas sehari-hari (000501), Kemampuan melakukan aktivitas (000502).
- Target: Skor meningkat dari saat ini.
3. Integritas kulit (1101):
- Indikator: Penyembuhan luka (110105), Peradangan (110107).
- Target: Skor meningkat dari saat ini.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Peningkatan Citra Tubuh (4860):
- Bantu anak untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh.
- Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan persepsinya tentang penampilan fisik.
- Libatkan keluarga dalam membantu anak meningkatkan penerimaan diri.
2. Manajemen Aktivitas (0200):
- Identifikasi hambatan anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas sekolah.
- Kolaborasi dengan keluarga dan sekolah untuk menyusun rencana intervensi yang sesuai.
- Bantu anak untuk merencanakan dan melakukan aktivitas secara bertahap.
3. Perawatan Luka (3660):
- Lakukan pengkajian kulit secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai dan aman.
- Ajarkan teknik perawatan kulit yang tepat kepada anak dan keluarga.
- Pantau perkembangan kondisi kulit anak secara berkala.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, penting untuk mempertimbangkan kekhawatiran ibu terkait penggunaan steroid pada anak. Kolaborasi dengan dokter dan melibatkan keluarga dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan yang holistik sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 14616 | 22 Mar 2025
Klinis : pasang pen pada jempol kaki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi pemasangan pen pada jempol kaki, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S91.131A
- Deskripsi: Luka terbuka pada jempol kaki, kanan, pertemuan awal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 84.11
- Deskripsi: Operasi pada tulang dan sendi jari kaki, termasuk amputasi sebagian atau seluruh jari kaki.
Penjelasan:
Untuk kode ICD-10, diagnosis yang sesuai adalah "Luka terbuka pada jempol kaki, kanan, pertemuan awal" (S91.131A). Hal ini menggambarkan kondisi pasien yang mengalami luka terbuka pada jempol kaki kanan. Kode ini digunakan untuk mencatat diagnosis awal saat pasien pertama kali diperiksa atau dirawat.
Sementara itu, kode ICD-9-CM Procedure 84.11 menggambarkan operasi pada tulang dan sendi jari kaki, termasuk amputasi sebagian atau seluruh jari kaki. Ini mungkin sesuai jika tindakan medis yang dilakukan adalah pemasangan pen pada jempol kaki, yang merupakan bagian dari prosedur operatif pada jari kaki.
Sebagai perekam medis atau dokter, penggunaan kode-kode ini sangat penting untuk memastikan dokumentasi yang akurat dan lengkap pada rekam medis pasien. Kode-kode ini membantu dalam pengkodean diagnosis dan prosedur, serta memfasilitasi proses tagihan, analisis data epidemiologi, dan penelitian medis. -
Article No. 14617 | 22 Mar 2025
Klinis : pasang pen
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "pasang pen":
1. Kode ICD-10:
- Kode: T84.2
- Deskripsi: Komplikasi mekanis akibat pemasangan internal ortopedik lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 78.50
- Deskripsi: Pemasangan fiksasi internal pada tulang, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kode ICD-10 T84.2 digunakan untuk menggambarkan komplikasi mekanis yang terjadi akibat pemasangan perangkat internal ortopedik, seperti pen, sekrup, atau plat. Komplikasi ini dapat mencakup gesekan, perpindahan, pecah, atau kerusakan pada perangkat tersebut.
Kode ICD-9-CM 78.50 merujuk pada prosedur pemasangan fiksasi internal pada tulang, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Ini dapat mencakup prosedur seperti pemasangan pen, sekrup, atau plat untuk stabilisasi dan penyembuhan fraktur atau cedera tulang. -
Article No. 14618 | 22 Mar 2025
Klinis : fraktur tertutup pada jempol kaki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi fraktur tertutup pada jempol kaki:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S92.51
- Deskripsi: Fraktur tertutup jempol kaki
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.54
- Deskripsi: Pemasangan Alat Imobilisasi, Jari Kaki
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S92.51 menggambarkan kondisi fraktur tertutup pada jempol kaki. Hal ini sesuai dengan deskripsi diagnosis pada kode tersebut.
2. Kode ICD-9-CM 93.54 menjelaskan tindakan pemasangan alat imobilisasi pada jari kaki, yang mungkin dilakukan sebagai bagian dari penanganan fraktur tertutup pada jempol kaki. Alat imobilisasi berfungsi untuk mencegah pergerakan dan membantu proses penyembuhan.
Sebagai dokter atau perekam medis, saya akan mencatat kode-kode tersebut dalam dokumen medis pasien untuk memastikan dokumentasi yang akurat dan lengkap mengenai kondisi dan tindakan yang dilakukan. -
Article No. 14619 | 22 Mar 2025
Klinis : kejang, kaku kuduk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang dan kaku kuduk.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular
Penjelasan:
Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular adalah kondisi di mana klien berisiko mengalami perubahan pada fungsi neurologis dan vaskular, yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kejang dan kaku kuduk. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma kepala, infeksi, atau gangguan metabolik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan pada fungsi neurologis dan vaskular.
- Karakteristik Definisi: Perubahan tingkat kesadaran, perubahan tanda-tanda vital, perubahan refleks, perubahan pergerakan, perubahan sensasi, perubahan perfusi jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Stabilitas neurovaskular terjaga.
- Indikator Luaran: Kesadaran membaik, tanda-tanda vital stabil, reflek normal, pergerakan normal, sensasi normal, perfusi jaringan adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pengkajian fungsi neurologis dan vaskular, manajemen tanda vital, manajemen pemberian obat, edukasi pasien dan keluarga.
Dengan demikian, pada kondisi kejang dan kaku kuduk, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular, yang memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk menjaga stabilitas neurovaskular klien.