Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21532 | 05 Sep 2025
Klinis : Kasus Gagal Ginjal Akut Seorang perempuan berusia 62 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan merasa lemas dan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas bertambah sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas hilang timbul dipengaruhi aktivitas. Hasil pengkajian: Frekuensi nafas 26 kali/menit, nafas cepat dan dangkal. Sesak nafas semakin berat pada posisi berbaring. Terdapat bunyi nafas ronkhi. Pasien batuk dengan sputum berwarna putih, berbusa. Pasien merasa dada berdebar cepat, frekuensi nadi 118 kali/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, SaO2 95 %, Distensi vena jugularis, Kulit pucat, dingin dan berkeringat. Pasien mengeluh pusing dan terlihat gelisah. Terdapat edema pada ekstremitas bawah. Hasil EKG: Rate 106, Gel P sulit diidentifikasi, PR interval didak dapat dihitung, Komplek QRS tidak teratur. Atrial Fibrilation. Diagnosa medis: gagal jantung dekompensasi akut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus di atas, diagnosis yang diberikan adalah Gagal Ginjal Akut. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis tersebut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N17.9
- Deskripsi: Gagal ginjal akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Tidak terdapat tindakan medis spesifik yang dapat dikodekan menggunakan ICD-9-CM Procedure, karena kasus ini tidak menyebutkan adanya tindakan atau prosedur medis yang dilakukan.
Gagal ginjal akut adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara tiba-tiba, biasanya dalam hitungan hari atau minggu. Gejala yang muncul pada pasien ini, seperti sesak nafas, edema pada ekstremitas bawah, dan perubahan elektrokardiogram (EKG) yang menunjukkan fibrilasi atrial, sesuai dengan diagnosis gagal ginjal akut. Penanganan awal yang perlu dilakukan adalah stabilisasi kondisi pasien, termasuk pemberian oksigen, obat-obatan, dan manajemen cairan yang tepat. -
Article No. 21533 | 05 Sep 2025
Klinis : Kasus Gagal Ginjal Akut Seorang perempuan berusia 62 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan merasa lemas dan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas bertambah sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas hilang timbul dipengaruhi aktivitas. Hasil pengkajian: Frekuensi nafas 26 kali/menit, nafas cepat dan dangkal. Sesak nafas semakin berat pada posisi berbaring. Terdapat bunyi nafas ronkhi. Pasien batuk dengan sputum berwarna putih, berbusa. Pasien merasa dada berdebar cepat, frekuensi nadi 118 kali/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, SaO2 95 %, Distensi vena jugularis, Kulit pucat, dingin dan berkeringat. Pasien mengeluh pusing dan terlihat gelisah. Terdapat edema pada ekstremitas bawah. Hasil EKG: Rate 106, Gel P sulit diidentifikasi, PR interval didak dapat dihitung, Komplek QRS tidak teratur. Atrial Fibrilation. Diagnosa medis: gagal jantung dekompensasi akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kasus gagal ginjal akut yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan perfusi jaringan ginjal berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan edema, distensi vena jugularis, dan sesak napas.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung dan perfusi perifer akibat gagal ginjal akut.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat gagal ginjal akut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi jaringan ginjal membaik, ditandai dengan penurunan kadar ureum dan kreatinin dalam batas normal.
2. Keseimbangan cairan terjaga, ditandai dengan tidak adanya edema, distensi vena jugularis, dan sesak napas.
3. Toleransi aktivitas meningkat, ditandai dengan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas.
4. Tidak terjadi infeksi, ditandai dengan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Jaringan Ginjal:
a. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (ureum, kreatinin, dan laju filtrasi glomerulus).
b. Berikan terapi sesuai indikasi (misalnya diuretik, antihipertensi).
c. Pantau intake dan output cairan.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengobatan gagal ginjal akut.
2. Manajemen Keseimbangan Cairan:
a. Pantau tanda-tanda kelebihan volume cairan (edema, distensi vena jugularis, sesak napas).
b. Atur pemberian cairan sesuai kebutuhan dan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan.
c. Berikan diuretik sesuai indikasi.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk manajemen cairan.
