Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14732 | 24 Mar 2025
Klinis : perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Saya adalah seorang perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi perfusi perifer tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi:
Perfusi Perifer Tidak Efektif adalah ketidakadekuatan aliran darah ke perifer yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor Terkait:
- Gangguan sirkulasi (seperti penyakit pembuluh darah perifer, diabetes, atau hipertensi)
- Cedera traumatik (seperti fraktur atau luka bakar)
- Penurunan curah jantung
- Vasokonstriksi perifer
Karakteristik Definisi:
- Kulit dingin
- Pulsasi perifer menurun atau tidak ada
- Edema
- Perubahan warna kulit
- Rasa kebas atau kesemutan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan ini sesuai dengan SDKI, yang merupakan standar diagnosis keperawatan yang diakui secara nasional di Indonesia. SDKI terdiri dari definisi, faktor terkait, dan karakteristik definisi yang dapat digunakan oleh perawat untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran keperawatan yang menyediakan outcome atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Dalam kasus perfusi perifer tidak efektif, luaran yang diharapkan dapat meliputi peningkatan suhu kulit, perbaikan pulsasi perifer, dan pengurangan edema.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi perfusi perifer tidak efektif antara lain pengaturan posisi, manajemen nyeri, dan terapi oksigen.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi perfusi perifer tidak efektif. Semoga informasi ini bermanfaat. Apakah ada pertanyaan lain yang dapat saya bantu? -
Article No. 14733 | 24 Mar 2025
Klinis : Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis (preload, afterload dan kontraktilitas miokard). Tujuan : Rencana tindakan :
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan, penjelasan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, serta rencana tindakan untuk kondisi penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis.
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan faktor mekanis (preload, afterload, dan kontraktilitas miokard).
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Penurunan Curah Jantung adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah Curah Jantung Membaik, yang ditandai dengan peningkatan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Kardiovaskular, Pengaturan Aktivitas, dan Manajemen Cairan.
Rencana Tindakan:
1. Manajemen Kardiovaskular
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan auskultasi jantung untuk mendeteksi adanya bunyi jantung abnormal
- Berikan terapi obat sesuai dengan resep dokter, misalnya diuretik, vasodilator, atau inotropik positif
- Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan langkah penanganan lebih lanjut, misalnya pemeriksaan penunjang atau tindakan intervensi.
2. Pengaturan Aktivitas
- Anjurkan pasien untuk beristirahat sesuai kebutuhan
- Batasi aktivitas fisik sesuai toleransi pasien
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
3. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan secara ketat
- Pertahankan keseimbangan cairan sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena jika diperlukan untuk mempertahankan volume darah
Demikian penjelasan singkat mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana tindakan untuk kondisi penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. -
Article No. 14734 | 24 Mar 2025
Klinis : 3. Ansietas/takut berhubungan dengan ancaman biologis yang aktual atau potensi. Tujuan : Rencana tindakan :
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ansietas/takut berhubungan dengan ancaman biologis yang aktual atau potensi.
Diagnosa Keperawatan:
Ansietas/Takut
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap ancaman yang tidak jelas, tidak diketahui atau tidak dapat dikendalikan.
Faktor Terkait:
- Ancaman biologis yang aktual atau potensi
Karakteristik Mayor:
- Ekspresi wajah cemas
- Gelisah
- Ketakutan akan konsekuensi yang mungkin terjadi
Tujuan:
Pasien dapat mengalami penurunan tingkat ansietas/takut selama perawatan.
Rencana Tindakan:
1. Kaji tingkat ansietas/takut pasien menggunakan instrumen yang sesuai.
2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman untuk pasien.
3. Beri informasi yang akurat dan komprehensif mengenai kondisi kesehatan dan rencana perawatan.
4. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan perawatan.
5. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan dukungan psikologis.
7. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandardisasi. -
Article No. 14735 | 24 Mar 2025
Klinis : Pada bulan Agustus 2024, sebanyak 20 petani di Desa Tani Jaya mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, sesak napas, dan iritasi kulit. Beberapa di antaranya harus dilarikan ke puskesmas karena kondisi yang memburuk. Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa mereka terpapar pestisida yang digunakan untuk menyemprot tanaman.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi yang dialami oleh 20 petani di Desa Tani Jaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T60.0X5
- Deskripsi: Keracunan pestisida organofosfat dan karbamat, tidak disengaja (tidak dengan niat bunuh diri)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 97.88
- Deskripsi: Pemberian antidotum untuk keracunan pestisida
Penjelasan:
Kode ICD-10 T60.0X5 menggambarkan keracunan pestisida organofosfat dan karbamat yang terjadi secara tidak disengaja. Kode ini sesuai dengan gejala yang dialami oleh para petani, yaitu mual, pusing, sesak napas, dan iritasi kulit, yang merupakan tanda-tanda umum dari keracunan pestisida.
