Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14655 | 23 Mar 2025
Klinis : anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi anemia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Volume Cairan Tubuh (00027)
Penjelasan: Anemia dapat menyebabkan penurunan volume cairan tubuh akibat kurangnya jumlah sel darah merah yang dapat membawa oksigen ke seluruh tubuh.
2. Fatigue (00093)
Penjelasan: Anemia dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan energi karena rendahnya kadar hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
3. Intoleransi Aktivitas (00092)
Penjelasan: Anemia dapat menyebabkan ketidakmampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari akibat penurunan kapasitas fungsional.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan respons pasien terhadap masalah tersebut. Untuk kondisi anemia, SDKI mencakup definisi, faktor yang terkait, karakteristik definisi, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk mengukur hasil intervensi keperawatan. Untuk kondisi anemia, SLKI dapat mencakup indikator outcome seperti peningkatan volume cairan tubuh, peningkatan energi, dan peningkatan toleransi aktivitas.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan. Untuk kondisi anemia, SIKI dapat mencakup intervensi seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian suplemen zat besi, dan edukasi tentang manajemen anemia.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandardisasi untuk pasien dengan kondisi anemia. -
Article No. 14656 | 23 Mar 2025
Klinis : anemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Anemia:
Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi anemia adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" (00002). Anemia merupakan suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam darah berada di bawah nilai normal, yang dapat disebabkan oleh defisiensi zat besi, perdarahan, atau gangguan produksi sel darah merah. Diagnosis keperawatan ini menggambarkan keadaan di mana asupan nutrisi atau zat gizi yang diperlukan tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga menyebabkan anemia.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Status Nutrisi (1004): Luaran ini menggambarkan tercapainya keseimbangan antara asupan nutrisi dengan kebutuhan tubuh, yang ditandai dengan peningkatan kadar hemoglobin, peningkatan energi, dan peningkatan berat badan sesuai dengan status gizi yang sehat.
2. Pemulihan Kesehatan (1902): Luaran ini menggambarkan tercapainya pemulihan kondisi kesehatan secara umum, yang ditandai dengan penurunan gejala anemia, peningkatan toleransi aktivitas, dan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Pengetahuan: Manajemen Anemia (1820): Luaran ini menggambarkan tercapainya peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga tentang manajemen anemia, termasuk pemahaman tentang penyebab, gejala, pengobatan, dan langkah-langkah pencegahan anemia.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi (1100): Intervensi ini bertujuan untuk mengoptimalkan asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk mengatasi anemia, seperti zat besi, vitamin B12, dan folat. Intervensi ini dapat mencakup pengkajian status nutrisi, pemberian diet tinggi zat besi, suplementasi zat besi atau vitamin, dan pemantauan asupan nutrisi.
2. Manajemen Perdarahan (4010): Intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menangani penyebab perdarahan, jika anemia disebabkan oleh perdarahan. Intervensi ini dapat mencakup pemeriksaan penyebab perdarahan, pemberian obat-obatan untuk menghentikan perdarahan, dan tindakan untuk mengatasi sumber perdarahan.
3. Edukasi Kesehatan (5510): Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang anemia, termasuk penyebab, gejala, pengobatan, dan langkah-langkah pencegahan. Intervensi ini dapat mencakup pemberian informasi, penyusunan rencana edukasi, dan evaluasi pemahaman pasien.
4. Manajemen Kelelahan (0180): Intervensi ini bertujuan untuk mengatasi kelelahan yang sering dialami oleh pasien dengan anemia. Intervensi ini dapat mencakup penilaian tingkat kelelahan, pengaturan aktivitas dan istirahat, serta pemberian intervensi terapeutik untuk mengatasi kelelahan.
Dengan menerapkan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mengatasi kondisi anemia pada pasien. -
Article No. 14657 | 23 Mar 2025
Klinis : Problem dari data dibawah adalah Data Subjektif : Pasien mengatakan “Saya pernah mengalami krisis kehidupan,” “Terkadang saya merasa tertekan tetapi disisi lain saya terkadang merasa rileks,” “Ketika saya marah saya lebih dulu meluapkan emosi daripada mencari problem solving.” Data Objektif : • Pasien tampak sedikit gelisah. • Pasien sulit fokus. • Mimik wajah pasien tampak mudah berubah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Koping Individu Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Koping Individu Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk melakukan penilaian dan mengambil tindakan untuk mengatasi stressor yang dihadapi secara efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Koping Individu Tidak Efektif adalah pasien dapat menunjukkan koping adaptif, mampu menggunakan sumber dan strategi koping yang efektif, serta dapat mengelola stressor dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi penyebab stres dan tingkat kemampuan koping pasien.
2. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
3. Bantu pasien mengidentifikasi sumber daya koping yang tersedia.
4. Dukung pasien untuk menggunakan strategi koping yang adaptif.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan yang komprehensif.
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat meningkatkan kemampuan kopingnya dalam menghadapi permasalahan yang dialami. -
Article No. 14658 | 23 Mar 2025
Klinis : data subjektif : pasien mengatakan "saya pernah mengalami krisis kehidupan" "terkadang saya merasa tertekan tetapi disisi lain saya terkadang merasa rileks" "ketika saya marah, saya lebih dulu meluapkan emosi daripada mencari problem solving" data objektif : pasien tampak sedikit gelisah, pasien sulit fokus, mimik wajah pasien tampak mudah berubah carikanlah problem dan etiologi dari kasus di atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi terkait kasus yang Anda paparkan.
Berdasarkan data subjektif yang diberikan, yaitu pasien mengatakan pernah mengalami krisis kehidupan, terkadang merasa tertekan namun juga merasa rileks, serta cenderung meluapkan emosi daripada mencari solusi, serta data objektif yang menunjukkan pasien tampak sedikit gelisah, sulit fokus, dan mimik wajah mudah berubah, maka dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki permasalahan terkait gangguan koping.
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Koping (NANDA-I: Coping Ineffective)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan penilaian kognitif dan afektif yang realistis atas suatu stresor, serta memilih respons yang tepat untuk mengatasinya.
Etiologi (SIKI):
a. Krisis situasional (misalnya, kehilangan, perubahan status kesehatan)
b. Kurangnya keterampilan koping
c. Ketidakmampuan mengidentifikasi sumber stres
d. Kecemasan
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Terapi kognitif
2. Manajemen stres
3. Dukungan emosional
4. Edukasi koping adaptif
Evaluasi (SDKI):
1. Pasien mampu mengidentifikasi sumber stres
2. Pasien mampu menggunakan strategi koping yang efektif
3. Pasien mampu mengelola emosi dengan baik
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kasus tersebut. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 14659 | 23 Mar 2025
Klinis : bibir sumbing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Kulit
Penjelasan:
Kondisi bibir sumbing merupakan salah satu jenis gangguan integritas kulit. Dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Gangguan Integritas Kulit didefinisikan sebagai "Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis".
Pada kasus bibir sumbing, terjadi kerusakan pada struktur dan fungsi kulit di area bibir, yang dapat menyebabkan gangguan estetika, kesulitan makan, bicara, dan masalah psikososial.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) untuk Gangguan Integritas Kulit mencakup luaran seperti Integritas Kulit: Luka Tertutup, Integritas Kulit: Jaringan Sehat, dan Manajemen Nyeri. Perawat akan fokus pada pemulihan integritas kulit, manajemen nyeri, dan pencegahan komplikasi.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk Gangguan Integritas Kulit mencakup intervensi seperti Perawatan Luka, Manajemen Nyeri, dan Terapi Bermain. Perawat akan melakukan perawatan luka, manajemen nyeri, dan intervensi terapeutik untuk mendukung penyembuhan dan adaptasi pasien.
Sebagai perawat, saya akan bekerja dalam tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, terapis wicara, dan profesional lainnya untuk memberikan perawatan holistik dan komprehensif bagi pasien dengan bibir sumbing. -
Article No. 14660 | 23 Mar 2025
Klinis : labiopalatoschizisis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rincian yang komprehensif untuk kondisi labiopalatoschizisis berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi labiopalatoschizisis:
1. Komunikasi Verbal Terganggu
Definisi: Ketidakmampuan untuk menerima atau menyampaikan pesan verbal secara efektif.
Karakteristik mayor: Gangguan artikulasi, gangguan fonasi, gangguan resonansi.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
Karakteristik mayor: Perubahan warna kulit, suhu kulit menurun, edema.
3. Kerusakan Integritas Jaringan
Definisi: Kerusakan kulit dan/atau jaringan yang mendasarinya.