3. Manajemen Intoleransi Aktivitas:
a. Bantu dan dampingi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Ajarkan teknik relaksasi dan istirahat yang tepat.
c. Pantau tanda-tanda intoleransi aktivitas (sesak napas, kelelahan).
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang sesuai.
4. Pencegahan Infeksi:
a. Pantau tanda-tanda infeksi (demam, peningkatan leukosit).
b. Jaga kebersihan diri dan lingkungan pasien.
c. Berikan edukasi tentang pencegahan infeksi.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik jika diperlukan.
Penjelasan ini mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk menangani kasus gagal ginjal akut pada pasien tersebut. Harapannya, asuhan keperawatan ini dapat membantu memperbaiki kondisi pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 21534 | 05 Sep 2025
Klinis : Kasus Gagal Ginjal Akut Seorang perempuan berusia 62 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan merasa lemas dan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas bertambah sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas hilang timbul dipengaruhi aktivitas. Hasil pengkajian: Frekuensi nafas 26 kali/menit, nafas cepat dan dangkal. Sesak nafas semakin berat pada posisi berbaring. Terdapat bunyi nafas ronkhi. Pasien batuk dengan sputum berwarna putih, berbusa. Pasien merasa dada berdebar cepat, frekuensi nadi 118 kali/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, SaO2 95 %, Distensi vena jugularis, Kulit pucat, dingin dan berkeringat. Pasien mengeluh pusing dan terlihat gelisah. Terdapat edema pada ekstremitas bawah. Hasil EKG: Rate 106, Gel P sulit diidentifikasi, PR interval didak dapat dihitung, Komplek QRS tidak teratur. Atrial Fibrilation. Diagnosa medis: gagal jantung dekompensasi akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b
\pard\plain \qj \li0\ri0\sa160\sl259\slmult1\widctlpar\tx0\tx720\tx1440\tx2160\tx2880\tx3600\tx4320\tx5040\tx5760\tx6480\tx7200\tx7920\tx8640\adjustright \fs20\lang1057\cgrid \b \fs24 DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA\b0\par
\b Intoleransi Aktivitas\b0\par
\b Kode SDKI:\b0 B.1.1.1\par
\b Definisi:\b0 Konderia di mana individu mengalami atau berisiko mengalami respons fisiologis yang tidak adekuat terhadap energi yang dibutuhkan selama aktivitas.\par
\b \par
FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN\b0\par
\b Manajemen Energi\b0\par
\b Kode SLKI:\b0 I.07270\par
\b Definisi:\b0 Mengatur penggunaan energi untuk mengobati atau mencegah kelelahan dan meningkatkan fungsi fisik.\par
\b \par
KRITERIA HASIL\b0\par
\b Toleransi terhadap Aktivitas\b0\par
\b Kode SIKI:\b0 O.07270.001\par
\b Definisi:\b0 Kemampuan untuk melakukan aktivitas yang diperlukan atau diinginkan secara memadai.\par
\b \par
\b \par
\b PENJELASAN SINGKAT\b0\par
\pard\plain \qj \li0\ri0\sa160\sl259\slmult1\widctlpar\tx0\tx720\tx1440\tx2160\tx2880\tx3600\tx4320\tx5040\tx5760\tx6480\tx7200\tx7920\tx8640\adjustright \fs20\lang1057\cgrid Berdasarkan data klinis pasien (lemas, sesak napas yang dipengaruhi aktivitas, takikardia, kulit dingin dan berkeringat), diagnosis keperawatan \b Intoleransi Aktivitas\b0 sangat relevan. Gagal jantung dekompensasi akut menyebabkan penurunan curah jantung, yang mengakibatkan suplai oksigen tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh selama beraktivitas. Intervensi keperawatan difokuskan pada \b Manajemen Energi\b0 untuk mengurangi beban kerja jantung dan mencegah kelelahan. Tujuan yang diharapkan adalah peningkatan \b Toleransi terhadap Aktivitas\b0 , yang ditandai dengan kemampuan pasien melakukan aktivitas tanpa mengalami distress pernapasan atau kelelahan yang berlebihan.\par
} -
Article No. 21535 | 05 Sep 2025
Klinis : hipokalemia, kalium 2,6. keluhan lemes. Hiponatremia. GDS belum stabil. cek GDS per 4 jam.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Berhubungan dengan penurunan kadar kalium dalam darah (hipokalemia)
- Berhubungan dengan penurunan kadar natrium dalam darah (hiponatremia)
- Ditandai dengan keluhan lemas, GDS belum stabil, dan kebutuhan pemantauan GDS per 4 jam.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien akan mempertahankan kadar elektrolit (kalium dan natrium) dalam batas normal.