Kode ICD-9-CM 97.88 merujuk pada pemberian antidotum untuk keracunan pestisida. Ini kemungkinan merupakan tindakan medis yang dilakukan di puskesmas untuk menangani kondisi para petani yang memburuk dan memerlukan perawatan. -
Article No. 14736 | 24 Mar 2025
Klinis : Pada bulan Agustus 2024, sebanyak 20 petani di Desa Tani Jaya mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, sesak napas, dan iritasi kulit. Beberapa di antaranya harus dilarikan ke puskesmas karena kondisi yang memburuk. Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa mereka terpapar pestisida yang digunakan untuk menyemprot tanaman.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Keracunan Zat Kimia (KSKS)
- Definisi: Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pajanan zat-zat kimia berbahaya, dalam hal ini berupa pestisida yang digunakan dalam proses pertanian.
- Gejala: mual, pusing, sesak napas, dan iritasi kulit.
- Faktor risiko: Paparan langsung terhadap pestisida saat penyemprotan tanaman.
2. Gangguan Pertukaran Gas (GPG)
- Definisi: Ketidakmampuan sistem pernapasan untuk mempertahankan nilai normal gas-gas darah, yang dapat disebabkan oleh pajanan bahan kimia berbahaya.
- Gejala: Sesak napas.
- Faktor risiko: Keracunan zat kimia yang dapat mengganggu fungsi paru-paru.
3. Kerusakan Integritas Kulit (KIK)
- Definisi: Kerusakan pada struktur dan fungsi kulit akibat pajanan terhadap bahan-bahan kimia.
- Gejala: Iritasi kulit.
- Faktor risiko: Pajanan langsung pestisida pada kulit.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan klasifikasi yang berisi rumusan diagnosa keperawatan yang didasarkan pada evidence-based practice.
- Membantu perawat dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan mendokumentasikan diagnosis keperawatan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan klasifikasi yang berisi deskripsi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam menentukan luaran atau outcome yang ingin dicapai dalam pemberian asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan klasifikasi yang berisi deskripsi tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat dan efektif.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terukur, dan sesuai dengan standar profesi keperawatan di Indonesia. -
Article No. 14737 | 24 Mar 2025
Klinis : Pada bulan Agustus 2024, sebanyak 20 petani di Desa Tani Jaya mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, sesak napas, dan iritasi kulit. Beberapa di antaranya harus dilarikan ke puskesmas karena kondisi yang memburuk. Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa mereka terpapar pestisida yang digunakan untuk menyemprot tanaman
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa para petani di Desa Tani Jaya mengalami keracunan pestisida. Berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T60.0X5A
- Deskripsi: Keracunan pestisida organofosfat dan karbamat, awal (initial encounter)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.20
- Deskripsi: Pemberian antidotum untuk keracunan obat atau bahan kimia.
Penjelasan:
Kode ICD-10 T60.0X5A menggambarkan diagnosis keracunan pestisida organofosfat dan karbamat, yang merupakan jenis pestisida yang sering digunakan dalam pertanian. Kode ini mengindikasikan bahwa kondisi ini terjadi pada awal masa perawatan (initial encounter).
Pada kasus ini, beberapa petani harus dilarikan ke puskesmas karena kondisi yang memburuk. Prosedur yang mungkin dilakukan adalah pemberian antidotum untuk menangani keracunan, yang tercatat dengan kode ICD-9-CM 99.20.
Tindakan medis yang dapat dilakukan di puskesmas untuk menangani kasus keracunan pestisida ini antara lain:
- Stabilisasi kondisi pasien
- Dekontaminasi kulit dan saluran cerna jika tertelan
- Pemberian oksigen dan cairan untuk mengatasi gangguan pernapasan dan dehidrasi
- Pemberian antidotum spesifik sesuai jenis pestisida
- Pemantauan tanda vital dan status klinis
- Perawatan simptomatik dan suportif lainnya
Dokter dan perekam medis perlu memastikan dokumentasi yang akurat dan lengkap untuk menjamin kualitas perawatan dan kelengkapan data medis. -
Article No. 14738 | 24 Mar 2025
Klinis : Pada bulan Agustus 2024, sebanyak 20 petani di Desa Tani Jaya mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, sesak napas, dan iritasi kulit. Beberapa di antaranya harus dilarikan ke puskesmas karena kondisi yang memburuk. Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa mereka terpapar pestisida yang digunakan untuk menyemprot tanaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona pakar, berikut saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Keracunan akut bahan kimia pestisida
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Keracunan akut bahan kimia pestisida merupakan kondisi yang terjadi akibat terpapar atau terkontaminasi dengan bahan kimia berbahaya berupa pestisida dalam jangka waktu singkat, yang dapat menyebabkan gejala seperti mual, pusing, sesak napas, dan iritasi kulit.
SLKI (Standar luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan kasus ini adalah pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada komplikasi yang timbul, dan mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemberian oksigen untuk mengatasi sesak napas
3. Pemberian cairan dan antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah
4. Perawatan luka dan iritasi kulit
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan paparan pestisida di masa depan
Dengan penanganan yang komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat pulih dengan baik dan terhindar dari komplikasi yang lebih berat. -
Article No. 14739 | 24 Mar 2025
Klinis : pasien dengan arteri perifer tersumbat, mengalami penurunan aliran darah ke esktreminitas, ditandai dengan kulit yang dingin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
Perfusi Perifer Tidak Efektif adalah kondisi di mana aliran darah ke ekstremitas tidak adekuat, yang ditandai dengan kulit yang dingin, pucat, dan lemah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyumbatan arteri perifer, yang menghambat aliran darah ke ekstremitas.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakcukupan aliran darah ke jaringan perifer.
Karakteristik Definisi: Kulit dingin, pucat, dan lemah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang Diharapkan:
1. Perfusi perifer membaik
2. Suhu ekstremitas meningkat
3. Warna kulit ekstremitas membaik
4. Nadi perifer teraba dengan jelas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji sirkulasi perifer (suhu, warna, dan nadi perifer)
2. Atur posisi ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah
3. Berikan terapi oksigen, jika perlu
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan penyakit dasar
Dengan nada akademis dan persona pakar, saya telah memberikan Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien dengan arteri perifer tersumbat yang mengalami penurunan aliran darah ke ekstremitas. -
Article No. 14740 | 24 Mar 2025
Klinis : Pada bulan Agustus 2024, sebanyak 20 petani di Desa Tani Jaya mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, sesak napas, dan iritasi kulit. Beberapa di antaranya harus dilarikan ke puskesmas karena kondisi yang memburuk. Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa mereka terpapar pestisida yang digunakan untuk menyemprot tanaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Keracunan Bahan Kimia (RACBAM)
Definisi: Gangguan fungsi tubuh akibat terpapar bahan kimia berbahaya, seperti pestisida, yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan, kulit, atau saluran cerna.
Gejala: Mual, pusing, sesak napas, iritasi kulit.
Penjelasan Singkat Terkait Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai. Dalam kasus ini, "Keracunan Bahan Kimia (RACBAM)" merupakan diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan SDKI.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
SLKI merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan luaran (outcome) yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Beberapa contoh luaran yang dapat diterapkan pada kasus ini antara lain:
a. Bebas Dari Gejala Keracunan
b. Tidak Terjadi Komplikasi
c. Pemahaman Pasien Tentang Pencegahan Keracunan
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Beberapa contoh intervensi keperawatan yang dapat diterapkan pada kasus ini antara lain:
a. Manajemen Toksik
b. Perawatan Luka
c. Edukasi Kesehatan Terkait Keracunan
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk membantu mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh para petani yang terpapar pestisida di Desa Tani Jaya. -
Article No. 14741 | 24 Mar 2025
Klinis : gangguan sirkulasi spontan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi gangguan sirkulasi spontan, dengan nada akademis dan persona seorang pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Perfusi Jaringan Perifer adalah keadaan di mana individu mengalami penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan gangguan perfusi jaringan perifer adalah:
- Pasien akan menunjukkan peningkatan sirkulasi perifer
- Pasien akan menunjukkan integritas kulit yang baik
- Pasien akan melaporkan pengurangan gejala seperti rasa dingin, nyeri, dan kesemutan
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani gangguan perfusi jaringan perifer meliputi:
- Manajemen perfusi jaringan
- Manajemen nyeri
- Perawatan luka
- Terapi oksigen
- Edukasi pasien dan keluarga
Secara umum, penanganan gangguan perfusi jaringan perifer bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan, mengurangi gejala, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Perawat berperan penting dalam pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi intervensi yang tepat untuk pasien.