Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14799 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang dengan keluhan muntah darah, BAB hitam, nyeri ulu hati, tidak ada nafsu makan dan lemas. Pasien riwayat merokok sejak usia muda dengan menghabiskan 1 bungkus rokok per hari menyangkal adanya riwayat mata kuning, dan BAK seperti teh serta memiliki dyspepsia yang berulang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis (+/+), bising usus (+) meningkat, terdapat nyeri tekan pada epigastric, shifting dullness(-), dan pucat pada kedua telapak tangan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7 gr/dl, SGOT 102 U/L, SGPT 99U/L, Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl,Albumin 2,0 gr/dL dan Globulin 2,3 gr/dL, WBC 9000 Pengkajian a. Identitas Klien Nama : Tn. S Usia : 62 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. dieng atas, dusun sumberjo, Desa Kalisongo, Kec. Dau, Kab. Malang No. RM : 012.345 Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan PNS Tanggal/ Jam MRS : 28 Maret 2023 Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2023 Diagnosa Medik : Hematemesis Melena dd sirosis hepatis b. Keluhan Utama Klien mengatakan muntah darah dan BAB warna hitam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. c. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan badan lemas, nyeri epigastrik dan nyeri di area sekitar abdomen serta tidak ada nafsu makan. d. Riwayat kesehatan sebelumnya Klien memilliki riwayat merokok sejak usia 18 tahun dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok tiap hari. Klien pernah di rawat 2 bulan yang lalu dengan diagnose sirosis hepatis dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya menunjukkan HbsAg positif. e. Riwayat kesehatan keluarga Klien menyatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, asma, diabetes melitus, dan terutama hepatitis. f. Pola aktivitas sehari-hari Terjadi perubahan pada pola makan, eliminasi BAB, dan aktivitas fisik. Aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat ruangan. g. Pemeriksaan Fisik • TTV TD : 120/80mmHg, N : 88x/mnt, S: 370C, RR: 20x/menit • Kepala: Normal, tidak ada lesi, massa, atau hematoma • Mata: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+ • Telinga: tidak ada kelainan • Hidung; tidak ada kelainan • Mulut: tidak ada kelainan • Leher: tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening • Thorax: Tidak ada kelainan, tidak ada masalah pernapasan • Jantung: Normal, tidak ada kelainan • Abdomen: Bising usus meningkat 28x/menit, tidak ada massa, shifting dullness(-) • Ekstremitas: Akral hangat, capillary refilll time,(CRT) < 2 detik dan pucat pada kedua telapak tangan Hasil laboratorium: Hb : 7 g/dl, HbsAg(+), WBC: 9000, SGOT: 102 U/L, SGPT: 99U/L, albumin 2,0 g/dl.Gol.darah B. Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal yang ditandai dengan konjungtiva anemis, pucat pada telapak tangan, dan penurunan kadar hemoglobin.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Perubahan perfusi jaringan adalah gangguan sirkulasi darah ke jaringan tubuh yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh perdarahan gastrointestinal pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat, ditandai dengan peningkatan kadar hemoglobin, perbaikan warna kulit dan mukosa, serta peningkatan energi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, memantau perdarahan, mengatur posisi pasien, memberikan terapi cairan dan transfusi darah jika diperlukan, serta memberikan edukasi terkait faktor risiko dan pencegahan perdarahan gastrointestinal.