- Pasien akan melaporkan peningkatan energi dan pengurangan gejala kelelahan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
- Pantau masukan dan pengeluaran cairan secara ketat.
- Pantau kadar elektrolit (kalium, natrium) secara berkala.
- Catat tanda-tanda vital pasien, termasuk berat badan.
2. Manajemen Elektrolit
- Berikan terapi penggantian elektrolit (kalium dan natrium) sesuai dengan rekomendasi dokter.
- Monitor efek samping dan komplikasi dari pemberian terapi elektrolit.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk menentukan kebutuhan elektrolit pasien.
3. Manajemen Glikemia
- Pantau kadar glukosa darah sesuai instruksi (setiap 4 jam).
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengoptimalkan pengaturan terapi diabetes.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya pemantauan gula darah dan manajemen diabetes.
4. Manajemen Kelelahan
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi energi dan kelelahan.
- Kembangkan rencana aktivitas dan istirahat yang seimbang untuk meningkatkan energi.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan toleransinya.
Penjelasan Rinci:
Diagnosis keperawatan "Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit" dipilih karena pasien mengalami hipokalemia (kadar kalium 2,6 mEq/L) dan hiponatremia, yang dapat menyebabkan gejala kelelahan dan kelemahan. Pemantauan kadar glukosa darah yang ketat juga diperlukan karena GDS belum stabil.
Luaran yang diharapkan adalah tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit, ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, kadar elektrolit yang stabil, dan peningkatan energi serta pengurangan gejala kelelahan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan cairan dan elektrolit, pemberian terapi penggantian elektrolit, manajemen glikemia, dan intervensi untuk mengatasi kelelahan.
Dengan pendekatan ini, diharapkan kondisi pasien akan membaik dan tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 21537 | 05 Sep 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang disampaikan pada kasus ini, yang menunjukkan kemungkinan penyakit campak pada seorang anak perempuan berusia 5 tahun, maka kode diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
Penjelasan:
- Kode B05.9 merupakan kode ICD-10 untuk penyakit campak (measles) tanpa komplikasi.
- Gejala yang dilaporkan, seperti demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, sesuai dengan kriteria diagnosis penyakit campak.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang spesifik untuk kasus ini.
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang dilaporkan untuk kondisi ini.
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan atau prosedur medis yang perlu dikodekan berdasarkan informasi yang diberikan. Diagnosis dan perawatan penyakit campak pada umumnya dilakukan secara konservatif, dengan fokus pada manajemen gejala dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 21538 | 05 Sep 2025
Klinis : Nyeri di Bawah mata kanan post jatuh dari sepeda motor jam 11.30, jatuh sendiri tergeleincir saat ngerem mendadak. pasien ingat kejadian. mual - muntah - Paha kanan nyeri dan sulit digerakkan, luka terbuka di paha kanan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S05.1
- Deskripsi: Kontusi bola mata dan jaringan sekitar, tanpa perlukaan bola mata
- Kode: S72.4
- Deskripsi: Fraktur paha, selain fraktur leher femur
- Kode: S81.0
- Deskripsi: Luka terbuka pada paha
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 82.02
- Deskripsi: Reduksi terbuka fraktur paha, selain leher femur, dengan fiksasi internal
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 untuk kondisi pasien:
- S05.1 (Kontusi bola mata dan jaringan sekitar, tanpa perlukaan bola mata): Pasien mengalami nyeri di bawah mata kanan setelah jatuh dari sepeda motor, yang menunjukkan adanya kontusi pada area tersebut.
- S72.4 (Fraktur paha, selain fraktur leher femur): Pasien mengalami nyeri dan kesulitan menggerakkan paha kanan, yang mengindikasikan adanya fraktur pada paha kanan.
- S81.0 (Luka terbuka pada paha): Pasien memiliki luka terbuka pada paha kanan, yang perlu ditangani.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- 82.02 (Reduksi terbuka fraktur paha, selain leher femur, dengan fiksasi internal): Jika diperlukan, prosedur ini dapat dilakukan untuk memperbaiki fraktur paha pasien dengan melakukan reduksi terbuka dan fiksasi internal.
Secara umum, penanganan medis yang mungkin diperlukan mencakup:
- Pemeriksaan dan perawatan luka di paha kanan
- Pencitraan diagnostik (misalnya, X-ray) untuk menilai fraktur pada paha
- Penanganan fraktur paha, yang mungkin memerlukan reduksi terbuka dan fiksasi internal
Dokter atau perekam medik harus melakukan penilaian klinis yang komprehensif untuk menentukan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 21539 | 05 Sep 2025
Klinis : Nyeri di Bawah mata kanan post jatuh dari sepeda motor jam 11.30, jatuh sendiri tergeleincir saat ngerem mendadak. pasien ingat kejadian. mual - muntah - Paha kanan nyeri dan sulit digerakkan, luka terbuka di paha kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut (00132)
SDKI:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Kode: 00132
SLKI:
- Definisi: Hasil peningkatan kemampuan individu dalam mengelola nyeri akut.
- Kode: 00800
SIKI:
- Definisi: Tindakan untuk menurunkan atau menghilangkan sensasi nyeri yang dialami individu.
- Kode: I0190
b. Kerusakan integritas kulit (00046)
SDKI:
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Kode: 00046
SLKI:
- Definisi: Hasil peningkatan kemampuan individu dalam memperbaiki kerusakan pada lapisan kulit.
- Kode: 00805
SIKI:
- Definisi: Tindakan untuk memperbaiki atau mencegah terjadinya kerusakan pada lapisan kulit.
- Kode: I0200
c. Keterbatasan mobilitas fisik (00085)
SDKI:
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot, jangkauan sendi, atau koordinasi motorik.
- Kode: 00085
SLKI:
- Definisi: Hasil peningkatan kemampuan individu dalam melakukan gerakan fisik.
- Kode: 00815
SIKI:
- Definisi: Tindakan untuk meningkatkan atau mempertahankan kemampuan individu dalam melakukan gerakan fisik.
- Kode: I0210
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami nyeri di bawah mata kanan, luka terbuka di paha kanan, dan sulit menggerakkan paha kanan setelah jatuh dari sepeda motor. Hal ini menimbulkan diagnosa keperawatan Nyeri akut, Kerusakan integritas kulit, dan Keterbatasan mobilitas fisik. Masing-masing diagnosa memiliki definisi, kode, dan penjelasan dalam SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 21540 | 05 Sep 2025
Klinis : Nyeri di Bawah mata kanan post jatuh dari sepeda motor jam 11.30, jatuh sendiri tergeleincir saat ngerem mendadak. pasien ingat kejadian. mual - muntah - Paha kanan nyeri dan sulit digerakkan, luka terbuka di paha kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b DIAGNOSA KEPERAWATAN\b0\line\line
\b Kode: 0016\b0 - Nyeri Akut\line
\b Definisi:\b0 Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat cedera jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain); timbul tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dalam waktu kurang dari 3 bulan.\line\line
\b SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):\b0\line
\b Tujuan:\b0 Nyeri teratasi\line
\b Kriteria Hasil:\b0
1. Melaporkan nyeri terkontrol
2. Menunjukkan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri
3. Menggunakan analgesik dengan tepat
4. Menunjukkan ekspresi wajah rileks
5. Tanda-tanda vital dalam rentang normal\line\line
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\line
\b Kode: 080101\b0 - Tingkat nyeri\line
\b Kode: 080102\b0 - Pengendalian nyeri\line
\b Kode: 080103\b0 - Status kesadaran\line
\b Kode: 080201\b0 - Tingkat kecemasan\line\line
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\line
\b Kode: 0800\b0 - Manajemen Nyeri\line
\b Aktivitas:\b0
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi)
2. Observasi petunjuk non verbal dari ketidaknyamanan
3. Monitor tekanan darah, nadi, dan pernapasan sebelum dan sesudah pemberian analgetik
4. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
5. Ajarkan teknik nonfarmakologi (nafas dalam, distraksi, relaksasi)\line\line
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN TAMBAHAN\b0\line\line
\b Kode: 0018\b0 - Risiko Infeksi\line
\b Definisi:\b0 Berisiko mengalami invasi patogen.\line
\b Faktor Risiko:\b0 Luka terbuka di paha kanan\line\line
\b SIKI terkait:\b0\line
\b Kode: 3500\b0 - Perawatan Luka\line
\b Aktivitas:\b0
1. Lakukan pembersihan luka dengan teknik aseptik
2. Lakukan perawatan luka sesuai kondisi luka
3. Monitor tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, calor, tumor, functio laesa)
4. Ajarkan pasien/familia tentang tanda-tanda infeksi\line\line
\b CATATAN:\b0 Kondisi pasien dengan trauma kepala (nyeri di bawah mata kanan) disertai mual-muntah memerlukan pemeriksaan neurologis lebih lanjut untuk menyingkirkan komplikasi serius. Perlu pemantauan ketat terhadap kesadaran, mual/muntah, dan tanda-tanda neurologis lainnya. -
Article No. 21504 | 04 Sep 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, yaitu wanita usia 60 tahun dengan nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin, serta hasil EKG yang menunjukkan infark miokard akut, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit jantung (infark miokard akut) yang ditandai dengan nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri.
2. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan proses penyakit jantung (infark miokard akut) yang ditandai dengan sesak napas.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik akibat proses penyakit jantung (infark miokard akut) yang ditandai dengan kelelahan dan kelemahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 2-3 dari skala 0-10.
- Pasien dapat mengenali faktor pencetus nyeri dan menggunakan teknik manajemen nyeri secara efektif.
- Pasien dapat beraktivitas tanpa disertai nyeri.
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Pasien dapat mempertahankan frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali/menit).
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai sesak napas.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap.
- Pasien dapat mempertahankan kadar oksigen darah dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus).
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin).
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi efektivitas pengobatan dan kemungkinan perubahan rencana pengobatan.
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Kaji status pernapasan pasien (frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu pernapasan).
- Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik dan latihan batuk efektif.
- Dorong pasien untuk beristirahat dan menghemat energi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi kondisi pernapasan dan kemungkinan perubahan pengobatan.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Berikan perawatan yang dapat membantu menghemat energi (posisi semi-fowler, bantu saat berpindah, dll).
- Ajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap.
- Libatkan pasien dalam perencanaan aktivitas dan evaluasi kemajuan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi kondisi umum dan kemungkinan perubahan pengobatan.
Penjelasan yang lebih rinci dan terperinci dapat diberikan jika diperlukan. Saya harap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan kondisi infark miokard akut. -
Article No. 21505 | 04 Sep 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.9
- Deskripsi: Infark miokard akut, tidak dinyatakan dengan cara lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan EKG, tidak dinyatakan dengan cara lain
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien wanita berusia 60 tahun mengalami gejala-gejala yang mengarah pada infark miokard akut, yaitu nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan adanya infark miokard akut. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Kode ICD-10 I21.9 (Infark miokard akut, tidak dinyatakan dengan cara lain) digunakan untuk menggambarkan kondisi infark miokard akut tanpa spesifikasi lebih lanjut. Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemantauan EKG, tidak dinyatakan dengan cara lain) dapat digunakan untuk mencatat tindakan pemantauan EKG yang dilakukan pada pasien.