Karakteristik mayor: Perubahan pada struktur jaringan, perubahan pada fungsi jaringan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Komunikasi Verbal Efektif
Definisi: Kemampuan untuk menerima dan menyampaikan pesan verbal secara efektif.
Kriteria hasil:
- Artikulasi jelas
- Kualitas suara normal
- Kemampuan berbicara normal
2. Perfusi Jaringan Perifer Membaik
Definisi: Sirkulasi darah ke jaringan perifer yang adekuat.
Kriteria hasil:
- Warna kulit normal
- Suhu kulit normal
- Tidak ada edema
3. Integritas Jaringan Membaik
Definisi: Perbaikan struktur dan fungsi jaringan.
Kriteria hasil:
- Tidak ada perubahan pada struktur jaringan
- Tidak ada perubahan pada fungsi jaringan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Komunikasi
- Latihan artikulasi
- Latihan fonasi
- Pelatihan komunikasi nonverbal
2. Manajemen Perfusi Jaringan
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Manajemen edema
- Terapi oksigen jika diperlukan
3. Perawatan Luka
- Debridemen luka
- Perawatan luka secara aseptik
- Aplikasi salep/dressing luka
Penjelasan rinci:
Kondisi labiopalatoschizisis merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan celah pada bibir (labioschisis) dan celah pada langit-langit (palatoschisis). Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti gangguan komunikasi verbal, gangguan perfusi jaringan perifer, dan kerusakan integritas jaringan.
Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup Komunikasi Verbal Terganggu, Gangguan Perfusi Jaringan Perifer, dan Kerusakan Integritas Jaringan. Masing-masing diagnosis ini memiliki karakteristik mayor yang khas dan mengarah pada intervensi keperawatan yang spesifik.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Komunikasi Verbal Efektif, Perfusi Jaringan Perifer Membaik, dan Integritas Jaringan Membaik. Kriteria hasil yang jelas untuk setiap luaran akan membantu perawat dalam mengevaluasi keberhasilan intervensi yang dilakukan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Komunikasi, Manajemen Perfusi Jaringan, dan Perawatan Luka. Melalui intervensi-intervensi ini, perawat dapat membantu pasien dalam meningkatkan komunikasi verbal, memperbaiki perfusi jaringan perifer, dan memulihkan integritas jaringan yang terganggu akibat kondisi labiopalatoschizisis.
Dengan pemahaman yang komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan terarah untuk membantu pasien dengan kondisi labiopalatoschizisis mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 14661 | 23 Mar 2025
Klinis : DS : • Ibu c mengatakan Batuk- batuk, keluar keringat di malam hari, yang ia telah alami telah terjadi selama 1 bulan • Saat dibawa ke pelayanan kesehtan kondisi Ibu C mengatakan batuk berdahak sejak 3 minggu yang lalu, dan suka sesak nafas saat batuk • Ibu C mengatakan tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan • Ibu C mengatakan mengobatinya hanya membeli obat warung DO : • Saat dibawa ke pelayanan kesehtan kondisi Ibu C tampak memburuk dengan batuk berdahak sejak 3 minggu yang lalu, dan suka sesak nafas saat batuk • Keluarga Ibu C tampak tidak memhami masalah kesehatan yang dialami ibu C karena Bapak A mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif (DS) dan data objektif (DO) yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya sekret atau obstruksi pada saluran pernapasan, sesak napas, batuk tidak efektif, dan suara napas tambahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan jalan napas yang paten, pola napas yang normal, dan tidak ada suara napas tambahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen bronkodilator, manajemen oksigen, manajemen pernapasan, dan edukasi terkait bersihan jalan napas. -
Article No. 14662 | 23 Mar 2025
Klinis : DS : • Ibu c mengatakan Batuk- batuk, keluar keringat di malam hari, yang ia telah alami telah terjadi selama 1 bulan • Ibu C mengatakan tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan • Ibu C mengatakan mengobatinya hanya membeli obat warung DO : • Saat dibawa ke pelayanan kesehtan kondisi Ibu C tampak memburuk • Keluarga Ibu C tampak tidak memhami masalah kesehatan yang dialami ibu C karena Bapak A mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah klien akan dapat mempertahankan jalan napas yang efektif, ditandai dengan tidak ada sumbatan jalan napas, tidak ada bunyi napas tambahan, dan frekuensi napas dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, pemberian oksigen, terapi inhalasi, dan edukasi kesehatan terkait pemeliharaan bersihan jalan napas.