2. Penurunan intake nutrisi berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan tidak adanya nafsu makan dan penurunan berat badan.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan intake nutrisi adalah ketidakmampuan untuk makan atau minum dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh anoreksia pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan berat badan yang adekuat, meningkatkan asupan nutrisi, dan memiliki kadar albumin yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi asupan nutrisi pasien, memberikan diet yang sesuai, memberikan suplemen nutrisi jika diperlukan, serta memantau dan mencatat intake dan output cairan. -
Article No. 14800 | 25 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang dengan keluhan muntah darah, BAB hitam, nyeri ulu hati, tidak ada nafsu makan dan lemas. Pasien riwayat merokok sejak usia muda dengan menghabiskan 1 bungkus rokok per hari menyangkal adanya riwayat mata kuning, dan BAK seperti teh serta memiliki dyspepsia yang berulang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis (+/+), bising usus (+) meningkat, terdapat nyeri tekan pada epigastric, shifting dullness(-), dan pucat pada kedua telapak tangan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7 gr/dl, SGOT 102 U/L, SGPT 99U/L, Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl,Albumin 2,0 gr/dL dan Globulin 2,3 gr/dL, WBC 9000 Pengkajian a. Identitas Klien Nama : Tn. S Usia : 62 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. dieng atas, dusun sumberjo, Desa Kalisongo, Kec. Dau, Kab. Malang No. RM : 012.345 Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan PNS Tanggal/ Jam MRS : 28 Maret 2023 Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2023 Diagnosa Medik : Hematemesis Melena dd sirosis hepatis b. Keluhan Utama Klien mengatakan muntah darah dan BAB warna hitam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. c. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan badan lemas, nyeri epigastrik dan nyeri di area sekitar abdomen serta tidak ada nafsu makan. d. Riwayat kesehatan sebelumnya Klien memilliki riwayat merokok sejak usia 18 tahun dan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok tiap hari. Klien pernah di rawat 2 bulan yang lalu dengan diagnose sirosis hepatis dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya menunjukkan HbsAg positif. e. Riwayat kesehatan keluarga Klien menyatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, asma, diabetes melitus, dan terutama hepatitis. f. Pola aktivitas sehari-hari Terjadi perubahan pada pola makan, eliminasi BAB, dan aktivitas fisik. Aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat ruangan. g. Pemeriksaan Fisik • TTV TD : 120/80mmHg, N : 88x/mnt, S: 370C, RR: 20x/menit • Kepala: Normal, tidak ada lesi, massa, atau hematoma • Mata: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+ • Telinga: tidak ada kelainan • Hidung; tidak ada kelainan • Mulut: tidak ada kelainan • Leher: tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening • Thorax: Tidak ada kelainan, tidak ada masalah pernapasan • Jantung: Normal, tidak ada kelainan • Abdomen: Bising usus meningkat 28x/menit, tidak ada massa, shifting dullness(-) • Ekstremitas: Akral hangat, capillary refilll time,(CRT) < 2 detik dan pucat pada kedua telapak tangan Hasil laboratorium: Hb : 7 g/dl, HbsAg(+), WBC: 9000, SGOT: 102 U/L, SGPT: 99U/L, albumin 2,0 g/dl.Gol.darah B. Ureum 43 mg/dL, Kreatinin 1,5 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Gastrointestinal Aktual berhubungan dengan kondisi sirosis hati dan penurunan faktor-faktor pembekuan darah.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Perdarahan Gastrointestinal Aktual adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah dari saluran cerna yang dapat mengancam jiwa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif, pemulihan fungsi saluran cerna, dan tidak ada komplikasi lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah pengkajian tanda-tanda perdarahan, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antasida, proton pump inhibitor, dan pemberian nutrisi yang adekuat.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, mual, dan malabsorpsi zat gizi.
Penjelasan:
SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan, kadar albumin dalam batas normal, dan vital signs yang stabil.
SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pengkajian status nutrisi, pemberian nutrisi enteral/parenteral, dan pemberian edukasi nutrisi yang cukup.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit pada saluran pencernaan.
Penjelasan:
SDKI: Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI: Pasien akan melaporkan nyeri berkurang, mampu mengontrol nyeri, dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pengkajian nyeri, pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan edukasi manajemen nyeri.
Diagnosa keperawatan di atas disusun berdasarkan data pengkajian yang diberikan, dengan mempertimbangkan masalah kesehatan utama yang dialami pasien, yaitu hematemesis melena yang kemungkinan disebabkan oleh sirosis hati. Diagnosa keperawatan ini bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif. -
Article No. 14801 | 25 Mar 2025
Klinis : gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan pertukaran gas.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida yang memadai di tingkat seluler.
SDKI:
Penyebab:
1. Penurunan ventilasi
2. Gangguan difusi
3. Perubahan aliran darah
4. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Karakteristik Definisi:
1. Perubahan frekuensi pernapasan
2. Perubahan irama pernapasan
3. Perubahan kedalaman pernapasan
4. Sianosis
5. Hipoksemia
6. Hiperkapnia
SLKI:
Luaran yang Diharapkan:
1. Pasien menunjukkan pertukaran gas yang adekuat
2. Pasien menunjukkan peningkatan oksigenasi
3. Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemberian oksigen
3. Pengelolaan ventilasi mekanik
4. Manajemen posisi
5. Edukasi pasien dan keluarga
Penjelasan Singkat:
Gangguan pertukaran gas adalah kondisi di mana terjadi ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida yang memadai di tingkat seluler. Penyebabnya dapat berupa penurunan ventilasi, gangguan difusi, perubahan aliran darah, atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Karakteristik klinis yang mungkin muncul adalah perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan, sianosis, hipoksemia, dan hiperkapnia. Tujuan perawatan adalah untuk memastikan pertukaran gas yang adekuat, meningkatkan oksigenasi, dan memperbaiki ventilasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pengelolaan ventilasi mekanik, manajemen posisi, serta edukasi pasien dan keluarga. -
Article No. 14802 | 25 Mar 2025
Klinis : resiko gangguan sirkulasi spontan dengan faktor resiko asidosis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan menggunakan pendekatan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya untuk kondisi yang anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Sirkulasi Spontan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan kemampuan sirkulasi darah secara spontan yang dapat mengancam kehidupan.
- Faktor Risiko: Salah satunya adalah asidosis, yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan fungsi organ.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Individu dapat mempertahankan fungsi sirkulasi dalam batas normal.
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
b. Pemberian oksigen sesuai indikasi
c. Pemberian cairan/elektrolit sesuai kebutuhan
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi asidosis
e. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya pemantauan tanda-tanda vital dan pola hidup sehat
Dalam pendekatan akademis, persona sebagai pakar dan perawat, diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat di atas menggambarkan upaya perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk mengelola risiko gangguan sirkulasi spontan dengan faktor risiko asidosis pada pasien. -
Article No. 14803 | 25 Mar 2025
Klinis : ikterik neonatus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ikterik Neonatus
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ikterik Neonatus adalah masalah kesehatan yang ditandai dengan adanya hiperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam darah yang meningkat) yang menyebabkan kulit dan sklera bayi tampak kekuningan. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti imaturitas hati, hemolisis, ekstravasasi darah, dan lain-lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Ikterik Neonatus antara lain: Kadar bilirubin menurun, Tidak terjadi komplikasi seperti ensefalopati biliaris, Bayi menunjukkan respons yang baik terhadap tindakan penanganan, dan Bayi menunjukkan tanda-tanda tumbuh kembang yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk Ikterik Neonatus meliputi: Pemantauan kadar bilirubin, Fototerapi, Pertukaran plasma, Tindakan pencegahan perdarahan, Pemberian nutrisi yang adekuat, Stimulasi tumbuh kembang, serta Edukasi dan dukungan bagi orang tua.
Penjelasan singkat:
Ikterik neonatus merupakan salah satu kondisi yang sering ditemui pada bayi baru lahir. Penanganan yang tepat dan sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI sangat penting untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi dan memastikan tumbuh kembang bayi yang optimal. -
Article No. 14804 | 25 Mar 2025
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko infeksi. Saya akan menjawab dalam nada akademis dan dengan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Risiko Infeksi adalah kerentanan individu atau kelompok terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko:
1. Penurunan sistem imun
2. Kerusakan integumen
3. Prosedur invasif
4. Paparan patogen
5. Kelalaian personal hygiene
Tujuan Keperawatan:
1. Klien akan bebas dari tanda dan gejala infeksi selama perawatan.
2. Klien akan mendemonstrasikan perilaku pencegahan infeksi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan tanda dan gejala infeksi
2. Peningkatan personal hygiene
3. Aseptik dan sterilisasi
4. Pemberian obat anti-infeksi
5. Edukasi pencegahan infeksi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar ini berisi definisi, faktor risiko, dan karakteristik diagnosis keperawatan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam praktik keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran atau hasil keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. Standar ini berisi indikator-indikator untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. Standar ini berisi deskripsi dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan keperawatan yang diharapkan.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 14805 | 25 Mar 2025
Klinis : resiko defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Defisit Nutrisi
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Defisit Nutrisi adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami kekurangan asupan zat gizi dalam jumlah dan/atau kualitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan risiko defisit nutrisi adalah:
1. Asupan nutrisi yang adekuat
2. Tidak terjadi penurunan berat badan yang tidak diinginkan
3. Tidak terjadi komplikasi akibat defisit nutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko defisit nutrisi antara lain:
1. Identifikasi faktor risiko yang menyebabkan risiko defisit nutrisi
2. Pemantauan asupan nutrisi dan status gizi pasien
3. Pemberian gizi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
4. Edukasi tentang kebutuhan nutrisi dan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penatalaksanaan nutrisi yang tepat
Sebagai seorang perawat, pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lain diperlukan untuk mengelola risiko defisit nutrisi secara efektif dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14806 | 25 Mar 2025
Klinis : Gangguan kecemasan berat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis jika ada untuk kondisi "Gangguan kecemasan berat" dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: F41.1
- Deskripsi: Gangguan kecemasan umum (GAD)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Psikoterapi individu
Penjelasan:
Gangguan kecemasan berat, dalam klasifikasi ICD-10, dikategorikan sebagai Gangguan Kecemasan Umum (GAD) yang memiliki kode F41.1. Pada GAD, pasien mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan sulit dikendalikan, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk menangani kondisi ini adalah psikoterapi individu, yang memiliki kode ICD-9-CM 94.31. Psikoterapi individu merupakan salah satu modalitas pengobatan yang bertujuan untuk membantu pasien mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor penyebab atau pemicu gangguan kecemasan, serta mengembangkan strategi koping yang efektif.
Selain psikoterapi, penatalaksanaan GAD juga dapat melibatkan penggunaan obat-obatan antidepresan, anxiolitik, atau terapi kombinasi, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individual pasien. -
Article No. 14807 | 25 Mar 2025
Klinis : Gangguan kecemasan berat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi Gangguan Kecemasan Berat:
Diagnosa Keperawatan:
Ansietas (Anxiety)
Definisi:
Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak jelas dan non-spesifik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Tanda dan gejala: Gelisah, tegang, khawatir, takut, sulit berkonsentrasi, insomnia, napas pendek, palpitasi, keringat berlebih.
- Faktor yang berhubungan: Perubahan lingkungan, pengalaman traumatis, kondisi medis, stres psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Klien dapat mengendalikan kecemasan.
- Kriteria Hasil: Klien dapat mengenali tanda-tanda kecemasan, dapat melakukan teknik relaksasi, dan mampu mengidentifikasi sumber kecemasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Ansietas, yang meliputi pemberian informasi tentang kecemasan, latihan relaksasi, manajemen stres, dan terapi kognitif.
Penjelasan Singkat:
Gangguan kecemasan berat merupakan kondisi di mana klien mengalami respon emosional dan psikologis yang berlebihan terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak jelas. Tanda dan gejala yang muncul dapat berupa gelisah, tegang, khawatir, sulit berkonsentrasi, dan gejala fisik seperti napas pendek, palpitasi, dan keringat berlebih. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen ansietas, yang meliputi pemberian informasi, latihan relaksasi, manajemen stres, dan terapi kognitif. Tujuannya adalah agar klien dapat mengendalikan kecemasan dan mengenali sumber penyebabnya. -
Article No. 14808 | 25 Mar 2025
Klinis : INJEKSI IM PAINLESS 1. Letakkan telapak tangan kiri di trochanter mayor. 2. Letakkan ujung jari telunjuk di SIAS. 3. Regangan jari tengah searah krista iliaka. Injeksi IM di daerah antara jari tengah dan jari telunjuk (m. Gluteus Medius).
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z51.81
- Deskripsi: Pemberian obat terapeutik lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 90.53
- Deskripsi: Injeksi intramuskular obat terapeutik atau profilaktik
Penjelasan:
Kondisi yang diberikan menggambarkan teknik penyuntikan intramuskular (IM) pada otot gluteus medius. Otot gluteus medius terletak di antara jari telunjuk dan jari tengah saat telapak tangan kiri diletakkan pada trochanter mayor dan jari tengah digerakkan searah krista iliaka.
Kode ICD-10 Z51.81 (Pemberian obat terapeutik lainnya) digunakan untuk mengkodekan tindakan pemberian obat atau zat terapeutik melalui injeksi intramuskular. Kode ICD-9-CM 90.53 (Injeksi intramuskular obat terapeutik atau profilaktik) juga sesuai untuk mengkodekan prosedur injeksi IM pada kondisi ini.
Penggunaan kode-kode ini akan membantu mencatat dengan tepat tindakan injeksi IM yang dilakukan pada pasien, baik untuk tujuan dokumentasi medis maupun penagihan jasa layanan kesehatan.