Dalam kasus ini, Ibu C mengalami gejala batuk-batuk, keringat di malam hari, dan tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Hal ini dapat mengindikasikan adanya masalah pada jalan napas yang tidak efektif. Selain itu, keluarga Ibu C yang tidak memahami masalah kesehatan yang dialami dan kebiasaan merokok di dalam rumah dapat menjadi faktor yang memperburuk kondisi Ibu C. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas. -
Article No. 14663 | 23 Mar 2025
Klinis : DS : • Ibu c mengatakan Batuk- batuk, keluar keringat di malam hari, yang ia telah alami telah terjadi selama 1 bulan • Ibu C mengatakan tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan • Ibu C mengatakan mengobatinya hanya membeli obat warung DO : • Saat dibawa ke pelayanan kesehtan kondisi Ibu C tampak memburuk • Keluarga Ibu C tampak tidak memhami masalah kesehatan yang dialami ibu C karena Bapak A mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk bernafas dengan lancar, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan oksigen dan/atau karbon dioksida. Tanda dan gejala yang muncul antara lain batuk-batuk, keringat malam, dan kondisi yang memburuk saat dibawa ke pelayanan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk diagnosa Pola Napas Tidak Efektif adalah Pola Napas Efektif, dengan indikator-indikator seperti frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, dan tidak ada retraksi dinding dada.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif antara lain Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigenasi, dan Edukasi Kesehatan. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat, mencegah komplikasi, dan meningkatkan pemahaman pasien serta keluarga terhadap kondisi kesehatan.
Dalam kasus ini, penting untuk segera membawa Ibu C ke pelayanan kesehatan, karena kondisinya tampak memburuk. Selain itu, edukasi kepada keluarga, khususnya Bapak A, mengenai pentingnya tidak merokok di dalam rumah juga perlu dilakukan untuk mendukung pemulihan Ibu C. -
Article No. 14664 | 23 Mar 2025
Klinis : DS : • Ibu c mengatakan Batuk- yang ia telah alami telah terjadi selama 1 bulan • Ibu C mengatakan tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan • Ibu C mengatakan mengobatinya hanya membeli obat warung DO : • Saat dibawa ke pelayanan kesehtan kondisi Ibu C tampak memburuk • Keluarga Ibu C tampak tidak memhami masalah kesehatan yang dialami ibu C karena Bapak A mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan masukan terkait kondisi yang dialami oleh Ibu C.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang berhubungan: Perilaku tidak sehat (tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan), polusi udara (kebiasaan merokok Bapak A di dalam rumah).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekresi.
Kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada suara napas tambahan (mengi, wheezing, ronki)
d. Batuk efektif untuk mengeluarkan sekresi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi bersihan jalan napas
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemeriksaan dan tatalaksana masalah pernapasan
c. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya memeriksakan diri dan menghindari paparan asap rokok
2. Manajemen Lingkungan: Pencegahan Infeksi
a. Upayakan lingkungan yang bersih dan bebas dari paparan asap rokok
b. Anjurkan keluarga untuk tidak merokok di dalam rumah
Penjelasan rinci:
Ibu C mengalami batuk yang berlangsung selama 1 bulan, namun ia tidak mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan hanya membeli obat warung. Kondisinya kemudian memburuk saat dibawa ke pelayanan kesehatan. Selain itu, keluarga Ibu C, khususnya Bapak A, memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah, yang dapat memperburuk kondisi Ibu C.
Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, karena adanya perilaku tidak sehat Ibu C dan faktor lingkungan berupa paparan asap rokok yang dapat menghambat kemampuan Ibu C untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekresi.
Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, dengan kriteria hasil seperti frekuensi napas normal, irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan, dan kemampuan batuk efektif untuk mengeluarkan sekresi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Jalan Napas, yang mencakup identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan, edukasi tentang teknik batuk efektif dan latihan napas dalam, serta edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya memeriksakan diri dan menghindari paparan asap rokok. Selain itu, Manajemen Lingkungan: Pencegahan Infeksi juga diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari paparan asap rokok.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan.